LIMFOGRANULOMA VENEREUM
Disusun Oleh:
Valentine Hursepuny
2015-84-049
Pembimbing:
dr. Hanny Tanasal, Sp.KK
endemik seperti Afrika Timur dan Barat, India, Asia Tenggara, Amerika selatan dan
Amerika Tengah, dan sebagian kepulauan Caribia; sekitar 7-19% penyakit ulkus
dan stadium penyakit. Terdapat tiga stadium klinis dari LGV. LGV dapat muncul
dengan gejala yang bervariasi mulai dari akut sampai kronik. Penyakit ini ditandai
dengan adenitis inguinal supuratif, bubo inguinal dengan ulserasi sekunder dan gejala
lainnya.1,2,3
Tujuan pembuatan referat ini agar dapat memahami apa itu limfogranuloma
venereum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
2.2. Sinonim
2.3. Epidemiologi
LGV ditemukan di daerah endemik (iklim tropis dan subtropis) seperti Afrika
Timur dan Barat, India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Amerika Tengah, dan
Sejak tahun 2003, terjadi wabah LGV pada laki-laki yang berhubungan sex
dengan laki-laki (men who have sex with men [MSM]) di Eropa dan Amerika Utara.
Kasus tersering didapatkan pada wisatawan, pelaut dan tentara. Antara April 2003
sampai Juni 2012, lebih dari 2.000 kasus LGV dikonfirmasi di Inggris. Tujuh puluh
tujuh persen kasus didapatkan di London, Brighton dan Manchester. Sejak tahun
2007 sampai 2011, 146 kasus LGV dilaporkan di Barselona. Didapatkan pertama kali
kasus infeksi C. trachomatis pada wanita di Finlandia, Republik Cheko dan Perancis.
3
Peneliti dalam sebuah studi kasus melaporkan seorang wanita dengan LGV bubo
Peningkatan insidens pada usia 15-40 tahun, daerah perkotaan dan individu
langsung dengan sekret yang terinfeksi, biasanya melalui semua hubungan seks tanpa
kondom, baik melalui oral, vaginal atau anal. Frekuensi infeksi setelah paparan tidak
diketahui. LGV mungkin tidak menular seperti gonorrhea. Lesi primer kulit ulseratif,
urethritis, servisitis, proktokolitos dan ulserasi kronis merupakan bentuk yang paling
merupakan tempat paling umum dari infeksi akut pada perempuan. Serviks dapat
kongenital, tetapi infeksi dapat diperoleh oleh bayi selama proses kelahiran melalui
2.4. Etiologi
LGV disebabkan oleh satu dari 3 serovar Chlamydia trachomatis: L1, L2 dan
L3. Strain C. trachomatis lainnya dapat diisolasi dari jaringan yang diambil dari
pasien yang memiliki gejala genitoanorektal LGV. Sebagian besar wabah disebabkan
bentuk morfologi yang berbeda: (1) sebagian kecil metabolik inaktif dan menginfeksi,
4
(2) sebagian besar metabolik aktif dan badan retikular non infeksius. C. trachomatis
telah dibagi menjadi beberapa serovar yang berbeda terutama pada bagian luar
membran protein, dan berhubungan dengan penyakit yang berat. Serovar A, B dan C
menyebabkan infeksi trachoma pada mata, sedangkan serovar D-K yang bertanggung
jawab untuk infeksi pada urogenital. Berbeda dengan serovar A-K, serovar L lebih
invasif dan memiliki afinitas yang tinggi untuk makrofag. Setelah diinokulasi ke
2.5. Patogenesis
sebagian besar menyerang jaringan limfatik. Berbeda dengan serovar A-K, yang
