Anda di halaman 1dari 14

Kehamilan ektopik terganggu (williams)

Etiologi dan pathogenesis

Faktor risiko:

1. Faktor mekanis
Faktor-faktor ini menghalangi atau memperlambat perjalanan ovum
yang tela dibuahi menuju ke rongga uterus. Bedah tuba yang dilakukan
sebelumnya, baik untuk memulihkan patensi maupun melakukan
strerilisasi, mempunyai risiko yang tinggi.
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya memiliki kemungkinan
kehamilan ektopik sebesar 7-15%
Berkurangnya silia akibat infeksi mempengaruhi implantasi tuba
Penyakit radang panggul yang terjadi sebelumnya terutama
disebebkan oleh chlamydia trachomatis
Perlekatan perituba yang terjadi setelah infeki pascaabortus atau masa
nifas, apendisitis atau endometriosis dapat menyebabkan tuba
tertekuk dan lumennya menyempit
Pajanan terhadap dietilstilbestrol in utero dapatmenjadi predisposisi
timbulnya kelainan perkembangan tuba, khususnya diverticulum,
ostium asesorium dan hypoplasia
Riwayat section sesarea sebelumnya

2. Faktor fungsional
Perubahan motilitas tuba karena perubahan kadar estrogen dan
progesterone serum, kemungkinan akibat upregulation reseptor
adrenergic pada otot polos
Kontrasesi oral yang hanya berisi progestern meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik
Penggunaan AKDR dengan dan tanpa progesterone
Setelah menggunakan estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk
mencegah kehamilan dans etelah induk si ovulasi

Epidemiologi

Insidensi kehamilan ektopik pada wanita bukan kulit putih lebih tinggi pada
setiap kategori usia disbanding pada wanita kulit putih dan perbedaan ini
meningkat dengan pertambahan usia
Insidensi meningkat dengan seiringnya pertambahan usia
Kehamilan ektopik bertanggung jawab terhadap 10% dari semua kematian
yang disebabkan kehamilan
Penyebab peningkatan angka kehamilan ektopik kemungkinan penyebabnya
antara lain adalah:
1. Menigkatnya prevalensi infeksi tuba akibat penularan seksual
2. Diagnosi lebih dini dengan pemeriksaan gonadotropin korionik yang
sensitive dan ultraonografi trasnvginal pada beberapa kasus, terjdi
resorpsi belum dilakukan diagnosis sebelumnya
3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterine tetapi
tidak untuk kehamilan ektrauterine
4. Trelisasi tuba yang gagal
5. Induksi aborsi yang diikuti infeksi
6. Meningkatnya penggunaan teknik reproduksi dengn bantuan
7. Bedah tuba, termasuk riwayat salpingotomi serta tuboplasti untuk
kehamilan tuba

Mortalitas

Penyebab kematian ibu paling sering pada trimester pertama


Penurunan dramatis angka kematian akibat kehamilan ektopik mungkin
disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan penatalaksanaannya. Sebagai
contoh perdarahan massif yang menyebabkan kematian seringkali terjadi
pada kehamilan abdominal dan tuba intersisial, yang mungkin menjadi
simtomatik belakangan pada kehamilan.

Pertimbangan anatomis

Pada kasus yang jarang, ovum yang telah dibuahi dapat berimplantasi di
ujung fimbriae tuba
Ampula adalah tempat yang paling sering dan isthmus adalah tempt
tersering kedua
Kehamilan interstisial hanya mencangkup sekitar 3% dari seluruh kehamilan
tuba
Dari jenis primer yang telah disebutkan kadang muncul bentuk sekunder
seperti kehamilan tubi-abdominal, tubo-ovarium, dan ligamentum latum

Implantasi zigot

Telur yang telah dibuahi segera menggali epitel dan zigot langsung terbenam
di dinding otot karena tuba tidak mempunya submukosa.
Di bagian perifer zigot menjadi sebuah kapsul trofoblas yang berproliferasi
dengan cepat, menginvasi dan mengerosi lapisan otot dibawahnya
Pada saat yang sama, pembuluh darah ibu terbuka, dan darah akan ke dalam
ruang yang berada di dalam trofoblas atau di antara trofoblas dan jaringan di
dekatnya
Meskipun sel desidua biasanya dpat dikenali, biasanya tuba tidak membentuk
desidua yang luas
Dinding tuba yang berkontak dengan zigot hanya memberi sedikit tahanan
terhadap invasi oleh trofoblas, yang segera menggali lubang di bawahnya
dan membuka pembuluh darah ibu
Embrio atau fetus pada kehamilan ektopik sering tidak ada atau kerdil

