Anda di halaman 1dari 7

ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No.

2, Desember 2019

Potensi Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam


Menurunkan Kadar Asam Urat Tikus Putih

Potential of Moringa (Moringa oleifera L.) Leaves Ethanol Extract in


Reducing Rat Uric Acid Levels

Bayu Putra, Rizqi Nur Azizah*, Andi Clara

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar


Kampus II, Jl. Urip Sumihardjo Km. 5 Makassar, Sulawesi Selatan

Kontak*: rizqi.azizah@umi.ac.id

ABSTRAK

Daun kelor (Moringa oleifera L.) memiliki potensi yang diduga dapat menurunkan kadar asam urat tikus
putih (Rattus norvegicus). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak etanol daun kelora yang dapat
menurunkan kadar asam urat tikus putih. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 5
kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif yang diberikan jus hati ayam dan kalium oksonat 250 mg/kgBB,
kelompok II sebagai kontrol positif yang diberikan allopurinol 5 mg/kgBB, dan kelompok III, IV, dan V sebagai
kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 70, 140, dan 280 mg/kgBB selama 7
hari. Berdasarkan pengukuran kadar asam urat akhir didapatkan ekstrak etanol daun kelor dapat menurunkan kadar
asam urat tikus putih.

Kata kunci: Asam Urat, Daun Kelor (Moringa oleifera L.)

ABSTRACT

Moringa oleifera L. Leaves is assumed to reduce urid acid levels in white rats (Rattus norvegicus). The
research aimed to determine the dose of Moringa leaves that reduced uric acid levels in white rats. It used 15 rats
that divided into 5 groups. Group I was a negative control that given chicken liver juice and potassium oxonate 250
mg/kgBW. Group II was a positive control that given allopurinol 5 mg/kgBW. Group III, IV, and V were given
ethanol extract of Moringa leaves at 70, 140, and 280 mg/kgBW for 7 days. The data showed that the ethanol extract
of Moringa leaves at 70, 140, and 280 mg/kgBW had the potency to reduce rat uric acid levels.

Keywords: Uric Acid, Moringa leaves (Moringa oleifera L.)

PENDAHULUAN oleh suatu enzim yang disebut xanthine


Asam urat merupakan produk akhir dari oxidase. Enzim tersebut berasal dari ginjal
metabolisme purin yang terjadi di dalam dan usus sehingga dapat mengubah
tubuh manusia. Asupan purin dalam tubuh hypoxanthine dan guanine menjadi xanthine.
berasal dari makanan yang dikonsumsi, baik Jika terjadi gangguan pada ginjal maka asam
yang berasal dari hewani maupun nabati. urat dalam tubuh terutama darah akan
Asam urat sebagian besar berasal dari meningkat atau disebabkan oleh tingginya
metabolisme nukleotida purin endogen, asupan purin dalam makanan (Silbernagl &
Guanylic Acid (GMP), Inosinic Acid (IMP), Lang, 2000; Misnadiarly, 2007; Herliana,
& Adenylic Acid (AMP). Reaksi ini dibantu 2013). Gangguan ini disebut hiperurisemia

63
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

yang dapat memicu terjadinya nefrolitiasis, Retnani, & Wahyuningtyas, 2012;


