Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM

“ANTIHIPERURISEMIA”

OLEH

NAMA : RIFAYATAMI I RISNO

NIM : N011211109

KELOMPOK : II (DUA)

GOLONGAN : JUMAT SIANG (C)

ASISTEN : FITRIYANI, S.Si.

MAKASSAR

2023
I. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan kadar asam urat mencit
Sebelum Setelah
Kelompok Perlakuan
perlakuan perlakuan

1 Na-CMC 4 6,2
6,2 13,8
2 KRT
3,4 5,1
7,3 Low
3 Sprite
6,9 3,4
4 KRT + Allopurinol 3,6 3,6
7,7 3,4
5 KRT + Allopurinol
5,4 4,7
3,8 Low
6 Sprite + Allopurinol
4,8 3,6
7 Sprite + Allopurinol 3,3 9
II. Pembahasan
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin melalui jalur
metabolisme biokimiawi yang kompleks. Proses pembentukan asam urat
sebagian besar berasal dari metabolisme nukleotida purin endogen,
guanylic acid (GMP), inosinic acid (IMP) and adenylic acid (AMP). Reaksi
ini dikatalis oleh enzim xanthine oxidase yang mengubah intermediate
hypoxanthine dan guanine menjadi xanthine, dengan hasil akhir asam urat
(Manampiring, 2011). Asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari
pencernaan protein atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya
dibuang melalui ginjal, feses atau keringat. Asupan purin merupakan faktor
utama yang berhubungan dengan kadar asam urat dalam darah. Semakin
tinggi pemasukan zat purin, maka asam urat akan semakin meningkat.
Peningkatan asam urat didefenisikan sebagai peninggian kadar asam urat
lebih dari 7,0 mg/dL pada pria dan 6,0 mg/dL pada wanita (Mulianda, 2019).
Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada
tubuh di daerah persendian dan sering disertai timbulnya nyeri. Penyakit ini
sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat.
Penyakit gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang
(Tahta, 2009). Hiperurisemia adalah kondisi medis dimana asam urat dalam
darah meningkat. Hiperurisemia merupakan faktor risiko utama untuk
perkembangan penyakit gout, yaitu suatu kondisi dimana kristal asam urat
menumpuk didalam sendi, menyebabkan peradangan dan nyeri yang
intens. Faktor risiko untuk hiperurisemia termasuk pola makan yang kaya
purin, kelebihan berat badan, konsumsi alkohol yang berlebihan, riwayat
keluarga dengan riwayat gout atau hiperurisemia, dan beberapa kondisi
medis seperti diabetes, penyakit ginjal dan hipertensi (Mulianda, 2019).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan efek farmakologis terhadap
obat yang digunakan dengan menggunakan hewan coba berupa mencit.
Adapun pemberian obat yang dilakukan berupa obat antihiperurisemia,
yaitu allopurinol, kontrol negatif berupa Na-CMC dan pemberian berupa
minuman kratingdaeng dan sprite. Allopurinol merupakan salah satu obat
penurunan kadar asam urat. Allopurinol memiliki mekanisme kerja sebagai
inhibitor xanthine oxidase yang menghambat produksi asam urat dan
sintesis purin. Dosis awal allopurinol yang diberikan sebaiknya tidak lebih
dari 100 mg perhari dan dosis ini dikurangi apabila didapatkan CKD, namun
dosis pemeliharaan dapat mencapai 300 mg perhari walaupun menderita
CKD. Direkomendasikan untuk meningkatkan dosis pemeliharaan
allopurinol tiap 2 sampai 5 minggu untuk mendapatkan dosis yang efektif
bagi penderita artritis gout, untuk itu perlu dilakukan monitor kadar asam
urat tiap 2 sampai 5minggu selama titrasi allopurinol (Widyanto, 2014). Na-
CMC merupakan kontrol negatif yang diberikan untuk melihat bahwa
pemberian Na-CMC ini tidak mempunyai pengaruh terhadap hewan uji dan
tidak memiliki efek analgetik (Finkel, 2009). Pemberian kratingdaeng
dengan sprite dapat meningkatkan kadar asam urat, pemberian minuman
berenergi pada rentang waktu yang panjang dapat berpengaruh buruk
karena dapat meningkatkan kadar asam urat dan kreatinin ini biasanya
dapat menurunkan fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam urat yang terjadi
karena pemberian minuman berenergi yaitu dengan menghambat reseptor
adenosin A2A selama inflamasi pada interstisial dapat meningkatkan
proteinuria akibat rusaknya fungsi dan struktur dari ginjal (Santo, 2021).
Adapun kadar asam urat normal pada mencit yaitu 1,7 mg.dL – 3 mg.dL
(Ariyanti, 2007).
Berdasarkan hasil praktikum dengan pemberian Na-CMC didapatkan
hasil pengukuran kadar asam urat sebelum pemberian sebesar 4 mg/dL
dan kadar asam urat setelah pemberian sebesar 6,7 mg/dL. Berdasarkan
pustaka Na-CMC digunakan sebagai kontrol negatif karena Na-CMC tidak
memiliki efek biologis yang signifikan, sehingga tidak mempengaruhi hasil
pengujian (Finkel, 2009). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa hasil
pengujian tidak sesuai dengan pustaka, karena terjadi peningkatan kadar