Perubahan pada uterus

Uterus mengalami bebererapa perubahan seperti pada kehamilan normal


dini, termasuk pelunakan serviks dan isthmus serta pembesaran uterus.
Derajat perubahan endometrium menjadi desidua bervariasi. Ditemuakn
desidua uterus tanpa trofoblas mengesankan kehamilan ektopik tetapi tidak
absolut
Perdarahan eksternak jarang sampai berat sering ditemukan pada kasus
kehamilan tuba dan berasal dari uterus kibat degenerasi dan pengelupasan
desidua uterus.segera setelah kematian embrio, desidua berdegenersi dan
biasanya berguguran menjadi potongan-potongan kecil. Kadang kala, desidua
ini terlepas utuh, sebagian gumpalan desidua di rongga uterus. Namun hal itu
tidak menyingkirkan kehamilan ektopik.

RIwayat kehamilan tuba

1. Abortus tuba
Abortus tuba sering terjadi pada kehamilan tuba di ampula, semetara
rupture bias terjadi pada kehamilan di isthmus.
Biasanya sedikit perdarahan terus berlangsung selama produk
konsepsi masih berada di dalam tuba. Darah perlahan-lahan menetes
dari fimbriae tuba kedalam rongga peritoneum dan biasanya bermuara
ke cul-de-sac rektouterina. Bila ujung fimbriae tuba tersumbat, tuba
fallopii secara berangsur-angsur akan terdistensi oleh darah,
membentuk hematosalping
Pada abortus tuba inkomplit, potongan-potongan plasenta atau selaput
ketuban dapat tetap melekat ke dinding tuba dan setelah dikelilingi
oleh fibrin, menghasilkan sebuah polip plasenta. Proses ini mirip
dengan yang terjadi di uterus pada abortus inkomplit.
2. Rupture tuba
Produk konsepsi yang menginvasi dan berekspansi dapat memecahkan
tuba di beberapa tempat.
Sebagai pedoman, jika terjadi rupture tuba pada minggu-minggu
pertama, kehamilan terjadi pada bagian ithsmus tuba. Bila ovum yang
dibuahi berimplantasi dengan baik di dalam bagian interstitial,
biasanya rupture terjadi belakangan
Rupture biasanya terjadi sontan, tetapi dapan disebabkan oleh trauma
saat koitus atau pemeriksaan saat bimanual.
Pada rupture intraporitoneal, seluruh konseptus dapat terdorong keluar
dari tuba, atau jika robekannya kecil, dapat terjadi perdarahan banyak
tanpa ada yang terdorong keluar (ekstrusi)
Ibu umumnya memperlihatan tanda-tanda hipovolemia

Kehamilan abdominal

Jika hanya janin yang mengalami ekstrusi saat rupture, efek pada kehamilannya kan
bervariasi tergantung pada luasnya cedera yang dialami plasenta. Janin akan mati
bila placenta rusak cukup besar. Tetapi jika bagian placenta yang bertahan untuk
melekat di tuba lebih besar, dapat terjadi perkembangan janin lebih lanjut. Anin
kemudian dapat bertahan hidup selama beberapa waktu, menghasilkan kehamilan
abdominal. Biasanya, pada kasus-kasus seperti ini sebagian plasenta masih tetap
melekat ke dinding tuba dn bagian perifernya tumbuh keluar dari tuba dan
berimplantasi pada struktur-struktur di sekitarnya.

Kehamilan ligamentum latum

Jika impalntasi zigot mula-mula terjadi di mesosalping, rupture dapat terjadi pada
bagian tuba yang tidak langsung tebungkus oleh peritoneum dan produk konsepsi
dapat terdorong keluar ke sebuah ruang yangterbentuk di antara lipatan-lipatan
ligamentum latum. Kedaan ini disebut kehamilan intraligamentosa aau kehamilan
ligamentum latum.
Kehamilan interstisial

