Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TETAP

BATCH DISTILATION COLUMN


LABORATORIUM TEKNIK SEPARASI DAN PURIFIKASI

DISUSUN OLEH
FAISAL AKBAR ADIN (03031181823010)
NUCKE AURELIA (03031281823048)
User
2020-10-22 10:14:04
SIMON FREDY PARLINGUNGAN NADEAK (03031381823074)
--------------------------------------------
NICOLE JOVANKA KRISTALISIA (03031381823088)
ini 1 pt, jdiin 1,5 pt yaa
INDAH WAHYUNI (03031381823090)

NAMA CO-SHIFT : MUHAMMAD AKBAR RAY


ALMAFITRI OCTAVIRANY HERAWATI

NAMA ASISTEN : MUHAMMAD AKBAR RAY


MUHAMMAD FIKRI PRATAMA

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA 2020
ABSTRAK

Distilasi merupakan salah satu operasi pemisahan yang banyak


diaplikasikan dalam industri kimia. Prinsip dari distilasi sendiri secara singkat
berupa pemisahan antara dua senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan titik
didih untuk memperoleh senyawa yang lebih murni. Tujuan dari praktikum ini
untuk menentukan nilai boil-up rate, pressure drop, dan degree of foaming. Feed
yang digunakan berupa etanol dan air dengan perbandingan 1:1, menggunakan
kondensat berupa air suling dengan laju 2500 mililiter per detik.
User
2020-10-22 10:00:35
Etanol dengan titik didih lebih rendah atau dikenal sebagai fraksi ringan
--------------------------------------------
akan mengalami penguapan terlebih dahulu, kemudian dikondensasi
-kepanjangan abstraknya:(
-hanya 1 paragraf
menggunakan air dingin sehingga terbentuk etanol yang -tidak
lebih ada
murni. Alat
kalimat yg yang
menjorok
-kata 'kata kunci' di bold
digunakan dalam distillation batch system berupa kolom distilasi, kolom destilat,
reboiler, dan control panel. Tahap percobaan yang dilakukan terbagi menjadi tiga,
yaitu persiapan bahan baku, proses utama, dan proses akhir.
Tahap persiapan bahan baku diawali dengan pemanasan etanol dan air
pada reboiler. Feed yang telah dipersiapkan akan diumpankan ke dalam kolom
destilasi sebagai tahap utama. Hasil destilasi berupa etanol berfasa uap
dikondensasi menggunakan air kondensat sehingga dihasilkan etanol yang lebih
murni. Sampel dari hasil destilasi dapat diambil melalui valve-4. Analisa boil-up
rate diamati dari data control panel, pressure drop diukur dari manometer yang
tersedia dengan membuka valve-6 dan valve-7, sedangkan degree of foaming
dapat diamati dari jenis gelembung yang terbentuk pada kolom distilasi.
Nilai boil-up rate sampel pertama ketika digunakan daya sebesar 0.5kW
adalah 4.3000mL/10 detik dan overall pressure drop sebesar 19 cmH2O dengan
degree of foaming berjenis gentle localized. Daya sebesar 0.75kW menghasilkan
boil-up rate sebesar 6.5000mL/10 detik dengan overall pressure drop sebesar 20
cmH2O, kategori degree of foaming berjenis violent localized. Data seterusnya
akan mengalami kenaikan seiring dengan naiknya daya yang digunakan.

Kata kunci: distilasi, refluks, boil-up rate, pressure drop, degree of foaming

1
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1. Latar Belakang


Proses industri merupakan suatu kegiatan pengolahan bahan baku atau
input menjadi suatu produk atau bahan jadi dengan melalui serangkaian alat.
Proses pembuatan suatu produk di industri kimia terdiri atas tiga tahap yang
User
dilakukan. Tahap pertama berupa persiapan bahan baku atau feed yang
2020-10-22 akan
07:04:38
--------------------------------------------
lumrah kalimatnya agak jarang2

