Anda di halaman 1dari 19

CASE

UTERUS BICORNUS & HEPATITIS B

Pembimbing : dr. D. Dian Indahwati., Sp OG

Oleh :
Aisyah Fatinah (0815108)
Fortunata (1015072 )
Nadia Oline Tumiur (0815229)
Yehezkiel P Matasak(1015158 )

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2015

I.

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN OBSTETRI


Tgl masuk

: 31-3-2015

Jam

: 20.20

Reg/RM

: 00.906.225

Dokter

: dr. D, SpOG

Nama Pasien

: Ny. N

Umur

: 27 th

Nama Suami

: Tn. H

Umur

: 31 tahun

Alamat

: Margahayu

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Tinggi Badan

: 164 cm

Berat Badan

: 76 kg

Anamnesis Khusus :
Pasien G2P1A0 mengaku hamil 9 bulan datang dengan rujukan dari dokter SpOG untuk
dilakukan SC atas indikasi bekas SC (uterus bicornu dengan septum vaginalis). Mulas disangkal,
keluar cairan dari jalan lahir disangkal. Lendir (-) darah (-), gerakan janin +. Anak terakhir
berusia 5 tahun dan riwayat penggunaan IUD selama 4tahun. Pasien mengatakan pernah
mengalami sakit kuning beberapa tahun yang lalu. Menyangkal penggunaan jarum suntik
bergantian, maupun berganti-ganti pasangan. RPK : Suami pernah menderita sakit kuning
sebelumnya.
Surat rujukan : Ny. Neni 27 tahun, G2P1A0 dengan bekas SC a/i Uterus Bicornis dengan septum
vaginalis + Bekas SC + Hepatitis B, HPHT 17 juli 2015 dan taksiran partus 24 april 2015
Anamnesis Tambahan :

HPHT

: 17 Juli 2014

TTP

: 24 april 2015

Riwayat menstruasi

: siklus regular 28 hari, lama nya 7 hari, nyeri saat haid (-)

R. PNC

: kontrol ke dokter, teratur

R. KB

: IUD 4 tahun

RPD

: HT, penyakit jantung, asma, DM (-)

RPK

: HT, penyakit jantung, asma, DM (-)

R. operasi

: SC sebelumnya

Alergi

: ()

Kebiasaan

:Merokok (-), alkohol (-)

Perkawina
n

Lama
Kehamilan

Penolon
g

Persalinan

J
K

BBL

Usia

Keadaan

9 bulan

dokter

SC a/I uterus bicornis


dengan sptum vaginalis
+ letak sungsang
Hamil ini

3000

7 thn

sehat

Pemeriksaan Fisik (status interne) :


Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

T: 110/60 mmHg

R: 20 x/menit

N: 93x/menit

S: 36.8C

Kepala

:Conjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Thoraks

: B/P simetris
Pulmo: VBS+/+ka=ki, Rh-/-, Wh-/Cor: BJM, reguler

Abdomen

: cembung gravida, hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba


membesar, ruang traube kosong

Ekstremitas

: oedem -/ -, akral hangat

Pemeriksaan Fisik (Status Obstetrikus)

Pemeriksaan Luar
TFU

: 34 cm

His

: (-)

LP

: 104 cm

BJJ

: 142x/menit, reguler

Letak janin

: u kepala, puki

TBBA

: 3255 gram

Leopold I

: TFU : 34 cm, fundus teraba bagian lunak, bundar, kurang melenting

Leopold II

: Teraba bagian dengan tahanan terbesar di sebelah kiri

Leopold III

: teraba bagian keras bundar dan melenting

Leopold IV

: konvergen, belum masuk PAP

Pemeriksaan dalam

v/v

: t.a.k

Portio

: tipis lunak

Pembukaan

: ostium tertutup

Ketuban

: + utuh

Presentasi

: kepala

Hodge

: sulit dinilai

Pemeriksaan Inspekulo

Vagina : terdapat septum vaginalis

Diagnosis

G2P1A0 gravida aterm+septum vaginalis + uterus bicornus + bekas SC + hepatitis B

Usul Pemeriksaan

Hematologi rutin
BT & CT
Urinalisis rutin
HBsAg

DNA VHB
USG
SGOT, SGPT, Bilirubin

Rencana terapi :

Persalinan perabdominam -> SC


Hepatitis -> lamivudine 1x1 tab 300 mg

Prognosis :

Quo ad vitam
Quo ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam

II.

