Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN

LINGKUNGAN PADA
INDUSTRI MAKANAN DAN KEJADIAN PADA INDUSTRI MAKANAN

Disusun oleh :

Kelompok 1 :

Bagas Rafly Ramadhan 03031181823016


Razi Ghifari Alfarizi 03031381823070
Richard Sepriyadi Osman 03031281823054
Robby Kurniawan 03031281823058

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

Indralaya

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkah dan limpahan-
Nya sehingga makalah mata kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan ini dapat
diselesaikan. Adapun topik yang diambil untuk makalah ini adalah tentang industri makanan
dan kejadian pada industri makanan. Adapun harapan yang ingin dicapai dengan ditulisnya
makalah ini adalah dapat menjadi salah satu media pembelajaran untuk Mata Kuliah
Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan mengucapkan terima kasih atas perhatiannya
.

Wassalamualaikum wr.wb

Indralaya, 26 Februari 2019

Tim

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.2.1 Apa yang di maksud dengan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan ? ........... 3
1.2.2 Bagaimana penerapan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dalam bidang
industri makanan ? .............................................................................................................. 3
1.3. Tujuan Makalah............................................................................................................... 3
1.3.1 Mengetahui tentang keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan. .......................... 3
1.3.2 Mengetahui penerapan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dalam bidang
industri makanan................................................................................................................. 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
ISI .............................................................................................................................................. 4
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................................................................. 4
2.2. Kecelakaan Kerja ............................................................................................................ 5
2.3. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................................................... 7
2.4. Jenis-Jenis Bahaya........................................................................................................... 8
2.5. Pengendalian Bahaya ...................................................................................................... 9
2.6 Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Dua Kelinci ............................... 12
2.6.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Dua Kelinci ....................................... 12
2.6.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Dua Kelinci .............................. 12
2.6.3 Kebijakan Zero Accident ......................................................................................... 13
2.6.4 Tanggung Jawab Perusahaan ................................................................................... 13
2.7 Keselamatan Kerja ......................................................................................................... 14
2.8 Kesehatan Kerja ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) merupakan aspek yang penting
dalam suatu perusahaan. Salah satu yang berkaitan erat dengan K3L adalah kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan
sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup
besar, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar, karena manusia
adalah satu-satu nya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apa pun. Kerugian
yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan
kompensasi kecelakaan, sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-
alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi
dan hilangnya waktu kerja.

Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih sering terabaikan. Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang tercatat
di PT. Jamsostek menunjukkan bahwa untuk tahun 2007 terdapat 83.714 kasus kecelakaan
kerja di Indonesia. Angka ini mencakup 6.506 cacat dan 1.883 meninggal (Ansori, 2008).

Keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan (K3L) menurut Keputusan Dirjen


Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No 73 tahun 2000 adalah
upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja. K3L
sangat penting bagi karyawan karena dengan adanya perlindungan terhadap K3L karyawan
merasa diri mereka aman dan nyaman disaat bekerja. Perusahaan dalam memproteksi
karyawannya juga bisa berbentuk finansial maupun non finansial, sehingga karyawan dapat
melakukan aktivitas dengan tenang dan nyaman. Perusahaan menunjukan kepemimpinan dan
komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan anggaran, tenaga
kerja yang berkualitas dan sarana-sarana yang diperlukan di bidang keselamtan dan kesehatan
kerja. Dengan komitmen dan kepemimpinan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
ada di perusahaan diharapkan karyawan mematuhi kebijakan K3L yang ada dalam lingkungan

1
perusahaan maka hal ini akan meminimalisasikan kecelakan yang terjadi pada saat bekerja atau
yang biyasa disebut dengan zero accident.
Zero accident atau kecelakaan nol berarti dalam sebuah perusahaan tidak terdapat
kecelakaan kerja baik yang bersifat cidera ataupun yang mengakibatkan kematian kepada
karyawan. Kecelakaan nihil menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 2007 adalah
suatu kondisi tidak terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara
tidak mampu bekerja selama 2x24 jam dan atau menyebabkan kehilangan waktu kerja melebihi
shift berikutnya pada kurun waktu tertentu dan jumlah jam kerja orag tertentu. Dalam
meminimalisasikan kecelakaan sangatlah penting karena dengan meminimalisasikan
kecelakaan maka sumber daya manusia mereka merasa nyaman dan aman pada saat bekerja.
Perusahaan memberikan prosedur keselamatan dan alat pelindung diri kepada setiap karyawan,
maka karyawan juga perlu mematuhi prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan. Dengan
adanya kebijakan zero accident berarti perusahaan menghargai manusia atau menghargai
karyawannya, bahwa setiap karyawan adalah orang yang penting bagi perusahaan dan tidak
membiarkan adanya satu karyawan yang cidera akibat human eror ataupun akibat kesalahan
yang terjadi pada mesin saat beroperasi. PT Dua Kelinci dibentuk sebagai perusahaan yang
terdaftar pada tanggal 15 Juli 1985 di Pati, Jawa Tengah oleh generasi kedua yaitu Bapak Ali
Arifin dan Bapak Hadi Sutiono yang bergerak sebagai produsen makanan ringan yang
berbahan baku berbagai jenis kacang tanah, biji-bijian dan butiran gandum. Pada tahun 2000
pengembangan produk dimulai dan teknologi mesin peoduksi dan peralatan terkini juga mulai
diperkenalkan dan pada tahun 2007 PT Dua Kelinci mulai menerapkan standar kualitas
internasional, keamanan pangan dan standar halal untuk semua produk dan sekarang ini PT
Dua Kelinci juga merambah dalam kategori produk baru seperti produk minuman dan wafer
cokelat. PT Dua Kelinci memegang sertifikat HAACP, Good Manufacturing Pratices, Quality
Management Sytem ISO 9001: 2008, dan Food Safety Management ISO 22000: 2005.
PT Dua Kelinci mendesain tempat kerja dengan standar kenyamanan bagi karyawannya
dan karyawan juga di perbolehkan untuk memberikan usulan atau masukan perbaikan kondisi
tempat kerja. Dari sisi kesehatan layanan dokter disediakan oleh perusahaan secara cuma-cuma
dan juga ada perusahaan mengirimkan karyawannya untuk mengikuti bergabai seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dengan perusahaan
memberikan keleluasaan para karyawan mengenai kondisi tempat kerjanya dan adanya layanan
dokter yang ada di perusahaan ini sebagai salah satu upaya perusahaan dalam menjalakan
program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, dengan karyawan merasa aman dan
nyaman pada saat bekerja maka karyawan akan merasa positif dan mengikuti kebijakan

