PENDAHULUAN
C. Rumusan masalah
Sebelum merumuskan tentang masalah yang dihadapi dalam penulisan makalah ini,
terlebih dahulu mengetahui pengertian dari masalah itu sendiri.masalah adalah merupakan suatu
kejadian dimana kejadian tersebut memerlukan pemecahan atau masalah adalah kejadian yang
menimbulkan pertanyaan kenapa dan bagaimana.
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penulisan makalah ini sesuai dengan
latar belakang diatas,maka yang menjadi masalah adalah :
1. Bagaimana pengertian Hipertensi.
2. Bagaimana Jenis Obat Antihipertensi .
3. Bagaimana Pengobatan dan penanganan hipertensi.
4. Bagaimanan komplikasi hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
B. Gejala hipertensi
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisasaja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darahyang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala berikut:
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak napas
f. gelisah
g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
C. Penyebab Hipertensi
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa
obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang
berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi(Wikipedia, 2010).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
a. Tumor-tumor ginjal
b. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
c. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
d. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronisme
b. Feokromositoma (tumor medulla adrenal)
c. Hipertiroidisme
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Simpatomimetik amin (efedrin, fenilpropanolamin, fenilerin, amfetamin)
d. Siklosporin
e. Eritropoietin
f. Kokain
g. Penyalahgunaan alkohol
4. Penyebab Lainnya
a. Kelainan neurologik (mis: tumor otak)
b. Preeklampsia pada kehamilan
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif , yang
memerlukan penanganan segera (Anonim, 2009)
D. Pengobatan Hipertensi
Terdapat hubungan yang nyata antara Tekanan Darah dengan kejadian
kardiovaskular. Untuk individu berusia diatas 40 th, tiap peningkatan TD sebesar 20/10
mmHg meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular dua kali lipat.
Strategi Pengobatan:
1. Terapi tanpa obat (Non-farmakoterapi)
Semua pasien, sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi tanpa obat dengan
merubah gaya hidup, yaitu:
a. Mengurangi stress
b. Perubahan pola makan dengan mengurangi asupan daging merah dan lemak jenuh
serta menambah lebih banyak serat dan buah-buahan serta sayuran segar.
c. Mengurangi asupan garam
d. Berolah raga secara teratur.
e. Mengendalikan bobot badan,
f. Mengurangi minum alkohol dan tidak merokok.
2. Penghambat Adrenergik
Yang digunakan sebagai Antihipertensi adalah:
a. Bloker β-adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
b. Bloker α-adrenoseptor
(Prazosin, Terazosin, Bunazosin,Doksazosin)
c. Adrenolitik Sentral (Metildopa,Klonidin,Guanfasin,Guanabenz,Moksinidin,
Rilmedin)
d. Penghambat Saraf Adrenergik (Reserpin, Guanetidin, Guanadrel)
β-blocker berguna pada penatalaksanaan takiaritmia arteri/fibrilasi,
migraine, tirotoksikosis (jangka pendek), tremor esensial, atau hipertensi
perioperatif. β-blocker biasanya dihindari pada pasien yang memiliki riwayat asma,
penyakit saluran pernafasan reaktif atau blok jantung derajat dua atau tiga (Curb JD
et al 1999).
β-blocker mengantagonis katekolamin pada reseptor β1 dan β2 yang
dapat mengakibatkan penurunan curah jantung hingga timbul kemungkinan
bradikardi sekaligus menurunkan tahanan vascular perifer sehingga bermanfaat
untuk terapi antihipertensi dan infark miokard akut. Obat-obat golongan β-blocker
juga menghasilkan suatu penurunan tekanan darah yang cukup tanpa timbul
hipotensi postural yang nyata.
Efek samping penggunaan beta blocker adalah terjadi manifestasi kegugupan,
takikardi, peningkatan intensitas angina, atau peningkatan tekanan darah sehingga
penghentian penggunaan beta blocker sebaiknya dilakukan secara bertahap. β-
blocker juga meningkatkan trigliserida plasma dan menurunkan HDL sehingga
dapat menimbulkan aterogenesis.
1. Bloker β –adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
Mekanisme:
1. penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Memperkecil pembebasan renin dalam ginjal dengan akibat menurunkan
produksi angiotensin II.
3. Blokade reseptor β prasinaptik dan dg demikian terjadi pengurangan nor
adrenalin.
4. Bekerja sentral mengurangi impuls simpatikus.
Penggunaan:
Digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang
terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Gol ini lebih efektif pada
pasien usia muda dan kurang efektif pada pasien usia lanjut.
Efek samping:
a. Menyebabkan bradikardia,
b. gagal jantung.
c. Bronkospasme pada pasien dg riwayat asma bronkial atau penyakit paru.
d. Efek sentral: depresi,mimpi buruk, halusinasi.
e. Gangguan fungsi seksual
Dosis:
- Atenolol : 1 x 25-100 mg sehari
- Bisoprolol: 1 x 2,5 -10 mg sehari
- Propanolol: 2-3 x 40-160 mg sehari
3. Agonis α 2 sentral
(Metildopa,klonidin, guanfasin, guanabenz, moksinidin, rilmedin) Metildopa
Mekanisme: Efek antihipertensinya diduga lebih disebabkan karena stimulasi
reseptor α-2 di sentral sehingga mengurangi sinyal simpatis ke perifer. Metildopa
menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah
jantung.
