Anda di halaman 1dari 73

TUMOR JINAK PADA VULVA

VAGINA DAN UTERUS


Hudaya Taufiq
1813020029
Anatomi Organ Genitalia Feminina
Tumor

Berdasarkan sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas :


1. Tumor yang bersifat jinak (tumor jinak)
2. Tumor yang bersifat ganas (tumor ganas).

Tumor jinak
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai
kapsul. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan
sekitarnya dan tidak bermetastasis. Tumor jinak pada
umumnya disembuhkan dengan sempurna.
TUMOR JINAK VULVA
Tumor Kistik Vulva
Kista Bartholini

Gambaran umum :
1. Merupakan kista berukuran relatif besar yang paling
sering dijumpai.
2. Terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium majus
dan muara duktus sekretorius dari kelenjar ini berada
tepat di depan himen pada posisi jam 4 dan 8
3. Usia pasca menopause risiko tinggi keganasan
Etiologi :
- Parut setelah infeksi terutama Neisseria Gonoroe
terkadang Streptokok atau Stapilokok.
- Trauma  sumbatan pada saluran eksresi kelenjar
Gejala klinis :
- Tidak menimbulkan gejala (dari palpasi)
- Bila ada infeksi akut dan penyumbatan  Nyeri
sentuh dan Dispareunia.
Tahap Supuratif : Kemerahan, Tegang, Nyeri.
Tahap Eksudatif : Abses, Nyeri berkurang.
Patofisiologi

Infeksi/inflamasi non spesifik/trauma  obstruksi ostium


dari duktus kelenjar bartholini  distensi kelenjar/duktus
oleh cairan  terbentuk kista.

Abses bartholini dihasilkan oleh infeksi primer pada


kelnjar atau kista yang terinfeksi. Pasien biasanya datang
dengan keluhan, nyeri vulva yang progressif. Umumnya
melibatkan lebih dari lebih dari satu jenis
organisme/polimikrobial.
Terapi

• Terapi utama terhadap kista Bartholini adalah insisi


dinding kista dan drainase cairan kista atau abses 
prosedur marsupialisasi
• Pengosongan dan drainase eksudat abses dapat pula
dilakukan dengan memasang kateter Ward.
• Berikan juga antibiotika untuk mikro-organisme sesuai
hasil kultur/apus.
Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai tengah kista dan daerah luar cincin hymen.
Lebar insisi sekitar 1,5 – 3 cm, tergantung besarnya kista kemudian kavitas segera
dikeringkan. Kemudian dilakukan penjahitan pada bekas irisan.
Kista Pilosebasea/Epidermal Inclusion Cyst
 Kista yang paling sering ditemukan di vulva.
 Berasal dari lapisan epidermal biasanya dilapisi oleh
epitel skuamosa dan berisi material seperti minyak atau
lemak dan epitel yang terlepas dari dinding dalam kista
Etiologi
Oklusi oleh infeksi/akumulasi material sebum pada saluran
duktus sekretorius kelenjar minyak (blockage of sebaceous
duct)
Gambaran Klinik
• Berdiameter kecil, soliter dan asimtomatik
• Kista pilosebasea tidak membesar dan asimtomatik
kecuali apabila dianggap mengganggu estetika atau
mengalami infeksi sekunder maka periu dilakukan
eksisi dan terapi antibiotika
Terapi
Walaupun dapat berjumlah lebih dari satu, kista
pilosebasea tidak banyak menimbulkan keluhan
kecuali apabila terjadi infeksi sehingga menimbulkan
rasa nyeri lokal dan memerlukan tindakan insisi dan
drainase
Hidradenoma Papilaris

Gambaran umum :
 Kulit area Mons pubis dan labia Minora banyak kelenjar
keringat; berfungsi normal stlh pubertas
 Sebagian besar berupa kista soliter dg diameter < 1 cm.
 Serupa yang terjadi pada daerah aksila dan akan semakin
bermasalah jika disertai dengan iritasi lokal yang kronis.
Etiologi :
 Penyebab utama infeksi kelenjar apokrin  streptokok
atau stafilokok
Gambaran Klinik
• Berupa kista-kista kecil (micvocyst) yang disertai rasa gatal dan
hal ini dikenal sebagai penyakit Fox-Fordyce.
• Inf berulang  abses dan sinus-sinus eksudatif dibawah kulit 
Hidradenitis supurativa  memburuk  detruksi jaringan,
eksudasi, dan Limfadema
• Tahap akhir  Bintik-bintik penonjolan halus papilomatosa pada
kulit vulva  menyerupai infeksi difus kelenjar sebasea
Terapi

