Anda di halaman 1dari 51

TUMOR GENITALIA

I. TUMOR JINAK PADA ALAT GENITALA.

A. TUMOR VULVA

1. Tumor kistik vulva

a. Kista Bartholini

Merupakan kista yang cukup besar yang paling sering dijumpai. Terjadi

akibat radang/infeksi terutama gonorea atau trauma yang kemudian

menyebabkan sumbatan pada kelenjar bartolini. Gejala klinik, apabila kista

tidak disertai infeksi lanjutan atau sekunder, umumnya tidak ditemukan

gejala khusus dan hanya dikenali saat palpasi, dan apabila disertai infeksi

akut disertai penyumbatan, indurasi dan peradangan yaitu nyeri tekan dan

dyspareunia, kista dapat membentuk abses. Terapi utama adalah insisi

dinding kista dan drainase cairan kista, yang disebut prosedur

marsupialisasi. 1

Gambar. Kista Bartolini

1
Gambar. Teknik marsupialisasi
b. Kista Pilosebasea

Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor, labium

minor dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar

sebasea sehingga terjadilah penimbunan sebum pada duktus sekretorius

kelenjar minyak. Kista ini terbentuk dari oklusi duktus pilosebaseus.

Kelenjar ini biasanya diameter kecil, soliter dengan batas yang jelas dan

konsistensi keras, dan asimtomatik. Kista ini tidak banyak mengalami

keluhan kecuali bila terjadi infeksi sehingga menimbulkan nyeri local dan

memerlukan insisi dan drainase. 1

Gambar. Kista Pilosebasea


c. Hidradenoma Papilaris

Kulit di daerah mons pubis dan labia mayora banyak memiliki kelenjar

keringat yang berfungsi sempurna setelah pubertas. Kista ini soliter

diameter < 1 cm. Ketika terjadi penyumbatan pada duktus sekretorius

2
kelenjar keringat dapat menimbuilkan kista-kista kecil (mikrocyst) yang

disertai gatal. Penyebab utama infeksi ini adalah streptokokus atau

stafilokokus, dan apabila terjadi infeksi berulang dan berat dapat

menimbulkan abses dan sinus-sinus eksudatif dibawah kulit (hidradenitis

supuratifa). Terapi untuk lesi ringan yang disertai pustulasi berulang dapat

dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi hormonal karena sekresi

kelenjar apokrin fungsional pada area lesi dapat dikurangi. Eksisi dilakukan

pada hidradenoma soliter dengan keluhan utama pruritis vulva, apabila

terjadi abses dapat dilakukan tindakan debridement. 1

Gambar. Hidradenoma
d. Penyakit Fox-Fordyce

Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan saluran kelenjar

keringat sehingga membentuk banyak kristal kecil dengan diameter 1-3 mm,

multiple, terasa gatal. Kelainan ini dapat juga terjadi di ketiak dan

gelanggang susu. Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan

emosi antara lain rangsang seksual. Terapi pil kontrasepsi hormonal dapat

juga digunakan untuk mengurangi pruritus kronis pada sindroma ini. 1

3
Gambar. Fox Fordyce disease

e. Hidrokel Kanalis Nuck

Merupakan penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten (canal of nuck)

yang dapat menimbulkan tumor kistik atau hidrokel. Dalam fase tumbuh

kembang bayi di dalam kandungan, insersio dari ligamentum rotundum

pada labia mayora, diikuti dengan lipatan peritoneum yang dikenal sebagai

kanalis dari nuck. Kanalis ini akan mengalami obliterasi pada pertumbuhan

selanjutnya. Pada kondisi tertentu, kanalis ini tetap ada hingga usia dewasa

sehingga menjadi tempat akumulasi cairan serosa dan terbentuk hidrokel.

Terapi kista ini dengan melakukan eksisi kantung kista. Kista saluran Nuck

berisi cairan jernih dengan dinding selaput peritoneum. Dengan demikian

kista ini harus dibedakan dengan hernia inguinal dan varikokel yang sering

terdapat pada kehamilan. 1

4
Gambar. Hidrokel Kanalis Nuck

2. Tumor Solid Vulva.

a. Fibroma

Merupakan tumor padat vulva yang paling bayak ditemukan. Merupakan

proliferasi dari jaringan fibroblast labium mayus. Hampir semua fibroma

pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak

dikenali oleh penderita. Pada pertumbuhan lanjut dan pembesaran ukuran

fibroma akan menimbulkan gangguan aktifitas seksual, sehingga gejala

klinis akan bergantung pada diameter tumor. Apabila tumor sudah

membesar akan didapatkan gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada

uretra, gangguan pada saat segama terkait dengan diameter tumor dan organ

sekitar yang terdesak. Terapi dengan eksisi fibroma melalui prosedur

operatif merupakan cara terbaik untuk mengangkat tumor padat vulva. 1

5
Gambar. Fibroma vulva
b. Polip Fibroepitelia

Merupakan tumor jaringan fibrosa dan epitel yang dapat terjadi pada area

manapun pada vulva apabila area tersebut rentan terhadap iritasi. Polip ini

mempunyai struktur polip lunak dan halus, berwarna kemerahan seperti

jaringan otot. Terapi dilakukan dengan bedah minor (eksisi sederhana)

menggunakan kauterisasi unipolar atau bipolar. 1

c. Lipoma

Elemen utama penyususn lipoma adalah sel lemak dan lapisan jaringan

fibrosa. Gambaran klinik hamper sama seperti fibroma dengan ukuran kecil

dan sedang di daerah vulva, berbatas tegas dan dapat digerakan bebas dari

dasarnya. Terapi: eksisi. 1

Gambar. Lipoma

6
d. Limfangioma Sirkumskriptum

Merupakan malformasi mikrositik limfatik, lesi muncul berpulau-pulau dari

sekumpulan nodul atau lepuh kecil yang berisi cairan limfe menyerupai

tonjolan kecil pada kulit katak. Pulau-pulau berwarna putih jernih hingga

merah jambu, merah gelap, coklat dan hitam dan mungkin mengeras.

