Oleh:
MUHAMMAD ADNAN HIDAYATULLAH
P00341019028
A. Identitas Diri
Nama : Muhammad Adnan Hidayatullah
Nim : P00341019028
TTL : Ameroro, 13 Maret 2000
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. TK Kuncup Pertiwi, Kec. Uepai, Kab. Konawe, tamat tahun 2007
2. SD Negeri 1 Ameroro, Kec. Uepai, Kab. Konawe, tamat tahun 2012
3. MTs Negeri 1 Konawe, Kec. Unaaha, Kab. Konawe, tamat tahun 2015
4. SMA Negeri 1 Unaaha, Kec. Unaaha, Kab. Konawe, tamat tahun 2018
5. Tahun 2019 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
iv
MOTTO
“Mengejar apa yang pantas untuk dikejar dan tinggalkan apa yang tidak
pantas untuk dilanjutkan”
“Kita tidak tumbuh dalam keadaan yang mudah tetapi kita akan tumbuh dalam
keadaan yang sulit”
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
vii
viii
7. Ayah (Irwan As), Ibu (Hj. Sukmawati S.Pd.I), Kakak (Wanti Puspita Sari
S.Pi) dan semua Keluarga saya yang telah memberikan bantuan berupa
dukungan, material dan moral. Serta
8. Sahabat dan seluruh teman-teman Teknologi Laboratorium Medis angkatan
2019 serta semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Akhir kata saya berharap semoga Allah SWT dapat membalas segala
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan semua orang.
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
ix
DAFTAR ISI
x
xi
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang tersebar dan
menginfeksi banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit cacing
masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di
beberapa bagian dunia. Pada umumnya infeksi cacing jarang menimbulkan
penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang
berhubungan dengan faktor higienitas dan ekonomi. Cacingan merupakan
penyakit endemik dan kronik dengan prevalensi yang cukup tinggi dan tidak
mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat
menurunnya kondisi kesehatan masyarakat (Zulkoni, 2011).
Menurut WHO (Word Health Organization) pada Tahun 2016, lebih
dari 1,5 milyar orang atau 24% dari populasi di dunia, terjadi infeksi
kecacingan yang ditularkan melalui tanah diseluruh dunia. Infeksi kecacingan
tersebut tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis, dengan jumlah terbesar
terjadi di Afrika sub-Sahara, Amerika, China dan Asia Timur. Lebih dari 267
juta manusia pra sekolah dan lebih dari 568 juta anak usia sekolah tinggal di
daerah dimana parasit ini ditularkan secara intensif, dan membutuhkan
perawatan dan intervensi pencegahan (WHO, 2019).
Sebanyak 60-80% penduduk di Indonesia, khususnya di daerah
pedesaan menderita infeksi kecacingan terutama infeksi cacing perut. Faktor
meningkatnya infeksi ini adalah letak geografik di Indonesia mempunyai iklim
yang panas akan tetapi lembab (Perdana & Keman, 2013).
Prevalensi kecacingan di Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil survei
tahun 2019 untuk penderita kecacingan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara
berjumlah 254 orang (Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2019).
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
kecacingan Enterobius vermicularis pada anak-anak di wilayah pesisir
Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada atau tidaknya telur cacing Enterobius
vermicularis pada anak-anak di wilayah pesisir Kecamatan Soropia
Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui persentase angka kecacingan di Desa Bajoe,
Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan dan informasi serta
dapat dijadikan sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat
mengenai kasus kecacingan di salah satu wilayah Sulawesi Tenggara.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk menambah ilmu
tentang parasitologi khususnya tentang ilmu mengidentifikasi kasus
kecacingan.