2
perusahaan tentang program K3L ini sendiri. Dengan begini maka perusahaan dapat
meminimalisirkan tingkat kecelakaan kerja yang ada di perusahaan. Mencapai zero accident
tidaklah mudah, akan tetapi PT Dua Kelinci mencapai zero accident itu dengan
meminimalisirkan kecelakan kerja dengan cara membuat lingkungan kerja karyawan aman dan
memberikan kenyamanan serta adanya tenaga medis yang akan memberikan pertolongan
pertama kepada setiap karyawan. Tercapai zero accident ini menegaskan bahwa PT Dua
Kelinci adalah perusahaan yang mengedepankan keselamatan tenaga kerjanya karena sumber
daya manusia adalah kunci utama dalam proses menjalankan sebuah bisnis.
K3L sekarang ini menjadi hal yang sangat penting bagi sumber daya manusia karena
sumber daya manusia tidak terlepas dari ancaman kecelakaan akibat kerja di lingkungan kerja
mereka, dengan memperhatikan uraian di atas jika karyawan mengalami kecelakaan akibat
kerja hai ini akan berdampak bagi perusahaan dan bagi karyawannya itu sendiri. Jika
kecelakaan akibat kerja ini terjadi maka karyawan tidak dapat lagi bekerja dengan baik atau
kinerja karyawan tersebut menurun dibandingkan ketika karyawan masih sehat. Hal ini
berpengaruh pada produksi perusahaan jika perusahaan kehilangan salah satu pekerjanya.
Dengan melaksanakan program K3L dengan benar dan tepat zero accident dapat
dicapai oleh perushaan dan dalam mempertahankan zero accident perusahaan akan
menghadapi kendala dalam menurunya tingkat disiplin kerja terhadap kebijakan K3L yang ada
di perusahaan. Menerapkan dan menghadapi tantangan dalam mempertahankan zero accident
memiliki banyak hambatan yang nantinya akan dihadapi perusahaan salah satunya adalah
terletak di karyawan itu sendiri yang memiliki latar belakang pendidikan, budaya dan usia yang
berbeda-beda satu sama lain serta yang paling penting adalah tingkat penurunan disiplin kerja
karyawan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksud dengan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan ?
1.2.2 Bagaimana penerapan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dalam bidang
industri makanan ?

1.3. Tujuan Makalah


1.3.1 Mengetahui tentang keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan.
1.3.2 Mengetahui penerapan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dalam bidang
industri makanan

3
BAB II
ISI

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Berdasarkan pendapat Megginson (1981) yang dikutip oleh Mangkunegara (2001), istilah
keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamtan
kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan
perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang
membutuhkan pemeliharaan dan latihan, sedangkan kesehatan kerja menunjukkan kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau
gangguan fisik.

Kesehatan kerja adalah usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman dan
sehat dari bahaya kecelakaan. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan
dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja serta kondisi
lingkungannya (Sabdoadi, 1979). Sementara itu, keselamatan kerja menurut American Society
of Safety Engineers (ASSE) yang dikutip oleh Sugeng (2005) diartikan sebagai bidang kegiatan
yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan
dan situasi kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis, fisikal dan


psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Kondidi fisiologis - fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti
cedera, kehilangan nyawa atau anggota badan. Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh
stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan,
sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan
kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh (Rivai, 2006).

Tujuan keselamatan kerja menurut Sabdoadi (1979) adalah :

4
1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi.
2) Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3) Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Lebih lanjut Sabdoadi (1999) menyatakan tujuan utama kesehatan kerja ada dua yaitu :
1) Sebagai alat untuk mencapai derjat kesehatan yang setinggi-tingginya untuk kesejahteraan
tenaga kerja.
2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningginya efisiensi
dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
Menurut Rivai (2006), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi :
1) Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2) Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.
3) Menurunkan biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi
dan rasa kepemilikan.
6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

2.2. Kecelakaan Kerja


Menurut International Labor Organization (ILO), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal atau
kecelakaan kerja yang tidak fatal. Kecelakaan kerja menurut Sulaksmono yang dikutip oleh
Santoso (2004) adalah sutau kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses suatu aktivitas yang telah teratur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam
sekejap mata dan mungkin terjadi dalam setiap aktivitas.