FOLLOW UP DOKTER
J
T
N
a
D
a
m
d
i

3
1
9

1
1
3
/
0
3
/
/
6
1
0
5
2
0
.
3
0
Pukul 22.00 :
Advis : Observasi TTV dan DJJ
Persiapan rencana SC jam 7
NST
Pemeriksaan lab rutin

Su
hu

His

D
J
J

36,
8

1
3
0

36,5

1
3
2

Hb :
9,1 g/dl, ht : 28,6 %, L : 9,12 3/mm3,
T : 245 103/mm3, E : 4,0 juta/mm3 ,
MCV 72 fL, MCH 23 pg/mL, MCHC 32
g/dL,
Waktu perdarahan : 1,30 menit
Waktu pembekuan 8 menit

R
es
pi
ra
si
2
0

1
1
1
2
/
2
0
0
4
0
0
/
/
1
7
5
0
0
6
.
0
0
Keadaan umum : baik, CM
DJJ : 146 x/menit
His TFU : 34 cm
Persiapan SC pukul 07.00
Pasien dibawa ke OK, dilakukan
anestesi terlebih dahulu,
dilakukan tindakan SCTP.
Lahir bayi perempuan pukul
07.59 dengan BBL 3020 gram,
dan PB 46 cm

K
et

J
a
m

07.10 :
Hasil lab :
Sebelum operasi : keluhan -, BJA +, his +
Sesudah operasi :
cefotaxim 1x2gr IV (OK pukul 08.00),
ketorolac 3x1 IV (saat anestesi dari anes
habis)
Cek Hb besok pagi, hb < 8 g/dL -> tranfusi
Infus RL 1500/24 jam
Observasi TTV

1
/
4
/
1
5
2
0.
0
0

T
D

1
2
0/
8
0

N
a
d
i

8
8

Respirasi

18

Su
hu

Adv dr. Yohanes.,SpAn :


Oksigen RL 2000 cc/24 jam
Diet minum jam 13.00 makan bila mualmuntah
Ketorolac/remopain 4x1 amp IV
Supine 1 bantal jam 19.00
Hb tanggal 1/4/15 pukul 10.00 : Hb 10, 6
g/dL

36,
7

His

D
JJ

K
et

P1A0 post SC + nyeri luka operasi


KU : baik, kesadaran compos mentis, TFU 2 cm di bawah umbilikus
Nyeri luka operasi dirasakan berkurang

2
1
8
20
35,
/
1
4
8
4
0/
/
7
1
0
5
0
6.
0
0
Terpasang infus RL, remopain 3x1 amp IV, cefotaxime 1x2gr, mefenamat 3x1 po
Nyeri luka operasi berkurang, KU : baik, kesadaran compos mentis
TFU 2 jari di bawah umbilikus, kontraksi uterus baik
Intervensi lanjutkan

J
a
m

T
D

N
a
d
i

2
/
4
/
1
5
2
0
.
0

1
1
0/
7
0

8
8

R
es
pi
ra
si
20

Su
hu

His

D
JJ

36,
7

1
3
0

K
et

Advis 2 / 4/ 15 09.00 :
Advis :
Cefotaxime 2 gr
Remopain 3x 1 amp IV

3
1
1
2
36,5

/
1
0
0
4
0/
4
/
6
1
0
5
1
0
.
0
0
Post SC hari ke II
KU : baik, kesadaran CM
TFU : 2 jari di bawah tali pusat
Kontraksi uterus baik
Infus RL, remopain 3x1 amp IV
Obat oral teruskan : lactamor 3x1 po, cefadroxil 3x1 po
Pasien di perbolehkan pulang

FISIOLOGIS UTERUS

1
3
2

Uterus mempunyai peranan vital dalam proses reproduksi. Kelainan uterus, baik
yang bawaan maupun yang diperoleh, dapat menggangu lancarnya kehamilan dan
persalinan .

