Faktor risiko:
1. Faktor mekanis
Faktor-faktor ini menghalangi atau memperlambat perjalanan ovum
yang tela dibuahi menuju ke rongga uterus. Bedah tuba yang dilakukan
sebelumnya, baik untuk memulihkan patensi maupun melakukan
strerilisasi, mempunyai risiko yang tinggi.
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya memiliki kemungkinan
kehamilan ektopik sebesar 7-15%
Berkurangnya silia akibat infeksi mempengaruhi implantasi tuba
Penyakit radang panggul yang terjadi sebelumnya terutama
disebebkan oleh chlamydia trachomatis
Perlekatan perituba yang terjadi setelah infeki pascaabortus atau masa
nifas, apendisitis atau endometriosis dapat menyebabkan tuba
tertekuk dan lumennya menyempit
Pajanan terhadap dietilstilbestrol in utero dapatmenjadi predisposisi
timbulnya kelainan perkembangan tuba, khususnya diverticulum,
ostium asesorium dan hypoplasia
Riwayat section sesarea sebelumnya
2. Faktor fungsional
Perubahan motilitas tuba karena perubahan kadar estrogen dan
progesterone serum, kemungkinan akibat upregulation reseptor
adrenergic pada otot polos
Kontrasesi oral yang hanya berisi progestern meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik
Penggunaan AKDR dengan dan tanpa progesterone
Setelah menggunakan estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk
mencegah kehamilan dans etelah induk si ovulasi
Epidemiologi
Insidensi kehamilan ektopik pada wanita bukan kulit putih lebih tinggi pada
setiap kategori usia disbanding pada wanita kulit putih dan perbedaan ini
meningkat dengan pertambahan usia
Insidensi meningkat dengan seiringnya pertambahan usia
Kehamilan ektopik bertanggung jawab terhadap 10% dari semua kematian
yang disebabkan kehamilan
Penyebab peningkatan angka kehamilan ektopik kemungkinan penyebabnya
antara lain adalah:
1. Menigkatnya prevalensi infeksi tuba akibat penularan seksual
2. Diagnosi lebih dini dengan pemeriksaan gonadotropin korionik yang
sensitive dan ultraonografi trasnvginal pada beberapa kasus, terjdi
resorpsi belum dilakukan diagnosis sebelumnya
3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterine tetapi
tidak untuk kehamilan ektrauterine
4. Trelisasi tuba yang gagal
5. Induksi aborsi yang diikuti infeksi
6. Meningkatnya penggunaan teknik reproduksi dengn bantuan
7. Bedah tuba, termasuk riwayat salpingotomi serta tuboplasti untuk
kehamilan tuba
Mortalitas
Pertimbangan anatomis
Pada kasus yang jarang, ovum yang telah dibuahi dapat berimplantasi di
ujung fimbriae tuba
Ampula adalah tempat yang paling sering dan isthmus adalah tempt
tersering kedua
Kehamilan interstisial hanya mencangkup sekitar 3% dari seluruh kehamilan
tuba
Dari jenis primer yang telah disebutkan kadang muncul bentuk sekunder
seperti kehamilan tubi-abdominal, tubo-ovarium, dan ligamentum latum
Implantasi zigot
Telur yang telah dibuahi segera menggali epitel dan zigot langsung terbenam
di dinding otot karena tuba tidak mempunya submukosa.
Di bagian perifer zigot menjadi sebuah kapsul trofoblas yang berproliferasi
dengan cepat, menginvasi dan mengerosi lapisan otot dibawahnya
Pada saat yang sama, pembuluh darah ibu terbuka, dan darah akan ke dalam
ruang yang berada di dalam trofoblas atau di antara trofoblas dan jaringan di
dekatnya
Meskipun sel desidua biasanya dpat dikenali, biasanya tuba tidak membentuk
desidua yang luas
Dinding tuba yang berkontak dengan zigot hanya memberi sedikit tahanan
terhadap invasi oleh trofoblas, yang segera menggali lubang di bawahnya
dan membuka pembuluh darah ibu
Embrio atau fetus pada kehamilan ektopik sering tidak ada atau kerdil
1. Abortus tuba
Abortus tuba sering terjadi pada kehamilan tuba di ampula, semetara
rupture bias terjadi pada kehamilan di isthmus.
