Anda di halaman 1dari 3

Hipoalbumin

Sebagian besar sintesis albumin terjadi di hepar. Observasi eksperimental pada pasien yang
mengalami hepatektomi menunjukan penurunan kadar albumin serum secara konstan pada
penyakit hepar yang behubungan dengan destruksi atau pengurangan parenkim hepar. Secara
klinis, penurunan ini berlangsung lambat dan bukanlah cerminan kerusakan hepar akut. Oleh
karena itu, pada pasien dengan hepatitis viral akut, kadar albumin serum mungkin normal
pada fase awal (early stage) dan menurun secara gradual hanya setelah kompensasi parenkim
terjadi. Secara kebalikan, pada penyakit hepar, keterlibatan parenkim minimal atau tidak ada
(pada obstruksi bilier), kadar albumin serum biasanya normal.

Pentingnya integritas sel parenkim hepar pada sintesis albumin serum diilustrasikan oleh
Chey dkk, dimana dilakukan pemberian etanol jangka panjang pada anjing sehinγa timbul
lesi hepatitis yang menyerupai penyakit hepatitis alkholik pada manusia. Salah satu
perubahan biokimia yang menonjol pada penelitian tersebut adalah penurunan progresif pada
albumin serum.

Hiperglobulin

Glubulin terdiri dari α-globulin, β-globulin, dan γ-globulin. α-globulin terdiri dari α-1
antitrypsin, glikoprotein, α-2 lipoprotein, α-2 makroglubulin, haptoglobulin, dan
seruloplasmin yang disintesis di hepar. Beberapa β-globulin, termasuk β-lipoprotein,
transferin, hemopexin, juga disintesis di hepar. Kadar α -1 globulin cenderung rendah pada
penyakit hepatoseluler seperti halnya albumin serum. α-2 dan β-globulin mengandung
lipoprotein yang ditandai dengan peningkatan lesi cholestic hepar. Pada lesi cholestatik,
peningkatan komponen α-2 dan β-globulin berhubungan dengan tinγinya nilai lipid serum
dan nilai yang berguna untuk membedakan lesi obstruksi bilier dan tipe ikterik nonbstruktif
lainnya.

γ-globulin biasanya meningkat pada penyakit hati kronik karena sebagian besar sintesisnya
pada sel di sistem imunoblastik. Penelitian Havens (2001) mengenai kadar protein pada
penyakit hepar menunjukkan bahwa hepar memproduksi sebagian besar proein plasma
termasuk albumin, enzim, faktor koagulasi, lipoprotein, dan glikorotein. γ-globulin
diproduksi di sistem retikuoendotelial. Walaupun elemen retikuloendotelial terdapat di hepar,
bukti ini menunjukkan bahwa peran mereka dalam memproduksi γ-globulin tidak signifikan
dibawah kondisi normal.
Terdapat bukti bahwa γ-globulin pada sel hepatikretikuloendotelial sistem meningkat pada
penyakit hepar tertentu. Bagaimanapun, pola perubahan klasik pada berbagai penyakit hepar
meliputi peningkatan pada γ-globulin atau β-globulin dengan atau tanpa penurunan albumin.
α -1, α-2, dan β-globulin mengalami penurunan ringan pada penyakit hepatitis bersamαn
dengan penurunan albumin. Penurunan α-2 globulin ke kadar yang rendah dapat menjadi
prognostik buruk. γ-globulin kembali ke nilai normal pada fase konvalesens. Gagal
kembalinya γ-globulin ke kadar normal sebaiknya meningkatkan dicurigai terjadi
terlambatnya penyembuhan atau hepatitis kronik aktif.

Sirosis hepatis

Pemnelitian Sunderman dan sunderman (1999) menunjukkan bahwa dari 95 pasien dengan
Laenec’s sirosis dan 18 pasien dengan hepatitis terjadi penurunan kadar rata-rata albumin dan
peningkatan kadar rata-rata γ-globulin yang signifikan, sedangkan kadar α-globulin dan β-
globulin normal. Mereka juga memperlihatkan pola elektoforetik pada jembatan β-γ sirosis
hepatis, seperti kurangnya pemisah antara puncak β-globulin dan γ-globulin. Ini
mengindikasikan bahwa jembatan β-globulin hampir selalu menunjukkan sirosis hepatis.

Penelitian Powell dkk (2004) terhadap 400 pasien yang tak terseleksi dengan sirosis hepatis
yang berasal dari 2 rumah sakit di Australia menunjukkan nilai biokimia abnormal yang
menonjol adalah pola elektroforetik serum pada 78,2% pasien dengan sirosis alkoholik, 86%
pada pasien dengan sirosis kriptogenik, 96,3% dengan hepatitis kronik, dan 56% pasien
dengan hemokromatis. Lebih dari 40% pasien dengan sirosis alkoholik memiliki ikatan
protein abnormal antara β-globulin dan γ-globulin (jembatan β -γ). Kadar imunoglobulin
serum dihitung pada 56 pasien. Peningkatan kadar Iγ terdapat pada 56 pasien. Peningkatan
kadar IgG terjadi pada 50% yang diujikan pada tiap sirosis kecuali hemokromatosis. Dua
belas dari 20 pasien sirosis alkoholik menunjukkan peningkatan IgG dan IgA. Kadar IgM
menurun pada 14 pasien. Freukensi peningkatan kadar IgG, IgA, dan IgM pada pasien
dengan sirosis alkoholik tidak berbeda signifikan dari pasien kelompok lainnya.

Penelitian Murray-Lion dkk melakukan penelitian terhadap perubahan yang terjadi pada 10
protein serum oleh IEP kuantitatif pada 42 pasien dengan sirosis kriptogenik inaktif, sirosis
alkoholilk, dan hepatitis kronik aktif. Kadar α-globulin makroglobulin meningkat signifikan
pada tiap kelompok pasien. Kadar α-2 glikoprotein, seruloplasmin dan transferin meningkat
pada pasien dengan hepatitis kronis aktif sementara seruloplasmin meningkat pada pasien
sirosis alkoholik. Hanya transferin yang menurun signifikan pada sirosis alkoholik dan
haptogobulin pada sirosis hepatis kronik. protein α-1 dan β-1 menunjukkan varian normal
yang tidak signifikan. Peneliti ini mengindikasikan bahwa walaupun terdapat perbedαn pada
pola abnormal, korelasi antara perubahan kadar protein klinis atau pun penilaian biokimia
terhadap keparahan penyakit bukanlah nilai prognostik yang khas.

Anda mungkin juga menyukai