asam urat pada hewan coba setelah 6 hari pemberian.
Berdasarkan hasil praktimum dengan pemberian kratingdaeng
didapatkan hasil pengukuran kadar asam urat sebelum pemberian sebesar
4,8 mg/dL dan kadar asam urat setelah pemberian sebesar 9,45 mg/dL.
Berdasarkan pustaka pemberian kratingdaeng dapat meningkatkan asam
urat yaitu dengan menghambat reseptor adenosin A2A selama inflamasi
pada interstisial dapat meningkatkan proteinuria akibat rusaknya fungsi dan
struktur dari ginjal (Santo, 2021). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa hasil
pengujian telah sesuai dengan pustaka, karena terjadi peningkatan kadar
asam urat pada hewan coba setelah 6 hari pemberian.
Berdasarkan hasil praktimum dengan pemberian sprite didapatkan
hasil pengukuran kadar asam urat sebelum pemberian sebesar 7,1 mg/dL
dan kadar asam urat setelah pemberian sebesar 3,4 mg/dL. Berdasarkan
pustaka pemberian sprite hampir sama dengan pemberian kratingdaeng
yaitu dapat meningkatkan asam urat dengan menghambat reseptor
adenosin A2A selama inflamasi pada interstisial dapat meningkatkan
proteinuria akibat rusaknya fungsi dan struktur dari ginjal (Santo, 2021). Hal
tersebut dapat dikatakan bahwa hasil pengujian tidak sesuai dengan
pustaka, karena terjadi penurunan kadar asam urat pada hewan coba
setelah 6 hari pemberian.
Berdasarkan hasil praktimum dengan pemberian kratingdaeng dan
allopurinol didapatkan hasil pengukuran kadar asam urat sebelum
pemberian sebesar 5,5 mg/dL dan kadar asam urat setelah pemberian
sebesar 3,9 mg/dL. Berdasarkan pustaka pemberian kratingdaeng dapat
meningkatkan kadar asam urat, sedangkan pemberian allopurinol dapat
menurunkan kadar asam urat (Widyanto,2014 ; Santo,2021). Hal tersebut
dapat dikatakan bahwa hasil pengujian telah sesuai dengan pustaka,
karena terjadi penurunan kadar asam urat pada hewan coba.
Berdasarkan hasil praktimum dengan pemberian sprite dan allopurinol
didapatkan hasil pengukuran kadar asam urat sebelum pemberian sebesar
3,9 mg/dL dan kadar asam urat setelah pemberian sebesar 4,2 mg/dL.
Berdasarkan pustaka pemberian kratingdaeng dapat meningkatkan kadar
asam urat, sedangkan pemberian allopurinol dapat menurunkan kadar
asam urat (Widyanto,2014 ; Santo,2021). Hal tersebut dapat dikatakan
bahwa hasil pengujian tidak sesuai dengan pustaka, karena terjadi
peningkatan kadar asam urat pada hewan coba, dimana harusnya terjadi
kesamaan hasil pengukuran sebelum dan sesudah pemberian.
Ketidaksesuaian hasil pemeriksaan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu seperti pengolahan dan penyimpanan sampel, setiap mencit
memiliki variasi individu dalam memproduksi atau mengeksresikan asam
urat yang berbeda-beda, usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan mencit
saat pemberian dan pemeriksaan (Santo, 2021).
III. Kesimpulan dan saran
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pemeriksaan kadar asam
urat pada hewan coba dengan pemberian Na-CMC hasil tidak sesuai
dengan pustaka karena terjadi peningkatan kadar asam urat. Pada
pemberian kratingdaeng hasil telah sesuai denga pustaka karena terjadi
peningkatan kadar asam urat pada mencit. Pada pemberian sprite hasil
tidak sesuai dengan pustaka karena terjadi penurunan kadar asam urat
pada mencit. Pada pemberian kratingdaeng dan allopurinol hasil telah
sesuai dengan pustaka karena terjadi penurunan kadar asam urat pada
mencit. Pada pemberian sprite dan allopurinol hasil tidak sesuai dengan
pustaka karena terjadi peningkatan kadar asam urat pada mencit.
Ketidaksesuaian hasil pemeriksaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu seperti pengolahan dan penyimpanan sampel, setiap mencit memiliki
variasi individu dalam memproduksi atau mengeksresikan asam urat yang
berbeda-beda, usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan mencit saat
pemberian dan pemeriksaan.
III.2 Saran
Saran untuk asisten agar dapat menjelaskan dengan lebih detail
sehingga ketika respon dilakukan baik tulis maupun lisan praktikan sudah
mampu menjawab seluruh soal tersebut karena seluruh soal yang diberikan
sudah pernah dijelaskan pada saat asistensi maupun diskusi.
Saran untuk sistem praktikum agar waktu pelaksanaan agenda dalam
praktikum seperti diskusi pada minggu teori lebih diperpanjang agar
praktikan dapat menyetor obat dengan baik.
Saran untuk laboratorium sebaiknya alat untuk kelengkapan praktikum
lebih diperbanyak lagi, karena saat praktikum banyak waktu terbuang
karena harus menunggu giliran menggunakan alatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Manampiring. A. E. 2011. Hiperurisemia dan Proses Imun. Jurnal Biomedik.