digunakan sebagai bahan dasar dalam proses selanjutnya. Tahap kedua terjadi
tahap sintesis dimana reaktan atau feed yang telah dipersiapkan akan direaksikan
di dalam suatu reaktor sehingga menghasilkan produk. Tahap ketiga ialah tahap
pemurnian atau purifikasi produk yang telah dihasilkan pada tahap sintesis. Tahap
purifikasi yang umum dilakukan di beberapa industri, salah satunya berupa proses
distilasi atau proses penyulingan antara dua atau lebih komponen.
Proses distilasi merupakan suatu proses dengan tujuan memisahkan dan
User
memurnikan campuran kimia berdasarkan perbedaan titik didih antara
2020-10-22 dua atau
10:01:07
--------------------------------------------
lebih campuran. Proses distilasi melibatkan proses penguapan
tipuscairan dengan cara
bangett
jelasin
dipanaskan, kemudian uap yang dihasilkan akan didinginkan urgensi
kembali nya kalian melakukan
menjadi
praktikum
cairan sehingga diperoleh produk akhir berupa cairan yang dikenal dengan istilah
distilat. Zat dengan titik didih yang lebih rendah akan terevaporasi terlebih dahulu,
sedangkan zat yang memiliki titik didih lebih tinggi akan mengembun dan akan
mengalami penguapan ketika mencapai titik didihnya.

Prosedur dari proses distilasi secara praktikal bergantung pada sifat dari
campuran kimia yang digunakan. Proses distilasi ini termasuk dalam unit proses
kimia jenis perpindahan massa. Umumnya proses distilasi skala industri dilakukan
dengan bantuan alat berupa menara distilasi atau kolom distilasi. Kolom distilasi
termasuk dalam salah satu teknologi separasi yang banyak digunakan dalam
industri, seperti industri kimia dan industri perminyakan. Kontrol menara distilasi
menjadi topik yang paling banyak dipelajari di bidang kontrol proses dan kimia
proses. Dalam skala laboratorium, proses distilasi yang dilakukan menggunakan
distilasi sistem batch untuk memisahkan dua jenis campuran.
2
3

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengaruh panas dari reboiler terhadap kondensat yang
dihasilkan?
2) Bagaimana pengaruh reflux ratio terhadap kebutuhan panas pada kolom
distilasi?
User
3) Bagaimana pengaruh proses retrification pada kolom distilasi?
2020-10-22 07:09:25
--------------------------------------------
4) Bagaimana pengaruh besarnya daya pada reboiler terhadap boil-up
RM sesuaikan dgnrate?
tujuan percobaan yg
diberikan
5) Bagaimana pengaruh dari komposisi feed pada proses distilasi?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh panas dari reboiler terhadap kondensat yang
dihasilkan.
2) Mengetahui pengaruh reflux ratio terhadap kebutuhan panas pada kolom
distilasi.
3) Mengetahui pengaruh proses retrification pada kolom distilasi.
4) Mengetahui pengaruh besarnya daya pada reboiler terhadap boil-up rate.
5) Mengetahui pengaruh dari komposisi feed pada proses distilasi.

1.4. Manfaat
1) Dapat memahami pengaruh panas dari reboiler terhadap kondensat yang
dihasilkan.
User
2) Dapat mengetahui pengaruh reflux ratio terhadap kebutuhan panas pada
2020-10-22 07:11:06
--------------------------------------------
kolom distilasi. manfaat bukan menyesuaikan tujuan
3) Dapat memahami pengaruh adanya proses retrification pada kolom distilasi.
4) Dapat pengaruh besarnya daya pada reboiler terhadap boil-up rate.
5) Dapat pengaruh dari komposisi feed pada proses distilasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesetimbangan Uap-Cair


