SERUM
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
2.1.1 Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang
dihasilkan oleh hati.Fungsi albumin adalah mengatur tekanan
onkotik, mengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat
sampah dari tubuh.Apabila terdapat gangguan fungsi sintesis sel
hati maka kadar albumin serum akan menurun (hipoalbumin)
terutama apabila terjadi lesi sel hati yang luas dan kronik.
Penyebab lain hipoalbumin diantaranya terdapat kebocoran
albumin di tempat lain seperti ginjal pada kasus gagal ginjal,
usus akibat malabsorbsi protein, dan kebocoran melalui kulit
pada kasus luka bakar yang luas. Hipoalbumin juga dapat
disebabkan intake kurang, peradangan, atau infeksi.
Peningkatan kadar albumin sangat jarang ditemukan kecuali
pada keadaan dehidrasi (Rosida, 2016 :124).
Globulin merupakan unsur dari protein tubuh yang terdiri dari
globulin alpha, beta, dan gama. Globulin berfungsi sebagai
pengangkut beberapa hormon, lipid, logam, dan antibodi. Pada
sirosis, sel hati mengalami kerusakan arsitektur hati,
penimbunan jaringan ikat, dan terdapat nodul pada jaringan hati,
dapat dijumpai rasio albumin : globulin terbalik. Peningkatan
globulin terutama gamadapat disebabkan peningkatan sintesis
antibodi, sedangkan penurunan kadar globulin dapat dijumpai
pada penurunan imunitas tubuh, malnutrisi, malababsorbsi,
penyakit hati, atau penyakit ginjal (Rosida, 2016 :124).
Bagian globulin memiliki tiga (3) kelompok utama yaitu: alfa
globulin yang terdiri dari alfa-1 globulin dan alfa-2 globulin, beta
globulin yang terdiri dari beta-1 globulin dan beta-2 globulin, dan
gamma globulin (Rostini, 2009 : 87).
2. Albumin
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan
vaskular menuju ke jaringan sehingga terjadi odema.
Penyakit/kondisi yang sering menyebabkan hipoalbuminemia
(penurunan albumin dalam darah) adalah:
a. Berkurangnya sintesis albumin: malnutrisi, sindrom
malabsorpsi, radang, penyakit hati menahun, dan
kelainan genetik.
b. Peningkatan akskresi (kehilangan): nefrotik sindrom, luka
bakar yang luas, dan penyakit usus.
c. Katabolisme meningkat: luka bakar yang luas, sirosis
hati, kehamilan, dan gagal jantung .
2.2.3 Patofisiologi
a. Penurunan Kadar
1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk
pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak
tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan
dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi, buruknya absorpsi atau kehilangan besar nutrisi
atau gizi, istilah ini sebenarnya mencakup kelebihan gizi
(overnutrion) yang disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan yang berlebihan atau masuknya nutrien spesifik
secara berlebihan (Winarno, 2012).
2. Sirosis
Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati
yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang
terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini
memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati.
Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara
bertahap kehilangan fungsinya (Winarno, 2012).
b. Peningkatan kadar
1. Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau
air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih
banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi terjadi karena
(Winarno, 2012) :
- kekurangan zat natrium;
- kekurangan air;
- kekurangan natrium dan air.
2.3 Uraian Sampel
Darah (Irianto, 2012 : 143)
Komposisi
Plasma : Air 90 % - 92 %
Protein 7-8 %
a. Albumin 53 %
b. Fibrinogen 4%
c. Globulin 43%
Nutrien : Lemak, glukosa, asam-asam amino
dan vitamin, dan lain-lain.
Garam-garam mineral: NaCl, KCl, fosfat,
sulfat, bikarbonat, dan sebagainya. Zat-zat
sisa/buangan (urea, kreatinin, asamurat,
bilirubin
Hormon, enzim, dan lain-lain(5, 6, dan 7 : +
1%)
Sel-seldarah : Leukosit
Sel-seldarahmerah (Eritrosit)
Trombosit
Kegunaan : Sebagai spesimensampel.