5
6
7
Telur jenis cacing ini, berdinding 2 lapis. Lapisan luar terdiri dari
albumin dan lapisan dalam mengandung bahan lipiodal. Kandungan
albumin pada telur mengakibatkan telur tadi merangsang kulit dan mukosa
manusia, maka sewaktu dideposit di perianal, sering menimbulkan rasa
gatal. Ukuran telur 50-60 mikron x 30 mikron (Bernadus, 2007). Telur
berisi massa bergranula kecil dan teratur, atau biasanya berisi larva cacing
yang melingkar. Telur transparan dan tidak berwarna. Telur berembrio
merupakan bentuk infektif. Telur bisa menetas di daerah perianal dan larva
yang ditetaskan bisa masuk kembali kedalam usus besar melalui anus atau
retroinfeksi (Setiawan dkk, 2003).
b. Cacing dewasa Enterobius vermicularis
Bila dewasa cacing ini berukuran kecil dan berwarna putih. Ukuran
cacing betina jauh lebih besar daripada cacing jantan. Cacing betina dengan
ukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Intestinumnya berakhir di anus yang terletak 1/3
dari bagian badannya, dan vulvanya terletak di pertengahan bagian
anteriornya badan. Uterus biasanya penuh dengan telur. Sedangkan cacing
jantan dewasa dengan ukuran 2-5 mm. Esofagus pada cacing jantan
melanjutkan dirinya sebagai intestinum berakhir di kloaka (Bernadus,
2007). Kutikulum cacing melebar disekitaran leher, pelebaran pada bagian
ini disebut sayap leher, tidak terdapat rongga mulut, tetapi dijumpai adanya
tiga buah bibir. Ekor cacing betina lurus dan runcing sedangkan ekor pada
jantan mempunyai bentuk yang melingkar (Soedarto, 1997).
4. Siklus Hidup Enterobius vermicularis
A. Dasar Pemikiran
Infeksi yang disebabkan oleh cacing umumnya bisa dialami oleh
semua kalangan umur, akan tetapi lebih banyak dialami oleh kalangan anak-
anak yang berumur 6-10 tahun. Dikarenakan anak-anak lebih cenderung tidak
memerhatikan kebersihan di lingkungannya dan efek dari infeksi kecacingan,
salah satunya dengan tidak menjaga kebersihan diri. Hal ini menyebabkan
cacing akan dengan mudah menginfeksi anak-anak tersebut. Jenis cacing yang
lebih dominan menginfeksi anak-anak adalah jenis cacing Enterobius
vermicularis atau yang biasa dikenal dengan sebutan cacing kremi.
Cacing kremi (Enterobius vermicularis) adalah cacing yang berbentuk
kecil, tipis dan berwarna putih, yang dapat hidup dan berkembang biak di usus
besar dan rektum manusia. Cacing kremi adalah salah satu parasit yang paling
sering menginfeksi dan menyebabkan kecacingan pada manusia. Cacing kremi
dapat menyebabkan Enterobiasis yang menimbulkan gejala diantaranya rasa
gatal di daerah perianal atau anus pada malam hari dan di pagi hari. Maka dari
itu seharusnya kita harus lebih dulu mengetahui apakah sedang mengidap
infeksi Enterobius vermicularis ketika sudah merasakan gejala tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut harus dilakukan identifikasi terlebih
dahulu. Agar bisa mengetahui ada atau tidaknya telur cacing dari Enterobius
vermicularis ini. Pemeriksaan dari kasus kecacingan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini peneliti melakukan pemeriksaan secara
kualitatif. Pemeriksaan kualitatif yang sering digunakan adalah pemeriksaan
dengan metode tidak langsung (Sedimentasi). Di awali dengan langkah awal
pengambilan sampel feses yang sudah diperoleh atau dari anak-anak umur 6-10
tahun di wilayah pesisir Kecamatan Soropia, Sulawesi Tenggara sebanyak 17
orang anak.
16
17
B. Kerangka Pikir
Analisis kualitatif
Sampel feses
Sentrifugasi Gravitasi
Mikroskopis :
1. Telur cacing
Keterangan :
Variabel yang diteliti :
Variabel yang tidak diteliti :
19
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah cacing kremi (Enterobius
vermicularis).
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah anak-anak yang berumur 6-10
tahun di wilayah pesisir Kecamatan Soropia, Sulawesi Tenggara.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif dimana
jenis penelitian ini digunakan peneliti untuk mengidentifikasi Enterobius
vermicularis.
