Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA PRAKTEK 2

BAHAN TAMBAHAN PANGAN BORAKS

Makalah ini di susun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester


Bahasa Indonesia Praktek Semester IV, DIII Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :
MARTHA FLASSY
NIM : P07134114049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
1

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hikmat kemampuan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Bahasa Inonesia Praktek 2.
Makalah ini merupakan Ujian Akhir Semester IV. Guna melengkapi nilai
individu dalam semester ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka itu penulis mengharapkan kritik
dan saran

Yogyakarta, Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFATAR ISI

.............................................................................................

iii

PENDAHULUAN.........................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................

C. Tujuan ..................................................................................

PEMBAHASAN...........................................................................

A. Jenis Boraks.........................................................................

B. Sifat Boraks..........................................................................

C. Mekanisme Kerja Bahan Boraks...........................................

D. Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Boraks....................

E. Efek Boraks Terhadap Kesehatan .......................................

PENUTUP ..................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................

B. Saran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

BAB I

BAB II

BAB III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan bahan tambahan makanan (BTP) dalam proses
produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun
konsumen. Dampak penggunaan dapat berakibat positif dan negatif bagi
masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan
kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan
bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk
masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih
bermutu, bergisi, dan lebih mampu bersaing dalam pasar global.Kebiajakan
keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gisi nasional (food
nutrient) merupakan bagian integral dari kebiajakan pangan nasional
termasuk pengguan bahan tambahan pangan.
Pengertiaan bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO. 772/Menkes/Per/IX/88 NO 1168/Menkes/PER/X/1999
secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimapanan.
Bahan tambahan

makanan

adalah

senyawa

yang

sengaja

ditambahkan ke dalam makanan dengan ukuran dan jumlah tertentu dan


terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan.

Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan tekstur,
serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan
(Ingredient) utama (FAO, 1980).Bahan tambahan pangan adalah bahan
yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara
sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki
nilai gizi dan ada yang tidak ( Codex).
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis bahan tambahan pangan boraks ?
2. Bagaimana sifat bahan tambahan pangan boraks ?
3. Bagaimana mekanisme bahan tambahan pangan boraks ?
4. Apa persyaratan bahan tambahan pangan boraks ?
5. Apa saja efek bahan tambahan pangan boraks terhadap kesehatan ?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui jenis bahan tamabahan pangan boraks ?


Untuk mengetahui sifat bahan tambahan pangan boraks ?
Untuk mengetahui mekanisme kerja bahan tambahan pangan boraks ?
Untuk mengetahui tujuan penggunaan bahan tambahan pangan

5.

borakas?
Untuk mengetahui persyaratan penggunaan bahan tambahan makanan

6.

boraks?
Untuk mengetahui efek bahan tambahan pangan boraks terhadap
kesehatan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahan Jenis
Salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya
oleh pemerintah adalah asam borat dan garam natrium tetraborat. Akhirakhir ini produsen makanan sering menggunakan boraks sebagai bahan
pengawet, khususnya pada bakso, kerupuk, pempek, pisang molen, pangsit,
tahu, dan bakmi. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan.
Lemahnya pengawasan dari embaga pemerintah, dan alasan ekonomi.

Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga


dengan nama boraks. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di
Jawa

Tengah

dan

Jawa

Timur

dikenal

dengan

nama

pijer

Digunakan/ditambahkan kedalam pangan atau bahan pangan sebagai


pengenyal ataupun sebagai pengawet.Dari berbagai penelitian telah
diperoleh data bahwa senyawa asam borat ini didapati pada lontong agar
teksturnya lebih bagus dan kebanyakan pada bakso. Komposisi dan bentuk
asam borat mengandung 99,0% dan 100,5% H3BO3 mempunyai bobot
molekul 61,38 dengan B = 17,50%; H = 4,88%; O = 77,62% berbentuk
serbuk hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak
berbau serta agak manis.
B. Sifat Boraks
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat sifat kimia sebagai berikut
: jarak lebur 171C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih,
5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat, atau asam
tartrat. Mudah menguap denagan pemanasan dan kehilangna satu molekul
airnya pada suhu100C yang secara perlahan berubah menjadi asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya
bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air,
menghasilkan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Asam borattak
tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida.
C. Mekanisme Kerja Bahan Boraks
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruh terhadap organ
tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang

paling terpengaruh dibandingkan dengan yang lain. Dosis fatal boraks antara
0,1 0,5 g/kg berat badan.
Keracuna kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama.
Akibat yang timbul diantara anoreksia, berat badan turun, muntah , diare,
ruam kulit, alposia, anemia, dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila
dikonsumsi secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan
usu, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacauan mental. Dalam
jumlah seta dosis tertentu, boraks dapat mengakibatkan degrasi mental,
serta rusaknya saluran pencernaan, gijal, hati, dan kulit karena boraks cepat
diabsorpsi oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kuit yang luka, atau
membran mukosa. Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung
beberapa jam hingga seminggu setelah mengkonsumsi atau kontak dalam
dosis toksi. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai denagan hal
hal berikut:
1. Sakit perut sebelah atas ( epigastrik), muntah, dan mencret.
2. Sakit kepala, gelisah
3. Penyakit kulit berat (Dermatitis)
4. Muka pucat dan kadang kadang kebiruan (cyanotis)
5. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah.
6. Hilangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi), ditandai dengan kulit kering
7.
8.
9.
10.

dan koma (pingsan)


Degenerasi lemak hati dan ginjal
Otot otot muka dan badan bergetar diikuti dengan kejang kejang.
Kadang kadang tidak kencing (anuria) dan skait kuning
Tidak memiliki nafsu makan (anoreksia), diare ringan, dan sakit kepala.

D. Persayaratan Bahan Tambahan Pangan Boraks


Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai sebagai
bahan tambahan pangan per juli 1979, dan dan di mantapkan melalui SK
Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.YLKI melalui warta
konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49% sampel mie basah yang

diambi di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat


(boraks). Lalu 76,9% mie basah mengandung boraks dan formalin secara
bersama sama. YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai
jajanan di Jakarta Selatan

E. Efek Boraks Terhadap Kesehatan


Efek farmakologi dan tokisisitas senyawa boron atau boraks
merupakan bakterisida lemah. Larutan jenuh tidak membunuh stapylococcus
aureus Oleh karena toksisitasnya lemah sehingga dapat digunakan sebagai
bahan pengawet pangan. Walaupun demikian, pemakaian berualang atau
absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksis (keracunan). Gejala dapat
berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, rash
erytomatous, bahkan dapat mengakibatkan shock. Kematian pada orang
dewasadapat terjadi dalam dosis15 25 gram, sedangkan pada anak anak
5 6 gram. Boraks juga bersifat tetratogenik pada anak ayam. Absorpsinya
melalui saluran cerna, sedangkan ekskresinya yang utama melalui ginjal.
Jumlah yng relatif besar ada pada otak, hati, dan ginjal sehingga perubahan
patologinya dapat dideteksi melalui otak dan ginjal. Dilihat dari efek
farmakologi dan toksisitasnya, maka boraks dilarang digunakan dalam
pangan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kami dapat mengetahui jenis bahan boraks, sifat boraks, mekanisme
kerja bahan boraks, tujuan, penggunaan bahan tambahan pangan boraks,
persayaratan penggunaan boraks, dan efek boraks terhadap kesehatan.
Mengkonsumsi makanan boraks memeng tak serta merta berakibat buruk
terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh
konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga
bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan
disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan ginjal.

B. Saran
Penggunaan bahan tambahan pangan boraks dalam proses produksi
pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun konsumen.
Penggunaan boraks pada bahan makanan sebaiknya dengan dosis di
bawah ambang batas yang telah ditentukan. Harus ada kebijakan
pemerintah

untuk

memantau

produsen

rumahan

yang

nakal

demi

keuntungan mereka. Masayarakat juga dituntut agar lebih bijaksana dalam


memiih bahan pangan yang bebas dari penggunaan bahan pangan yang
dilarang oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si, 2009, Bahan Tambahan Pangan, Jakarta.
Abdul Rohman sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta
Cahyo Saprinto & Diana Hidayati, 2006, Bahan Tambahan Pangan, Kanisius,
Yogyakarta
Sarmilah,

2015,
makalah
Bahan
Tambahan
Pangan
(http://sarmilahkesling.blogspot.co.id,diakses 24 mei 2016)

10

Boraks,

11

Anda mungkin juga menyukai