Pnggunaan:
Obat ini efektif bila dikombinasikan dengan diuretik..Merupakan pilihan
utama untuk pengobatan hipertensi pada kehamilan karena terbukti aman untuk
janin.
Efek samping:
- Sedasi
- Hipotensi postural
- Pusing
- Mulut kering
- Sakit kepala
- Depresi
- Gangguan tidur
- Impotensi
- Kecemasan
- Penglihatan kabur
Interaksi:
- Pemberian metildopa bersama preparat besi dapat mengurangi absorpsi metildopa
sampai 70%, sekaligus mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi
metabolit sulfat.
- Efek hipotensif metildopa ditingkastkan oleh diuretik dan dikursngi oleh
antidepresan trisiklik dan amin simpatomimetik.
Dosis:
- Dosis efektif minimal : 2 x 125 mg per harI.
- Dosis maksimal : 3 g perhari
- Untuk hipertensi pasca bedah:infus intermiten 250- 1000 mg tiap 6 jam.
a. Hidralazin
Mekanisme kerja:
Terutama dengan bekerja pada arteri kecil dan arteriol, tahanan perifer akan
berkurang sehingga tekanan darah turun.
Penggunaan:
Senyawa ini dapat dikombinasi dengan antihipertensi lain.Dosis tunggal yang
biasanya 25 mg dapat diturunkan menjadi 10 mg.
Efek samping:
- Peningkatan frekuensi jantung
- Sakit kepala
- Pusing
- Rasa lemah
- Mual
- Gangguan saluran cerna dan diare
- Udem lokalisasi
- Reaksi alergi
- Pada penggunaan dosis tinggi dalam jangka panjang: reumatoid artritis
Obat ini di Kontraindikasikan pada hipertensi dengan PJK dan tidak dianjurkan
pada pasien usia diatas 40 thn.
Dosis:
- Oral: 25-100 mg dua kali sehari. Dosis maksimal 200 mg/hari
- IM atau IV : 20-40 mg
b. Minoksidil
Mekanisme:
Kerja penurun tekanan darah lebih kuat dan lebih lama daripada dihidralazin dan
hidralazin.
Penggunaan:
Karena ES nya maka obat ini hanya digunakan pada pasien hipertensi
yang tak dapat diobati dengan antihipertensi lain. Efektif untuk hipertensi
akselerasi atau maligna dan pada pasien dg penyakit ginjal karena obat ini
meningkatkan aliran darah ginjal. Harus diberikan bersama diuretika dan
penghambat adrenergik untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks
simpatis.
Efek samping:
- Retensi cairan dan garam
- Efek samping kardiovaskular karena refleks simpatis dan hipertrikosis
- Gangguan toleransi glukosa dg tendensi hiperglikemia: sakit kepala, mual,
erupsi obat, rasa lelah dan nyeri tekan di dada.
Dosis: Dimulai dengan 1,25 mg, 1 atau 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai
40 mg/hari.
c. Diazoksid
Mekanisme kerja:
farmakodinamik dan ES mirip dg minoksidil
Penggunaan:
Hanya diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensi darurat, hipertensi
maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensi berat pada glomerulonefritis akut dan
kronik dan pada preeklampsia.
Efek samping:
- Retensi cairan
- Hiperglikemia (terjadi pada kira-kira 50% pasien)
- Relaksasi uterus
Kontraindikasi:Tidak boleh diberikan pada pasien PJK karena dapat mencetuskan
iskemia miokard dan serebral.Juga tidak boleh untuk pasien Edema paru.
Dosis: Bolus IV: 50-100 mg dengan interval 5-10 menit.
Infus IV : 15-30 mg/menit.
d. Natrium Nitroprusid
Mekanisme:
Merupakan senyawa kompleks anorganik yang dapat menyebabkan dilatasi arteriol
prakapiler dan venula pascakapiler. Obat ini menurunkan kerja jantung sehingga
berefek baik pada gagal jantung.
Penggunaan:
merupakan obat yang kerjanya paling cepat dan efektif untuk mengatasi hipertensi
darurat, apapun penyebabnya. Merupakan pilihan utama untuk kebanyakan krisis
hipertensi yang memerlukan terapi parenteral.
Efek samping:
- Hipotensi
- Efek toksik pada dosis tinggi
- Asidosis
- Hipertensi rebound jika infus nitroprusid dihentikan secara mendadak.
Dosis: Dosis pemberian:0,5-10 ug/kg/menit
Dosis rata-rata: 3 ug/kg/menit
Efek samping:
- Hipotensi
- Iskemia miokard atau serebral
- Sakit kepala
- Muka merah
- Edema perifer
- Bradiaritmia
- Konstipasi dan retensi urin
Dosis: Nipedipin: 1 x 30-60 mg per hari
Amlodipin: 1 x 2,5-20 mg per hari
Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI. 2006
Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical Therapist. US : W.
B. Saunders company
Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press
Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. 9th
edition. W. B. Saunders Company