3(2) : 102-110.

Mulianda. D, Margiyati, Susilo. A.D, Mustakim. J. R, Rahmawati. L,


Khasanah. N, Nada. S, Srilambang. W. P. 2019. Penatalaksanaan
Peningkatan Asam Urat. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Sisthana. 1(2) : 43-48.

Santo. B & Simamora. D. 2021. Pengaruh Pemberian Minuman Energi


Terhadap Kadar Serum Kreatinin Rattus norvegicus. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma. 10(1) : 92-101.

Tahta. A & Upoyo. A. S. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kadar Asam Urat Pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi. Jurnal
Keperawatan Soedirman. 4(1) : 25-31.
LAMPIRAN

Lampiran I. Skema Kerja

Setiap kelompok diberikan 2-


3 mencit

- Mencit ditimbang untuk mengetahui bobot mencit


- Diberikan penandaan pada bagian tubuh mencit
- Diukur kadar asam urat mencit menggunakan
nesco multi-check

Mencit diberikan perlakuan secara peroral selama 6 hari

- Mencit diberikan perlakuan Na-CMC


- Mencit diberikan perlakuan kratingdaeng
- Mencit diberikan perlakuan sprite
- Mencit diberikan perlakuan kratingdaeng +
allopurinol
- Mencit diberikan perlakuan sprite + allopurinol

Ukur kadar asam urat mencit menggunakan alat nesco multi-


check
Lampiran II. Dokumentasi

Gambar 1. Proses pembedahan Gambar 2. Proses pemeriksaan


hewan coba asam urat

Gambar 3. Hasil pemeriksaan


asam urat
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2023

NAMA : RIFAYATAMI I RISNO


NIM : N011211109
KELOMPOK : 2 (DUA)
GOLONGAN : JUMAT SIANG (C)

Skor
No. Elemen Penilaian
Maks.
I. Identitas Laporan
1. Identitas laporan lengkap
(Judul Praktikum, logo Unhas, identitas penulis dan identitas
5
asisten kelompok)
2. Format laporan
(Theme font Arial 12, spasi 1,5) 5
(Tabel dan keterangan gambar font arial 10, spasi 1)

II. Hasil
1. Menyajikan Hasil Praktikum
(Uraian Naratif, tabel atau grafik) 5
III. Pembahasan
1. Membandingkan hasil dengan teori 10
2. Menjelaskan persamaan atau perbedaan yang terjadi antara
hasil dengan teori 20
3. Pembahasan padat, singkat dan jelas serta berlandaskan
pustaka valid 25
IV.Kesimpulan
1. Memuat kesimpulan praktikum yang padat dan jelas 10
V. Lampiran
1. Skema kerja, gambar praktikum/Kurva 10
VI.Daftar Pustaka
1. Memuat semua kutipan yang digunakan 5
2. Gaya penulisan daftar pustaka mengikuti format Harvard
style 5
Nilai Laporan 100

Asisten Kelompok

FITRIYANI

Anda mungkin juga menyukai