Menurut Suma’mur (1994), kecelakaan kerja adalah bagian yang tak terduga dan tidak
diharapkan, yang dapat menghentikan aktivitas seseorang atau proses produksi. Tidak terduga
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan apalagi bentuk perencanaan,
tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan itu biasanya disertai dengan kerugian material
maupun fisik.

5
Suatu kecelakaan termasuk kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja dapat dilihat dari
apakah ada perintah dari perusahaan/majikan dan apakah berkaitan dengan kepentingan
perusahaan majikan (Ansori, 2008). Kecelakaan kerja menurut Henrich (1980) yang dikutip
oleh Hamzah (2005), merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki
yang mengakibatkan luka dan cedera, sedangkan insiden diartikan sebagai suatu kejadian yang
tidak dikehendaki yang mengakibatkan turunnya efisiensi dari suatu kegiatan atau aktivitas.

Ada beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan ganguan kesehatan
pegawai (Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu : (1) Keadaan tempat lingkungan kerja, (2)
Pengaturan udara, (3) Pengaturan penerangan, (4) Pemakaian peralatan kerja, dan (4) Kondisi
fisik dan mental pegawai. Dari uraian beberapa pakar kecelakaan kerja dapat dicegah, pada
intinya perlu memperhatikan 4 faktor yakni faktor: (1) Lingkungan, (2) Manusia, (3) Peralatan
dan(4) Bahaya (hal-hal yang membahayakan).

Menurut Notoatmodjo (2003), kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor
fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari
kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
akibat dari kerja. Suma’mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini
berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh
sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni a) kecelakaan
adalah akibat langsung pekerjaan b) kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga
mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transpor
ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja
dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga
termasuk kecelakaan kerja.

Penyebab munculnya kecelakaan kerja menurut Cascio (1998) yang dikutip oleh Ilham (2002)
dapat berasal dari dua hal, yaitu kondisi kerja yang tidak sehat (fisik dan lingkungan kerja)
serta perilaku kerja yang tidak sehat. Kurangnya peralatan pengaman, adanya suara yang
bising, radiasi, debu, dan bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan contoh dari
kondisi kerja yang tidak sehat. Walaupun begitu, banyak kecelakaan kerja merupakan interaksi
dari kondisi kerja yang tidak sehat.

6
Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja menurut Henrich (1980) yang dikutip oleh Hamzah
(2005), penyebab dasar dari terjadinya kecelakaan kerja yaitu tindakan tidak aman (unsafe
action), kondisi tidak aman (unsafe condition) dan faktor nasib atau kejadian yang tidak bisa
diramalkan (unsafe of god). Tindakan tidak aman (unsafe action) meliputi : (1) Tidak
mengindahkan peraturan, (2) Bekerja tanpa kewenangan, (3) Tidak memakai peralatan
pengaman, dan (4) Tidak aman dalam mengangkat, menarik atau mendorong. Kondisi tidak
aman (unsafe condition) terdiri atas : (1) Layout pekerjaan, (2) Penggunaan peralatan, (3)
Kebisingan dan (4) Kondisi atmosfir kerja. Menurut Side (1998) penyebab kecelakaan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 faktor, yaitu :

a) Faktor manusia yang terdiri dari pelatihan/kemampuan yang tidak memadai, tidak
mengikuti prosedur, bekas latihan yang tidak aman, penyimpangan dari peraturan
keselamatan, dan bahaya yang tidak terdeteksi.

b) Faktor keadaan seperti pengaruh rancangan perlengkapan, konstruksi yang tidak memenuhi
syarat, penyimpanan bahan atau peralatan bahaya yang tidak layak, serta tata letak
fasilitas yang tidak cukup.

c) Faktor lingkungan yang terdiri dari faktor fisik, paparan kimia, faktor biologis dan faktor
ergonomi. Faktor fisika seperti kebisingan, penerangan, atau getaran. Paparan kimia yang
berbentuk debu, gas, uap, asap atau kabut. Faktor biologis seperti sensitivitas, usia, jenis
kelamin, kekuatan atau kondisi. Faktor ergonomi seperti gerakan berulang, pengangkatan
dan rancangan stasiun kerja.

2.3. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Landasan hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia telah banyak diterbitkan,
baik dalam bentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri dan surat edaran (Sugeng, 2005).

Landasan hukum yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003


2) UUD 1945 pasal 27 ayat 1
3) Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970
4) Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992
5) Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 14/1993
6) Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja No. 22/1993

7
7) Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
dalam tempat Kerja No.7/1964
8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja No.2/1980
9) Peraturan Menteri Tenega Kerja tentang Kewajiban melaporkan Penyakit Akibat Kerja No.
1/1981
10) Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No.3/1982
11) Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor fisika di Tempat Kerja No.51/1999
12) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja
No.1/1997.

2.4. Jenis-Jenis Bahaya


Hazard didefinisikan sebagai suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian berlangsung
(event) akan timbul suatu kerusakan atau dampak yang merugikan. Hazard merupakan satu
kesatuan kombinasi dari tiga variabel yang terdiri dari frekuensi (kekerapan), duration (lama
waktu) dan severity (keparahan dampak) yang ditimbulkan akibat paparan terhadap suatu
subtansi/energi (Nasri,2002).