- Infeksi ringan + pustulasi : Beri pil Kontrasepsi


hormonal (<< sekresi apokrin)
- Pil KB Hormonal  Menurunkan pruritus pd fox
fordyce syndrome
- Eksisi  Pada hidrodenoma soliter dan keluhan utama
pruritus vulva.
- Debridement pada gangguan bersifat supuratif dan
ekstensif  menghentikan proses dektruksi terhadap
jaringan normal epidermal vulva.
Hidrokel Kanalis Nuck

 Penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten (canal


of Nuck)  tumor kistik/hidrokel.
 Bayi dalam kandungan insersio dari Ligamentum
Rotundum pada labia mayora berlanjut ke Lipatan
peritoneum Kanalis di Nuck mengalami obliterasi
 Pada usia dewasa harusnya menghilang  jika masih
ada menjadi tempat akumulasi cairan serosa dan
terbentuk hidrokel  Hidrokel Kanalis Nuck
Gambaran Klinis
• Penonjolan translusen yang memanjang pada 1/3
atas labium mayora dan meluas sampai kanalis
inguinalis
• Kadang cairan bisa dikempiskan dengan menekan
penonjolan kistik.
• Dapat mengempis apabila terbaring, karena kanalis
Nuck dengan kavum peritonium ada hubungannya.
• Untuk menghilangkan kista kanalis Nuck  eksisi
kantung kista
Tumor Padat Vulva

Fibroma

 Paling banyak ditemukan  Proliferasi jaringan


fibroblas pada labium mayus.
Gambaran Klinik :
 Tumor bertangkai dengan diameter kecil  bila
membesar menimbulkan gejala klinis seperti:
1. Nyeri
2. Gangguan senggama
3. Dorongan pada uretra
4. Organ sekitar terdesak
5. Mobilitas terbatas
Gambar Fibroma

Terapi
Eksisi tumor
Polip Fibroepitelial

Gambaran Umum :
Campuran dari jaringan fibrosa dan epitel yang dapat terjadi
di area manapun di vulva terutama yang rentan iritasi.
Gambaran klinik :
 Akrokordon/skin tag
 Tonjolan kulit polipoid, bertekstur lunak dan halus
 Warna kemerah-merahan seperti otot.
Terapi :
Eksisi sederhana/bedah minor menggunakan teknik
kauterisasi unipolar atau bipolar.
Gambar Polip Fibroepitelial
Lipoma
Jarang terjadi; elemen penyusun lipoma sel lemak dan
jaringan fibrosa.
Etiologi :
Tidak diketahui; berhubungan dg trauma  memicu
pelepasan sitokin  diferensiasi dan pematangan pre
adiposit
Gambaran Klinik :
 Dapat dikatakan sama dengan fibroma ukuran kecil &
sedang di daerah vulva
 Lipoma biasanya lunak, fluktuatif, tidak nyeri, diameter 2-20
cm
Terapi
 Eksisi
Gambar Lipoma
Limfangioma Sirkumskriptum