Implantasi di dalam segemen tuba yang menembus dnding uterus


menghasilkan kehamilan interstisial atau kehamilan kornu. Khamilan ini
mencangkup sekitar 3% dari semua kehamilan tuba.
Terjadi aneka asimetrisitas pada uterus yang sering sulit dibedakan dengan
kehamilan dalam Rahim. Oleh karena itu, diagnosis dini kehamilan ini lebih
sering terlewatkahn daripada jenis implantasi tuba lainnya.
Rupture terjadi belakangan, biasanya antara mingu ke-8 sampai 16.
Perdarahan dapat dengan cepat menjadi fatal. Karena lokasi implantasi
berada di antar arteri ovarika dan arteri uterine.
Biasanya dilakukan histerektomi

Kehamilan ektopik multijanin

1. Kehamilan ektopik heterotipik


Kehamilan tuba dapat bersamaan dengan kehamilan uterus

Kehamilan heterotipik seperti ini cukup sulit untuk didiagnosis secara


klinis
Meskipun ciri-ciri mengarah pada kehamilan uterus, tanda-tanda
tersebut seringkali diinduksi oleh kehamilan tuba. Dengan
menggunakan ultrasonografi, produk kehamilan dapat terlihat berada
di dalam rongga uterus pada hampir semua kasus kehamilan
heterotipik
Kehamilan heterotipik jarang terjadi. Insidensi 1 per 30.000 kehamilan
Sekarang dengan adanya reproduksi dengan bantuan, insidennya
kemungkinan 1 dalam 7000 secara keseluruhan, dan setelah induksi
ovulasi, insidensinya kemungkinan mencapai 1 dalam 900
Kehamilan heterotipik kemungkinan besar dan harus dipertimbangkan:
o Setelah teknik-teknik reproduksi dengan bantuan
o Pada kadar gonadotropin korionik yang ,menetap tau meningkat
setelah dilatasi dan kuretase untuk induksi aborsi atau abortus
spontan
o Jika fundus uteri lebih besar daripada usia kehamilan menurut
hari pertama haid terakhir
o Bila terdapat lebih dari satu korpus luteum
o Bila tidak ada tanda-tanda dan gejala kehamilan ektopik
o Jika ada bukti ultrasonografis kehamilan uterus dan ekstrauteri

Kehamilan tuba multijanin

Jarang
Kehamilan tubo-uterin, tubo-abdominal dan tubo-ovarium

Kehamilan tubo-uterina disebakan oleh pembesaran produk konsepsi


secra berangsur-angsur, yang awalnya berimplantasi di bagian
intertisial tuba, ke dalam rongga uterus.
Kehamilan tubo-abdominal terjadi dari kehamilan tuba yang zigotnya
mul-mula berimplantasi di dekat ujung fimbriae tuba, berangsur-angsur
mebesar ke rogga peritoneum.
Kedua kondisi ini jarang ditemukan
Kehamilan tubo-ovarium terjadi jika kantong janin sebagian melekat
pada tuba dan sebagian ke jaringan ovarium. Kasus seperti ini terjadi
pada zigot yang tumbuh di dalam kista tubo-ovarium atau di tuba,
yang ujung fimbriaenya melekat pada ovarium atau segera setelah
fertilisasi.

Gambaran klinis dan laboratorium pada kehamilan tuba

Perdarahan per vaginam sedikit-sedikit, atau spotting


Nyeri abdomen bawah yang bert, sring digambarkan sebagai nyeri yang
tajam , menusuk, atau merobek
Tmbul gangguan vasomotor, yang berkisar dari vertigo sampai sinkop
Nyeri tekan pada palpasi abdomen, dan pada pemeriksaan pervaginam,
khususnya bila cerviks digerakkan, akan menyebabkan nyeri yang hebat.
Forniks vagina posterior dapat menonjol karena terdapat darah di cul-de-sac,
atau mungkin dapat teraba massa yang lunak seperti rumput dan nyeri pada
salah satu sisi uterus.
Gejala iritasi diafragma, yang ditandai oleh nyeri di leher atau bahu,
terutama saat inspirasi, timbul paa sekitar 50% wanita yang mengalami
perdarahan intraperitoneal yang cukup berat.