Kelainan uterus terjadi pada 15 % perempuan dengan > 3 kali abortus spontan.
Di samping kemungkinan kehilangan kehamilan, malformasi uterus juga merupakan
faktor predisposisi infertilitas, persalinan premature, dan presentasi abnormal janin.

Diferensiasi seksual terjadi pada awal kehidupan janin. Sampai dengan usia 6 minggu,
system genitalia perempuan dan laki laki identik tanpa perbedaan. Terdapat dua pasang
duktus genitalia, yaitu dukstus mesofrenik (Wolfan) dan paramesonefrik (Muller). Duktus
Muller berasal dari Mesonefros yang pembentukannya dipicu oleh duktus mesonefrik.

Pada embrio perempuan duktus Wolfi mengalami degenerasi dan membuat


pematangan duktus Muller sehingga duktus Muller berkembang kea rah ekor dan tertutup
pada daerah peritoneal flod yang akan berkembang menjadi ligamentum latum dimana
ligamentum ini merupakan tempat melekat dari ovarium ( mesovarium), tuba falopi
(mesosalping) dan uterus (mesometrium) . Secara embriologis uterus, serviks, dan vagina
dibentk dari keda duktus Muller saling berhubungan dan menyatu disertai pembentukan
septum uterovaginal

Pada umur kehamilan 9 minggu, septum uterovaginal diserap membentuk kanalis


uterovaginal yang nanti akan berkembang menjadi uterus, bagian atas dari vagina,
sedangkan bagian cranial dari kanalis uterovaginal tidak menyatu membentuk tuba
fallopi. Sinus urogenitalis untuk membentuk seluruh traktus reproduksi perempuan.

Kelainan uterus bisa terjadi karena kegagalan elongasi, kanalisasi, atau resorbsi
sekat. Etiologi kelianan ini sampai sekarang masih belum diketahui.

KLASIFIKASI
Menurut America Society for Reproductive Medicine, kelainan duktus Muller
yang paling banyak dialami adalah:

a.

b.

c.

Kelas 1 : agenesis atau hipoplasia duktus Muller


Tidak terbentuk alat reproduksi
Kelas II: Uterus unikornus ( uterus unicornuatus)
Terjadi akibat agenesis dari salah satu duktus Muller
Kelas III: Uterus Didelfis (uterus didelphys)
Terjadi akibat kegagalan fusi lateral uterus dan vagina sehingga terbentuk 2 uterus, 2

serviks, 2 vagina
d. Kelas IV : Uterus Bikornus (uterus bicornuate)
Terjadi karena fusi tidak sempurna kornu setinggi fundus

e. Kelas V: Uterus Septus (Uterus septate)


Yaitu kelainan rahim yang sebagian atau selurh dingdingnya terbelah (seolah olah
mempunyai sekat) menjadi 2 bagian . Terjadi karena adanya septum uterus akibat tidak
ada penyerapan dari septum uterovaginal.
f. Kelas VI : Uterus arcuatus
Terjadi karena resorbsi tidak sempurna dari septum uterovaginal yang masih
meninggalkan tonjolan di kavum uteri pada daerah fundus.

UTERUS BICORNUS

Uterus bikornus adalah kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di
bagian dalamnya dan terbagi dua di bagian luarnya.

Jika hamil, wanita yang memiliki bentuk rahim ini akan mengalami kelainan letak, yaitu
janin sering dalam keadaan melintang atau sungsang.

