HIPERTENSI
Disusun Oleh:
Claudia A. Kakisina
(2009-83-038)
Pembimbing
dr. H. Haeruddin Pagarra, Sp. A
1
HIPERTENSI
A. DEFINISI
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik atau diastolik
dibawah persentil 90th berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan.(9) Definisi
hipertensi didefinisikan sebagai rata-rata tekanan darah sistolik atau diastolik yang
lebih besar sama dengan persentil 95th minimal pada tiga kali pengukuran. (4)
Seperti halnya pada dewasa, hipertensi pada anak dibedakan atas beberapa
tingkat:(9)
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi pada anak
Tingkat 1 (hipertensi bermakna) ≥ 95 sampai dengan 5 mmHg di atas persentil 99
Tingkat 2 (hipertensi berat) TDS atau TDD > 5mmHg diatas 99 persentil
Krisis hipertensi Rata-rata TDS atau TDD >5mmHg di atas persentil 99
disertai gejala dan tanda klinis
Selain kriteria tersebut, juga terdapat kriteria lain berdasarkan kenaikan tekanan
diastolik normal sesuai dengan usia(1)
Tabel 2. kriteria derajat hipertensi berdasarkan kenaikan tekanan diastolik normal sesuai usia
Usia (tahun)
1-5 6-12
Derajat hipertensi Persentase kenaikan TD Diastolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
diatas batas normal
Ringan 5-15% 75-85 90-100
Sedang 15-30% 85-95 100-110
Berat 30-50% 95-112 110-120
Krisis >50% >112 >120
B. EPIDEMIOLOGI
2
Prevalensi hipertensi pada anak dan dewasa makin meningkat. Beberapa
populasi mengindikasikan kondisi hipertensif pada anak meningkatkan kemungkinan
terjadinya hipertensi pada dewasa. Pada populasi usia 3 hingga 19 tahun, prevalensi
prehipertensi sebanyak 3,4% dan prevalensi hipertensi 3,6%. Pengaruh heritabilitas
terhadap hipertensi pada anak diperkirakan sekitar 50%.(2,8)
Berdasarkan penelitian terbaru, dengan melakukan pengukuran berulang pada
kunjungan berbeda dalam penelitian cohort dari 14.000 anak dan dewasa muda usia 3-
18 tahun, prevalensi hipertensi diperkirakan mencapai 3,6% dan prehipertensi
mencapai 3,4%. Penelitian dengan metode potong lintang dari 7000 siswa sekolah usia
11-17 tahun, prevalensi hipertensi ditemukan pada 3,2% dan prevalensi prehipertensi
sebanyak 15,7%.(4,5)
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi yang paling sering pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah
hipertensi esensial dan penyakit parenkim ginjal. Beberapa penilitian telah
membuktikan bahwa hipertensi esensial tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab
hipertensi pada remaja diikuti oleh penyakit ginjal lainnya.8 Hipertensi pada bayi baru
lahir sering berhubungan dengan kateterisasi arteri umbilicus dan thrombosis arteri
renalis. Pada bayi, penyebab hipertensi diantaranya thrombosis vena atau arteri,
anomaly kongenital ginjal, koartasio aorta dan dysplasia bronkopulmoner.Pada anak
usia 1 sampai 6 tahun, penyebab hipertensi termasuk stenosis arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal. Usia 7 hingga 12 tahun, penyebabnya seperti penyakit parenkim
ginjal, abnormalitas renovaskular, endokrin dan hipertensi esensial.(11) Ringkasan
dapat dilihat pada tabel 3.
Pada anak, lebih sering terjadi hipertensi sekunder bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan
penyakit parenkim ginjal.(9)
3
Patogenesis hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan beberapa
mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui memicu produksi
renin melalui apparatus junkstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I dan
selanjutnya mengaktifkan angiotensin II sehingga menyebabkan hipertensi. Sistem
hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepressor dapat menurun
dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medulla ginjal juga menurun pada
penyakit ginjal. Hipervolemia akibat retensi air dan garam menyebabkan curah jantung
meningkat dan timbul hipertensi.(4)
4
Tekanan darah remaja laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Sinaiko dkk dalam
penelitiannya terhadap murid SLTP di Minnesota, Minneapolis, menemukan secara
signifikan tekanan darah remaja laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan
Riwayat keluarga dan faktor genetik
Remaja yang berasal dari keluarga dengan riwayat hipertensi, mempunyai risiko
yang lebih besar untuk menderita hipertensi dibanding dengan keluarga tanpa riwayat
hipertensi. Jika kedua orangtua hipertensi, maka angka kejadian hipertensi pada
keturunannya meningkat 4 sampai 15 kali dibanding bila kedua orangtua adalah
normotensi. Bila kedua orangtua menderita hipertensi esensial, maka 44,8% anaknya
akan menderita hipertensi. Jika hanya salah satu orangtua hipertensi maka 12,8%
keturunannya akan mengalami hipertensi.