Malformasi mikrositik limfatik berupa pulau-pulau dari sekumpulan


nodul yang berisi cairan limfe menyerupai tonjolan-tonjolan kecil
pada kulit katak.
Gambaran Klinik :
 Pulau-pulau pada vulva dapat berwarna putih jernih-merah
jambu, merah gelap atau coklat hitam
 Mengeras pada daerah tebal yang mengandung keratin tinggi
 Jarang pada kulit vulva, lokasi banyak pada bahu, leher, tungkai ,
mulut dan lidah.
Terapi :
 Eksisi
 Laser  Tidak menimbulkan banyak perdarahan dan tingkat
kekambuhan yang rendah
Gambar Limfangioma
Sirkumskriptum
Angiofibroblastoma
Tonjolan padat pada kulit vulva atau mukosa vagina.
Gambaran klinik :
 Batas tegas dan kenyal
 Dapat berupa tonjolan polipoid di atas kulit
 Permukan tumor dapat ditutupi selaput tipis berwarna merah
mengkilat.
Terapi
Eksisi jaringan (Tidak kambuh 5- 10 tahun)
• Selapis tipis epitel squamosa
dibagian permukaan
• Lapisan atroma dengan area hipo
dan hiperselulr dan pembuluh
darah dengan dinding tipis.
• Tersususn secara ireguler di
seluruh jaringan tumor.
TUMOR JINAK VAGINA

1. KISTIK A. KISTA INKLUSI


B. KISTA GARTNER
/GARTNERS DUCK CYST

2. SOLID A. FIBROMA VAGINA


B. ADENOSIS VAGINA
C. ENDOMETRIOSIS
VAGINA
Tumor Kistik Vagina

Kista Inklusi
Gambaran umum :
• Sering ditemukan pada 1/3 bawah vagina dan
posterior atau lateral.
• Tumor tumbuh dari jaringan epidermal dibawah
lapisan mukosa vagina .
• Etiologi : Penjahitan Robekan / laserasi perineum yang
kurang sempurna komponen kelenjar pada jaringan
epidermal terperangkap menghasilkan cairan dan
membentuk kista.
• Terapi : Eksisi
Gambaran Klinik

Memiliki batas yang tegas dengan


gerakan yang terbatas
Berisi massa berupa cairan musin
yang kental
Permukaan dinding kista dilapisi oleh
epitel skuamosa yang terstratifikasi

Dispareuria
Kista Gartner (Gartner's duct cyst)

Gambaran umum :
1. Berasal dari sisa kanalis Wolfii (Duktus Gartner) yang
berjalan di sepanjang permukaan anterior dan bagian
atas vagina
2. Diameter kista tergantung dari ukuran duktus dan
kapasitas tampung cairan di dalamnya sehingga bisa
dalam ukuran yang relatif kecil (tidak menimbulkan
penonjolan) hingga cukup besar.
Gambaran Klinik

Lokasi utama  bagian anterolateral puncak vagina

Palpasi : kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun dari
epitel kuboid atau kolumner, baik dengan / tanpa silia dan kadang
tersusun dalam beberapa lapisan (stratified). Ruang gerak kista terbatas

Terapi : Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk


mengeluarkan kista dari sisa kanalis Wolfii.
Tumor Padat Vagina

Fibroma Vagina
Gambaran umum :
1. Berasal dari proliferasi fibroblas di jaringan ikat dan
otot polos vagina
2. Ukuran tumor bervariasi mulai dari nodul kecil di
bawah kulit hingga tumor polipoid yang berukuran
besar
3. Tumor berukuran besar seringkali mengalami
degenerasi miksomatosa sehingga konsistensinya
menjadi lebih lunak dan kistik.
Terapi : Eksisi
Gambaran Klinik

Tidak akan menimbulkan keluhan atau gejala klinik


tertentu apabila berdiameter kecil.

Gejala akan timbul dengan semakin besarnya diameter tumor.

Tumor ini hanya menyebabkan indurasi kecil di bawah mukosa


apabila ukurannya kecil dan mungkin menyebabkan dispareunia
bila ukurannya besar
Gambar Vaginal Fibroma
Adenosis Vagina
Gambaran umum :
• Persistensi epitel kelenjar Mullerian di vagina setelah
persalinan
• Berhubungan dengan penggunaan diethylstilbestrol
(DES) selama kehamilan (untuk mencegah aborsi)
•Jenis yang paling umum adalah musinosa, dengan
kelenjar seperti endoserviks & kelenjar
tuboendometrium juga bisa muncul
•Wanita berisiko neoplasia, termasuk clear cell
adenocarsinoma, serta displasia skuamosa
Gambaran Klinik

Berupa area yang mengalami penebalan mukosa dengan


permukaan yang kasar serta ditutupi oleh eksudat mukus
dari epitel kelenjar yang melapisi permukaan tumor ini.
Mukosa vagina menunjukkan bintik-bintik granular merah
atau bercak.