melalui kulit yang lecet atau melalui sel epitel membran mukosa. Serovar L1-L3
sebagai penyebab LGV. Serovar L2 lebih lanjut terbagi menjadi L2, L2’, L2a atau
antara dua bentuk : elementary body (EB) yang infeksius dan bentuk replikasi non-
infeksius, reticulate body (RB). Proses infeksi EB pada sel host adalah yang paling
trifosfat (ATP) yang ada di dalam sel untuk bereplikasi. Di dalam sel, EB berubah
5
bentuk menjadi RB yang membentuk badan inklusi yang terdiri > 100 RB. Dalam 48
jam RB berubah menjadi bentuk yang infeksius untuk dilepaskan ke dalam sel.1,2
sebagai reseptor sel host untuk major outer membrane protein (MOMP). Serovar
LGV mengikat sel-sel epitel melalui reseptor heparin sulfat dan kemudian melalui
sistem limfatik untuk memperbanyak diri dalam fagosit mononuklear pada kelenjar
getah bening regional.1,6 Limfangitis ditandai dengan proliferasi sel endotel pada
pembuluh limfe dan saluran limfe pada limfonodus. Limfonodus pada tempat infeksi
primer cepat membesar, terjadi nekrosis. Daerah nekrosis dikelilingi oleh sel endotel,
inflamasi terus berlangsung, abses menyatu dan pecah membentuk fistel atau saluran
sinus.2
6
2.6. Manifestasi Klinis
dan stadium penyakit. Terdapat 3 stadium klinis dari LGV. Lesi kutaneus non-
STADIUM PRIMER. Setelah infeksi 3-30 hari, 5-8 mm papul eritematous yang
tidak nyeri atau ulkus herpetiform tampak pada tempat inokulasi. Ulkus yang nyeri
dan urethritis non-spesifik jarang terjadi. Pada pria, lesi biasanya ditemukan pada
sulkus coronal, preputium atau glans penis; pada wanita, lesi ditemukan di dinding
posterior vagina, vulva atau terkadang dapat ditemukan lesi pada cervix. Inokulasi
dapat ditemukan di rectum atau pharynx. Lesi primer sering sembuh dalam beberapa
hari.1,6
7
STADIUM SEKUNDER. Beberapa minggu setelah stadium primer, melibatkan
kelenjar getah bening dan terjadinya diseminasi hematogen, gejala dan tanda
bervariasi. Fotosensitivitas didapatkan pada 35% kasus, 1-2 bulan setelah formasi
malaise, penurunan nafsu makan, muntah, myalgia dan atralgia. Penyebaran secara
meningitis aseptik dan penyakit mata. Sindrom faringeal yang menyerang mulut dan
keterlibatan limfonodus inguinalis dan/ atau femoralis dan biasanya ditemukan pada
pria. Awalnya, kulit pada daerah kelenjar getah bening yang terlibat didapatkan
eritema dan indurasi. Setelah >1-2 minggu, pembesaran kelenjar yang berdekatan
membentuk massa (bubo) yang nyeri dan tidak dapat digerakkan, mudah ruptur dan
perlu dilakukan drainase. Bersifat bilateral pada satu sampai tiga kasus. Pembesaran
kelenjar pada kedua sisi ligamentum inguinalis, “groove sign” merupakan tanda
patognomonik dari LGV, didapatkan pada 10-20% kasus dan jarang ditemukan
8
Gambar 2. Sindrom Inguinal LGV pada superfisial, erosi preputium, limfangitis dorsal penis bubo
inguinal kanan2
LGV Stadium 3) . Pada stadium ini sering ditemukan pada wanita yang tidak diobati,
termasuk striktur rektal dan abses, sinus perineal, fistula rektovaginal dan limforoid.