dan juga terbentuknya kristal seperti jarum Kristinawati & Nurlaela, 2013; Rinayanti,
pada jaringan tubuh yang mengakibatkan Rahayu, & Syachfitri, 2016).
terjadinya bengkak dan nyeri sendi yang
METODE PENELITIAN
berkembang menjadi gout arthritis (Suhendi,
Alat dan bahan
Nurcahyanti, Muhtadi, & Sutrisna, 2011;
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Cendrianti, Muslichah, & Ulfa, 2014).
ini, yaitu alat-alat kaca, kanula,
Salah satu tanaman yang diduga dapat
Nesco®ulticheck Uric Acid, restainer tikus,
memberikan efek terapi dalam menurunkan
seperangkat alat maserasi, strip test Uric
kadar asam urat adalah daun kelor. Tanaman
Acid, timbangan analitik, dan timbangan
ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
hewan. Bahan-bahan yang digunakan dalam
umum terutama di Indonesia. Daun kelor
penelitian ini, yaitu aluminium foil,
banyak digunakan sebagai obat tradisional
allopurinol, betadin, daun kelor (Moringa
untuk menyembuhkan beberapa penyakit
oleifera L.), etanol 96%, kapas, kalium
medis maupun non-medis. Senyawa kimia
oksonat, kertas saring, larutan Na-CMC 1%,
yang terkandung dalam daun kelor antara lain
larutan fisiologi NaCl 0,9% dan makanan
tanin, steroid, triterpenoid, flavonoid,
standar tikus.
saponin, antrakuinon dan alkaloid (Kasolo,
Bimenya, Ojok, & Ochieng, 2010). Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Sashidhara et al., (2009) melaporkan bahwa Sampel yang digunakan dalam penelitian
daun kelor memiliki aktivitas sebagai ini adalah daun kelor dikumpulkan dan dicuci
antiinflamasi, antioksidan, antitumor, bersih dengan air mengalir. Kemudian
antialergi, antiviral, dan antiangiogenik. dilakukan perajangan atau sampel dipotong-
Beberapa peneliti menyatakan bahwa potong kecil, lalu dikeringkan dengan cara
senyawa flavonoid diduga efektif dalam diangin-anginkan pada ruang terbuka tanpa
menghambat pembentukan asam urat dan terkena sinar matahari langsung. Setelah
bersifat antiinflamasi serta analgetik. Hal ini kering, sampel dihaluskan (Kemenkes RI,
disebabkan karena flavonoid dapat 2010).
menghambat aktivitas enzim xantin oksidase Ekstraksi Sampel
melalui interaksi dengan enzim tersebut pada Simplisia daun kelor ditimbang sebanyak
gugus samping dan mekanisme inhibisi 300 g lalu dimasukkan ke dalam wadah
kompetitif. Secara in-vitro beberapa senyawa maserasi. Setelah itu ditambahkan pelarut
flavonoid dapat menghambat enzim xantin etanol 96% sebanyak 3000 mL (1:10).
oksidase diantaranya flavonoid, luteolin, Simplisia direndam selama 6 jam pertama
apigenin, kuersetin dan miresetin (Muthadi, sambil diaduk sesekali, kemudian didiamkan