B. Pemeriksaan Albumin
1. Penyiapan serum
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Sentrifuge ± 15 menit, dengan kecepatan 6000 rpm
f. Ambil serum darah
g. Masukkan ke dalam tabung reaksi
2. Pengukuran absorban blanko
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet 10 µL aquadest ke dalam kuvet
c. Tambahkan 1000 µL reagen Albumin
d. Inkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
e. Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm.
3. Pengukuran absorban standar
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet
c. Tambahkan 1000 µL reagen Albumin
d. Inkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
e. Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
4. Pengukuran absorban sampel
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet 10µL serum dalam kuvet
c. Tambahkan 1000 µL reagen Albumin
d. Inkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
e. Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
4.1 Hasil
a. Tabel Pengamatan
Astandar Asampel Hasil Nilai
Klp
P A P A P A normal
1 0,186 0,512 0,128 - 4,129 - Protein
7,2 – 8
2 0,186 0,512 0,168 - 5,419 -
g /dL
3 0,186 0,512 - 0,527 - 5,146 Albumin
3,5 – 5
4 0,186 0,512 - 0,937 - 9,150
g/dL
Keterangan : P : Protein
A : Albumin
b. Perhitungan
1. Kelompok 1
Protein Total
Absorbansi Standar : 0,186
Absorbansi Sampel : 0,128
Konsentrasi Standar : 6 g/dL
Absorban sampel
Albumin = Absorban standar x Konsentrasi standar (g/dL)
0,186
= 0,128 x 6 g/dL
= 4,129 g/dL
2. Kelompok 2
Protein Total
Absorbansi Standar : 0,186
Absorbansi Sampel : 0,128
Konsentrasi Standar : 6 g/dL
Absorban sampel
Albumin = Absorban standar x Konsentrasi standar (g/dL)
0,186
= 0,128 x 6 g/dL
= 5,419 g/dL
3. Albumin
Absorbansi Standar : 0,512
Absorbansi Sampel : 0,527
Konsentrasi Standar : 5 g/dL
Absorban sampel
Albumin = x Konsentrasi standar (g/dL)
Absorban standar
0,527
= 0,512 x 5 g/dL
= 5,146 g/Dl
4. Kelompok 4
Albumin
Absorbansi Standar : 0,512
Absorbansi Sampel : 0,937
Konsentrasi Standar : 5 g/dL
Absorban sampel
Albumin = Absorban standar x Konsentrasi standar (g/dL)
0,937
= 0,512 x 5 g/dL
= 9,150 g/dL
4.2 Pembahasan
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Albumin merupakan
protein dalam plasma manusia yang larut dalam air dan mengendap
dalam pemanasan serta protein yang tertinggi konsentrasinya dalam
plasma darah.
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk menganalisis dan
menginterpretasikan secara klinis. Dimana untuk mengukur kadar
albumin dalam tubuh probandus cara kerjanya yaitu pertama
disiapkan dulu serumnya dengan cara disiapkan alat dan bahan
kemudian dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge lalu
disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm, diiambil
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kadar albumin dalam
serum adalah 5,146 g/dL. Berdasarkan literatur nilai rujukan albumin
adalah 3,5-5 g/dL, jadi serum darah probandus yaitu melebihi range
atau memiliki albumin yang tinggi, kemungkinan yang terjadi yaitu
dehidrasi.
5.2 Saran
Harap tuntunannya selalu dalam praktikum dan proses pembuatan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Haribi, R., Darmawati, S., Hartiti., 2009, KELAINAN FUNGSI HATI DAN
GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.) AKIBAT
SUPLEMENTASI TAWAS DALAM PAKAN, Jurnal Kesehatan
Vol.2, No. 2 Desember 200
Irfan, I.Z., Esfandiari., Choliq., 2014, Profil Protein Total, Albumin, Globulin
dan Rasio Albumin Globulin Sapi Pejantan, JITV Vol. 19 No 2
Th. 2014: 123-129.
Winarno, 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus edisi &
Revisi Terbaru, CAPS : Yogyakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Albumin
a. Penyiapan serum
2. Gambar
a. Protein total pada saat reagen TPR ditambahkan