Terapi: eksisi bertahap pada limfangioma. 1

Gambar. Limfangioma Sirkumskriptum pada labia mayora

e. Angiomiofibroblastoma

Berasal dari jaringan lunak pelvis, biasanya mengenai usia 21-71 tahun

dengan rata-rata 46 tahun. Gambaran klinik berupa tonjolan padat diatas

kulit vulva atau mukosa vagina, berbatas tegas dan kenyal. Gambaran

histopatologis berupa selapis epitel squamosal dibagian permukaan, diikuti

dengan lapisan stroma dengan area hipo dan hiperseluler dan pembuluh

darah dengan berdinding tipis, tersusun ireguler diseluruh jaringan tumor.

Terapi: eksisi. 1

7
Gambar. Angiomiofibroblastoma

a. Mioma Vulvo-Vagina

Merupakan tumor jinak berasal dari otot polos dan jarang ditemukan pada

daerah vulvo vaginal. Mioma paling serring terjadi di myometrium uteri dan

sensitive terhadap hormone reproduksi, sehingga tumor ini lebih sering

terjadi pada usia reproduksi. Gambaran klinis berupa mioma soliter,

berbatas tegas, tanpa rasa nyeri dan mobile. Terapi: enukleasi atau eksisi

mioma. 1

b. Nevus Pigmentosus

Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma maligna

terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak sebagai lesi

berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva berdiameter 1-2 mm.

Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel nevus yang khas dengan inti

biru tua dan terletak di bawah lapisan epitel. Menururt Masson sel nervus

8
berasal dari melanosit dalam epidermis atau dari sel Schwan dari serabut

saraf yang menuju kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak

meluas sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik. 1

Gambar. Nevus Pigmentosa

c. Schwannoma

Berasal dari jaringan saraf yang biasanya soliter, tidak nyeri, tumbuh

lambat, infiltrative tetapi jinak. Ukuran tumor ini berkisar 1-4 cm. 1

B. TUMOR VAGINA

1. Tumor Kistik

a. Kista Inklusi

Merupakan tumor jinak yang paling serring ditemui pada vagina. Lokasi

umumnya 1/3 bagian bawah dan posterior atau lateral. Tumor ini tumbuh

dari jaringan epidermal yang berada dibawah lapisan mukosa vagina.

9
Merupakan tumor yang berbatas tegas dengan gerakan terbatas dan berisi

masa berupa cairan musin kental. Terapi: eksisi. 1

b. Kista Garner

Berasal dari sisa kanalis wolfii yang berjalan sepanjang permukaan anterior

dan bagian atas vagina. Lokasi utama di anterolateral puncak vagina. Pada

perabaan kista bersifat kistik, dilapisi dinding translusen tipis yang tersusun

epitel kuboid atau kolumner. Terapi: insisi dinding anterolateral vagina dan

eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis wolfii. 1

Gambar. Kista Gartner


2. Tumor Solid.

a. Fibroma Vagina

Berasal dari proliferasi fibroblast di jaringan ikat dan otot polos vagina.

Tumor ini tidak menimbulkan keluhan apabila berdiameter kecil. Tumor ini

hanya menyebabkan dyspareunia apabila ukuranya besar. 1

10
Gambar. Fibroma vagina
b. Adenosis Vagina

Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak

vagina, terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak yang

mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan

berbintik. Ini disebabkan karena pemberian hormone estrogen sintesis lain,

diberikan pada ibu penderita waktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini

dapat menjadi adenocarcinoma. Terapi: eksisi dengan teknik bedah

konvensional. 1

Gambar. Vaginal adenosis, terdapat area multiple glanular berwarna merah

c. Endometriosis Vagina

11
Sering dikelirukan dengan adenosis vagina karena tersebar secara difus di

vagina. Lokasi tersering di forniks posterior. Diagnosis pasti dengan

specimen biopsy dari tempat lesi. 1

Gambar. Endometriosis Vagina

C. TUMOR SERVIKS

A. Tumor Kistik

a. Kista Nabothi (Kista Retansi)

Epitel kelenjar endoserrviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang rentan

terhadap infeksi. Gangguan lanjut dari infeksi atau proses restukturisasi

endoserviks menyebabkan metaplasia squamosal maka muara kelenjar

endoseerviks akan menutup. Penutupan muara duktus menyebabkan secret

tertahan dan berkembang menjadi kantong kista. Gambaran kista ini terlihat

penonjolan kistik di area endoserviks dengan batas tegas dan berwarna lebih

12
muda dari jaringan sekitarnya karena cairan musin. Terapi: tidak ada terapi

khusus. 1

Gambar. Kista Nabothi

B. Tumor Solid

a. Polip Serviks

Merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks

dengan variasi eksternal atau region vaginal serviks. Polip ini bervariasi,

dari tunggal hingga multiple, berwarna merah terang, rapuh dan strukturnya

menyerupai spons. Gambaran histopatolosis polip sama dengan jaringan

asalnya. Tidak jarang ujung polip mengalami nekrotik atau ulserrasi

sehingga dapat menimbulkan pendarahan pasca segama. Terapi: karena

polip ini bertangkai dan dasarnya mudah dilihat sehingga dapat dilakukan

ekstirpasi. 1

13
Gambar. Polip Serviks

b. Mioma Serviks

Karena otot polos di serviks jarang, sehingga tumor ini jarang terjadi.