64
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

selama 18 jam. Setelah itu disaring dan Perlakuan hewan uji


ampasnya diremaserasi sebanyak dua kali Tikus yang telah diadaptasikan selanjutnya
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. dipuasakan selama 8-16 jam kemudian
Hasil penyarian yang diperoleh selanjutnya ditimbang berat badannya. Sebelum diberi
diuapkan hingga diperoleh ekstrak etanol perlakuan, semua hewan uji diukur kadar
kental (Kemenkes RI, 2010). asam urat darah sebagai kadar awal (normal).
Seluruh hewan uji dibuat hiperurisemia
Pengujian Aktivitas Penurunan Kadar
dengan diberikan jus hati ayam dan kalium
Asam Urat
oksonat 250 mg/kgBB secara oral. Satu jam
Pembuatan suspensi Alluporinol 5 mg/kgBB
kemudian dilakukan pengambilan darah
Tablet alluporinol ditimbang sebanyak 20
hewan uji untuk diukur kadar asam uratnya
tablet, dan dihitung berat rata-ratanya. Setelah
sebagai kadar asam urat induksi. Selanjutnya
itu tablet digerus dan dilarutkan dengan
hewan uji dibagi dalam 5 kelompok yaitu :
larutan Na-CMC 1% hingga 10 mL.
Kelompok I tanpa pemberian obat (Kontrol
Pembuatan Kalium Oksonat 250 mg/kg BB
negatif); Kelompok II diberikan allopurinol
Kalium Oksonat ditimbang sebanyak 750
dengan dosis 5 mg/kgBB (kontrol positif);
mg. Digerus dalam lumpang dan ditambahkan
Kelompok III, IV dan V diberikan ekstrak
larutan Na-CMC 1%, kemudian dimasukkan
etanol daun kelor dengan dosis 70, 140 dan
dalam gelas kimia, lalu volume dicukupkan
280 mg/kgBB. Jus hati ayam diberikan secara
sampai 30 mL (Tao Yi, Li, Xue Su,
oral selama 7 hari berturut-turut dan kalium
FangDong, & Fu Li, 2012).
oksonat 250 mg/kgBB pada hari ke-7, kecuali
Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun
kelompok I kontrol negatif juga diberikan
kelor
kalium oksonat hari ke-1. Kalium oksonat
Suspensi ekstrak etanol daun kelor akan
diberikan 1 jam setelah pemberian jus hati
dibuat dengan dosis 70, 140, dan 280
ayam. Allopurinol dan ekstrak etanol daun
mg/kgBB. Pembuatan suspensi dilakukan
kelor diberikan pada hewan coba secara oral
dengan cara ditimbang ekstrak etanol daun
selama 7 hari berturut-turut 1 jam setelah
kelor secara berturut-turut 70, 140 dan 280
pemberian jus hati ayam atau kalium oksonat.
mg. Kemudian ditambahkan larutan Na-CMC
Satu jam setelah pemberian obat terakhir pada
1% dan dihomogenkan. Setelah itu, dituang
hari ke-7 dilakukan pengukuran kadar kadar
ke dalam labu ukur 10 mL dan dicukupkan
asam urat terapi tikus (kadar asam urat akhir)
dengan larutan Na-CMC 1% sampai tanda
(Tao Yi, Li, Xue Su, FangDong, & Fu Li,
batas (Tao Yi, Li, Xue Su, FangDong, & Fu
2012; Hongyan, Suling, Weina, Yajie, & Jie,
Li, 2012).
2016).

65
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

Kadar Asam urat pada tikus putih (Rattus kelompok, yaitu kelompok I kontrol negatif,
norvegicus) diukur melalui pengambilan kelompok II diberi alluporinol 5 mg/KgBB,
darah lewat ekor tikus. Dalam waktu 20 detik dan kelompok III, IV dan V yang diinduksi
pada layar akan tertera kadar asam urat dalam dengan ekstrak etanol daun kelor dengan
mg/dL. Uji dilakukan pada setiap tikus pada dosis berturut-turut 70, 140, dan 280
semua kelompok. mg/KgBB yang sudah diukur kadar asam urat
awal. Pemilihan dosis dari ekstrak etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN
daun kelor yang digunakan merupakan hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
konversi dosis dari penelitian yang dilakukan
adanya potensi ekstrak etanol daun kelor
Sulistyawati & Pratiwi (2016), tentang
dalam menurunan kadar asam urat pada tikus
pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kelor
putih yang diinduksi kalium oksonat. Daun
terhadap aktivitas analgesik dan antiinflamasi
kelor adalah salah satu tanaman yang
pada mencit.
biasanya digunakan oleh masyarakat untuk
Hewan coba diinduksikan menggunakan
menangani beberapa penyakit, seperti
jus hati ayam secara oral selama 7 hari yang
penyakit antiinflamasi, antialergi, antifertilitas
bertujuan untuk mendapatkan kondisi
dan berkhasiat sebagai antimikroba (Krisnadi,
hiperurisemia. Pada hari ke 7, 1 jam setelah
2015).
jus hati ayam diberikan, kalium oksonat
Tahap awal yang dilakukan dalam
diberikan secara intraperitonial (Krisdayanti,
penelitian ini adalah melakukan penyiapan
Hajrah, & Ramadhan, 2016). Kalium oksonat
sampel daun kelor yang akan digunakan.
merupakan penghambat enzim urikase secara
Penyiapan sampel terdiri dari pengumpulan,
kompetitif, yang menghambat efek enzim
pengeringan dan diserbukkan. Sampel yang
urikase hati dan memproduksi asam urat
telah diserbukkan sebanyak 300 g kemudian
secara berlebih di dalam darah pada hewan
diekstraksi dengan metode maserasi
coba seperti tikus. Jika enzim urikase telah
menggunakan pelarut etanol 96%.
dihambat, maka kadar asam urat akan
Hewan coba yang digunakan adalah tikus
meningkat sehingga bisa digunakan sebagai
putih. Sebelum dilakukan pengujian hewan
penginduksi hiperurisemia (Dira & Harmely.,
coba diukur kadar asam urat awalnya terlebih
2014).
dahulu. Pengukuran kadar asam urat
Kontrol positif yang digunakan dalam
dilakukan menggunakan alat pengukur kadar
penelitian ini adalah Allopurinol yang
asam urat dan stripnya. Kadar asam urat
merupakan obat sintetik yang biasanya
normal tikus galur wistar adalah 1,2 – 7,5
dikonsumsi oleh masyarakat untuk
mg/dL (Mitruka & Rawnsley., 1977).
menurunkan kadar asam urat. Allopurinol
Kemudian hewan coba dibagi menjadi lima
merupakan analog purin yang bekerja dengan