Kesetimbangan didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi dimana
tidak terjadi perubahan dari sistem terhadap waktu. Kesetimbangan ditinjau
berdasarkan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Kesetimbangan
sebenarnya tidak pernah dapat tercapai jika ditinjauh berdasarkan sifat
mikroskopisnya. Titik kesetimbangan hanya dapat dicapai jika ditinjau secara
teoritis dan jika ditinjau berdasarkan waktu yang tidak terhingga. Kesetimbangan
juga dapat dilihat jika jarak antara keadaan sistem dengan titik setimbang dekat,
maka gaya penggerak proses dan laju proses akan menjadi semakin kecil.
Kesetimbangan uap-cair ditentukan dengan meninjau variabel konstan saat
waktu yang telah ditentukan. Kesetimbangan uap-cair didefinisikan sebagai
keadaan dimana kecepatan pembentukan molekul uap dan kecepatan molekul cair
setara. Kesetimbangan uap-cair juga dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana
kecepatan evaporasi suatu cairan sama dengan kecepatan kondensasi dari suatu
uap. Suatu entitas yang berada pada keadaan kesetimbangan uap-cair disebut
dengan fluida jenuh. Data kesetimbangan uap-cari sangat diperlukan untuk
menghitung perancangan desain dari kolom distilasi. Perancangan desain kolom
distilasi memerlukan data kesetimbangan uap-cair yang akurat. Data
kesetimbangan uap- cair didapatkan dari hasil percobaan yang telah dikorelasi.
(Sari, 2012)
Pengukuran data kesetimbangan uap-cair dilakukan saat keadaan tekanan
yang sama atau isobar yang diukur pada tekanan atmosfer. Data kesetimbangan
uap-cair yang telah didapatkan dari percobaan akan dikumpulkan dan diselaraskan
dengan persamaan koefisien aktifitas. Koefisien aktifitas ini dapat berupa model
perhitungan Wilson, Non-Random Two-Liquid (NRTL), dan Universal Quasi-
Chemical (UNIQUAC). Pemilihan model persamaan tersebut didasarkan dari
kemampuan masing-masing model yang baik dalam memodelkan kesetimbangan
campuran ideal dan tidak ideal. Model perhitungan kesetimbangan uap-cair secara
termodinamika adalah menggunakan metode Mergules (Mustain dkk, 2017).

