HIGIENE INDUSTRI
“Iklim Kerja/Suhu (ISBB)”
OLEH:
Syabaniah Haq J1A120088
Ulan Fatimah J1A120090
Vivilahi Ribut Mekarsuci J1A120093
Adinda Gadis Wiradara J1A120107
Alma Putri Indar Sari J1A120111
Anggreini Elsa Teken J1A120120
Anggri Sandika Fikriansyah J1A120121
Anisa Fitriani J1A120122
Astyawati Zahrani Ramadhan J1A120129
Dina Reski Amalia J1A120138
Elsa Putriani Gunawas J1A120145
Erica Caroline J1A120146
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kita semua rahmat dan hidayah-nya sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan
Makalah Higiene Industri mengenai “Iklim Kerja/Suhu (ISBB)” ini dengan
lancar tanpa ada kendala sedikitpun.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Indah Ade Prianti, SKM., M.PH selaku dosen pengampu
Mata Kuliah Higiene Industri. Kami sebagai penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang turut memberikan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kelompok kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Sekian dan terima kasih
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat kerja yaitu suatu tempat yang di dalamnya terdapat tenaga kerja
yang bekerja atau lingkungan yang sering dimasuki oleh tenaga kerja untuk
urusan suatu usaha serta adanya sumber-sumber bahaya. Jadi dapat dipastikan
bahwa di tempat kerja pasti terdapat potensi bahaya yang mengancam
keselamatan dan kesehatan pekerja. Keselamatan kerja merupakan salah satu
faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Saat ini telah banyak industri
yang menggunakan peralatan kerja dan mesin-mesin produksi yang canggih,
sehingga dapat diharapkan memberikan hasil produksi yang maksimal.
Kemajuan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
kerja sekitar, karena semakin meningkat pula jumlah dan jenis bahaya yang
ada di tempat kerja maka dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Bahaya yang ada di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap
keselamatan, kesehatan, dan produktivitas tenaga kerja (Sunaryo & Sahri,
2019).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki makna perlindungan
bagi tenaga kerja yang merupakan aset penting dan berharga bagi organisasi
dari terjadinya kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK).
Sehingga diperlukannya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman yang
mendukung tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal (Sunaryo & Sahri, 2019).
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan aliran udara dan panas radiasi. Iklim kerja panas bermula dari
munculnya energi panas yang berasal dari sumber panas yang dipancarkan
langsung atau melalui perantara dan masuk ke lingkungan kerja, dan menjadi
tekanan panas sebagai beban tambahan bagi tenaga kerja. Hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan dan stamina tenaga kerja bila ditambah
dengan beban kerja fisik yang berat. Sehingga tenaga kerja tersebut akan
4
5
memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang
bekerja di lingkungan kerja dengan suhu nyaman yaitu 24°C sampai dengan
26°C. Selain itu lingkungan kerja dengan suhu tinggi lebih banyak
menimbulkan permasalahan dibandingkan dengan lingkungan kerja dengan
suhu rendah karena manusia lebih mudah melindungi diri dari pengaruh suhu
rendah dibanding suhu tinggi (Sunaryo & Sahri, 2019).
ACGIH telah menentukan parameter untuk mengevaluasi iklim kerja
panas dengan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) atau dengan ISBB
(Indeks Suhu Basah dan Bola). Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe
Temperature Index) yang selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk
menilai tingkat iklim kerja panas yang merupakan hasil perhitungan antara
suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola. Suhu kering adalah suhu
yang ditunjukkan oleh thermometer bola basah alami (Natural Wet Bulb
Thermometer), Suhu Basah Alami adalah suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola basah alami Suhu Bola adalah suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola. Apabila tenaga kerja terpapar oleh panas melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan maka dapat menimbulkan
terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang berdampak pada
menurunnya produktivitas kerja. Iklim kerja panas dapat menyebabkan
gangguan baik fisiologis maupun psikologis pada tenaga kerja. Respon
fisiologis yang terjadi antara lain adalah vasodilatasi, peningkatan denyut
nadi dan suhu tubuh inti. Respons fisiologis dapat diukur dengan peningkatan
kehilangan keringat, denyut nadi dan suhu tubuh inti. Tenaga kerja yang
terpapar oleh panas secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya heat
rash, heat cramp, heat syncope, heatexhaustion, heatstroke, malaria,
dehidrasi dan hipertermia (Sunaryo & Sahri, 2019).