Namun, wanita yang mempunyai kelainan ini masih mempunyai kesempatan


melahirkan anak, walaupun risiko tinggi untuk mengalami inkompetensia serviks
keadaan leher rahim yang lemah sehingga mudah terbuka, risiko keguguran,dan kelahiran
sebelum waktunya pada trimester kedua. Kegagalan saluran mullerian untuk berdifusi
dengan sempurna.

Miometrium dapat meluas sampai pada internal cervical os

(bicornuate unicolis) atau external cervical os (bicornuate bicollis)

Terdapat dua tipe uterus bikornus:

1. Uterus bicornis unikollis, terjadi pemisahan uterus kanan dan sebelah kiri yang

sangat jelas , namun serviks/leher rahim tetap menjadi satu.

2. Uterus bicornis bikollis, terjadi pemisahan uterus kanan dan kiri, serviks ganda,

dan Uterus bikornus jarang memerlukan tindakan operatif

Metroplasty tersedia bagi wanita yang mengalami aborsi spontan berulang, keguguran
pada trimester kedua, kelahiran premature dan penyebab lainnya. vagina tunggal atau
ganda. Metroplasty transabdominal diketahui dapat meningkatkan kehamilan secara
signifikan pada wanita dengan uterin bicornus yang telah mengalami abortus spontan
berulang atau kelahiran prematur

HEPATITIS B

Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada hati yang penyebab utamanya adalah
Virus Hepatitis B

Prevalensi :

Indonesia 9,4% (RISKESDAS 2007)

Hep.B digolongkan ke dalam famili hepadnaviridae, yaitu kelompok virus yang


mengandung DNA dan menyerang sel-sel hati.

8 penanda serologik -> 4 kelompok :

HBsAg dan Anti-HBs. HBsAg : infeksi VHB akut yang sedang berlangsung. Anti-HBs :
imunitas humoral yang timbul setelah kontak dengan HBsAg, setelah sembuh dari infeksi
VHB atau setelah vaksinasi.

HBcAg dan Anti-HBc. HBcAg: petunjuk replikasi VHB yang aktif. Anti-HBc : adanya
antibodi humoral terhadap HBcAg fase akut atau kronis yg di ikuti kesembuhan. IgM
anti-HBc : bank darah->pemilihan darah yg punya risiko besar menularkan infeksi. IgG
anti-HBc : pernah terinfeksi dan bersifat protektif

HBeAg dan Anti-Hbe. HBeAg : penanda serologik replikasi aktif virus pd penderita
hepatitis B kronik . Anti-Hbe : penderita hepatitis akut-> infeksi akan sembuh spontan

DNA polimerase dan DNA VHB. DNA polimerase: replikasi VHB masih aktif. DNA
VHB : (-) -> Proses penyembuhan berlangsung. Ibu hamil dengan infeksi VHB,
penularan ke bayi yang dikandung/dilahirkan dapat terjadi bila DNA VHB ibu > 3,5pg/ml

Penyebaran :

Darah

Cairan tubuh

Hubungan seksual

Virus Hepatitis B mampu bertahan dalam hitunggan minggu pada lingkungan luar seperti
pada meja, pisau cukur, noda darah. Virus HepB memiliki ukuran yang cukup besar
sehinggan virus tersebut tidak dapat melewati placenta. Sehingga virus terdapat pada ibu
tidak dapat menginvasi janin kecuali terjadi kerusakan pada membran seperti amniosintesis.
Virus Hepatitis B terlibat dalam proses pembentukan hepatosit. Sistim imun teraktivasi untuk

menyerang sel-sel tersebut sehingga menyebabkan peradangan pada sel hepar. Janin dengan
Ibu dengan HBV (+) memiliki kemungkinan tertular sebesar 90%, sedangkan 25% dari bayi
tersebut meninggal dengan gangguan hepar kronik

Penatalaksanaan

Pemberian antiviral (lamivudine, famciclovir) dan imunomodulator (prednison, thymosin,


levamisole)

Interferon--2a, interferon--2b

Asupan nutrisi yang adekuat

Pencegahan

Immunisasi sejak dini

Hepatitis B dalam kehamilan

Pada penderita hepatitis B, kehamilan tidak akan memperberat infeksi

virus hepatitis, akan tetapi jika terjadi infeksi akut pada kehamilan, terutama trimester ke
III (akhir) kehamilan, maka dapat mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminan yang
dapat menimbulkan resiko kematian yang tinggi bagi ibu dan bayi.