Biasanya tumor ini bersifat soliter namun dapat tumbuh hingga ukuran besar

sehingga dapat memenuhi rongga pelvik dan menekan kandung kemih,

rectum dan ureter. Terapi: apabila pertumbuhanya berlangsung cepat, dapat

dilakukan pengangkatan. 1

C. TUMOR ENDOMETRIUM

1. Tumor Padat/Solid

a. Polip Endometrium

Sering dijumpai. Seringkali berupa penonjolan langsung dari lapisan

endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran di

bagian ujungnya. Pendarahan nonspesifik diluar siklus sering menjadi

gejala utamanya. Memiliki konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna

lebih merah dari pada polip serviks. Terapi: apabila tidak bertangkai,

14
dapat dilakukan kuretase atau evakuasi dengan bantuan histerokopi.

Apabila bertangkai dapat dijepit kemudian dilakukan putaran pada tangkai

hingga terputus. 1

Gambar. Ilustrasi polip endometrial

2. Tumor Padat Myometrium

a. Mioma Uteri

Merupakan tumor jinak yang struktur utamanya otot polos rahim.

Penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Seringkali gejalanya

asimtomatik. Namun bisa bervariasi seperti metroragia, nyeri, menoragia

hingga infertilitas. Klasifikasi berdasarkan lokasinya: mioma submukosa,

yang menepati bagian bawah endometrium dan menonjol ke kavum uteri;

mioma intramural, yang berkembang diantara myometrium; mioma

subserosum, mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa uterus dan dapat

bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai. Gambaran klinik dapat terjadi

pendarahan abnormal uterus, nyeri dan efek penekanan. Terapi:

miomektomi atau histerektomi. 1

15
Gambar. Mioma Uteri

b. Adenomiosis

Merupakan lesi pada lapisan myometrium yang ditandai dengan invasi

jinak endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian dalam

dinding uterus atau kavum uteri. Gejala utama adalah menoragia dan

disminore yang semakin lama semakin berat terutama pada perempuan

usia 40 tahunan. Disminore bersifat kolik akibat kontraksi yang kuat dan

pembengkakan intramural oleh timbunan darah didalam pulau-pulau

jaringan endometrium. Terapi: histerektomi. 1

Gambar. Uterus yang membesar karena adenomyosis

16
D. TUMOR JARINGAN OVARIUM

1. Tumor Kistik

a. Kista Folikel

Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi dan kemudian cairan

interafolikel tidak diabsorbsi kembali. Kista ini tidak menimbulkan gejala

yang spesifik. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan

menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi atau pemendekan

siklus). Penemuan kista ini biasanya melalui pemeriksaan USG

transvaginal. Terapi: sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60

hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur

siklus dan atresia kista folikel. Dapat juga dilakukan pungsi langsung

dinding kista dengan laparoskopi. 1

Gambar. Ilustrasi kista folikel


b. Kista Korpus Luteum

Terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau pendarahan yang

mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista: 1

17
 Kista Granulosa: merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium.

Reabsorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista

korpus luteum. Kista ini dapat menyebabkan nyeri local dan tegang

dinding perut disertai amenore atau mens terlambat.

 Kista Teka: kista ini tidak pernah menjadi besar. Umunnya bilateral

dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista ini sering dijumpai

bersamaan dengan mola hidatidosa, korio karsinoma dll. Kista ini

tidak diperlukan tindakan bedah dan dapat menghilang spontan setelah

evakuasi mola.

c. Ovarium Polikistik (stein-Leventhal Syndrom)

Ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium kedua ovarium, amenore

sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Diagnosis didasari dnegan

anamnesis dan pemfis. Riwayat menarke dan haid yang normal kemudian

berubah menjadi episode amenore yang semakin lama. Pemeriksaan yang

dapat diandalakan adalah USG dan laparoskopi. FSH biasnya normal, LH

tinggi, rasio LH > FSH > 2. E tinggi/normal. Prolactin normal atau tinggi.

Terapi: klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5 – 7 hari per siklus. 1

18
Gambar. Ilustrasi polykistik ovarium, dimana pada gambar menunjukan ovarium yang
normal dan abnormal

E. TUMOR EPITEL OVARIUM

1. TUMOR KISTIK OVARIUM

a. Kistadenoma Ovarii Serosum

Mencangkup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak ovarium. 12-50%

terjadi pada kedua ovarium. Ukuran kista antara 5-15 cm dan lebih kecil

dari rata-rata kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih

kekuningan. Sering ditemukan pada usia 20-30 tahun. Seperti kebanyakan

tumor epitel, kista ini tidak memiliki gejala yang khas. Terapi: eksisi dengan

eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan abdomen, dan sebaiknya

dilakukan pemeriksaan PA. 1

Gambar. Kistadenoma serosum

19
b. Kistadenoma Ovarii Musionum

Mencangkup sekitar 16-30% dari total tumor jinak ovarium. Tumor ini

bilateral pada 5-7% kasus. Tumor ini merupakan tumor ukuran terbesar dari

tumor dalam tubuh manusia. Tumor ini asimtomatik dan sebagian besar

pasien hanya merasakan penambahan berat badan atau rasa penuh di perut.