Penelitian di Australia pada buruh tambang bawah tanah dengan suhu
lingkungan kerja 36,2oC menunjukkan bahwa 60% pekerja memulai shift
bekerja dalam keadaan dehidrasi. Penelitian lain di Australia pada pekerja
outdoor menunjukkan bahwa 79% pekerja mengalami dehidrasi. Di Indonesia
Penelitian pada tenaga kerja bagian boiler di PT. Albasia Sejahtera Mandiri
6
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian iklim kerja!
2. Jelaskan macam-macam iklim kerja!
3. Apa saja faktor-faktor iklim keselamatan kerja?
4. Bagaimana cara melakukan pengukuran iklim kerja?
5. Bagaimana penerapan iklim kerja di tempat kerja?
6. Apa saja dampak iklim kerja pada keselamatan dan kesehatan kerja?
7. Bagaimana pengendalian atau cara mengatasi iklim kerja yang buruk?
7
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian iklim kerja.
2. Untuk mengetahui macam-macam iklim kerja.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor iklim keselamatan kerja.
4. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran iklim kerja.
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan iklim kerja di tempat kerja.
6. Untuk mengetahui dampak iklim kerja pada keselamatan dan kesehatan
kerja.
7. Untuk mengetahui pengendalian atau cara mengatasi iklim kerja yang
buruk.
8
BAB II
PEMBAHASAN
3. Teknologi
Teknologi memberikan manfaat berdasarkan pada pengetahuan dan
peralatan serta diterapkan dalam pelaksanaan tugas. Hasil penelitian
Burns dan Stalker menyatakan teknologi dan suasana memiliki hubungan
yang negatif dalam penciptaan iklim kerja apabila dilaksanakan secara
rutin sehingga kepercayaan dan kreativitas menjadi rendah. Sebaliknya,
teknologi yang lebih dinamis dan penuh perubahan dapat menciptakan
alur komunikasi yang lebih terbuka, sehingga dapat mendorong penciptaan
kreativitas, kepercayaan, dan penerimaan terhadap tanggung jawab personl
akan penyelesaian tugas-tugas.
4. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal umumnya menjadi penggambaran terhadap
kekuatan-kekuatan yang berada di luar organisiasi serta dapat
mempengaruhi tujuan organisasi itu sendiri.
Di sisi lain Management Sciences for Health (MSH) menyebutkan
faktor– faktor yang ada yang mempengaruhi iklim kerja yaitu:
1. Praktik Kepemimpinan
Pimpinan di dalam organisasi berperan penting dalam menciptkan
iklim kerja di dalam lingkungan tempatnya memimpin. Beberapa tindakan
seperti memberikan visi dan menghidupkan nilai organisasional,
mengetahui secara pasti tentang keadaan para karyawannya hingga mampu
memotivasi para karyawannya untuk bisa menjawab tantangan di depan
dapat memberikan suasana kerja yang positif karena karyawan akan
merasa lebih fleksibel dan nyaman bekerja di bawah pimpinannya tersebut.
2. Praktik-Praktik Manajemen
Tindakan manajemen di dalam sebuah organisasi seharusnya mampu
memberikan dampak positif bagi iklim kerja di lingkungan organisasinya.