Hazard (bahaya) adalah kondisi biologis, kimia, atau fisik yang berpotensi menyebabkan
kerusakan terhadap manusia, harta benda atau lingkungan. Hazard bisa terdapat pada peralatan
dan bahan berbahya (Stricoff dan Walters, 1995). Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang
berpotensi membahayakan hidup, kesehatan atau harta benda. Adanya hazard menunjukkan
adanya ancaman, dimana hazard bisa terjadi dalam keadaan tidak mungkin, dengan resiko
minimal. Bahaya kimia berhubungan dengan sifat bahan kimia dan ada hubungannya antara
bahaya dan resiko ketika pemaparan berlangsung (Anonim, 2007). Hazard atau bahaya dapat
dikelompokkan menjadi lima yaitu :

1) Bahaya fisika. Yang termasuk kedalam bahaya ini adalah kebisingan, getaran, panas dan
tekanan. Kebisingan merupakan masalah yang sering timbul dalam dunia industri.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi. Menurut Soemanegara (1975) yang dikutip Herdiyanto (2003) menyatakan
bahwa pengaruh-pengaruh bising dalam industri terhadap jasmani para pekerja terbagi atas

8
dua bagian, yaitu pengaruh-pengaruh non-auditor atau pengaruh bukan terhadap indera
pendengaran dan pengaruh auditor atau pengaruh terhadap indera pendengaran.

2) Bahaya kimia dapat menyebabkan kerusakan barang dan mengganggu kesehatan. Bahan
kimia tersebut mempunyai sifat eksplosif, mudah terbakar, korosif, mudah teroksidasi,
toksik, beracun serta karsinogenik. Bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh dengan
beberapa cara diantaranya pernapasan (inhalation), kulit (skin absorption ) dan tertelan (
ingestion ).

3) Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber
biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan
dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Contoh bahaya biologi adalah
AIDS atau hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, clamidhya dan
psittaci.

4) Bahaya ergonomi berasal dari rancangan kerja, tata letak tempat serta aktivitas yang buruk.
Contoh dari bahaya ergonomi diantaranya masalah penanganan secara manual, tata letak
dan rancangan tempat kerja.

5) Bahaya psychology diantaranya stres dan jam kerja yang lama. Stres merupakan tanggapan
tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala
tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stres. Gangguan emosional
yang ditimbulkan seperti cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual,
ketagihan alkohol dan psikotropika.

2.5. Pengendalian Bahaya


Miner (1992) yang dikutip oleh Ilham (2002) mengemukakan dua aspek yang disebut dengan
Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology, yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Safety Psychology memfokuskan pada usaha untuk
mencegah kecelakaan terjadi, dengan meneliti mengapa dan bagaimana kecelakaan itu muncul,
sedangkan Industrial Clinical Psychology memfokuskan pada karyawan-karyawan yang
tingkat kerjanya menurun, hal-hal yang menyebabkan serta apa yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Persamaan dari Safety Psychology dan Industrial Clinical
Psychology adalah sama-sama meneliti untuk pencegahan dan mengatasi masalah-masalah
tertentu yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan motivasi kerja karyawan. Safety
Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu laporan dan statistik kecelakaan, pelatihan

9
keselamatan, publikasi dan kontes keselamatan kerja, kontrol terhadap lingkungan kerja,
inspeksi dan disiplin, dan peningkatan kesadaran K3L. Industrial Clinical Psychology terdiri
dari atas dua faktor, yaitu konseling dan employee assistance programe. Faktor-faktor yang
terdapat dalam kedua aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Silalahi ( 1991) yang dikutip oleh Silaban (2003) menyatakan bahwa ada beberapa perbuatan
yang mengusahakan keselamatan, antara lain:

a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.
b. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada atasan.
c. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi secermat
mungkin.
d. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan perbuatan yang
dapat menimbulkan bahaya.
e. Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipakai (digunakan) bila perlu.

Menurut Suma’mur (1994), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal
berikut:
1. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja
pada umumnya. Perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan,
pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,
supervisi medis, P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan pemeriksaan
kesehatan.
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai
masalah syarat-syarat keselamatan sesuai intruksi peralatan industri dan Alat Pelindung
Diri (APD).
3. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman,
pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.
5. Riset medis, terutama meliputi tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan
kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan
kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
8. Pendidikan.

10
9. Latihan-latihan.
10. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Upaya-upaya pengendalian bahaya dapat dilakukan dengan cara : (1) Subtitusi bahan-bahan
kimia yang bahaya, (2) Proses isolasi, (3) Pemasangan local exhauster, (4) Vertilasi umum, (5)
Pemakaian alat pelindung diri, (6) Ketatarumahtanggaan perusahaan, (7) Pengadaan fasilitas
saniter, (8) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan berkala, (9) Penyelenggaraan
latihan/penyuluhan keapada semua karyawan dan pengusaha, serta (10) Kontrol administrasi.

Hirarki pengendalian menurut Suardi (2005) adalah sebagai berikut :

1) Eliminasi atau menghilangkan bahaya merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan
harus menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian resiko.

2) Substitusi atau mengganti mempunyai prinsip menggantikan sumber resiko dengan


sarana/peralatan lain yang tingkat resikonya lebih rendah/tidak ada.

3) Engineering atau rekayasa merupakan langkah dengan mengubah desain tempat kerja,
peralatan atau proses kerja dalam mengurangi tingkat resiko. Ciri khas dari tahap ini
adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang
lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan,
melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam
melakukan kegiatan berbahaya.