66
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

Tabel 1. Rata-rata pengukuran kadar asam urat pada hewan coba tikus putih awal, induksi,
dan setelah terapi.
Rata-Rata Pengukuran Kadar Asam Urat
Kelompok perlakuan (mg/dL)
Awal Induksi Terapi
I Kalium Oksonat 250 mg/KgBB 3,9 ± 0,26 12,83 ± 2,02 13,86 ± 0,66
II Kontrol Positif (Allopurinol 5 mg/KgBB) 4,27 ± 0,96 9,23 ± 1,13 4,16 ± 1,00
III (EEDK 70 mg/KgBB) 3,56 ± 0,05 12,33 ± 4,31 4,23 ± 0,23
IV (EEDK 140 mg/KgBB) 3,76 ± 0,57 11,57 ± 3,13 3,3 ± 0,28
V (EEDK 280 mg/KgBB) 3,3 ± 0,25 13,67 ± 2,65 3,67 ± 0,98
Keterangan:
EEDK : Ekstrak Etanol Daun Kelor

menghambat aktivitas dari enzim xantin dan terapi. Hasil rata-rata pengukuran kadar
oksidase, enzim yang mengkatalisis dua asam urat awal, induksi dan terapi pada tikus
langkah terakhir pada sintesis asam urat (Tao putih dapat dilihat pada tabel 1.
Yi, Li, Xue Su, FangDong, & Fu Li, 2012). Data berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Pengukuran dilakukan 1 jam setelah peningkatan kadar asam urat setelah
pemberian kalium oksonat sebagai kadar pemberian jus hati ayam dan kalium oksonat
asam urat induksi. Setelah 1 jam pemberian pada semua kelompok. Pada kelompok II
kalium oksonat terjadi peningkatan kadar kontrol positif allopurinol, kelompok ekstrak
asam urat melebihi kadar asam urat normal. etanol daun kelor dengan dosis 70, 140, dan
Hal ini menunjukkan bahwa induksi 280 mg/KgBB mengalami penurunan kadar
hiperurisemia yang dilakukan berhasil. asam urat dibandingkan dengan kelompok I
Pemberian kalium oksonat diberikan pada yang diberikan kalium oksonat mengalami
hari ke 7 setelah pemberian jus hati ayam peningkatan kadar asam urat. Kemudian
selama 7 hari berturut-turut. Sedangkan dihitung rata-rata persen penurunan kadar
Allopurinol dan ekstrak etanol daun kelor asam urat yang dapat dilihat pada tabel 2.
diberikan pada hewan coba secara oral 1 jam Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa
setelah pemberian saripati ayam selama 7 hari kelompok ekstrak etanol daun kelor dosis 280
dan kalium oksonat pada hari ke 7. Perlakuan mg/KgBB memiliki rata-rata persen
dilakukan selama 14 hari karena berdasarkan penurunan kadar asam urat paling tinggi
pada penelitian Tao Yi L et al. (2012). dibandingkan dengan kelompok ekstrak
Selanjutnya setelah pemberian obat dan etanol daun kelor dosis 70 dan 140
ekstrak pada hari ke 7 dilakukan pengukuran mg/KgBB, serta kelompok kontrol positif
kadar asam urat terapi tikus (kadar asam urat allopurinol. Sedangkan pada kelompok
akhir). Data pengukuran yang diperoleh kontrol negatif mengalami peningkatan kadar
selanjutnya dianalisi untuk melihat asam urat. Hal ini berarti ekstrak etanol daun
perbandingan kadar asam urat awal, induksi, kelor dengan dosis 70, 140, dan 280