Biasanya sedikit perdarahan terus berlangsung selama produk
konsepsi masih berada di dalam tuba. Darah perlahan-lahan menetes
dari fimbriae tuba kedalam rongga peritoneum dan biasanya bermuara
ke cul-de-sac rektouterina. Bila ujung fimbriae tuba tersumbat, tuba
fallopii secara berangsur-angsur akan terdistensi oleh darah,
membentuk hematosalping
Pada abortus tuba inkomplit, potongan-potongan plasenta atau selaput
ketuban dapat tetap melekat ke dinding tuba dan setelah dikelilingi
oleh fibrin, menghasilkan sebuah polip plasenta. Proses ini mirip
dengan yang terjadi di uterus pada abortus inkomplit.
2. Rupture tuba
Produk konsepsi yang menginvasi dan berekspansi dapat memecahkan
tuba di beberapa tempat.
Sebagai pedoman, jika terjadi rupture tuba pada minggu-minggu
pertama, kehamilan terjadi pada bagian ithsmus tuba. Bila ovum yang
dibuahi berimplantasi dengan baik di dalam bagian interstitial,
biasanya rupture terjadi belakangan
Rupture biasanya terjadi sontan, tetapi dapan disebabkan oleh trauma
saat koitus atau pemeriksaan saat bimanual.
Pada rupture intraporitoneal, seluruh konseptus dapat terdorong keluar
dari tuba, atau jika robekannya kecil, dapat terjadi perdarahan banyak
tanpa ada yang terdorong keluar (ekstrusi)
Ibu umumnya memperlihatan tanda-tanda hipovolemia
Kehamilan abdominal
Jika hanya janin yang mengalami ekstrusi saat rupture, efek pada kehamilannya kan
bervariasi tergantung pada luasnya cedera yang dialami plasenta. Janin akan mati
bila placenta rusak cukup besar. Tetapi jika bagian placenta yang bertahan untuk
melekat di tuba lebih besar, dapat terjadi perkembangan janin lebih lanjut. Anin
kemudian dapat bertahan hidup selama beberapa waktu, menghasilkan kehamilan
abdominal. Biasanya, pada kasus-kasus seperti ini sebagian plasenta masih tetap
melekat ke dinding tuba dn bagian perifernya tumbuh keluar dari tuba dan
berimplantasi pada struktur-struktur di sekitarnya.
Jika impalntasi zigot mula-mula terjadi di mesosalping, rupture dapat terjadi pada
bagian tuba yang tidak langsung tebungkus oleh peritoneum dan produk konsepsi
dapat terdorong keluar ke sebuah ruang yangterbentuk di antara lipatan-lipatan
ligamentum latum. Kedaan ini disebut kehamilan intraligamentosa aau kehamilan
ligamentum latum.
Kehamilan interstisial
Jarang
Kehamilan tubo-uterin, tubo-abdominal dan tubo-ovarium
1. Nyeri. Nyeri panggul dan abdomen (95%) dan amenore disertai spotting atau
perdarah per vaginam dalam derajat tertentu (60-80%). Gejala
gastrointestinal (80%) dan pusing atau perasaan mau pingsan (58%) sering
terjadi. Pada rupture, nyeri dada pleuritk dapat terjadi akibat iritasi
diafgramatik yang disebabkan oleh perdarahn
2. Menstruasi abnormal. wanita tidak melaporkan amenore, mereka
menganggap perdarhan uterus yang sering terjadi pada kehamilan tuba
sebagai menstruasi. Ketika dukungan endokkrin untuk endometrium menurun
perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau
continu.
3. Nyeri tekan abdomen dan pelvis. Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan
abdomen dan oer vaginam, terutama bila serviks digerakkan
4. Perubahan uterus. 25% persen kasus, selama 3 bulan pertama kehamilan
tuba uterus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar dengan pada
kehamilan normal.