4
5

2.2. Volatilitas Larutan dan Hukum Raoult


Volatilitas larutan merupakan sifat kecendrungan dari suatu larutan untuk
berubah fase menjadi fase uap. Saat keadaan tertentu, suatu senyawa dengan
tekanan uap yang tinggi akan lebih mudah berubah menjadi fase uap
dibandingkan zat dengan tekanan uap yang rendah. Tekanan uap suatu larutan saat
suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan yang dihasilkan dari perlakuan
molekul- molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan. Larutan dengan
tekanan uap yang tinggi atau dapat disebut dengan cairan volatil akan mendidih
pada suhu yang lebih rendah. Volatilitas suatu larutan dipengaruhi oleh jumlah
komponen yang terkandung dalam larutan tersebut. Volatilitas merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kondisi operasi dari kolom distilasi. (Handayani
Marie Francois Raoult merupakan ilmuwan yang menarik kesimpulan
User
dan Sujarwo, 2020) 2020-10-22 07:12:11
--------------------------------------------
mengenai sifat-sifat koligatif dari larutan yang dikenal jarang2
sebagaikatanya,
hukum mirip
Raoult.
sm kelompok
sebelumnya
Hukum Raoult menyimpulkan mengenai sifat-sifat dari tekanan uap larutan yang
mengandung zat pelarut yang bersifat nonvolatil, dan menyimpulkan aktivitas air.
User
Hukum Raoult menyimpulkan bahwa “Tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat
2020-10-22 07:12:39
terlarut dalam suatu larutan akan mempengaruhi tekanan--------------------------------------------
uap larutan ideal”.
ga perlu pake tanda ""
Penggunaan hukum Raoult sangat penting untuk mengetahui sifat karakteristik
dari suatu larutan. Menurut hukum Roult dijelaskan bahwa tekanan parsial dari
uap komponen yang volatil atau mudah menguap pada suatu larutan sama dengan
tekanan uap murni dikali dengan fraksi molal komponen. Kemunculan zat terlarut
pada suatu larutan mengakibatkan tekanan uap zat pelarut menjadi berkurang,
sehingga terjadi perubahan terhadap sifat koligatif dari larutan. (Smith dkk, 2001)
Larutan ideal merupakan larutan yang sesuai dengan hukum Raoult. Pada
larutan ideal, interaksi antar molekul individu pada kedua komponen setara
dengan
interaksi antara molekul pada tiap komponen. Pada kenyataanya tidak ada larutan
yang benar-benar ideal. Namun, terdapat beberapa komponen
User yang mendekati
2020-10-22 10:02:13
--------------------------------------------
kondisi larutan ideal yaitu campuran antara hexana dan heptana, campuran benzena
typo stripnya kurang?
dan metilbenzena, campuran propan-1-ol dan propan-2ol. Hukum Raoult dapat
digunakan untuk dua larutan yang mudah menguap atau larutan volatil. Penggunaan
hukum Raoult akan memudahkan untuk menentukan sifat koligatif larutan.
Molekul dengan energi besar dalam suatu larutan dapat menggunakan
energinya untuk menghilangkan kekuatan tarik intermolekuler pada permukaan
cairan melepaskan diri untuk berubah dari fase cairan menjadi fase uap. Jika daya
intermolekuler semakin kecil, maka molekul yang dapat melepaskan diri pada
suhu tertentu akan semakin banyak. Saat suhu yang ditentukan, beberapa molekul
akan memiliki energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan.
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, sifat volatilitas suatu
molekul tidak berubah. Sehingga pembagian dari tiap jenis molekul yang
melepaskan diri tetap setara maka hanya ada beberapa jenis molekul yang dapat
terlepas dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu. Jika komposisi
campuran berubah, kecenderungan molekul untuk berubah fase juga berubah.
(Smith dkk, 2001)
Larutan ideal merupakan campuran antara dua zat yang mempunyai besar
molekul yang hampir sama dan memiliki gaya van der Waals yang setara. Ukuran
molekul keduanya tidak sama sehingga walaupun campuran ini mendekati larutan
ideal, namun tetap bukan merupakan campuran ideal. Larutan ideal tidak memiliki
energi entalpi. Jika suhu larutan yang dicampur berubah, maka larutan tersebut
bukanlah larutan ideal melainkan larutan tidak ideal (Budiaman dkk, 2017)
Larutan non-ideal merupakan larutan yang mengalami deviasi atau
User
penyimpangan dari hukum Raoult. Terdapat dua penyimpangan pada
2020-10-22 hukum
10:02:44
--------------------------------------------
Raoult, berikut akan dijelaskan mengenai dua penyimpangan hukum Raoult.
1 paragraf minimal 5 baris
2.2.1. Penyimpangan Positif
Penyimpangan positif dari hukum Raoult terjadi ketika masing–masing zat
memiliki interaksi lebih kuat dibandingkan interaksi pada campuran zat ( A – A,
B User
2020-10-22 10:03:03
--------------------------------------------
– B > A – B). Dampak dari penyimpangan positif ini adalah tekanan uap dari
sumber?
larutan akan lebih besar dibanginkan larutan ideal. Larutan dengan penyimpangan
positif akan memiliki komposisi tidak terbatas. Contoh dari penyimpangan positif
terjadi pada larutan campuran antara etanol dan n–hekasana.
2.2.2. Penyimpangan Negatif
User
Penyimpangan negatif terjadi ketika campuran zat memiliki interaksi lebih
2020-10-22 10:02:56

kuat dibandingkan interaksi pada masing–masing zat (A – --------------------------------------------