Gejal dan tanda

1. Nyeri. Nyeri panggul dan abdomen (95%) dan amenore disertai spotting atau
perdarah per vaginam dalam derajat tertentu (60-80%). Gejala
gastrointestinal (80%) dan pusing atau perasaan mau pingsan (58%) sering
terjadi. Pada rupture, nyeri dada pleuritk dapat terjadi akibat iritasi
diafgramatik yang disebabkan oleh perdarahn
2. Menstruasi abnormal. wanita tidak melaporkan amenore, mereka
menganggap perdarhan uterus yang sering terjadi pada kehamilan tuba
sebagai menstruasi. Ketika dukungan endokkrin untuk endometrium menurun
perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau
continu.
3. Nyeri tekan abdomen dan pelvis. Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan
abdomen dan oer vaginam, terutama bila serviks digerakkan
4. Perubahan uterus. 25% persen kasus, selama 3 bulan pertama kehamilan
tuba uterus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar dengan pada
kehamilan normal.
5. Tekanan darah dan denyut nadi. Sebelum rupture, tanda-tanda vital
umumnya normal. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi meningkat jika
berdarah berlanjut dan hipovolemia
6. Suhu.setelah perdarah akut, suhu dapatnormal atau bahkan rendah.
7. Massa pelvis. Pada pemeruksaan bimanual, massa pelvis dpat diraba pada
sekitar 20% wanita. Ukurannya berkisar antara 5-15 cm, dan massa seperti
ini sering kali lunak dan elastis.bial infiltrasi darah ke dalam dinding tuba
luas, massanya mungkin keras.massa ini hampir selalu terletak di posterior
atau lateral dari uterus.
8. Kuldosentesis. Cara ini meruk=pakan teknik sederhana untuk
mengidektifikasi hemoperitoneum.

Uji laboratorium

1. Hemoglobin, hematocrit, dan hitung leukosit. Hb dan ht hanya menunjukkan


sedikit penurunan. Derajat leukositosis sangat bervriasi pada kehamilan
ektopik yang mengalami ruptur. Leukosit dapat normal tetapi dapat
ditemukan leukosit dengan berbagai derjata samapai 30.000/l.
2. Pemeriksaan gonadotropin korionik. Hampir pada semua kehamilan ektopik,
gonadotropin korionik (hCG) dapat terdeteksi di dalam serum, tetapi biasanya
konsentrasi jauh lebihkecil dibandingkan dengan kehamilan normal
3. Tes urine untuk kehamilan. Kemungkina positif pada kehamilan etopik hanya
50-60%
4. Pemeriksaan -hCG serum
5. Progesterone serum. Pengukuran progesterone tunggal sering dapat
digunakan untuk memastikan bahwa terdapat kehamilan yang berkembang
normal. Nilai diatas 25ng/ml menyingkirkan kehamilan ektopik dengan
sensitivitas 97,5%.

Pencitraan ultrasonografi

1. Sonografi abdomen. Identifkasi produk kehamilan di tuba fallopii sulit


dilaukan dengan menggunakan sonografi abdomen.
2. Sonografi vagina. Sonografi dengan transduser di vagina dapat digunakan
untuk mendeteksi kehamilan uteri sejak 1 minggu setelah terlambat
menstruasi bila -hCG serum lebih dari 1500 mIU/ml. dalam penelitian oleh
barnhart dkk, uterus yng kosong dengn konsentrasi -hCG serum 1500
mIU/ml atau lebih, 100% akurat untuk mengidentifikasi kehamilan ektopik.
Sadek dan schiatz melaporkan bahwa sensitivitas dan spesifitas
ultrasonografi vagina untuk kehamilan ektopik masing-masing adalah 96 dan
99%, jika teridentifikasi cairan bebas di peritoneum. Dengan terlihatnya
massa tuba, sensitivitas 81% dan spesifisitasnya 99%.
Diagnosis klinis yang akurat didasarkan pada dua kemungkinan:
a. Kehamilan uteri teridentifikasi seperti telah diuraikan
b. Atai, uterus kosong dan kehamilan ekopik terlihat berdasarkan visualisasi
massa adneksa yang terpisah dari dua ovarium yang teridentifikasi secara
jelas.

3. Ultrasonografi Doppler berwarna dan berdenyut pada vagina


Teknik ini terdiri dari identifikasi lokasi warna vascular di uterus atau
ekstrauterus yang berbentuk plasenta yang khas, yang disebut pola cincin
api, dan pola aliran impedansi rendah berkecapatan tinggi yang
menggambarkan perfusi plasenta. Bila pola ini ditemukan di luar rongga
uterus, yang juga dianggap dingin dalam hal aliran darahnyam diagnosis
kehamilan ektopik sudah jelas.
Teknik ini secara signifikan memperbaiki diagnosis kehamilan uteri hidup
serta kehamilan ektopik atau abortus inkomplit yang benar.