Cairan musin dapat mengalir ke kavum pelvik atau abdomen melalui stroma

ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal dan hal ini

dikenal sebagai pseudomiksoma peritonii. Terapi: laparotomy.1

Gambar. Kistadenoma Ovarii Musinosum

c. Kista Dermoid

Merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal

dari sel germinativum. Kista ini jarang mencapai ukuran besar, kista ini

memiliki dinding berwarna putih dan relative tebal berisi cairan kental dan

berminyak karena dinding tumor menganndung banyak kelenjar sebasea dan

20
derivate ectodermal. Rasa penuh dan berat di perut terjadi bila ukuran kista

cukup besar. Terapi: laparotomy dan kistektomi. 1

Gambar. Kista Dermoid

2. Tumor Padat Ovarium

a. Fibroma

Tumor ini dikenal terkait dengan sindroma Meig’s. Mekanisme sindroma ini

belum diketahui secara pasti. Tidak seperti namanya, tumor ini tidak

sepenuhnya berasal dari jaringan ikat karena terdapat unsur germinal,

tekoma dan transformasi kearah ganas seperti tumor. Konsistensi tumor

adalah kenyal, padat dengan permukaan yang halus dan rata. Dapat disertai

asites dan hidrotoraks yang merupakan paket sindrom Meig’s dan tanpa

kedua gejala tersebut maka tumor ini disebut fibroma ovarii. Terapi: hamper

semua tumor ini diindikasikan untuk diangkat. Pada sindrom Meig’s

21
pengangkatan tumor ini akan diikuti dengan menghilangnya hidrotoraks dan

asites. 1

Gambar. Fibroma ovarium disertai hemoragik


b. Tumor Brenner

Tumor Brenner jarang ditemukan dan umunnya ditemukan pada perempuan

usia lanjut (50 tahun). Tumor ini sering disalah diagnosis dengan tumor

fibroma. Greene et al berpendapat bahwa jaringan asal tumor ini adalah

epitel permukaan, rete dan stroma ovarium. Terapi: eksisi. 1

Gambar. Tumor Branner. Tampak gambaran tumor yang padat, kekuningan

22
c. Tumor Sel Stroma1

 Tumor Sel Granulosa

Dikaitan dengan adanya produksi hormone estrogen dan dapat

menyebabkan pubertas prekok pada gadis muda dan menyebabkan

hyperplasia adenomatosa dan pendarahan pervaginam pada perempuan

pasca menopous. Histopatologis: sel dengan inti berlekuk seperti biji

kopi, disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler, makrofolikuler,

trabekuler, insuler atau padat.

 Tumor Sel Teka

Tumor ini juga memproduksi estrogen. Tumor ini mengandung sebaran

sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada badan tumor saat

dilakukan diseksi.

 Tumor Sel Sertoli dan Sel Leyding

Umumnya terjadi pada usia 20-27 tahun. Sebagian besar tumor tumbuh

secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik akan dijumpai sel

sertoli dan sel leyding.

d. Tumor Endometroid

Tumor ini sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro uterine dan

rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uterus, tuba, rectum,

sigmoid dan kandung kemih) dll. Bentuk paling sering ditemukan adalah

penonjolan berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan bagian

23
belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk melepaskan

ovarium dari perlekatanya akan disertai keluarnya jaringan kecoklatan

seperti karat. Terapi: dapat dilakukan ooforektomi tergantung usia dan

fertilitas pasien. 1

Gambar. Tumor Endometroid

F. TUMOR TUBA UTERINA

1. Tumor Kistik

a. Kista Morgagni

Lokasi tersering dari tumor ini adalah pada atau dekat fimbria. Kista ini

berdinding tipis, transparan dan berisi cairan jernih. Ukuran rata-rata 1 cm

dan dindingnya tersusun dari jenis yang sama dengan tuba. Tumor ini sering

ditemukan saat melakukan operasi atau laparoskopi. 1

24
Gambar. Kista Morgagni

II. TUMOR GANAS ALAT GENITAL

A. KANKER VULVA

Kanker vulva biasanya terjadi pada wanita yang tua namun juga ditemukan pada

wanita premenopaus. Kanker ini biasanya jarang, dan hanya sekitar 5% yang

mengalami keganasan. Gejala klinis dari kanker ini adalah pruritus dan iritasi.

Sekitar 90% dari tumor vulva merupakan carcinoma sel squamous. Meskipun

jarang, namun tumor melanoma, basal cell carcinoma, glandula bartolini dll juga

dapat ditemukan. 2 3

 Etiologi

Etiologi kanker vulva hamper sama dengan kanker serviks yaitu akibat: 2 3

25
 HPV: terdapat hubungan yang erat antara kanker vulva dengan HPV.

Contohnya, pada 6 wanita yang positif mengidap penyakit HPV serrotipe

16 menunjukan resiko yang tinggi terjadinya kanker vulva. Wanita yang

merokok juga memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang

tidak merokok.

 Immunosuppression: Imunumosupresi kronis juga berhubungan secara

tidak lansung terjadinya kanker vulva. Pada wanita yang mengidap HIV,

kanker ini akan meningkat.

 Lichen Sclerosus: Terdapat hubungan koleratif positif antara keduanya.

Lichen sclerosus mungkin adalah lesi prekursor untuk invasif kanker

vulva skuamosa.