Kemampuan manajemen untuk mengelola perusahaan agar tetap fokus
kepada tujuan yang ingin dicapai dan disesuaikan dengan memberikan
kebijakan yang memberikan kepuasan terhadap karyawannya akan
berpengaruh pada iklim kerja. Pemberian tugas secara jelas dan umpan
12
7. Lingkungan Eksternal
Permasalahan lingkungan eksternal ternyata berpengaruh dalam
penciptaan iklim kerja di dalam perusahaan. Kondisi politik dan ekonomi,
regulasi atau undang-undang yang berkaitan hubungan perusahaan dengan
karyawan, serta isu budaya dan gender akan berdampak pada kondisi
karyawan ataupun perusahaan. Apabila lingkungan eksternal ternyata
berdampak negatif bagi salah satu pihak, tentunya akan mempengaruhi
iklim kerja yang ada di lingkungan perusahaan
dari kegiatan ini memastikan lingkungan kerja dalam kondisi aman dan sehat
bagi perkerjanya demi mewujudkan hak asasi pekerja.
Q=AxV
Dimana:
Apabila tenaga kerja terpapar oleh panas melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yang diperkenankan maka dapat menimbulkan terjadinya penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja yang berdampak pada menurunnya
produktivitas kerja.Iklim kerja panas dapat menyebabkan gangguan baik
fisiologis maupun psikologis pada tenaga kerja. Respon fisiologis yang terjadi
antara lain adalah vasodilatasi, peningkatan denyut nadi dan suhu tubuh inti.
Respons fisiologis dapat diukur dengan peningkatan kehilangan keringat,
denyut nadi dan suhu tubuh inti. Tenaga kerja yang terpapar oleh panas secara
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya heat rash, heat cramp, heat
syncope, heat exhaustion, heat stroke, malaria, dehidrasi dan hipertermia
(Sunaryo & Sahri, 2019).
Salah satu dari penyebab kelelahan juga adalah lingkungan kerja yang
ekstrim. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat
terdapat sistem aktifitas bersifat simpatis dan inhibisi bersifat parasimpatis.
Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari
setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Sunaryo & Sahri, 2019).
Suhu udara yang meningkat secara signifikan juga dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan jantung.Dan apabila seseorang mengalami dehidrasi serta
terpapar panas yang ekstrim maka dapat berpotensi memicu kerusakan pada
otak. Hal tersebut bisa dipastikan juga mempengaruhi perilaku manusia
(Ambari et al., 2021).
A. Kesimpulan
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan aliran udara dan panas radiasi. Iklim kerja panas bermula dari
munculnya energi panas yang berasal dari sumber panas yang dipancarkan
langsung atau melalui perantara dan masuk ke lingkungan kerja, dan menjadi
tekanan panas sebagai beban tambahan bagi tenaga kerja. Hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan dan stamina tenaga kerja bila ditambah
dengan beban kerja fisik yang berat. Sehingga tenaga kerja tersebut akan
memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang
bekerja di lingkungan kerja dengan suhu nyaman yaitu 24°C sampai dengan
26°C. Selain itu lingkungan kerja dengan suhu tinggi lebih banyak
menimbulkan permasalahan dibandingkan dengan lingkungan kerja dengan
suhu rendah karena manusia lebih mudah melindungi diri dari pengaruh suhu
rendah dibanding suhu tinggi.
Pengendalian dampak dari iklim kerja panas yaitu dipusatkan di sekitar
penyebabnya. Cara pengendalian yang biasa digunakan adalah pengedalian
secara umum dan pengendalian secara khusus. Pengendalian secara umum
terdiri atas training (pendidikan/latihan) dan pengendalian tekanan panas
melalui penerapan hygiene industri di perusahaan. Sedangkan pengendalian
secara khusus terdiri atas pengendalian secara teknis, pengendalian secara
administratif, dan perlindungan.
B. Saran
Saran yang diperlukan untuk perbaikan kedepannya yaitu perlu
komitmen manajemen untuk menindak tegas dalam penyesuaian kondisi fisik
lingkungan kerja. Departeman K3 tetap memberikan pengarahan kepada
pekerja mengenai kenyamanan dalam bekerja dan batas waktu yang diberikan
kepada pekerja sebelum melakukan pekerjaan, yang disesuaikan dengan iklim
kerja dan lamanya bekerja. Meningkatkan pengawasan kepada pekerja selama
21
22
23