Disusun oleh :
MARTHA FLASSY
NIM : P07134114049
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hikmat kemampuan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Bahasa Inonesia Praktek 2.
Makalah ini merupakan Ujian Akhir Semester IV. Guna melengkapi nilai
individu dalam semester ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka itu penulis mengharapkan kritik
dan saran
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFATAR ISI
.............................................................................................
iii
PENDAHULUAN.........................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................
C. Tujuan ..................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................
A. Jenis Boraks.........................................................................
B. Sifat Boraks..........................................................................
PENUTUP ..................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahan tambahan makanan (BTP) dalam proses
produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun
konsumen. Dampak penggunaan dapat berakibat positif dan negatif bagi
masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan
kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan
bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk
masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih
bermutu, bergisi, dan lebih mampu bersaing dalam pasar global.Kebiajakan
keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gisi nasional (food
nutrient) merupakan bagian integral dari kebiajakan pangan nasional
termasuk pengguan bahan tambahan pangan.
Pengertiaan bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO. 772/Menkes/Per/IX/88 NO 1168/Menkes/PER/X/1999
secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimapanan.
Bahan tambahan
makanan
adalah
senyawa
yang
sengaja
Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan tekstur,
serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan
(Ingredient) utama (FAO, 1980).Bahan tambahan pangan adalah bahan
yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara
sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki
nilai gizi dan ada yang tidak ( Codex).
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis bahan tambahan pangan boraks ?
2. Bagaimana sifat bahan tambahan pangan boraks ?
3. Bagaimana mekanisme bahan tambahan pangan boraks ?
4. Apa persyaratan bahan tambahan pangan boraks ?
5. Apa saja efek bahan tambahan pangan boraks terhadap kesehatan ?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
borakas?
Untuk mengetahui persyaratan penggunaan bahan tambahan makanan
6.
boraks?
Untuk mengetahui efek bahan tambahan pangan boraks terhadap
kesehatan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Jenis
Salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya
oleh pemerintah adalah asam borat dan garam natrium tetraborat. Akhirakhir ini produsen makanan sering menggunakan boraks sebagai bahan
pengawet, khususnya pada bakso, kerupuk, pempek, pisang molen, pangsit,
tahu, dan bakmi. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan.
Lemahnya pengawasan dari embaga pemerintah, dan alasan ekonomi.
Tengah
dan
Jawa
Timur
dikenal
dengan
nama
pijer
paling terpengaruh dibandingkan dengan yang lain. Dosis fatal boraks antara
0,1 0,5 g/kg berat badan.
Keracuna kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama.
Akibat yang timbul diantara anoreksia, berat badan turun, muntah , diare,
ruam kulit, alposia, anemia, dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila
dikonsumsi secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan
usu, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacauan mental. Dalam
jumlah seta dosis tertentu, boraks dapat mengakibatkan degrasi mental,
serta rusaknya saluran pencernaan, gijal, hati, dan kulit karena boraks cepat
diabsorpsi oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kuit yang luka, atau
membran mukosa. Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung
beberapa jam hingga seminggu setelah mengkonsumsi atau kontak dalam
dosis toksi. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai denagan hal
hal berikut:
1. Sakit perut sebelah atas ( epigastrik), muntah, dan mencret.
2. Sakit kepala, gelisah
3. Penyakit kulit berat (Dermatitis)
4. Muka pucat dan kadang kadang kebiruan (cyanotis)
5. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah.
6. Hilangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi), ditandai dengan kulit kering
7.
8.
9.
10.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami dapat mengetahui jenis bahan boraks, sifat boraks, mekanisme
kerja bahan boraks, tujuan, penggunaan bahan tambahan pangan boraks,
persayaratan penggunaan boraks, dan efek boraks terhadap kesehatan.
Mengkonsumsi makanan boraks memeng tak serta merta berakibat buruk
terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh
konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga
bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan
disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan ginjal.
B. Saran
Penggunaan bahan tambahan pangan boraks dalam proses produksi
pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun konsumen.
Penggunaan boraks pada bahan makanan sebaiknya dengan dosis di
bawah ambang batas yang telah ditentukan. Harus ada kebijakan
pemerintah
untuk
memantau
produsen
rumahan
yang
nakal
demi
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si, 2009, Bahan Tambahan Pangan, Jakarta.
Abdul Rohman sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta
Cahyo Saprinto & Diana Hidayati, 2006, Bahan Tambahan Pangan, Kanisius,
Yogyakarta
Sarmilah,
2015,
makalah
Bahan
Tambahan
Pangan
(http://sarmilahkesling.blogspot.co.id,diakses 24 mei 2016)
10
Boraks,
11