Pada pria, elefantiasis terdapat di penis dan skrotum, sedangkan pada wanita di labia
dan klitoris disebut estiomen. Estiomen jarang sebagai infeksi primer genitalia
eksternal.1,6,9
Gambar 3. Elefantiasis dari labia dan klitoris pada wanita dengan limfogranuloma venereum
(estiomen)2
9
Sindroma anorektal (ArS) dapat terjadi pada pria homoseksual, yang
melakukan senggama secara genito-anal. Pada wanita dapat terjadi dengan dua cara:
1) jika senggama dilakukan dengan cara genito-anal, 2) jika afek primer terdapat pada
vagina 2/3 bagian atas atau serviks, sehingga terjadi penjalaran ke kelenjar perirectal
yang terletak antara uterus dan rektum. Proses berikutnya hampir sama dengan
gejala keluarnya darah dan pus pada waktu defekasi kemudian terbentuk fistel.9
10
2.7. Diagnosis
Diagnosis LGV mungkin sulit dilakukan, tetapi LGV harus dicurigai pada
pasien dengan kontak seksual, ulkus genital, fistel perianal atau bubo. Ketepatan
menegakkan diagnosis dan biasanya dibagi menjadi dua kategori: (1) tes non-spesifik
tidak membedakan antara LGV dan (2) serovar non-LGV dan tes LGV spesifik. Hasil
tes yang positif pada aspirasi kelenjar getah bening dapat dipertimbangkan diagnosis
LGV, perbedaan hasil tes positif lesi primer pada genital selanjutnya dilakukan tes
fixation (CF) positif, 3) isolasi Chlamidya LGV dari jaringan atau sekret yang
terinfeksi pada tikus, embrio telur atau kultur jaringan, 4) identifikasi Chlamydia
secara histologi pada jaringan yang terinfeksi, atau 5) demonstrasi Chlamydia oleh
pemeriksaan PCR atau NAATs pada sekret atau jaringan yang terinfeksi.1,2,6
menunjukkan uji serologi anti-MOMP IgA yang paling berguna untuk infeksi
anorektal LGV. Tes ini memiliki sensitivitas 75,5% dan spesifisitas 74,3% MSM
asimptomatis, dan sensitivitas 85,7 dan spesifisitas 84,2% MSM yang simptomatis.6
11
Tes Frei
Melakukan tes Frei dengan menggunakan antigen Frei. Frei memperolehnya
dari pus penderita LGV, pada abses yang belum pecah, kemudian dilarutkan dalam
garam faal dan dilakukan pasteurisasi. Untuk mendapatkan antigen yang tidak
terkontaminasi oleh bakteri, dapat diperoleh dari otak tikus yang telah ditulari. Cara
melakukannya seperti pada tes tuberculin, yakni 0,1 cc disuntikkan intrakutan pada
bagian anterior lengan bawah dan dibaca setelah 48 jam. Jika terdapat infiltrat
diameter 0,5 cm atau lebih berarti positif. Tes tersebut tak khas karena penyakit yang
segolongan juga menunjukkan hasil positif. Kekurangan lainnya ialah tes tersebut
baru memberikan hasil positif setelah 5-8 minggu dan jika positif hanya berarti
Tes ini lebih peka dan lebih cepat daripada tes Frei. Tes ini juga memberi reaksi
silang dengan penyakit yang segolongan. Jika titer 1/16 berarti sedang sakit, tetapi
jika titernya lebih rendah hanya berarti pernah sakit. Variasi dalam titer CF juga dapat
disebabkan oleh perubahan di kedua tes konsentrasi antigen dan prosedur tes. 2,9
Prosedur Diagnostik
Aspirasi bubo untuk dilakukan kultur dan pemeriksaan mikroskopi, dan mungkin
12
yang ireguler dan jaringan granulasi yang rapuh, biasanya membatasi bagian distal
yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Penggunaan NAAT khusus
urethritis, servisitis, salfingitis dan sindrom lainnya yang disebabkan oleh organisme
ini.2
bahan selular. Untuk mendeteksi serovar LGV C. trachomatis, sampel DNA yang
berbeda dapat digunakan: 1) swab lesi anogenital (ulkus dengan dasar eksudat), 2)
swab mukosa anus (jika dicurigai LGV anorektal) atau 3) pembesaran kelenjar getah
bening atau nodus yang berfluktuasi atau aspirasi bubo (curiga LGV inguinal).
Setelah desinfeksi topikal, jarum 21G dimasukkan ke dalam kelenjar getah bening
melalui jaringan sehat yang berdekatan dan pus disedot ke dalam jarum suntik;
volume kecil (0,5 ml) larutan garam dapat disuntikkan dan reaspirasi untuk nodus
yang non-fluktuasi. Swab uretra atau spesimen urin pertama dapat digunakan sebagai
sampel jika ada urethritis dan limfadenopati inguinal dan diduga sebagai LGV.