Bila tidak mencapai ukuran yang besar, lesi ini tidak menimbulkan
gejala atau gangguan fungsi organ genitalia
Terapi

• Eksisi dengan teknik bedah konvensional


• Bila batas lesi tidak jelas, dapat dilakukan teknik eksisi
secara ablatif karena dikhawatirkan terjadi komplikasi
terhadap organ sekitar (kandung kemih dan rektum)
Endometriosis Vagina

Gambaran umum :
1. Lokasi yang paling sering adalah forniks posterior (cul-
desac)
2. Bermanifestasi sebagai nodul sub-epitel atau lesi yang
selalu mengalami perdarahan ireguler
3. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memeriksa
spesimen biopsi dari tempat lesi
4. Pengobatannya adalah sama dengan endometriosis di
rongga pelvik
TUMOR JINAK ENDOMETRIUM

Polip Endometrial
 Pertumbuhan jaringan kecil yang sangat lambat dalam
dinding rahim berbentuk bulat/oval yang berwarna merah.
 Sering dijumpai pada usia 12-81 tahun, tertinggi 30-59
tahun.
Gambaran umum
 Penonjolan langsung dari lapisan endometrium atau tumor
bertangkai dengan pembesaran dibagian ujungnya.
 Pertumbuhan aktif stroma dan kelenjar endometrium
secara fokal  sering di fundus /korpus utetri.
 Tidak menimbulkan gejala spesifik
Gambaran Klinis

• Perdarahan diluar siklus menstrulasi


• Sering ditemukan tidak sengaja dari hasil pemeriksaan
histeroskopi, ultrasonografi, dan kuretase atas dugaan
hiperplasia endometrium
• Bila tangkai panjang  ujung polip keluar ostium serviks.
• Warna lebih merah dan konsistensi lebih kenyal dari pada
polip servix.
• Ujung polip yang keluar dari ostium servix  mengalami
perdarahan, nekrotik dan peradangan.
• Histopatologi : Sebagian besar hiperplasia kistik dan hanya
sedikit yang menunjukan Hiperplasia adenomatosa.
Terapi
Bila ujung polip keluar ostium servix, dapat dilakukan
2 cara :
• Menjepit  Putar / torsi hingga terputus
• Ikatan laso longgar  dorong hingga mencapai
dasar  Diikat hingga tangkai terputus.
• Tidak bertangkai  Kuretase/evakuasi Histereskopi.
TUMOR JINAK MYOMETRIUM

Mioma Uteri

Gambaran umum :
1. Merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos
rahim dan jaringan fibrosa
2. Nama lain : fibromioma uteri, leiomyoma uteri atau
uterine fibroid.
Etiologi
Belum diketahui  banyak ditemukan pada usia reproduktif 
stimulasi hormon estrogen.
Faktor Resiko
1. Umur
Pada kelompok umur 40-49 tahun, jarang < 20 th dan
belum pernah ditemukan sebelum menarche.
2. Parietas
Resiko mioma uteri meningkat pada wanita nullipara.
3. Faktor Ras dan Genetik
Insidensnya 3 - 9 kali ras kulit berwarna > ras kulit
putih.
Jenis Mioma Uteri

1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat dibawah Endometrium. Biasanya menyebabkan
perdarahan banyak. Sering mempunyai tangkai yang panjang
sehingga menonjol melalui servix atau vagina  Mioma Geburt.
2. Mioma Interstinal atau Intramural
Terletak pada Miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat
menimbulkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Subserosa atau Subperitoneal
Terletak dibawah lapisan tunika serosa dapat menyebabkan
perdarahan intra abdominal. bila tumbuh kedalam ligamentum
latum : Mioma intra ligamenter
Perubahan Sekunder

• DEGENERASI ATROFI pada menopause.