Diagnosis kehamilan ektopik

1. -hCG serum kuantitatif plus sonografi.


Jika agka -hCG kurang dari 1500mIU/ml dan uterus kosong pada sonografi
vagina, tidak ada diagnosis definitive yang dapat dibuat. Meskipun
pemeriksaan -hCG serum yang positif dapat memastikan kehamilan sedini
sejak 8 hari stelah fertilisasi, kantong gestasi di uterus tidak dapat
diidentifikasi secara meyakinkan dengan ultrzsonografi vagina sampai 28 hari
setelah konsepsi, atau sekitar 6 minggu setelah amenore. Waktu antara hari
ke -8 sampai 28 ini disebut dengan jendela 20 hari.
2. Diagnosis bedah
a. Kuretase.
b. Laparoskopi. Keuntungan laparoskopi diagnostic antara lain:
Diagnosis definitive pada kebanyakan kasus
Sekaligus untuk mengangkat massa ektopik dengan laparoskopi
operatif
Menyuntikkan agen kemoterapi ke dalam massa ektopik secara
langsung

Kadang identifkasi kehamilan tuba dini yang tidak rupture sulit


dilakukan, sekalipun tubanya dapat terlihat dengan jelas.

Laparoskopi lebih murah, dan masa pemulihan pascaoperasinya lebih


singkat.
c. Laparotomy. Laparotomy dilakukan jika jelas menagalami perdarahan
abdominal yang memerlukan terapi definitive segera

Terapi dan prognosis kehamilan tuba

Salpingektomi biasanya dilakukan untuk mengangkat tuba fallopii yang rusak


dan berdarah.
1. Penatalaksanaan bedah.
o Laparoskopi lebih disukai daripada laparotomy kecuali bila wanita
tersebut tidak stabil. Laparoskopi lebih murah dan masa pemulihannya
lebih singkat 1,3:3,1 hari.
o Bedah tuba untuk mehamilan ektopik dianggap konservatif jika tuba
dipertahankan. Contohnya antara lain salpingostomi, salpngotomi, dan
pembukaan fimbriae pada lokasi ektopiknya.
o Bedah radikal digambarkan oleh sapingektomi
a. Salpingostomi
Prosedur ini digunkan untuk mengangkat kehamilan keil, yang
panjangnya biasanya kurang dari 2 cm, dan terletak di sepertiga distal
tuba fallopii. Insisi linear, sepanjang 10-15 mm atau kurang, dibuat
pada tepi antisenterik tepat diatas kehamilan ektopik.produk konsepsi
biasanya terdorong keluar dari insisi dan dapat diangkat atau dibilas
keluar dengan hati-hati.
Prosedur ini cepat dan dan mudah dilakukan dengan laparoskop dan
sekarang merupakan metode bedah standar emas untuk kehamilan
ektopik yang tidak rupture.
b. Salpingotomi
Prosedurnya sama dengan prosedur salpingostomi, bedanya insisi
ditutup dengan benang
c. Salpingektomi
Tindakan ini dilakukan juka tuba fllopii mengalami penyakit atau
kerusakan yang luas.
d. Reseksi segmental dan anastomosis
Reseksi massa dan anastomosis tuba kadang digunakan untuk
kehamilan isthmus yang tidak rupture
e. Trofoblas persisten
Kehamilan ektopik persisten terjadi akibat pengankatan trofoblas yang
tidak sempurna. Menurut seifer, faktor-faktor yang meningkatkan
risiko ektopik persisten meliputi:
1. Kehamilan kecil, yaitu kurang dari 2cm
2. Terapi dini, yaitu sebelum hari ke-42 siklus menstruasi
3. Kadar -hCG serum di atas 3000 mIU/ml
4. Implantasi sebelah medial lokasi salpingostomi
Ntuk menghindari terjadinya kehamilan ektpik persisten, sejulah klinisi
memilih memberikan metrotreksat profilaksis dosis tunggal (1 mgkg)
kepada wanita yang tergolong beresiko tinggi