4) Pengendalian administratif adalah tahap pengendalian dengan menggunakan prosedur


standar operasi kerja (SOP) atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi resiko. Akan
tetapi, pengendalian administratif tetap membutuhkan sarana pengendali resiko lainnya.

5) Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah
bahaya dengan pekerja. Penggunaan APD bukanlah pengendali dari sumber bahaya itu.
Sebaiknya alat pelindung diri tidak digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendali
resiko lainnya.

11
2.6 Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Dua Kelinci
Kesalamatan dan Kesehatan kerja di PT Dua Kelinci masih terjadi kecelakaan dalam
kegiatan produksi walaupun tidak mengakibatkan korban meninggal dunia. PT Dua Kelinci
berusaha untuk meminimalisasikan terjadinya kecelakaan kerja dengan kebijakan-kebijakan
yang mengkondisikan program keselamatan dan Kesehatan kerja berjalan dengan benar.
Perusahaan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesehatan kerja karyawan dengan
menyediakan berbagai fasilitas seperti, alat pelindung diri, jaminan kesehatan kerja, klinik, dan
ruang istirahat.

2.6.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Dua Kelinci


PT. Dua Kelinci membentuk suatu divisi yang menangani segala macam mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dengan nama P2K3 (Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Kegiatan utama yang dilakukan P2K3 di perusahaan yakni
memastikan bahwa tingkat keamanan di perusahaan memiliki kualitas yang telah disesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 berisi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Walaupun PT. Dua Kelinci sendiri belum mendapatkan penghargaan terkait zero
accident, akan tetapi tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja tiap tahunnya mengalami
penurunan. PT. Dua Kelinci secara terus-menerus berupaya untuk meningkatkan keselamatan
pekerja terhadap peralatan kerja yang mereka gunakan serta meningkatkan kesehatan kerja
dengan menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan mengelola hasil limbah produksi agar
tidak mencemari lingkungan pemukiman warga di sekitar PT. Dua Kelinci, hal ini dilakukan
untuk menjadi upaya PT. Dua Kelinci dalam mempertahankan nihil kecelakaan.

2.6.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Dua Kelinci


Adapun kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat oleh PT. Dua Kelinci.

1. Mematuhi semua persyaratan undang-undang pemerintah dan persyaratan yang lain


terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku.

2. Menekan dan menjamin kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (dalam hal ini
ialah pengunjung, karyawan dan tamu).

12
3. Melakukan perbaikan Sistem Manajemen K3 secara berkelanjutan untuk
menerapkan terciptanya budaya K3 yang baik di lingkungan perusahaan.

Untuk mencapai kebijakan tersebut, PT. Dua Kelinci telah melakukan uapaya sebagai
berikut :

1. Memberikan pelatihan terkait K3 kepada setiap karyawan.

2. Melakukan evaluasi terkait peralatan kerja (mesin produksi) dan lingkungan kerja di
perusahaan.

3. Memasang rambu-rambu keselamatan terkait K3 di tempat-tempat yang rawan


kecelakaan atau rawan bahaya, serta penyediaan Alat Pelindung Diri (APD).

4. Memberikan sarana dan fasilitas kesehatan, serta jaminan kesehatan ketenagakerjaan


kepada karyawan.

2.6.3 Kebijakan Zero Accident


Adapun kebijakan Zero Accident yang dibuat oleh PT. Dua Kelinci :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja tanpa menghilangkan waktu kerja sesuai


dengan peraturan pemerintah dan persyaratan terkait Zero Accident.

2. Menjamin semua tenaga kerja dengan mengikut sertakan tenaga kerja ke dalam
program JAMSOSTEK atau Jaminan Ketenagakerjaan.

3. Melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) dan


mejalankan serta mengevaluasi program Keselamtan dan Kesehatan Kerja berjalan
dengan baik dan benar.

2.6.4 Tanggung Jawab Perusahaan


Sebagai salah satu bentuk perhatian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja karyawannya adalah dengan menyediakan ruang kesehatan yang digunakan karyawan
apabila karyawan sakit ataupun sebagai sarana penolongan pertama jika terjadi kecelakaan di
perusahaan. Di setiap ruang produksi maupun ruang kantor terdapat alat pemadam kebakaran
yang tentunya mudah di jangkau dan ditemukan karyawan. Membuat denah zona aman atau
titik kumpul sebagai pusat untuk evakuasi bilamana terjadi kecelakaan atau bencana gemapa
bumi dan kebakaran. Salah satu anggota dari divisi K3 selalu melakukan pemeriksaan rutin
terhadap keamanan kerja dua minggu sekali, contohnya pemeriksaan terhadap mesin-mesin

13
produksi mengalami gangguan atau tidak, pemeriksaan kabel-kabel arus listrik, pemeriksaan
pengaman atau pelindung yang terpasang di mesin produksi masih layak dipakai atau tidak
atau hanya sekedar mengobrol kepada karyawan apakah mereka memiliki keluhan ataupun
saran terkait tentang keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Hasil dari pemeriksaan
ini nantinya akan dilaporkan dan dibahas dalam rapat bulanan perusahaan PT DUA KELINCI
memberikan jaminan kepada tenaga kerja berdasarkan jenis tenaga kerja di perusahaan, antara
lain :

a. Untuk karyawan bulanan adalah jamsostek untuk jaminan hari tua.

b. Untuk karyawan kontrak adalah jamsostek (non hari tua) kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

c. Untuk karyawan harian tetap adalah jamsostek untuk hari tua.

Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat ketentuan-ketentuan terhadap fasilitas


kesehatan yang diberikan PT. Dua Kelinci kepada karyawannya, yaitu :

1. Jenis dari fasilitas kesehatan adalah adanya bantuan pengobatan di klinik yang telah
disediakan oleh perusahaan sebagai bantuan pengobatan rawat jalan bagi karyawan, di
klinik telah disediakan dokter atau perawat untuk memeriksa penyakit karyawan,
adanya program KB bagi karyawan yang telah berkeluarga dan pembelian obat-obatan
sesuai dengan resep dokter.

2. Pemberian rujukan ke rumah sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaan bilamana
karyawan mengalami sakit ataupun kecelakaan kerja yng mengharuskan karyawan
rawat inap ataupun memerlukan tindakan serius.

3. Di klinik perusahaan juga memberikan layanan pemeriksaan atau general chek-up


rutin kepada karyawan 2 bulan sekali.

2.7 Keselamatan Kerja


No Pertanyaan SS S KS TS STS Total Skor Kategori
5 4 3 2 1
1. Semua 24 45 6 - 1 319 Baik
peralatan kerja (120) (180) (18) (0) (1)

14
dalam kondisi
baik dan layak.
2. Perusahaan 17 53 6 - - 315 Baik
melakukan (85) (212) (18) (0) (0)
pengawasan
rutin terhadap
pekerjaan
karyawan dan
peralatan kerja
(mesin).
3. Perusahaan 36 37 2 - 1 335 Baik
menyediakan (180) (148) (6) (0) (1)
Alat Pelindung
Diri seperti
sepatu boots,
masker, helm,
sarung tangan,
dll
4. Perusahaan 22 52 1 - 1 322 Baik
memberikan (110) (208) (3) (0) (1)
pelatihan
mengenai
bertindak
aman saat
bekerja bagi
karyawan
5 Perusahaan 22 51 1 - 1 318 Baik
memberikan (110) (204) (3) (0) (1)
rambu-rambu
keselamatan
pada
lingkungan
kerja dan
peralatan kerja
yang rawan
bahaya
6. Perusahaan 18 53 5 - - 317 Baik
menerapkan (90) (212) (15) (0) (0)
SOP dengan
benar
7. Karyawan 21 49 1 1 4 310 Baik
bekerja dalam (105) (196) (3) (2) (4)
kondisi
lingkungan
kerja yang
aman dan
besih
8. Karyawan 22 53 1 1 - 327 Baik
berhati-hati (110) (212) (3) (2) (0)
dalam

15
menyalakan
dan mematikan
Rerata Keselamatan Kerja 320,87 Baik
Jawaban responden tentang presepsi Keselamatan Kerja di PT Dua Kelinci secara
keseluruhan tergolong baik dengan rerata skor 320,87, hal ini dapat dijelaskan program
keselamatan kerja di perusahaan berjalan dengan baik , artinya bahwa perusahaan menyediakan
alat pelindung diri, pengawasan rutin terhadap pekerjaan karyawan dan peralatan kerja.
Perusahaan juga mengadakan pelatihan bertindak aman dan memasang rambu-rambu
keselamatan pada tempat-tempat yang rawan bahaya

Akan tetapi pada poin pertanyaan ketujuh tentang karyawan bekerja dalam kondisi
lingkungan kerja yang aman dan bersih mendapatkan skor 4 penilaian sangat tidak setuju dari
karyawan dikarenakan lingkungan produksi terdapat debu dan lantai yang licin akibat minyak
dan tepung yang menyebabkan karyawan tergelinci pada saat bekerja, walaupun karyawan
telah menggunakan sepatu boots. Pada poin pertanyaan pertama tentang peralatan kerja juga
terdapat 1 skor penilaian sangat tidak setuju dikarenakan ada beberapa peralatan kerja yang
tidak memiliki pengaman ataupun pengamannya sudah rusak. Pada penyediaan APD
mendapatkan 1 skor sangat tidak setuju dikarenakan pada divisi Bijian tidak tersedianya sepatu
boots, hal ini membuat karyawan merasa takut jika nanti mereka tergelincir karena kondisi
lantai yang terkena minyak dan tepung.

Untuk menjamin keselamatan kerja karyawan di PT Dua Kelinci menyediakan alat


pemadam kebakaran di setiap bagian produksi yang ditempatkan di tempat-tempat yang mudah
dijangkau dan dilihat oleh karywan yang akan digunakan untuk mengantisipasi kebakaran serta
adanya jalur evakuasi jika sewaktu-waktu kebakaran ataupun bencana lainnya yang terjadi dan
adanya rambu-rambu tanda keselamatan kerja yang ada pada tempat ataupun benda yang rawan
bahaya.