Obesitas
Telah lama diketahui bahwa kejadian hipertensi berhubungan dengan
obesitas. Namun mekanisme yang pasti masih belum jelas.Selective insulin
resistance adalah suatu keadaan apabila seseorang mengalami gangguan
kemampuan insulin dalam metabolisme glukosa, namun efek fisiologis lain
dari insulin masih terjadi seperti retensi sodium, perubahan struktur dan fungsi
vaskular, transpor ion, dan aktivasi sistem saraf simpatis, sehingga akan
mengakibatkan hipertensi.(6)
Konsumsi garam
Konsumsi garam yang tinggi dihubungkan dengan terjadinya hipertensi
esensial, terlihat dari penelitian epidemiologi terhadap tekanan darah orang
yang konsumsi makanannya garam tinggi. Namun demikian oleh karena
kebanyakan dari mereka tidak menderita hipertensi, pasti ada perbedaan
sensitivitas terhadap garam. Suatu respons tekanan darah yang sensitif
terhadap garam/sodium didefenisikan sebagai kenaikan rata-rata tekanan
darah arteri sebesar = 5 mmHg setelah konsumsi tinggi garam selama 2
minggu.(9)
5
E. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.
Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang menderita
hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala,
insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan. Pada keadaan
hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital
dapat timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi
dapat pula bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi
yang mengancam jiwa atau fungsi organ seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark
miokardial, edema paru, atau gagal ginjal akut. Ensefalopati hipertensif ditandai oleh
kejang fokal maupun umum diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma.
Gejala yang tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera
menghilang bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan.(9)
6
F. DIAGNOSIS
1) Anamnesis
Anamnesis dengan baik mungkin membuka informasi penting dari penyebab
hipertensi dan membantu dalam keperluan investigasi. Beberapa informasi
penting yang bisa diperoleh dari anamnesis diantaranya(4,5)
Riwayat hipertensi pada keluarga, penyakit polikistik ginjal
Riwayat diet termasuk kafein, licorice dan konsumsi garam
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan klinis biasanya normal. Indeks massa tubuh harus dihitung
karena obesitas berhubungan dengan hipertensi primer, pertumbuhan yang
buruk mengindikasikan penyakit kronis yang mendasari. Ditemukannya bruit
abdominal mungkin mengindikasikan penyakit renovaskular dan ambiguous
genitalia mungkin berhubungan dengan kelebihan mineralokortikoid.(4)
Tabel 4. Kriteria untuk diagnosis banding antara hipertensi esensial dan hipertensi sekunder (8)
Esensial (primer) Sekunder
Onset Lebih sering pada anak dan remaja Pada usia lebih dini
Tekanan darah Meningkat perlahan Sering meningkat mendadak
Gejala yang berhubungan Tidak ada Tergantung kelainan spesifik
Riwayat keluarga Sering ada untuk hipertensi esensial Jarang
Kelebihan berat badan Sering ada Tidak selalu
Nadi femoral Ada Berkurang atau tidak ada (pada
koartasio aorta
Perbedaan antara hasil pengukuran Tidak ada Ada (koartasio aorta)
tekanan darah pada extremitas atas
dan bawah
Sodium, potassium dan level Normal Meningkat pada beberapa kelainan
kreatinin darah, urinalisis, hormone spesifik.
tiroid
G. PENATALAKSANAAN
7
Terapi dari hipertensi meliputi terapi dari penyakit yang mendasari, faktor
eksaserbasi, komorbiditas dan elevasi tekanan darah. Ketika penyebab sekunder dari
hipertensi telah diketahui, terapi etiologi spesifik harus segera diberikan.(11)
1) Terapi non-farmakologis
Pada anak dengan kondisi prahipertensi atau hipertensi tingkat 1 dianjurkan
terapi berupa perubahan gaya hidup. Terapi ini meliputi pengendalian berat badan,
olahraga yang teratur, diet rendah lemak dan garam, pengurangan kebiasaan
merokok pada anak remaja yang merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol.
Pengurangan berat badan telah terbukti efektif pada anak obese disertai hipertensi.
Pengendalian berat badan tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi juga
menurunkan sensitivitas tekanan darah terhadap garam, menurunkan risiko
kardiovaskular lain seperti dyslipidemia dan tahanan insulin. (9)
Aktivitas fisik yang teratur membantu menurunkan berat badan dan sekaligus
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Aktivitas fisik tersebut minimal
dilakukan selama 30-60 menit per hari. Intervensi diet pada anak dapat berupa
ditingkatkannya diet berupa sayuran segar, buah segar, serat, dan makanan rendah
lemak, serta konsumsi garam yang adekuat hanya 1,2 g/hari (anak 4-8 tahun) dan
1,5 g/ hari untuk anak yang lebih besar membantu dalam manajemen hipertensi.