Penatalaksanaan medis

1. Metroteksat
terapi ini lini pertama untuk kehamilan ektopik. Etotrekat tidak digunakan jia
kehamilan lebih dari 4 cm.keberhasilannya paling besar bila usia gestasi
kurang dari 6 mingu, massa tuba berdiameter tidak lebih dari 3,5 cm, janin
mati,kadar -hcg kurang dari 15.000mIU.kontraindikasi lain adalah menyusui,
imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit ati atau ginjal, diskrasia darah,
penyakit paru aktif, dan ulkus peptikum
a. Pemilihan pasien
Terapi metotreksat harus stabil secara hemodinamik dengan hemogram
normal serta fungi hati dan ginjal normal.
b. Dosis dan cara pemberian
Metrotreksat adalah suatu antineplastik yang bekerja sebagai antagonis
asam folat dan sangat efektif terhadap trofoblas yang berploriferasi
dengan cepat.
c. Pemantauan toksisitas metotreksat
Efek samping yang paling sering adalah disfungsi hepar (12%), stomatitis
(6%), dan gastroenteritis (1%). Lapora kasus juga ada yang mendapatkan
depresi sumsum tulang, neutropenia, dan demam, pneumonia transien
yang terinduksi obat dan alopesia.

d. Pemantauan kemanjuran terapi


Dengan penentuan -hcg serial, setelah pemberian metotreksat, -hcg
biasanya menghilang dari plasma antara hari ke 14 sampai 21.

Kehamilan ektopik persisten


Kehamilan persisten dicurigai pada wanita yang mengalami nyeri abdomen.
Rupture pada kehamilan ektopik persisten adalah bentuk kegagalan terapi
primer yang paling berbahaya. Insidensinya tidak diketahui dengan pasti,
tetapi graczykowski dan seifer memperkirakan angkanya sekitar 25%.
Lipscomb dkk melaporkan rata-rata waktu rupture adalah 14 hari, tetapi
seorang wanita mengalami rupture tuba 32 hari setelah terapi metrotreksat
dosis tunggal.

Terapi lain

1. Aktinomisin

2. Suntikan langsung

Teknik-teknik ini tidak digunakan secara luas

Pentalaksanaan menunggu (expectant)

Beberapa dokter memilih untuk melakukan observasi pada kehamilan tuba yang
sangat dini yang disertai dengan kadar hcg serum yang stabil atau menurun.

Immunoglobulin anti-D

Kehamilan Abdominal

Hampir semua kasus kehamilan abdominal terjadi setelah rupture dini atau abortus
kehamilan tuba ke dalam rongga peritoneum. Center of Disease Control
memperkirakan bahwa insiden kehamilan abdomen adalah 1:10.000 kelahiran
hidup.

Insidensi kehamilan abdominal menigkat setelah transfer gamet intrafallopii,


fertilisasi in vitro, dan induksi abortus.endometriosis, tuberculosis dan AKDR

Hasil janin.

Diagnosis. Spotting atau perdarahan irregular bersama dengan nyeri abdomen


yang biasanya paling menonjol pada salah satu atau kedua kuadran bawah. Mual,
muntah, flatulen, konstipasi diare dan nyeri abdomen timbul dalam berbagai
tingkatan. Multipara dapat mengatakan bahwa kehaminal ini tidak seperti
biasanya. Pada kehamilan lanjut gerakan janin dapat menimbulkan nyeri.

Uterus tampak seolah-olah melapisi bagian bawah massa kehamilan. Bagian-bagian


kecil atau kepala janin kadang kala dapat dipalpasi melalui fornik dan teridentifikasi
dengan jelas berada di luar uterus.
Uji laboratorium. Anemia transien yang tak dapat dijelaskan penyebabkan pada
awal kehamilan dapat menyertai awal suatu rupture tuba atau abortus. Peningkatan
nilai alfafetoprotein serum yang tidak dapat dijelaskan mengisyaratkan
kemungkinan adanya kehamilan abdominal.

Stimulasi oksitosin.

Sonograf

Dengan ultrasonografik pada kehamilan abdominal sering tidak dapat didiagnosis.


Akhan melaporkan kriteria ultrasonografi berikut ini yang bersifat sugestif terhadap
kehamilan abdominal:

1. Visualisasi janin yang terpisah dari uterus


2. Kegagalan memvisualisasi diding uterus di antara janin dan kandung kemih
3. Bagian-bagian janin amat berdekatan dengan dinding abdomen ibu
4. Posisi (hubungan antara janin dengan uterus) eksentrik atau sikap janin
(hubungn antara bagian-bagian janin dengan bagian janin lainnya) yang
abnormal dan visualisasi jaringan plasenta ekstrauteri.

Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

teknik isi sangat akurat dan spesifik.

Ct Scan

Pengunaannya terbatas karena dapat meradiasi janin.