B > A – A, B – B).
minimal 5 baris 1 paragraf
Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.
2.3. Sistem Biner
Campuran biner merupakan campuran yang terdiri dari dua zat yang
bercampur secara homogen. Suatu larutan biner dapat dipisahkan dengan metode
separasi yang disebut sebagai distilasi. Pemisahan dengan metode destilasi
didasarkan pada perbedaan titik didih dimana zat dengan titik didih rendah akan
menguap terlebih dahulu, sehingga pada suatu titik didih tertentu komposisi uap
tidak akan sama dengan komposisi dalam keadaan cair. Sistem biner dapat
bersifat ideal maupun tidak. Jika larutan biner bersifat ideal, maka larutan tersebut
akan mengikuti hukum Raoult pada seluruh bagian komposisi, sehingga akan
mengubah volume dari campuran larutan. Larutan biner yang ideal juga akan
memiliki perubahan entalpi yang bernilai sama dengan nol. (Smith dkk, 2001)
Sistem biner yang tidak mengikuti hukum Raoult disebut sebagai sistem
biner tidak ideal. Sistem biner ini melibatkan sifat-sifat molal parsial, yaitu
volume molal sebagian dari komponen dalam larutan, perubahan entalpi molal
parsial atau perubahan entalpi diferensial larutan, perubahan energi dalam parsial
molal, dan potensial kimia dari suatu larutan. Seluruh variabel tersebut dapat
ditinjau melalui perhitungan analitik, metoda grafik, atau persamaan suatu fungsi.
Suatu koefisien aktifitas dapat digunakan untuk meninjau penyimpangan larutan
ideal. Nilai koefisien aktifitas dapat berbeda, namun karakteristik termodinamika
tetap sama.
Karakteristik termodinamika suatu campuran seperti campuran etanol dan
air contohnya seperti koefisien aktifitas, perubahan entropi, perubahan entalpi dan
perubahan energi Gibbs dapat dicari dengan metode pendekatan sifat koligatif
suatu larutan campuran dengan memvariasikan titik didih dan variasi komposisi.
Perubahan entalpi pembentukan uap pada sistem biner campuran antara etanol dan
air yang memiliki nilai positif menunjukkan jika proses evaporasi dari sistem
biner campuran etanol-air memiliki sifat endotermik (Handayani dan Sujarwo,
2020).
Namun jika meninjau berdasarkan nilai perubahan energi bebas Gibbs
yang memiliki nilai negatif akan menunjukkan bahwa proses pencampuran etanol
dan air pada berbagai komposisi dapat terjadi dengan spontan. Hal ini ditinjau
juga melalui nilai perubahan entropi campuran yang memiliki nilai positif. Nilai
koefisein aktivitas yang mendekati nilai menunjukkan jika penyimpangan sistem
dari sistem
ideal tidak terlalu besar, sehingga dapat dianggap sebagai campuran larutan ideal.
Nilai penyimpangan sistem biner ideal ini dapat ditinjau melalui diagram fasa
sistem campuran biner etanol-air. Diagram fasa menunjukkan kurva deviasi
positif dan negatif dengan nilai kecil pada berbagai komposisi (Soewarno dkk,
2006)