67
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

Tabel 2. Rata-rata persen penurunan kadar asam urat induksi-terapi pada tikus.
Kelompok Perlakuan Rata-rata persen penurunan kadar asam urat (%)
I Kalium Oksonat 250 mg/KgBB -9,44
II Kontrol Positif Allopurinol 54,11
III EEDK 70 mg/KgBB 63,20
IV EEDK 140 mg/KgBB 69,44
V EEDK 280 mg/KgBB 72,53
Keterangan:
(-) Menunjukkan adanya peningkatan kadar asam urat
EEDK : Ekstrak Etanol Daun Kelor

mg/KgBB mampu menurunkan kadar asam


KESIMPULAN
urat dengan nilai persen penurunan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tinggi dibandingkan dengan kelompok
ekstrak etanol daun kelor memiliki potensi
kontrol positif allopurinol dan kelompok jus
menurunkan kadar asam urat tikus putih
hati ayam dan kalium oksonat 250 mg/KgBB.
dengan dosis efektif sebesar 70, 140 dan 280
Berdasarkan penelitian yang telah
mg/KgBB.
dilakukan dapat diketahui bahwa ekstrak
etanol daun kelor dengan dosis 70, 140, dan DAFTAR PUSTAKA
280 mg/KgBB dapat memberikan pengaruh Cendrianti, F., Muslichah, S., & Ulfa, E. U.
dalam menurunkan kadar asam urat tikus (2014). Uji Aktivitas Antihiperurisemia
Ekstrak n-Heksana, Etil Asetat, dan Etanol
putih kembali ke kadar normal. Hal ini 70% Daun Tempuyung (Sonchus arvensis
dikarenakan sampel ekstrak etanol daun kelor L.) pada Mencit Jantan Hiperurisemia. E-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(2), 205-210.
memiliki kandungan salah senyawa flavonoid Dira, & Harmely. (2014). Uji Aktivitas
yaitu kuersetin. Beberapa penelitian Antihiperurisemia Ekstrak Etanol
Sambiloto (Androgravis paniculata Nees),
menyebutkan bahwa senyawa kuersetin dapat Brotowali (Tinospora crispa (L.) Hook. &
menginhibisi terbentuknya asam urat dengan Thomson), Manggis (Garcinia mangostana
L.), Lada Hitam (Piper nigrum L.) dan
cara menghambat aktivitas dari enzim xantin Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)
oksidase melalui mekanisme campuran secara In Vitro (Skripsi). Semarang:
Fakultas Farmasi Universitas Diponegoro.
(kompetitif atau nonkompetitif (Zhang, Herliana, E. (2013). Penyakit Asam Urat
Wang, Zhang, & Gong, 2018). Selain itu Kandas Berkat Herbal. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
penelitian ini sejalan dengan sejalan dengan Hongyan, L., Suling, W., Weina, Z., Yajie,
penelitian Rahmawati & Candra (2015) Z., & Jie, R. (2016). Antihyperuricemic
Effect of Liquiritigenin in Potassium
bahwa seduhan daun kelor pada dosis 3,75 Oxonate-Induced Hyperuricemic Rats.
g/kg dapat menurunkan kadar asam urat tikus Biomed Pharmacother, 84, 1930-1936.
Kasolo, J. N., Bimenya, G. S., Ojok, L., &
putih yang diinduksi dengan otak kambing Ochieng, J. (2010). Phytochemicals and
(Rahmawati & Kusumastuti, 2015). Uses of Moringa oleifera Leaves in
Uganda Rural Communities. J Med Plant
Res, 4(9), 753-757.