Adapun ibu yang menderita hepatitis B kronis tetap bisa mengandung


calon bayinya. Namun yang terpenting ialah titer virus hepatitis B yang terkontrol.
Penularan virus dari ibu ke bayi memang dapat terjadi. Biasanya penularan terjadi
melalui plasenta, kontaminasi dengan darah dan kotoran ibu ketika persalinan, maupun
kontak langsung ibu dengan bayi setelah melahirkan. Untuk itu kesadaran dalam
memeriksakan kandungan kepada dokter dan ilmu yang cukup sangatlah penting bagi ibu

hamil dengan penyakit ini.


Pengaruh Hepatitis Virus Pada Kehamilandan Janin

Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II

maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak hamil.
Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala
yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.

Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-

gejala yang lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant.
Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu
yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidakhamil. Pada trimester III, adanya
defisiensi faktor lipo tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu
hamil sangat menentukan prognose.

Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis

virus pada kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk
khususnya defisiensi protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk
pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejalagejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis
virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara
perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis
virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan
dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan
penurunan

aktivitasfibrinolitik,

sehingga

pada

kehamilan

mudah

terjadi

DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC


tidak berperan dalam meningkatkanberatnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi
sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC
mempunyai arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in
utero maupun segera setelah lahir. Penularan virusini pada janin, dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu :

Melewati placenta

Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan

Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya

Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi

hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode
neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembusplacenta, ialah virus
type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir.
Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal
akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan
pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahanperubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai
terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak
terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu
ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu
ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu
dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada
kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus
padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir,
namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus
tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang
jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

Dilaporkan,bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B,

dengangejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil
yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami
virusB

antigenemia.

Meskipun

hepatitis

virus,

belum

jelas

pengaruhnya

terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiranprematur terjadi


pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak
akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya
unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami
hemolitik jaundice. (3).Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada
waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan

kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitisvirus pada Ibu hamil
dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari
kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang
menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in
utero, maka keadaan ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan
berikutnya.]

Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung
lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic
hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada
hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan
post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap
diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan
pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.

Pencegahan

Skrining ibu hamil, skrining HBsAG pada ibu hamil dilakukan terutama pada daerah di
mana terdapat prevalensi tinggi. Hasil skrining sangat menentukan tindakan selanjutnya

bagi ibu seperti pemberian obat antiviral oleh dokter bila dipandang perlu.
Imunisasi, ternyata penularan hepatitis B dari ibu ke bayi sebagian besar dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi. Pemberian vaksinasi HB pada bayi diberikan pada hari ke
0, umur 1, dan 6 bulan.

Persalinan dan pemberian ASI

Penentuan jenis persalinan akan ditentukan oleh dokter. Pada ibu dengan

titer virus rendah, dapat melahirkan normal dengan syarat persalinan jangan dibiarkan
lama yaitu lebih dari 16 jam. Jika persalinan berlangsung lebih dari waktu tersebut maka
harus segera dilakukan seksio sesarea. Sama halnya pada ibu dengan titer yang tinggi
( lebih dari 3,5 pg/mol), lebih baik persalinan dilakukan dengan operasi.

Pemberian ASI dianggap aman karena berbagai penelitian telah


membuktikan bahwa penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh
lebih tinggi dibandingkan penularan melalui darah maupun luka.

Anda mungkin juga menyukai