20
21
E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan pada saat pengambilan data
penelitian antara lain :
a. Logbook
b. Lembar observasi
c. Lembar catatan
22
F. Prosedur Penelitian
1. Pra Analitik
a. Persiapan Alat
1) Batang pengaduk
2) Gelas kimia
3) Tabung sentrifus
4) Rak tabung
5) Cover glass
6) Objek glass
7) Pipet tetes
8) Pot sampel
9) Saringan kawat
10) Sentrifus
11) Mikroskop
b. Persiapan Bahan
1) Sampel feses
2) Aquadest
3) Tissue
c. Pengambilan dan Persiapan Sampel
1) Pengambilan sampel feses pada anak-anak di Desa Bajoe,
Kecamatan Soropia, Sulawesi Tenggara.
2) Persiapan sampel dilakukan dengan memasukkan sampel feses
kedalam pot sampel, kemudian dilakukan identifikasi di
Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Analitik
1) Masukkan ± 2 gram feses kedalam gelas kimia 250ml kemudian
ditambahkan dengan aquadest secukupnya lalu suspensikan dengan
batang pengaduk.
2) Suspensi kemudian disaring kedalam gelas kimia yang lain.
23
G. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu data
populasi anak-anak yang berumur 6-10 tahun di Desa Bajoe, Kecamatan
Soropia, Sulawesi Tenggara.
2. Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari hasil penelitian terdahulu,
buku dan jurnal-jurnal yang telah dipublikasikan, kemudian dijadikan
sebagai landasan teoritis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
24
H. Pengolahan Data
Data-data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari
hasil survei populasi anak-anak yang berumur 6-10 tahun di Desa Bajoe,
Kecamatan Soropia, Sulawesi Tenggara. Setelah data dikumpulkan, maka data
tersebut diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan.
2. Coding adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap-tiap data.
3. Tabulating adalah menyusun data dalam bentuk tabel setelah dilakukan
perhitungan data secara manual.
I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk
mendeskripsikan hasil penelitian dari uji laboratorium. Data-data yang
diperoleh dideskripsikan serta dijelaskan, data-data kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga dari data-data tersebut dapat menjawab rumusan
masalah yang ada.
J. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dideskripsikan sehingga diperoleh hasil persentase identifikasi Enterobius
vermicularis pada anak-anak yang berada di Desa Bajoe, Kecamatan Soropia,
Sulawesi Tenggara.
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Ananomiti (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat
ukur, hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data.
25
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Soropia
Letak wilayah Kecamatan Soropia secara geografis merupakan
daerah pantai dengan topografi datar dan berbukit sehingga berpotensial
untuk mengembangkan sektor perikanan. Tahun 2009 telah terjadi
pemekaran Kecamatan Soropia menjadi Kecamatan Lalonggasumeeto
dan Kecamatan Soropia sehingga terjadi perubahan batas wilayah,
dimana sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda, sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Lalonggasumeeto, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kota Kendari dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Bondoala dan Kecamatan Kapoiala. Akibat pemekaran
menjadi dua Kecamatan, maka luas wilayah Kecamatan Soropia berubah
menjadi 6.273 Ha atau 0,92% dari luas daratan Kabupaten Konawe.
b. Gambaran Umum Desa Bajoe Kecamatan Soropia
26
27
15 S.15 6 Tahun P TK
16 S.16 8 Tahun L SDN
17 S.17 6 Tahun L -
Dari tabel diatas terdapat satu sampel yang positif (+) ditemukan
telur cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan telur cacing jenis yang
berbeda (Ascaris lumbricoides) yaitu pada Sampel 1 (S.1) dan pada Sampel
2-17 (S.2 - S.17) tidak ditemukan telur cacing kremi (Enterobius
vermicularis) dan telur cacing jenis yang berbeda.