• DEGENERASI HYALIN
• DEGENERASI KISTIK
• DEGENERASI CALSEROSA(membatu),
• DEGENERASI MERAH,
• DEGENERASI LEMAK,
• DEGENERASI GANAS
Gambaran Makroskopis Mioma Uteri
Patofisiologi

Teori Stimulasi
Esterogen sebagai faktor etiologi :
- Mioma uteri sering tumbuh cepat pada masa hamil
- Neoplasma tidak pernah ditemukan sebelum menarche.
- Mioma uteri mengalami atrofi sesudah menopause
- Hiperplasia sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri.
Teori Cellnest / Genitoblas
• Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel imatur
yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya
dirangsang terus menerus oleh esterogen
Pengaruh reseptor esterogen yang lebih dari normal
dan mediator lainnya esterogen growth factor, Insulin
Growt Factor I (IGF-I), Connexin -48 Gap function
protein dan Marker Proliferasi dan adanya Mutasi dari
Sel-sel Miometrium  Pembentukan Tumor
Manifestasi Klinis
• Perdarahan uterus yang abnormal
Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri.
Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
• Nyeri panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang
disebabkan oleh karena degenerasi akibat oklusi vaskuler,
infeksi, torsi dari mioma bertangkai maupun akibat kontraksi
miometrium subserosum.
• Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan
terhadap organ sekitar.
• Disfungsi reproduksi
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri:
• Gangguan transportasi gamet dan embrio
• Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
• Perubahan aliran vaskuler
• Perubahan histologi endometrium
Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis  Gejala Klinis


2. Pemeriksaan Fisik  Teraba Massa di abdomen
bawah
3. Pemeriksaan Penunjang USG
Mioma dan Kehamilan

Pengaruh Mioma thp Kehamilan Pengaruh Kehamilan thp Mioma


– INFERTILITAS – CEPAT MEMBESAR : pengaruh
– ABORTUS estrogen
– PARTUS PREMATURUS – DEGENERASI MERAH.
– IUGR – TORSI : pada MIOMA UTERI
– KELAINAN LETAK JANIN. SUBSEROSUM bertangkai
– INERSIA UTERI DAN DISTOSIA
( pd persalinan)
– ATONIA UTERI
Penatalaksanaan

Terapi Konservatif
Mioma uteri bisa dikelola secara konservatif dengan observasi
secara berkala. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk menentukan
ukuran dan konsistensi uterus.
Terapi Hormonal
Terapi medik secara hormonal dengan preparat progestasional
(norethindrone, medrogestone, dan medroksiprogesteron asetat)
untuk mencapai efek hipoestrogen sehingga terjadi penurunan
ukuran tumor.
Operatif
Miomektomi
 dipertimbangkan jika ingin mempertahankan uterus oleh
karena ingin mempertahankan fungsi reproduksi.
 Indikasi miomektomi adalah mioma subserosa bertangkai,
mioma submukosa, bila penderita masih ingin
mempertahankan fertilitas dan masih ingin
mempertahankan uterus.
Histerektomi
 bila sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi lagi
 prosedur pilihan untuk suatu mioma yang tampaknya
terdapat keganasan (misalnya pembesaran yang cepat
Adenomiosis / Endometriosis Internal
 Invasi jinak endometrium pada lapisan miometrium.
 Lebih sering dialami pada usia 40 tahunan.
Gambaran Umum :
Terjadi penebalan tidak merata pada dinding endometrium
Gejala Klinis
 Menoragia
Menstruasi banyak dan bertambah lama karena vaksularisasi
bertambah dan otot otot uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik.
 Disminorea sekunder
Sakit saat mens karena kontraksi tidak teratur dari
miometrium.
 Dispareuni
 Uterus makin membesar
Patogenesis

Akibat rusaknya batas antara stratum basalis


endometrium dengan miometrium sehingga kelenjar
endometrium dapat menembus miometrium  akan
terbentuk kelenjar intramiometrium ectopik yang dapat
menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi miometrium
(difus/lokal).
Mekanisme :
Jaringan otot terbuka saat kontraksi persalinan/waktu
kuretase sehingga terjadi invasi endometrium didalam
otot rahim.
Gambaran Mikroskopik Adenomiosis :
- Pulau-pulau jaringan endometrium di tengah-tengah uterus
(Epitel endometrium menyusup pada membrana basalis
jaringan asal dan kadang mencapai lapisan serosa uterus)
Terapi
Hiterektomi

Anda mungkin juga menyukai