Gambar. Lichen Sclerosus

 Vulvar Intraepithelial Neoplasia

 Patofisiologi

26
Berdasarkan etiologi dan histopatologi, karsinoma squamous sel pada vulva

dibagi menjadi 2. Pertama yaitu ditandai dengan non-keratinisasi dan biasanya

mengenai wanita muda. Pada kanker ini, ditemukan infeksi HR-HPV (High

Risk-HPV). Sedangkan kedua biasanya mengenai wania yang sudah tua,

disertai keratinisasi squamous cell carcinoma dan tidak ditemukan HR-HPV. 2

Rute penyebaran kanker ini dapat langsung ke jaringan sekitaranya (vagina,

rectum, uretra). Melalui saluran getah bening ke kelenjar getah bening

inguinalis superficialis, femoralis, iliaka. Bila memalui pembuluh darah akan

menyebar ke organ yang jauh. 2 3

27
 Gejala dan tanda

Keluhan umum yang timbul adalah pruritus, timbul benjolan di vulva, rasa

nyeri, pendarahan, dysuria, keputihan atau ada ulkus. Diagnosis dipastikan

dengan biopsy pada lesi yang mencurigakan, termaksut ulkus, benjolan, area

kulit yang berhiperpigmentasi. 2 3

 Stadium klinis

Stadium klinis ditentukan berdasaarkan FIGO (International Federation of

Gynecology and Obstetrics) yang diadopsi berdasarkan klasifikasi TNM: 2

Tabel. Klasifikasi FIGO


Stage 0
Tis Carcinoma in situ, intraepithelial carcinoma
Stage I
T1 N0 M0 Tumor confined to the vulva and/or perineum, 2 cm or less in greatest dimension (no
nodal metastasis)
Stage IA Lesions 2 cm or less in size confined to the vulva or perineum and with
stromal invasion no greater than 1.0 mma (no nodal metastasis)
Stage IB Lesions 2 cm or less in size confined to the vulva or perineum and with
stromal invasion greater than 1.0 mm (no nodal metastasis)
Stage II

28
T2 N0 M0 Tumor confined to the vulva and/or perineum, more than 2 cm in greatest dimension
(no nodal metastasis)
Stage III
T3 N0 M0 Tumor any size with
T1 N1 M0 (1) Adjacent spread to the lower urethra and/or the vagina or the anus, and/or
T2 N1 M0 (2) Unilateral regional lymph node metastasis
Stage IVA
T1 N2 M0 Tumor invades any of the following: upper urethra, bladder, mucosa, rectal mucosa,
pelvic bone, and/or bilateral regional node metastasis
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4 Any N
M0
Stage IVB
Any T Any Any distant metastasis including pelvic lymph nodes
N M1

 Pengobatan

Pengobatan adalah dengan pembedahan dan radioterapi pasca bedah bila

termaksut prognosis yang buruk. Bila masa tumor besar untuk pembedahan

dan batas sayatan bebas tumor, maka perlu diberikan kemoradiasi prabedah

dan dilanjutkan untuk mengangkat residu tumor. Stadium 1 dapat dilakukan

eksisi luas sekitar lesi. Stadium 2 dan 3 dilakukan vulvektomi radikal dan

limfadektomi inguinal bilateral. 2

Gambar. Kanker vulva yang mengalami invasive, dimana pada gambar tampak mengenai
labia mirora bilateral, orifisium uretra, anterior lower vagima dan klitoris

29
2. Melanoma

Merupakan kanker vulva kedua yang tersering muncul di vulva. Biasanya

mengenai pada usia tua 50-80 tahun. Kanker ini biasanya muncul di labia

minora, mayora atau klitoris. 2 3 Untuk klasifikasinya berdasarkan klasifikasi

FIGO:

Gambar. Melanoma

30
3. Adenokarsinoma Kelenjar Bartolini

Adenokarsinoma kelenjar bartolini hanya 1 % dari keganasan vulva dan

biasanya didtemukan pada wanita pertengahan 60 tahun. 2

4. Penyakit Paget Valvular

Merupakan intraepitel neoplasia yang berlokasi di labia mayora, perineal dan

area klitoris. Penyakit ini memiliki progresivitas yang lambat. Lesi dapat

diobati dengan eksisi. 2 3

Gambar. Paget’s disease vulva dimana dikarakteristikan dengan warna kemerahan

B. KANKER VAGINA

Karsinoma vagina primer jarang terjadi, hanya sekitar 1-2 % dari semua

keganasan ginekologi. Gambaran histologi yang paling sering dari karsinoma

vaginal adalah carcinoma squamous sel kemudian adenocarsinoma

1. Karsinoma Squamous Sel

Sekitar 70-80 % dari karsinoma vagina. Insiden terjadi 0,42 per 100.000 pada

wanita berkulit putih dan 0,93 per 100.000 pada wanita berkulit hitam. Factor

31
resiko dari kanker ini adanya infeksi HPV, melakukan hubungan seksual pada

umur yang muda dan merokok. Pendarahan pervaginam banyak dihubungkan

dengan kanker vagina, begitu juga dengan nyeri pelvis dan vaginal discharge.

Kadang-kadang dapat disertai disuri, hematuria atau urgensi. 2 4 5 6 7 8

Superficially invasive squamous cell carcinoma Invasive, well-differentiated squamous


of the vagina with overlying squamous cell cell carcinoma of the vagina (x4). C.
carcinoma in situ (x10). Invasive, well-differentiated squamous
cell carcinoma of the vagina (x10).

Invasive tumor is composed of irregular nests of malignant squamous cells with keratin pearls
and intercellular bridges.

