MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah islam disiplin ilmi (IDI)
Dosen pengampun : Dr. Fetrimen, M.Pd.
Disusun oleh :
Tri Winarto 1704015271
A. Latar Belakang
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut
ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat
bergantung pada metode ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,
indera mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,diantaranya adalah:
a. Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil
observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang
luas diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila
bertolak dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan
penelitian orang sampai pada pernyataan pernyataan universal.
David Hume telah membangkitkan pertanyaan mengenai induksi yang
membingungkan para filosof dari zamannya sampai sekarang. Menurut Hume,
pernyataan yang berdasar observasi tunggal betapapun besar jumlahnya, secara logis tak
dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas. dalam induksi setelah
diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan ha-hal lain, seperti ilmu mengajarkan
kita bahwa kalau logam dipanasi juga akan mengembang, bertotak dari teori ini kita tahu
bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengambang. Dari contoh di atas bisa
diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga
dengn pengetahuan sintetik.
b. Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah
adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis
teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada
perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan
secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
Popper tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran teori-
teori dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Tidak pernah dia
menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan teori ini
dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar, sebagai contoh,
harga akan turun. Karena penurunan beras besar. maka harga beras akan turun.
Metode deduksi adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yag bersifat
umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila orang menerapkan
cara penalaran yang bersifat deduktif berarti orang bergerak dari atas menuju ke bawah.
Artinya, sebagai langkah pertama orang menentukan satu sikap tertentu dalam
menghadapi masalah tertentu, dan berdasarkan atas penentuan sikap tadi kemudian
mengambil kesimpulan dalam tingkatan yang lebih rendah.
c. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang
diketahui yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar
yang ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif,
adalah segala yang nampak dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada
bidang gejala-gejala saja.
Menurut Comte, Perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap
teologis metafisis, dan positif. Pada tahap teologis, orang berkeyakinan bahwa dibalik
segala sesuatu hehendak khusus. Pada tahap metafisik, kekuatan itu diubah menjadi
kekuatan yang abstrak, yang dipersatukan dalam pengertian yang bersifat umum yang
disebut alam dan dipandangnya sebagai asal dari segala gejala.
d. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda,
harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan
yang diperoleh lewat intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang
dilakukan oleh Al-Ghazali.
Intuisi dalam tasawuf disebut dengan ma’rifah yaitu pengetahuan yang datang
dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Al-Ghazali menerangkan bahwa
pengetahuan intuisi atau ma’rifah yang disinarkan oleh Allah secara langsung merupakan
pengetahuan yang paling benar. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini hanya
bersifat individual dan tidak bisa dipergunakan untuk mencari keuntungan seperti ilmu
pengetahuan yang dewasa ini bisa dikomersilkan.
e. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun, Plato mengartikannya
diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa
yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan
perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak
tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertola paling
kurang dua kutub.
Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas
dari itu, menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini
berarti mengompromikan hal-hal berlawanan seperti:
1. Diktator. Di sini manusia diatur dengan baik, tapi mereka tidak punya kebebasan
(tesis).
2. Keadaan di atas menampilkan lawannya, yaitu Negara anarki (anti tesis) dan warga
Negara mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi hidup dalam kekacauan.
3. Tesis dan anti tesis ini disintesis, yaitu Negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan
warga negara dibatasi oleh undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahannya adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari metodelogi ilmu ?
2. Apa saja problem dan krisis sains modern ?
3. Bagaimana the Islamic world view sebagai metodologi ilmu?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan diatas, maka tujuannya meliputi :
1. Mengetahui pengertian dari metodologi ilmu
2. Mengetahui apa saja problem dan krisis sains modern
D. Manfaat Penulisan
Semoga hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai ilmu dalam matakuliah islam disiplin
ilmu
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut
ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat
bergantung pada metode ilmiah.
Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam
pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap bahwa
ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted.
DAFTAR PUSTAKA