Terapi

Pembedahan kehamilan abdominal dapat mencetuskan perdarahan yang


berbahaya, dan harus disediakan darah segera dalam jumlah yang cukup.

Perdarahan massif yang sering terjadi pada saat embedahan kehamilan abdominal
disebabkan oleh kurangnya konstriksi pembuluh darah yang mengalami hipertrofi
dan terbuka setelah pelepasan plasenta.

Penatalaksanaan plasenta

Karena pengangkatan plasenta selalu membawa risiko perdarahan pembuluh darah


yang memperdarahi plasenta harus diligasi sebelum plasenta diangkat.

Jika plasenta dibiarkan di rongga abdomen plasenta biasanya menyebabkan infeksi,


abses lekatan, obstruksi usus, dan terbukanya kembali jahitan luka.

Emboli arteri

Prognosis Ibu
Angka kematian ibu sangat meningkat disbanding dengan kehamilan normal.
Manun dengan perencanaan praoperasi yang tepat, kematian ibu telah diturunkan
dari kira-kira 20% menjadi kurang dari 5% dalam 20 tahun terakhir.

Kehamilan ovarium

Kehamilan ektopik yang berimplantasi di ovarium jarang ditemukan. Spiegelberg


merumuskan kriteria untuk mendiagnosis kehamilan ovarium:

1. Tuba di sisi yang terkena harus intak


2. Kantong janin harus menempati posisi ovarium
3. Ovarium harus terhubung dengan uterus oleh ligamentum ovarii
4. Jaring ovarium jelas ditemukan di dinding kantong

Faktor resiko sama dengan kehamilan ektopik di tuba yaitu penggunaan AKDR.

Diagnosis

Temuannya kemungkina menyerupai temuan pada kehamilan tuba atau korpus


luteum yang mengalami perdarahan. Perdarahan serius dipertemukan pada 1/3
kasus. Peningkatan penggunaan ultrasonografi vagina mengakibatkan lebih sering
ditemukan diagnosis kehamilan ovarium yang belum rupture.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kehamilan ovarium adalah bedah. Dapat dilakukan kistektomi atau


bila lesi yang lebih besar, paling sering dilakukan ovariektomi. Metrotreksat juga
dapat digunakan untuk pengobatan kehamilan ovarium yang belum rupture.

Kehamilan serviks

Kehamlan serviks merupakan bentuk kehamilan ektopik yang sangat jarang.


Insidennya meningkat setelah fertilisasi in vitro dan transfer embrio. Menurut
pisarska dan carson, riwayat dilatasi dan kuretase ditemukan pada 70% kasus.

Perdarahan pervaginam yang tidak nyeri terjadi pada 90% kehamilan servikal, dan
1/3 diantaranya mengalami perdarahan massif. mengalami nyeri abdomen
dengan perdarahan.

Kehamilan serviks jarang melampaui 20 minggu, dan biasanya diterminasi secara


bedah karena perdarahan.

Identifikasi kehamilan serviks didasarkan pada tingginya tingkat kecurigaan klinis


yang dipastikan dengan ultrasonografi.temuan ultrasongrafik meliputi uterus yang
kosong dan terisinya kanalis servikalis oleh produk gestasi. Bila masih terdapat
keraguan, MRI sering dapat mengkonfirmasi diagnosis.

Rubin dkk menguraikan kriteria patologis untuk menetapkan diagnosis kehamilan


servik:

1. Kelenjar serviks harus terletak di seberang perlekatan plasenta


2. Perlekatan plasenta ke serviks harus erat
3. Plasenta harus berada di bawah jalan masuk pembuluh darah uterus atau di
bawah lipatan peritoneum pada permukaan anteroposterior uterus
4. Bagian-bagian tubuh janin harus tidak berada di korpis uteri

Penatalaksanaan bedah

Cerclage (pengikatan serviks). Dilakukan oleh Bernstein dkk dan bachus dkk

Kateter foley.

Emboli arteri

Penatalaksanaan medis

Untuk menghindari risiko perdarahan yang tak terkendali, terapi dengan


metotreksat dan obat-obat lain berhasil digunakan. Saat ini, teknik bedah umumnya
hanya digunakan jika kemoterapi gagal atau pada situasi darurat ketika seorang
wanita biasanya tidak terdiagnosis sebelumnya datang dengan perdarahan akut
yang mengancam nyawa.

Anda mungkin juga menyukai