32
Gambar. Karsinoma vagina yang berlokasi di bagian atas vagina

Klasifikasi kanker vagina berdasarkan FIGO:2

33
Pengobatan berdasarkan stadium, pada stadium 1 dapat dilakukan operasi dan

radioterapi menurut National Cancer Data Base menunjukan bahwa wanita

yang diobati dengan operasi memiliki kemampuan hidup 5 tahun cukup baik

dibandingkan dnegan yang melakukan radiasi (90 % vs. 63%). Stadium II

dapat diobati dengan operasi atau radiasi berdasarkan klinisi. Stadium III dan

IV menggunakan radiasi ataupun kombinasi radiasi dengan brachyterapi.

Dapat juga dilakukan kemoterapi dengan menggunakan cisplatin. 2 4 5 6 7

2. Adenocarsinoma

Adenocarcinoma primer vagina jarang terjadi. Ketika hal tersebut terjadi,

kemungkinan berasal dari adenosis. Adenocarsinoma sering bermetastasis ke

genitalia. Metastasis biasanya timbul di endometrium maupun cerviks atau

ovarium. Adenocarsinoma dapat juga bermetastasis ke payudara, pancreas,

ginjal dan kolon. Pengobatanya sama seperti squamous sel karsinoma meliputi

operasi, radiasi maupun kombinasi keduanya. Kanker ini lebih agresif

dibandingkan squamous sel karsinoma. 2 4 5 6 7

34
3. Clear Cell Adenocarsinoma

Pada tahun 1971, kanker ini dihubungkan dengan DES (Acquired Uterine

Defects). Rata-rata kanker ini didiagnosis pada usia 19 tahun di USA.

Sedangkan di Belanda kanker ini dapat ditemukan pada usia 27 dan 71 tahun.

Pengobatanya sama seperti kanker squamose. 2 4 5 6 7

Gambar. Clear cell adenocarsinoma dari vagina yang dihubungkan dengan


terpaparnya DES

Gambar. Serviks pasien yang mengalami pemaparan dengan DES, terdapat


gambaran cervical hood

4. Embrional Rhabdomiosarcoma (Sarcoma Botryoides)

Merupakan keganasan vagina yang banyak terjadi pada bayi dan anak.

Biasanya ditemukan pada anak perempuan usia < 5 tahun. Pada bayi dan anak

tumor ini biasanya ditemukan di vagina, sedangkan pada wanita reproduktif,

35
biasanya ditemukan di cerviks. Struktur kanker ini dapat menyerupai polip

maupun soliter dengan nodul, kistik atau peduncula. 2 4 5 6 7

Gambar. Sarcoma Botryoides Gambar. Histologi Sarcoma Botryoides

5. Yolk Salk Tumor (Endodermal Sinus Tumor)

Tipe dari tumor germ sel. Tumor ini jarang terjadi di vagina dan biasanya

mengenai anak-anak dengan umur 2 tahun atau lebih muda. Gejala umum

yang terjadi adalah vaginal discharge berupa darah. Pada pemeriksaan

mikroskopik ditemukan pola retikuler dan biasanya ditemukan Schiller-Duval

body seperti gambaran papilla dengan pembuluh darah yang berada di tengah.
24567

Gambar. Schiller-Duval body seperti struktur glomerulus dengan pembuluh darah


ditengahnya yang dikelilingi cell embrional

36
6. Leiomiosarcoma

Sering ditemukan pada wanita dewasa. Pasien biasanya mengeluh adanya

masa divagina yang asimtomatik, namun dapat disertai nyeri vagina, rectum

atau kandung kemih. Dapat juga disertai pendarahan atau discharge vagina

atau rectum, dyspareunia atau kesulitan kencing. Pengobatan dapat dilakukan

reseksi operasi. 2 4 5 6 7

C. KANKER SERVIKS

Merupakan kanker perempuan yang paling banyak menimbulkan kematian

terutama di Negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah HPV yang

merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Factor resiko dihubungkan

dengan infeksi HPV terutama tipe 16, 18, 31 dan 45; factor lain seperti

berhubungan seksual usia muda, hubungan seksual multiparner, penderita HIV

dan perempuan merokok. Awalnya mungkin tidak bergejala, tanda-tanda dini

non spesifik ditandai seperti secret vagina yang agak berlebihan dan kadang

disertai bercak pendarahan pasca segama dan keputihan. Keluhan lain seperti

secret vagina berbau busuk, nyeri pinggul, nyeri pinggang, sering berkemih, BAB

dan BAK nyeri. Pap smear merupakan skrining yang menjadi andalan, yang

direkomendasikan pada saat mulai aktifitas seksual atau setelah menikah. 2 4 5 6 7 9

37
Klasifikasi berdasarkan FIGO2

38
Pengobatan dapat dilakukan dengan penbedahan pada kanker serviks awal hingga

stadium II A, radioterapi dapat diberikan pada semua stadium terutama mulai

stadium II B sampai IV. Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-

kemoterapi adjuvant. 2 4 5 6 7 9

39
D. KANKER ENDOMETRIUM

Merupakan kanker yang paling serring terjadi di dunia barat, menepati urutan ke

empat setelah kanker payudara, kolon dan paru. Diseluruh dunia setiap tahunnya

terdapat 142.000 wanita yang didiagnosis dan 42.000 mengalami kematian karena

kanker ini. Terapi utama pada kanker ini adalah dengan histerektomi dengan

bilateral salpingo-oophorectomy (BSO) dan lymphadenectomy pada hamper

semua perempuan yang menderita. Berikut adalah table factor resiko dari kanker

endometrium. 2 4 5 6 7

Factors Influencing Risk Estimated Relative Riska


Obesity 2–5
Polycystic ovarian syndrome >5
Long-term use of high-dose menopausal estrogens 10–20
Early age of menarche 1.5–2
Late age of natural menopause 2–3
History of infertility 2–3
Nulliparity 3
Menstrual irregularities 1.5
Residency in North America or northern Europe 3–18
Higher level of education or income 1.5–2
White race 2
Older age 2–3
High cumulative doses of tamoxifen 3–7
History of diabetes, hypertension, or gallbladder disease 1.3–3
Long-term use of high-dose combination oral contraceptives 0.3–0.5
Cigarette smoking 0.5
Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan WHO, dan International Society of