30
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 15 dan 17
Juni 2022 di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Kendari tentang Identifikasi Cacing Kremi (Enterobius
vermicularis) Pada Anak Di Wilayah Pesisir Kecamatan Soropia Sulawesi
Tenggara. Yang bertujuan untuk mengetahui berapa persentase anak yang
mengidap kecacingan di Desa Bajoe dengan metode sedimentasi.
Menggunakan feses anak yang berumur 6-10 tahun, diperoleh hasil sebagai
berikut : Positif (+) ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis dan telur
cacing Ascaris lumbricoides pada sampel 1 (S.1), sedangkan pada sampel 2-17
(S.2 – S.17) tidak ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis maupun
telur cacing jenis yang berbeda.
Sampel pemeriksaan diperoleh dari anak-anak yang bertempat tinggal
di Desa Bajoe, serta memerhatikan ciri fisik dari anak tersebut berdasarkan
pertimbangan tertentu dan dari ciri-ciri tertentu yang memiliki sangkut paut
erat dengan ciri-ciri anak kecacingan pada umumnya. Sehari sebelum
pengambilan sampel, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
kepada orang tua responden, setelah orang tua responden mengerti, peneliti
meminta persetujuan orang tua melalui informed consent. Setelah itu peneliti
memberikan pot sampel dan menjelaskan tata cara pengambilan sampel yang
baik dan benar kepada orang tua responden.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 15 dan 17 Juni 2022 di
Desa Bajoe dan diperiksakan langsung di Laboratorium Parasitologi Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kendari. Sampel yang
digunakan yaitu feses segar yang dikeluarkan langsung oleh responden dan
langsung diperiksakan tanpa penambahan pengawet (formalin), dengan
responden laki-laki berjumlah 11 responden dan responden perempuan
berjumlah 6 responden, sehingga didapatkan hasil keseluruhan 17 responden.
Berusia 6 tahun berjumlah 9 responden, berusia 7 tahun berjumlah 4
responden, berusia 8 tahun berjumlah 2 responden, berusia 9 tahun berjumlah 1
responden dan berusia 10 tahun berjumlah 1 responden. Terdapat 5 responden
32
Peneliti memilih anak-anak di usia tersebut dikarenakan pada usia seperti ini,
mereka mempunyai rasa ingin tahu yang begitu besar, aktivitas bermain yang
berlebihan dan lebih cenderung bermain diluar rumah yang secara langsung
aktivitas bermain melibatkan lingkungan dan orang-orang sekitar. Sehingga
secara otomatis akan bersentuhan dengan teman bermainnya yang belum
diketahui kebersihan diri dari temannya tersebut, ditambah dengan
ketidakpedulian terhadap kebersihan diri mereka sendiri.
Sampel feses yang diperoleh memiliki ciri dan perbedaan, yaitu lunak
dan padat, warna yang normal (kuning dan hitam kecoklatan) dengan bau yang
khas. Sampel feses yang diperoleh terdiri dari 17 sampel yang berbeda. Dari 17
sampel yang diambil. Hanya 1 sampel yang positif (+) ditemukan telur cacing
Enterobius vermicularis dan telur cacing Ascaris lumbricoides (5,9%) dan 16
sampel yang ditemukan negatif (-) tidak ditemukan telur cacing Enterobius
vermicularis maupun telur cacing jenis yang berbeda (94,1%).
Dilihat dari hasil penelitian sebelumnya tentang “Identifikasi Cacing
Kremi Enterobius vermicularis Pada Anak Usia Dibawah 10 Tahun Di Dusun
Tegalrejo, Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang”.