2.4. Konsep Perkembangan Separasi dan Purifikasi Distilasi


Distilasi merupakan suatu metode pemisahan suatu campuran dengan
berdasarkan perbedaan titik didih campuran yang ingin dipisahkan. Distilasi
adalah salah satu proses pemisahan secara fisika dan tidak berlangsung reaksi
kimia. Konsep dasar dari penggunaan metode distilasi adalah dengan
memanfaatkan titik didih dari salah satu komponen dalam suatu larutan. Distilasi
melibatkan proses evaporasi atau penguapan yang dilanjutkan dengan proses
pendinginan uap yang diikuti proses kondensasi uap yang berubah menjadi fase
cair. (Wahyudi dkk, 2018) Destilasi pertama kali dikembangkan oleh ilmuwan
yunani pada abad awal masehi. Pengembangan distilasi ini ditujukan untuk
memproduksi senyawa spritus. Hypathia dari Alexandria merupakan ilmuwan
yang pertama kali merangkai rangkaian perlengkapan proses distilasi. Zosimus
dari Alexandria mengembangkan secara akurat tentang proses destilasi pada dekat
abad ke 4. Bentuk modern distilasi dikembangkan oleh ilmuwan Islam pada
masa kekhalifahan Abbasiah. Al-Raazi mengembangkan konsep pemisahan
alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui peralatan
alembik. Desain alembik digunakan sebagai inspirasi
pengembangan desain distilasi modern. (Handayani dan Sujarwo, 2020)
Pada awal abad ke-19, konsep awal dari distilasi modern dan proses
refluks telah dikembangkan. Contoh dari konsep konsep distilasi ini adalah kolom
distilasi wiski yang dikembangkan oleh Aeneas Coffey pada tahun 1830. Konsep
kolom distilasi wiski ini masih digunakan oleh industri petrokimia modern. Pada
tahun 1877, ilmuwan bernama Ernest Solvay mengembangkan kolom distilasi
amonia yang dapat digunakan untuk proses distilasi minyak bumi. Kemunculan
ilmu teknik kimia pada akhir abad ke-19 mengakibatkan metode ilmiah dan
empiris dapat diterapkan. Perkembangan industri minyak bumi yang berkembang
di awal abad 20 memberi dorongan kepada ilmuwan untuk mengembangan
metode desain alat distilasi yang akurat seperti metode McCabe–Thiele dan
persamaan Fenske.
2.5. Distilasi Batch dengan Sistem Reflux
Proses distilasi terbagi menjadi dua menurut operasinya yaitu distilasi
batch dan distilasi kontinyu. Sejumlah massa larutan akan menjadi umpan ke
dalam kolom distilasi, dan dibiarkan selama waktu tertentu tanpa terjadinya
penambahan umpan larutan. Waktu tertentu tersebut telah selesai berlangsung
barulah diambil hasil prosesnya atau berjalan satu kali proses saja. Proses distilasi
batch merupakan salah satu proses yang tradisional untuk memisahkan suatu
campuran larutan. Ciri khas dari distilasi dengan sistem batch bahwa laju alir
maupun komposisi dari feed, serta produk distilat berubah per waktu secara terus
menerus (Kister, 1992).
Pada proses distilasi batch, feed berupa uap yang telah dipanaskan oleh
reboiler secara kontinyu masuk melalui bagian bawah kolom. Karena, kolom
distilasi batch merupakan kolom yang tersusun dari enriching section, sedangkan
feed liquid/cairan masuk melalui bagian atas kolom. Tipe aliran nya dapat
diklasifisikan sebagai tipe aliran counter current atau berlawanan arah.
Proses ini dahulu sering digunakan untuk memurnikan minuman
beralkohol, minyak parfum, pembuatan obat-obatan dan penghasil minyak tanah.
Larutan akan menguap selama proses distilasi berlangsung, dan uap yang
terbentuk akan dikondensasikan oleh kondensor. Kelebihan proses ini yaitu dapat
memproduksi bahan kimia yang bagus dan spesialis. Metode distilasi batch sudah
mulai jarang digunakan dalam pabrik/industri kimia.
Distilasi tipe batch terdapat 3 tahapan yaitu evaporasi, separasi dan
kondensasi. Evaporasi merupakan proses penguapan larutan feed karena diberi
panas dari reboiler, dilanjutkan dengan tahapan pemisahan atau separasi untuk
memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah. Komponen dengan titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, kemudian terjadi kondensasi
uap. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih baik
Kapasitas volume operasi yang dapat ditampung oleh proses distilasi batch
lebih rendah dibandingkan dengan distilasi kontinyu (Towler dan Sinnott, 2012).
Proses akan berlangsung dalam kondisi operasi yang lebih sederhana dan murah
karena beberapa peralatan pendukung seperti seperti pompa dan boiler. Peralatan-
peralatan memiliki kapasitas minimum agar dapat digunakan pada skala industri.