5. Tekanan darah dan denyut nadi. Sebelum rupture, tanda-tanda vital
umumnya normal. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi meningkat jika
berdarah berlanjut dan hipovolemia
6. Suhu.setelah perdarah akut, suhu dapatnormal atau bahkan rendah.
7. Massa pelvis. Pada pemeruksaan bimanual, massa pelvis dpat diraba pada
sekitar 20% wanita. Ukurannya berkisar antara 5-15 cm, dan massa seperti
ini sering kali lunak dan elastis.bial infiltrasi darah ke dalam dinding tuba
luas, massanya mungkin keras.massa ini hampir selalu terletak di posterior
atau lateral dari uterus.
8. Kuldosentesis. Cara ini meruk=pakan teknik sederhana untuk
mengidektifikasi hemoperitoneum.
Uji laboratorium
Pencitraan ultrasonografi
Penatalaksanaan medis
1. Metroteksat
terapi ini lini pertama untuk kehamilan ektopik. Etotrekat tidak digunakan jia
kehamilan lebih dari 4 cm.keberhasilannya paling besar bila usia gestasi
kurang dari 6 mingu, massa tuba berdiameter tidak lebih dari 3,5 cm, janin
mati,kadar -hcg kurang dari 15.000mIU.kontraindikasi lain adalah menyusui,
imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit ati atau ginjal, diskrasia darah,
penyakit paru aktif, dan ulkus peptikum
a. Pemilihan pasien
Terapi metotreksat harus stabil secara hemodinamik dengan hemogram
normal serta fungi hati dan ginjal normal.
b. Dosis dan cara pemberian
Metrotreksat adalah suatu antineplastik yang bekerja sebagai antagonis
asam folat dan sangat efektif terhadap trofoblas yang berploriferasi
dengan cepat.
c. Pemantauan toksisitas metotreksat
Efek samping yang paling sering adalah disfungsi hepar (12%), stomatitis
(6%), dan gastroenteritis (1%). Lapora kasus juga ada yang mendapatkan
depresi sumsum tulang, neutropenia, dan demam, pneumonia transien
yang terinduksi obat dan alopesia.
Terapi lain
1. Aktinomisin
2. Suntikan langsung
Beberapa dokter memilih untuk melakukan observasi pada kehamilan tuba yang
sangat dini yang disertai dengan kadar hcg serum yang stabil atau menurun.
Immunoglobulin anti-D
Kehamilan Abdominal
Hampir semua kasus kehamilan abdominal terjadi setelah rupture dini atau abortus
kehamilan tuba ke dalam rongga peritoneum. Center of Disease Control
memperkirakan bahwa insiden kehamilan abdomen adalah 1:10.000 kelahiran
hidup.
Hasil janin.
Stimulasi oksitosin.
Sonograf
Ct Scan
Terapi
Perdarahan massif yang sering terjadi pada saat embedahan kehamilan abdominal
disebabkan oleh kurangnya konstriksi pembuluh darah yang mengalami hipertrofi
dan terbuka setelah pelepasan plasenta.
Penatalaksanaan plasenta
Emboli arteri
Prognosis Ibu
Angka kematian ibu sangat meningkat disbanding dengan kehamilan normal.
Manun dengan perencanaan praoperasi yang tepat, kematian ibu telah diturunkan
dari kira-kira 20% menjadi kurang dari 5% dalam 20 tahun terakhir.
Kehamilan ovarium
Faktor resiko sama dengan kehamilan ektopik di tuba yaitu penggunaan AKDR.
Diagnosis
Penatalaksanaan
Kehamilan serviks
Perdarahan pervaginam yang tidak nyeri terjadi pada 90% kehamilan servikal, dan
1/3 diantaranya mengalami perdarahan massif. mengalami nyeri abdomen
dengan perdarahan.
Penatalaksanaan bedah
Cerclage (pengikatan serviks). Dilakukan oleh Bernstein dkk dan bachus dkk
Kateter foley.
Emboli arteri
Penatalaksanaan medis