Pengurangan garam pada anak dan remaja disebutkan dapat mengurangi tekanan
darah sebesar 1 sampai 3 mmHg. Peningkatan masukan kalium, magnesium, asam
folat juga dikaitkan dengan tekanan darah yang rendah.(9)
2) Terapi farmakologis
Indikasi penggunaan anti hipertensi pada anak dan remaja adalah jika
ditemukan keadaan hipertensi yang bergejala, kerusakan organ target (seperti:
hipertrofi ventrikel kiri, retinopati, proteinuria), hipertensi sekunder, hipertensi
tingkat 1 yang tidak berespon dengan perubahan gaya hidup, dan hipertensi tingkat
2. Tujuan terapi adalah mengurangi tekanan darah kurang dari persentil 95. Jika
terdapat kerusakan organ target atau ada penyakit yang mendasari, tujuan terapi
8
adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Dalam memilih terapi farmakologi
harus dipertimbangkan efikasi ketersediaan obat, frekuensi pemberian, efek
samping dan biaya.(3)
Pemilihan obat golongan diuretic dan β-bloker merupakan obat yang dianggap
aman dan efektif untuk diberikan pada anak. Sementara golongan obat lain yang
9
patut dipertimbangkan untuk diberikan pada anak hipertensi bila ada penyakit
penyerta adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE I) pada anak
dengan diabetes mellitus atau terdapat proteinuria, atau penghambat kanal kalsium
pada anak dengan migren. Selain itu pemilihan obat antihipertensi juga tergantung
pada penyakit penyebab, seperti pada glomerulonephritis akut pasca streptokokus
pemberian diuretic merupakan pilihan utama, karena pada penyakit ini
penyebabnya adalah retensi natrium dan air.(7) Untuk langkah pengobatan dapat
dilihat pada gambar 2, sementara untuk dosis dapat diluihat pada tabel 4.
10
terkendali sehingga respons penurunan tekanan darah tidak dapat diprediksi. Dosis
dapat dilihat pada tabel 5.(9)
H. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan satu dari beberapa resiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, cerebrovascular dan ginjal, sistem saraf dan retina.
1) Jantung dan pembuluh darah
Hipertrofi ventrikel kiri yang mana berhubungan dengan penyakit jantung dan
mortalitas pada dewasa merupaka kerusakan organ yang paling banyak
ditemukan pada pasien hipertensi anak dan remaja. Hal ini dikarenakan, baik
proses fisiologi maupun patologis yang meningkat dari meningkatnya tekanan
darah yang progresif akan merubah geometri dari ventrikel kiri sehingga
menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri.(10)
2) Ginjal
Observasi dari hipertensi kontemporer dan penurunan laju filtrasi glomerulus
pada anak menunjukkan bentuk hipertensi sekunder. Dapat juga terjadi
proteinuria (>300mg/hari). Masalah yang lebih kompleks adalah
mikroalbuminemia (30-300 mg/hari). Pada anak dengan penyakit ginjal
kronis menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi dan proteinuria sebagai dua
faktor utama meningkatnya progresivitas terjadinya gagal ginjal kronis.(8,10)
3) Sistem saraf
Penurunan sensitivitas barorefleks terlihat pada anak dengan hipertensi dan
tekanan darah normal-tinggi bila dibandingkan dengan anak dengan tekanan
darah normal. Komplikasi yang mungkin muncul adalah konvulsi dan
kejadian cerebrovascular.(8)
4) Retina
51% dari pasien anak dengan hipertensi diperkirakan terdapat proses patologis
pada retina, hal ini dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi. (8)
11
I. PROGNOSIS
Prognosis dari anak dengan hipertensi sekunder sangat dipengaruhi oleh
penyakit penyebabnya serta respon terhadap terapi. Hipertensi primer selama masa
kanak-kanak mungkin berlanjut hingga remaja. Hipertensi yang berlangsung terus
menerus akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis dengan manifestasi
albuminuria, proses patologis pada retina atau yang disebut hipertensi retinopati, hal
ini sejalan dengan peningkatan penebalan tunika intima dan tunika media pembuluh
darah termasuk pada sirkulasi cerebral yang kemudian menyebabkan stroke. (4,5)
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahrun D.
Hipertensi Sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
dan Pardede SO, penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi ke-
2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2002.h.242-90.
4. Riley M, Bluhm B.
High blood pressure in children and adolescents. Academy of Family
Physician. 2012;p. 693-700.
6. Saing JH.
13
Hipertensi pada Remaja. Sari Pediatri. 2005 Maret:6(4);p. 159-65.
14