2.8 Kesehatan Kerja


Berdasarkan jawaban responden tehadap kuesioner yang telah dibagikan dapat diketahui
tanggapan atau presepsi karyawan mengenai kesehatan kerja, pada tabel berikut :

N Pertanyaan SS S KS TS STS Total Skor Kategori


o
4 3 2 1
5

16
1 Tempat kerja 44 32 - - - 348 Baik
. menyediakan (220) (128) (0) (0) (0)
klinik dan obat-
obatan untuk
pertolongan
pertama bila
terjadi kecelakaan
2 Perusahaan 32 40 3 1 - 331 Baik
. memberikan (160) (160) (9) (2) (0)
jaminan kesehatan
kepada karyawan
3 Karyawan yang 26 45 5 - - 325 Baik
. sakit akan dirujuk (130) (180) (15) (0) (0)
ke rumah sakit
yang telah
ditentukan/ditunju
k perusahaan
4 Perusahaan 16 43 15 - 2 299 Baik
. melakukan tes (80) (172) (45) (0) (2)
pemeriksaan rutin
kepada karyawan
5 Perusahaan 16 45 11 3 1 292 Baik
. membuat (80) (172) (33) (6) (1)
pengudaraan/venti
lasi udara di ruang
kerja dengan baik
6 Karyawan mampu 17 52 7 - - 314 Baik
. menciptakan (85) (208) (21) (0) (0)
lingkungan kerja
yang bersih dari
sumber penyakit
(tidak ada
waste/kotoran
menumpuk atau
berserakan)
7 Perusahaan 14 48 8 3 2 294 Baik
. menyediakan (70) (192) (24) (6) (2)
penyedot debu
(dustcollector) di
ruang kerja
8 Perusahaan 33 40 1 1 1 331 Baik
. menyediakan (165) (160) (3) (2) (1)
ruang istirahat
bagi karyawan
Rerata Kesehatan Kerja 316,75 Baik

17
Berdasarkan tabel tentang Kesehatan Kerja dapat dijelaskan bahwa jawaban responden
terkait kesehatan kerja di perusahaan tergolong baik dengan rerata skor 316,75. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa perusahaan memberikan jaminan kesehatan berupa BPJS, menyediakan
klinik dan pertolongan pertama kepada karyawan sebagai jaminan terhadap keselamatan kerja
di tempat kerja dan lingkungan kerja, selain itu perusahaan juga memberikan pengobatan
ataupun pertolongan kesehatan terhadap karyawan yang mengalami kecelakaan di luar
perusahaan.

Pada poin pertanyaan ke-empat tentang tes kesehatan rutin, terdapat 2 karyawan yang
menjawab sangat tidak setuju dikarenakan tes kesahatan ini dilakukan 4 bulan sekali.
Karyawan menginginkan adanya tes kesehatan rutin ini dilakukan 2 bulan sekali agar mereka
juga dapat mengetahui apakah kondisi fisik mereka bagus atau tidak dengan pekerjaan yang
mereka lakukan di perusahaan. Sedangkan pada poin pertanyaan ke-tujuh tentang penyediaan
duscollector atau mesin penyedot debu terdapat 2 karyawan yang menjaab sangat tidak setuju
dikarenakan fungsi dari mesin penyedot debu ini tidak berfungsi dengan efisien dimana mesin
penyedot debu tidak dapat menyedot keseluruhan debu akibat proses produksi, akibatnya
perusahaan menggunakan cara lain yaitu dengan menyemprot debu menggunakan compressor
ataupu menyapu sisa debu produksi.

Dengan adanya penyediaan dusctcollector atau penyedot debu di ruang produksi


dengan baik maka kebersihan lingkungan tempat kerjapun akan remaking baik, debu yang
diakibatkan proses produksi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
maka dari itu perusahaan tidak hanya mengandalkan penyedot debu saja melainkan dengan
menyapu ataupun menyemprot debu dengan kompresor. Karyawan juga mendapatkan jaminan
kesehatan dari perusahaan pada saat karyawan sakit dan yang memerlukan perawatan rawat
inap di rumah sakit, maka perusahaan akan memberikan surat rujukan dari klinik perusahaan
untuk dirujuk ke rumah sakit yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dengan adanya jaminan
kesehatan kerja berupa tes kesahatan rutin yang diadakan oleh perusahaan untuk karyawan ini
karyawan merasa adanya jaminan kesehatan yang layak dan terjamin, serta jaminan kesehatan
lain berupa waktu istirahat yang cukup dan adanya ruang istirahat yang dapat digunakan
karyawan

Untuk upaya nihil kecelakaan kerja perusahaan melakukan banyak hal, salah satunya
adalah dengan memberikan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada
karyawan yang akan memperbaiki kualitas kerja karyawan, memperbaiki peralatan kerja yang

18
kurang aman. Pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di berikan perusahaan kepada
karyawan pada saat pertama kali karyawan diterima kerja, peserta yang mengikuti pelatihan
berjumlah 20 sampai 25 peserta akan tetapi jumlah peserta tergantung pada berapa banyak
pelamar kerja yang diterima oleh perusahaan. Jika pelamar kerja melebihi 25 orang maka
pelatihan akan dibagi menjadi beberapa hari. Di perusahaan terdapat ruangan serba guna yang
dapat digunakan untuk pelatihan. Pelatihan K3 sendiri memiliki klasifikasi sebagai berikut :

1. Pelatihan khusus K3, pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing
pekerja. Misalnya, pekerja diberi pelatihan cara mengoperasikan mesin kerja dengan benar
dan bagaimana cara membersihkan peralatan kerja ataupun bagaimana menggunakan APD
dengan benar.

2. Induksi K3, pelatihan ini diberikan sebelum karyawan memasuki tempat kerja.
Misalnya, pekerja diberi pelatihan tata cara mensterilkan diri mereka sebelum memasuki
tempat kerja, terutama pada bagian yang memproduksi snack (wafer).