68
ad-Dawaa’J.Pharm.Sci. Vol. 2 No. 2, Desember 2019

Kemenkes RI. (2010). Suplemen I Farmakope Rinayanti, A., Rahayu, S., & Syachfitri, R.
Herbal Indonesia. Jakarta: Kementerian (2016). Uji Aktivitas Penghambatan
Kesehatan Republik Indonesia. Xantin Oksidase secara In-Vitro oleh Isolat
Krisdayanti, L., Hajrah, H., & Ramadhan, A. 6,4’-Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon – 2
M. (2016). Uji Aktivitas – O - ᵦ - D Glukopiranosida (C20H22O10)
Antihiperuresemia Ekstrak Etanol Biji yang Diisolasi dari Mahkota Dewa
Salak (Salacca zalacca) Terhadap Tikus (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl).
Putih Jantan Galur Wistar (Ratus Phatm Sci Res, 3(1), 1-11.
novergicus) yang Diinduksi Kalium Sashidhara, K., Rosaiah, J., Tyagi, E., Shukla,
Oksonat. Proceeding of Mulawarman R., Raghubir, R., & Rajendran, S. (2009).
Pharmaceuticals Conferences (pp. 187- Rare Dipeptide and Urea Derivatives From
192). Samarinda: Mulawarman Roots of Moringa oleifera as Potential
Pharmaceuticals Conferences. Anti-Inflammatory and Antinociceptive
Krisnadi, A. (2015). Kelor Super Nutrisi. Agents. Eur J Med Chem, 44(1), 432-6.
Blora: Kelorina. Silbernagl, S., & Lang, F. (2000). Color Atlas
Kristinawati, & Nurlaela. (2013). Pengaruh of Pathophysiology. New York: Thieme
Pemberian Filtrat Buah Kelor (Moringa Flexibook.
oliefera) terhadap Kadar Asam Urat pada Suhendi, A., Nurcahyanti, Muhtadi, &
Hewan Coba Tikus Putih (Rattus Sutrisna, E. M. (2011). Aktivitas
norvegicus) Strain Wistar. Media Bina Antihiperurisemia Ekstrak Jinten Hitam
Ilmiah, 7(6), 27-32. (Coleus ambonicus Iour) pada Mencit
Misnadiarly. (2007). Rematik: Asam Urat- Jantan Galur Balb-C dan Standarisasinya.
Hiperurisemia Arthritis Gout Edisi 1. Indonesian Journal of Pharmacy, 22(2),
Jakarta: Pustaka Obor Populer. 77-84.
Mitruka, & Rawnsley. (1977). Clinical Sulistyawati, R., & Pratiwi, P. Y. (2016).
Biochemical and Hematological Reference Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Value in Normal Experimental Animals. Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap
USA: University of California. Aktivitas Analgesik dan Antiinflamasi
Muthadi, Retnani, I., & Wahyuningtyas, N. Melalui Ekspresi Enzim Siklooksigenase.
(2012). Penghambatan Xantin Oksidase Pharmaciana, 6(1), 31-38.
Oleh Kombinasi Ekstrak Tempuyung Tao Yi, L., Li, J., Xue Su, D., FangDong, J.,
(Sonchusrrvensis) dan Salam (Syzygium & Fu Li, C. (2012). Hypouricemic Effect
polyanthum) pada Mencit Hiperurisemia. of The Methanol Extract From Prunus
Biomedika, 4(10), 17-22. mume Fruit in Mice. Pharm Biol, 50(11),
Rahmawati, & Kusumastuti, A. (2015). 1423-7.
Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Kelor Zhang, C., Wang, R., Zhang, G., & Gong, D.
(Moringa oleifera L.) dalam Menurunkan (2018). Mechanistic insights into the
Kadar Asam Urat Tikus Putih (Rattus inhibition of quercetin on xanthine
norvegicus). Journal of Nutrition College, oxidase. Int J Biol Macromol., 112, 405-
4(4), 593-598. 412.

69

Anda mungkin juga menyukai