Spesimen urin biasanya menunjukkan hasil PCR negatif dalam kasus LGV
anorektal.6,11,12
13
2.8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada stadium primer LGV, ulkus pada penyakit chancroid
biasanya besar dan sangat nyeri, dan ulkus pada granuloma inguinale memiliki
jaringan granulasi yang rapuh dan tidak berhubungan dengan limfadenitis. GS akut
14
2.9. Tatalaksana
dan azitromisin dan pertimbangan mengenai pemberian golongan quinolone. Pada ibu
hamil dan menyusui diterapi dengan eritromisin atau azitromisin. Pengobatan LGV
doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 21 hari, sebagai drug of choice untuk LGV.
Rekomendasi ini didasarkan pada laporan khasiat obat dari berbagai kasus, ditambah
Durasi pemberian selama 3 minggu diperlukan karena infeksi LGV lebih invasif dan
lebih sulit dibandingkan memberantas infeksi genital yang biasanya membaik dalam
satu minggu pengobatan. Eritromisin sebagai terapi alternatif yang digunakan selama
melalui kulit yang intak, atau insisi dan drainase) juga dapat mencegah
15
bukti klinis kurang mendukung penggunaan rutin azitromisin (1 g per minggu selama
21 hari). Moksifloksasin (400 mg per hari selama 10 hari) telah dilaporkan sebagai
Tindakan operasi untuk sindroma inguinal akut terbatas pada aspirasi kelenjar
getah bening yang berfluktuasi dan dapat dilakukan insisi dan drainase abses. Operasi
bedah plastik pada vulva, penis dan skrotum mungkin diperlukan pada estiomen dan
16
elephantiasis genital. Prosedur ini tidak dilakukan tanpa pengobatan antibiotik.
2.10. Prognosis
Antibiotik jika diberikan lebih awal sebagai kuratif, pada ArS akut berespon
lebih baik dibanding sindroma genital akut.1 Dengan diagnosis awal secara akurat dan
pemberian terapi antibiotik, prognosis baik, tetapi reinfeksi dan kekambuhan dapat
terjadi.6
2.11. Pencegahan
Pencegahan LGV di daerah non endemik didasarkan pada identifikasi dan
dugaan kasus kontak seksual. Perlu diberikan antibiotik profilaksis jika terkena
Pengendalian LGV di daerah endemik merupakan masalah yang cukup serius. Pasien
harus mendapatkan informasi tentang penggunaan kondom dan praktek seksual yang
17
BAB III
KESIMPULAN
oleh serovar L1, L2, L3 Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri obligat
intraseluler.
body dan reticulate body. EB sebagai bentuk yang infeksius menyerang sel epitel
kolumner melalui endositosis dan menghambat fusi lisosom. Serovar LGV mengikat
sel-sel epitel melalui reseptor heparin sulfat dan kemudian melalui sistem limfatik
untuk memperbanyak diri dalam fagosit mononuklear pada kelenjar getah bening
dan stadium penyakit. Peningkatan insidens pada usia 15-40 tahun, daerah perkotaan
dan individu dengan sosio-ekonomi rendah. Laki-laki enam kali lebih banyak
oleh kontak langsung dengan sekret yang terinfeksi, biasanya melalui semua
hubungan seks tanpa kondom, baik melalui oral, vaginal atau anal.
Diagnosis LGV mungkin sulit dilakukan, tetapi LGV harus dicurigai pada
pasien dengan kontak seksual, ulkus genital, fistel perianal atau bubo. Ketepatan
menegakkan diagnosis. Diagnosis banding pada stadium primer LGV, ulkus pada
penyakit chancroid biasanya besar dan sangat nyeri, dan ulkus pada granuloma
18
inguinale memiliki jaringan granulasi yang rapuh dan tidak berhubungan dengan
100 mg 2 x sehari selama 21 hari (3 minggu). Dengan diagnosis awal secara akurat
dan pemberian terapi antibiotik, prognosis baik. Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian informasi tentang penggunaan kondom dan praktek seksual yang aman.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ishak RS, Ghosn SH. Chapter 203 Lymphogranuloma venereum. In: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill Inc; 2012.
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ disease of the skin clinical
4. Kohl PK, Abeck D. Other veneral infections. In: Burgdorf WHC, Plewig G,
2016;27(14):1354-1355.
20
9. Djuanda A, Hamsah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ketujuh.
12. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmited diseases
2012;86(12):1127-32.
14. Stoner BP, Cohen SE. Lymphogranuloma venereum 2015: clinical presentation,
21