Gynecological Pathologists membagi hal tersebut berdasarkan potensial untuk

manjadi keganasan. Klasifikasi dibagi menjadi simple atau kompleks berdasarkan

ada atau tidaknya abnormalitas seperti glanular maupun nuclear.

40
Simple hyperplasia without atypia shows glandular crowding In contrast, complex hyperpasia without atypia shows
and mild architectural complexity pronounced glandular complexity

Simple atypical hyperplasia. Atypia in simple or complex Complex atypical hyperplasia


hyperplasia refers to nuclear atypicality. This is evidenced by
nuclear enlargement, nucleoli, variation in nuclear size and
shape, and atypical mitoses.
 Gejala

Gejala yang paling sering dijumpai adalah pendarahan uterus abnormal yang

berupa metroragia atau pendarahan dan atau keputihan

 Diagnosis

Diagnosis dibuat melalui biopsy endometrium atau kuretase diagnostic.

Apabila hasil biopsy menunjukan negative, perlu dilakukan pemeriksaan

41
ulang sebab biopsy endometrium memiliki false negative rate 5-10%.

Diagnosis pasti dibuat dengan sampel histopatologis. 2

Berikut adalah klasifikasi stadium surgical berdasarkan FIGO: 2

Gambar. Uterus dengan endometrioid adenocarsinoma. Terlihat gambaran tumor mengisi


cavum endometrium dan menginvasi dinding miometrium

E. KANKER UTERUS

Kanker uterus terbagi atas 3 yaitu carcinoma, sarcoma dan carcinocarsinoma.

Kanker sarcoma terbagi menjadi 2 yaitu leiomyosarcoma dan endometrial stromal

tumors. Sedangkan carcinocarsinoma merupakan kanker campuran antara epitel

dan stromal yang dikenal sebagai malignant mixed müllerian tumors (MMMTs).

42
Kanker ini dapat tumbuh dengan cepat, penyebaranya melalui hematogen dan

prognosisnya buruk. Gejala klinis yang dapat ditemukan antara lain pendarahan

pervaginam dan biasanya pasien mengeluh nyeri pada pelvis dan perut. Dapat

ditemukan pembesaran uterus atau prolapse. 2 4 5 6 7

1. Leiomyosarcoma

Sekitar 30-40 % dari sarcoma uterin. Rata-rata usia pada awal 50 tahun dan

hanya 15 % terjadi pada wanita yang lebih muda dari 40 tahun. Gambaran

histopatologis dari kanker ini didapati gambaran mitotic, atipik nuclear

Gambar. Leiomyosarcoma Gambar. Histologi Leiomyosarcoma

2. Endometrial Stromal Tumors

Tumor ini berkisar 10 % dari semua sarcoma uteri. Pasien biasanya

didiagnosis pada usia akhir 40 tahun dan awal 50 tahun.

Gambar. Histologi endometrial stromal sarcoma

43
3. Malignant Mixed Müllerian Tumor (MMMT)

Tumor ini berkisar antara 2 – 3 % dari kanker uterus. Biasanya terjadi antara

usia pertengahan 65 tahun. Tumor ini dapat bersifat sessile atau polipoid,

besar, nekrosis dan terkadang hemoragik. Terkadang mengisi cavum

endometrium dan menginvasi sampai ke myometrium. 2 4 5 6 7

Gambar. Histologi Malignant Mixed Müllerian Tumor (MMMT). Pada kanker ini,
baik kelenjar maupun stroma merupakan keganasan.
4. Adenosarcoma

Merupakan kanker bifasik yang jarang terjadi dan ditandai dengan komponen

epitel yang jinak dan komponen mesenkim sacromatos. Dapat terjadi pada

semua umur. Adenosarcoma dapat tumbuh membentuk masa exopitik

polipoid dan meluas ke cavum uterus. Secara mikroskopik kelenjar akan

terisolasi dengan komponen mesenkim dan terkadang berdilatasi atau tertekan

menjadi celah tipis.

44
G. KANKER OVARIUM

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker alat genital

perempuan. Di USA sekitar 22.220 kasus baru didiagnosis dan sekitar 16.210

kematian terjadi setiap tahun akibat penyakit ini. 2 4 5 6 7

 Factor resiko

Faktor Lingkungan: insiden kanker ini tinggi pada Negara-Negara industry.

Penyakit ini tidak ada hubunganya dengan obesitas, minumam alcohol,

merokok maupun minum kopi.

Factor Reproduksi: makin meningkat siklus haid berovulasi ada hubunganya

dengan meningkatnya resiko timbulnya kanker ovarium. Hal ini dikaitan

dengan pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah berovulasi. Induksi

siklus ovulasi mempergunakan klomifen sulfat meningkatkan resiko 2-3 kali.

Konsisi yang menyebabkan turunya siklus ovulasi seperti penggunaan pil KB

menurunkan resiko samapi 50%, bila pil digunakan 5 tahun atau lebih;

multiparitas dan riwayat pemberian air susu ibu juga menurunkan resiko

kanker ovarium.