3. Pelatihan umum K3, pelatihan ini bersifat umum dan diberikan kepada semua tenaga
kerja. Pelatihan in berupa menanamkan budaya K3 di kalangan karyawan. Misalnya,
pelatihan tentang bertindak aman saat bekerja dan petunjuk keselamatan pada saat keadaan
darurat dan tata cara menggunakan hydrant, serta pelatihan tentang kesehatan dimana
tenaga kerja diberikan tata cara penolongan pertama pada saat terjadi kecelakaan kerja.

Pada pertanyaan ke-empat tentang pencegahan pencemaran lingkungan dan penyakit


akibat kerja mendapatkan 2 penilian sangat tidak setuju dari karyawan dikarenakan penyakit
akibat kerja yang sering kali terjadi adalah tergelincir atau terkilir akibat lantai produksi yang
terkena tumpahan minyak dan tepung. Pembersihan pada setiap divisi ini tidak dapat dilakukan
setiap hari karena perusahaan beroperasi memproduksi bahan baku menjadi produk yang siap
dijual pada setiap harinya, pembersihan ruang produksi dilakukan pada saat permintaan akan
pesanan produk berkurang ataupun produk yang ada di gudang sudah melampaui batasnya.
Dikarenakan hal tersebut, waktu pembersihan ruang produksi tidak dapat ditentukan dengan
pasti. Dan pada poin pertanyaan ke-delapan tentang karyawan saling mengingatkan satu sama
lain pentingnya K3 mendapatkan 1 skor penilaian sangat tidak setuju, hal ini dikarenakan ada
beberapa karyawan yang tidak taat terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD), beberapa

19
karyawan asik mengobrol satu sama lain dengan melapaskan masker akibatnya karyawan
mendapatkan teguran dari pihak divisi K3.

Begitu juga dengan hukuman atau sanksi bagi karyawan yang melanggar peraturan terkait K3.
Adapun beberapa hukuman atau sanksi bagi karyawan yang melanggar peraturan sebagai
berikut:

1. Surat Teguran Tertulis (masa berlaku 3 bulan).

2. Surat Peringatan Tertulis I (masa berlaku maksimal 6 bulan).

3. Surat Peringatan Tertulis II (masa berlaku maksimal 6 bulan).

4.Surat Peringatan Tertulis III (masa berlaku maksimal 6 bulan).

5. Pemutusan Hubungan Karaj (PHK), dan

6. Skorsing, dengan ketentuan 3 hari s/d 30 hari dan bisa disertai dengan SPT.

Hal ini dijelaskan bahwa melalui hukuman atau sanksi, karyawan akan lebih memahami
pentingnya keselamatan diri mereka sendiri, sehingga dapat meminimalisasikan kecelakaan.
Pentingnya keselamatan dan kesehatan bukan terletak pada bagaimana perusahaan selalu
memberikan pengarahan melainkan kembali pada diri sendiri untuk saling mengingatkan satu
sama lain tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Untuk
meminimalisasikan kecelakaan nihil di perusahaan maka disediakannya program dan jaminan
terkait tentang keselamatan dan kesehatan keja serta upaya pelatihan dan pengawasan terkait
K3 dan perbaikan serta evaluasi terkait Sistem Manajemen K3.

Adapun contoh formulir kecelakaan kerja dan penyebabnya yang terjadi pada tahun 2015 di
PT. Dua Kelinci pada bulan Januari dan Febuari dengan kategori kecelakaan ringan dan berat,
sebagai berikut :

JANUA TG WKT Nama Bagia Lokas Bagian Tindak Hari


RI 2015 L n i Luka Lanjut Hilang
No

20
1 05- 13.30 Amin Tepun Ds. Tangan BP 15
Jan Sayek g KA Hadiw dan kaki
ti arno memar
2 13- 05.20 Sukan S.F Depan Tangan BP 7
Jan ah Polon BLK kanan dan
g Pati kaki kiri
lecet
3 07- 06.30 Sulika QC Jl. Kaki RS.Suwond 19
Jan h Pati- kanan dan o
Kudus pantat luka
Depan
BRI
4 29- 13.45 Priyan FD Prod. Kaki kiri RS. 3
Jan ti K. Suwondo
Oven
5 21- 05.30 Sariati Wafer Prod. Jari RS. 3
Jan K. telunjuk Suwondo
Oven kanan
Total hari kerja yang hilang 53

No Nama PENYEBAB
1 Amin Sayekti Pada saat berangkat kerja naik
motor, menghindari orang yang
menyebrang tiba-tiba sehingga
terjatuh dari motor.
2 Sukanah Saat pulang kerja sesampainya di
depan BLK ada genangan air
dengan lubang yang dalam
sehingga roda sepeda motor
masuk ke dalam lubang dan
terjatuh.
3 Sulikah Saat berangkat kerja, tepatnya di
depan BRI ada motor di depan
yang berhenti mendadak
sehingga menabrak dan terjatuh.
4 Priyanti Pada saat mengambil HN
Jagung, jalannya menurun hand
paletnya langsung di belokkan
ke kiri sehingga terbentur
ampalan, kaki kiri menahan hand
palet dan terjepit rodanya.
5 Sariati Saat membersihkan seluncuran
wafer, tiba-tiba jari terkena pisau
pemotong.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agnoraga, Pandji. 2006 . Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT INDEKS.
Hasibuan, Melayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Kusuma, Ibrahim J dan Darmastuti Ismi. 2010. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi
Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan PT. Bitratex
Industries Semarang. Vol. 7 No. 1 : Universitas Diponegoro.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 111

22

Anda mungkin juga menyukai