Menggunakan metode langsung dengan penambahan 1 tetes NaCl 0,9%,
kemudian di homogenkan bersama feses lalu diamati dibawah mikroskop dan
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa sebagian besar anak tidak terinfeksi
Enterobius vermicularis yaitu 11 responden (73,3%) dan sebagian kecil anak
yang terinfeksi Enterobius dan Ascaris 4 responden (26,7%) (Octasari, 2020).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian ini memiliki
persamaan pada hasil penelitian, yaitu sebagian besar anak tidak terinfeksi
kecacingan dan sebagian kecil anak yang terinfeksi kecacingan. Penelitian ini
dilakukan menggunakan metode sedimentasi, metode sedimentasi yaitu suatu
metode yang digunakan untuk mendapatkan endapan berdasarkan perbedaan
berat jenis dalam suatu suspensi. Metode sedimentasi yaitu pemeriksaan secara
tidak langsung dengan teknik pemeriksaan kualitatif. Sampel feses diambil ± 2
gram lalu di suspensikan menggunakan aquadest, kemudian disaring dan
dimasukkan kedalam tabung sentrifus, selanjutnya dilakukan sentrifugasi
34
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 dan 17
Juni 2022 tentang Identifikasi Cacing Kremi (Enterobius vermicularis) Pada
Anak Di Wilayah Pesisir Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis pada salah satu anak di
wilayah pesisir Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara.
b. Dari 17 anak yang menjadi responden menunjukkan sebagian kecil positif
kecacingan yaitu (5,9%) sebanyak 1 orang dan sebagian besar negatif
kecacingan yaitu (94,1%) sebanyak 16 orang, sehingga dapat disimpulkan
tingginya angka kecacingan di Desa Bajoe, Kecamatan Soropia, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya mengenai pemeriksaan kecacingan
Enterobius vermicularis pada anak-anak maupun orang dewasa dengan
menggunakan metode yang berbeda seperti pemeriksaan secara langsung yaitu
metode anal swab (pemeriksaan langsung pada anus).
35
DAFTAR PUSTAKA
Asdar, dkk. 2019. Identifikasi Telur Soil Transmitted Helminth pada feses anak-
anak menggunakan metode flotasi di Desa Nusliko Kecamatan Weda
Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Kesehatan published By
Ternate.Vol 12 no 12, 199-204.
Entjang I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Fitri, J., Saam, Z., Hamidy, M. Y. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Infeksi
Kecacingan Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012. Jurnal Ilmu
Lingkungan.Vol:6(2).
Kurscheid J, Laksono B, Park MJ, Clements ACA, Sadler R, Mc Carthy JS, dkk.
Epidemiology of soil-transmitted helminth infections in Semarang, Central
Java, Indonesia. PLoS Negl Trop Dis. 2020; 14 (12): e0008907.
Latifa, U. 2017 ‘Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar : Masalah dan
Perkembangannya’, Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2).
Lubis, S. M., Pasaribu, S., & Lubis, C. P., 2008. Enterobiasispada Anak, Vol
9,No.5.
Perdana AS dan Keman S. Hubungan higiene tangan dan kuku dengan kejadian
enterobiasis pada siswa SDN Kenjeran No. 248 Kecamatan Bulak
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2013; 7(1): 7-13.
Priyoto, 2014. Teori Sikap dan Perilaku Dalam Kesehatan. Penerbit Nuha
Medika: Yogyakarta.
Setiawan H., Mansyur M, E., Rianti, D.D., 2003. Korelasi Antara Prevalensi
Enterobiasis Vermicularis Dengan Higienes Perorangan Pada Anak Usia 5
–18 Tahun Di Desa Karangasem Kecamatan Kutorejo Kabupaten
38
Susanto I, dkk, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, edisi ke 4, FKUI, Jakarta, hal
6, 2008.
Susanto K, 2011. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Siswa SD Kelas 4-6
Terhadap Penyakit Kecacingan Yang Ditularkan Melaui Tanah Serta
Factor Yang Mempengaruhinya Di SD Islam Ruhana. Skripsi. Jakarta UIN
Syarif Hidayatullah.
Warner D. dkk,. 2010. Apa yang anda kerjakan bila tidak ada dokter.
Yogyakarta.Yayasan Essentia Medica.
- Aquadest - Tissue
Persiapan Sampel :
- Proses pemberian pot sampel dan
mengisi lembar kuesioner
2 S.2
3 S.3
5 S.5
6 S.6
7 S.7
9 S.9
10 S.10
11 S.11
13 S.13
14 S.14
15 S.15
17 S.17