Factor genetic: 5-10% penyakit ini karena factor herediter

 Gejala dan tanda

95% pasien tidak merasakan keluhan, keluhan timbul tidak spesifik seperti

perut membesar/ada perasaan tekanan, dyspareunia, penurunan berat badan

meningkat karena asites atau masa.

45
Berikut adalah klasifikasi surgical FIGO untuk kanker ovarium:2

Gambar. Masa kistik ovarium, dimana Gambar. Tumor yang dibuka, dimana terdapat
tuba falopi tertarik hingga ke kapsul dinding yang kistik dan disertai pertumbuhan
ovarium tumor papiler

Secara histologi kanker ovarium terbagi menjadi:

Table World Health Organization Histologic Classification of Ovarian Carcinoma


Serous adenocarcinoma
Mucinous tumors
Adenocarcinoma
Pseudomyxoma peritonei
Endometrioid Tumors
Adenocarcinoma
Malignant mixed müllerian tumor
Clear cell adenocarcinoma
Transitional cell tumors

46
Malignant Brenner tumor
Transitional cell carcinoma
Squamous cell carcinoma
Mixed carcinoma
Undifferentiated carcinoma
Small cell carcinoma

 Pengobatan

Terapi pembedahan termaksut histerektomi, salpingo-ooforektomi,

omentektomi, pemeriksaan asites, bilasan peritoneum , limfadenektomi dapat

dilakukan pada stadium 1A sampai 1B derajat 1 dan 2. Pasien dnegan stadium

1A derajat 1 dan 2 jenis epitel memiliki kesintasan hidup 5 tahun sebesar 95%

dengan kemoterapi. Beberapa klinisi akan memberikan kemoterapi pada

kanker ovarium derajat 1A dan 1B derajat 3, stadium II sampai IV

menggunakan kemoterapi. 2

H. TUMOR TROFOBLAS GESTASIONAL (TTG) 10

TTG adalah sekelompok penyakit yang bersifat ganas dan berkaitan dengan vili

korialis, terutama sel trofoblasnya, yang berasal dari suatu kehamilan, baik mola

maupun nonmola, tetapi yang terbanyak didahului oleh MHK. WHO Scientific

Group mengklasifikasikan sebagai berikut: 1. Invasive mola, 2. Choriocarsinoma,

3. Placental Site Trophoblastic Tumor. 10

 Factor resiko10

 Kehamilan sebelumnya: Menurut WHO Scientific Group, kehamilan

nonmola dan MH mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi TTG

47
walaupun pada MH angkanya lebih tinggi. Pada MHK berulang juga

memiliki resiko mendapat keganasan lebih tinggi dari yang hanya

mendapat mola 1 kali.

 Umur: wanita pasca MH yang berumur lebih dari 35 tahun terutama diatas

40 tahun cenderung mengalami transformasi keganasan yang lebih tinggi,

sehingga pada penderita MH yang berumur 35 tahun atau lebih dengan

jumlah anak cukup dianjurkan untuk histerektomi atau pemberian

sitostastika.

 Gambaran klinis saat menderita MH10

Pengalaman menunjukan bahwa penderita MH dengan uterus diatas 20

minggu, kadar β-hCG diatas 105 mIU/ml dan disertai kista lutein bilateral,

kemungkinan untuk mendapat keganasan. Namun sekarang factor yang

pertama lebih berperan, dimana semakin besar uterus, semakin besarr jumlah

sel trofoblas maka akan makin tinggi kadar β-hCG nya, sehingga akan

menyebabkan hiperstimulasi ovarium, sehingga terjadi kista lutein bilateral.

 Stadium

Berdasarkan jauh penyebaran, TTG terbagi dalam 4 stadium: 10

 Stadium 1: masa tumor masih terbatas didalam uterus

 Stadium 2: masa tumor sudah keluar dari uterus, tetapi terbatas dalam

struktur genitalia, yaitu vulva, vagina, adneksa dan ligamentum latum

48
 Stadium 3: masa tumor sudah sampai ke paru-paru, dengan atau tanpa

adanya masa tumor di alat genital

 Stadium 4: masa tumor sudah mencapai organ-organ lain seperti hepar,

usus dan otak

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirahardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirahardjo; 2005.

2. Schorge JO, Cunningham FG, Bradshaw KD. Williams Gynecologic 20th

Edition. Philadelphia: Mc Graw-Hill; 2008.

3. Author. Valvular Cancer. American Cancer Society. http://www.cancer.org.

Accessed February 7, 2014.

4. Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E.

Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Lippincott Williams &

Wilkins; 2008.

5. Curtis, Michele G. Overholt, Shelley. Hopkins, Michael P. Glass' Office

Gynecology, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

6. DeCherney, Alan. Lauren N. Goodwin TM. Current Diagnosis & Treatment

Obstetrics & Gynecology. 10th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc;

2007.

7. Katz, FL. Lentz, GM. Lobo RA. Katz: Comprehensive Gynecology. 5th

Edition. Elsevier; 2007.

8. Ramesh. Anjana, A. Kusum, N. Overview of Benign and Malignant Tumours

of Female Genital Tract. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3

(01), pp. 140-149; 2013.

9. Casey, PM. Long, ME. Marnach, ML. Abnormal Cervical Appearance: What

to Do, When to Worry?. Mayo Clinic Proc. Feb; 86(2): 147–151; 2011.

50
10. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas

Gestasional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2005.

51

Anda mungkin juga menyukai