Proses distilasi batch biasanya sangat cocok digunakan untuk memperoleh
kembali pelarut pada laboratorium dan pabrik skala pilot. Karakteristik dan sifat
feed maupun laju operasi yang cenderung fluktuatif dan berubah-ubah dapat
ditangani atau dikendalikan dengan lebih murah dan lebih fleksibel serta lebih
efisien dengan proses distilasi batch dengan sistem proses refluks (Kister, 1992).
Sistem distilasi batch biasanya diintegrasikan dengan sistem reflux, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemisahan dan konsentrasi produk akhir.
Peningkatan efisiensi operasi distilasi batch dilakukan dengan cara mengalirkan
kembali kondensat untuk masuk kembali ke kolom melalui bagian atas. Sistem
reflux akan memberikan kesempatan bagi sebagian cairan hasil kondensasi uap
dari kondensor agar dapat kontak ulang dengan fasa uap sepanjang kolom.
Waktu kontak antarfasa akan berlangsung lebih lama diiringi dengan
perpindahan panas dan massa yang kembali terjadi. Pemerataan distribusi suhu,
tekanan dan konsentrasi di setiap fasa akan meningkat dan kondisi kesetimbangan
akan mudah terwujud. Jumlah stage atau tahapan ideal yang digunakan akan lebih
sedikit dengan kemurnian hasil yang sama (Seider dan Lewin, 1999).
Perbandingan reflux yang semakin besar terhadap komposisi distilat artinya cairan
yang dikembalikan akan semakin meningkat. Perbandingan reflux itu sebagai
perbandingan antara uap yang terkondensasi dan cairan hasil kondensasi yang
dikembalikan ke dalam kolom. Peningkatan kontak antar fasa dan perpindahan
panas akan semakin tinggi jika perbandingan reflux nya semakin besar.
2.6. Komponen dalam Peralatan Distilasi User
2020-10-22 10:04:39
--------------------------------------------
Peralatan yang digunakan pada distilasi batch6 umumnya terdiri dari
pt dari paragraf
reboiler, tangki feed, kolom distilasi, plate/tray, kondensor, tangki penampung
kondensat, valve, reflux, termometer dan manometer. Alat yang digunakan pada
distilasi batch tentu berbeda bentuknya dengan alat distilasi kontinyu. Distilasi
batch tidak memiliki bagian stripping, bagian ini diganti dengan aliran feed
menuju kolom. Bagian retifying distilasi batch memiliki dua produk dan satu
produk intermediet. Tangki feed berfungsi sebagai tempat
penampungan dan User
2020-10-22 10:04:54
berlangsungnya pemanasan feed oleh --------------------------------------------
reboiler. Reboiler
bagian bawahnya dimaksimalkan 3 cm
berfungsi sebagai
memanaskan campuran larutan supaya dapat menguap.
Kolom distilasi berfungsi tempat kontak antar fasa uap dan cair, di kolom
ini pula terjadi perpindahan massa dan panas, di dalam kolom distilasi biasanya
terdapat tray atau packed. Tray atau plate berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan serta luas area kontak dan kemungkinan kontak antar fasa yang lebih
tinggi. Kolom distilasi berdasarkan jenis permukaan kontak dalam kolom, terbagi
menjadi dua yaitu kolom tray dan kolom packed. Sebuah kolom distilasi
berbentuk seperti cangkang atau shell vertikal dan tray digunakan untuk menahan
cairan di dalam kolom sehingga akan memperlama waktu kontak. Kolom packed
digunakan untuk meningkatkan kontak antara cairan dan uap (Seider dan Lewin,
1999).
Proses pemisahan kolom tray terjadi dengan mekanisme fasa cair melalui
User
tray-tray ini ke bagian bawah secara vertikal dan horizontal. Fasa07:22:27
2020-10-22 uap mengalir
--------------------------------------------
menuju ke atas kolom melalui tray-tray ini secara vertikal. Terjadi kontak antara
keknya ini bukan 1,28 cm yaa
uap yang mengalir dari bawah dan cairan yang ada di tray. Jenis-jenis tray dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu umum dan khusus. Jenis umum misalnya
bubble cap tray, sieve tray, dual-flow tray, valve tray sedangkan jenis khusus
misalnya flexytray (Koch) dan allast tray (Glitsch). Kolom packed merupakan
kolom distilasi yang di dalamnya berisi unggun (packing) tempat terjadinya
kontak antara fasa uap dan cair secara kontinyu dan berlawanan arah (counter-
current). Operasi kolom ini bergantung pada jenis material unggun dan
karakteristik fluida yang akan dipisahkan. Tujuan penggunaan packing ini ialah
untuk memaksimalkan efisiensi dan kapasitas pemisahan dengan cara
memaksimalkan luas permukaan kontak.
Kolom packed ini juga meningkatkan keseragaman distribusi uap dan
cairan pada permukaan kontak, meminimalkan cairan yang tergenang dan
mempermudah proses pemisahan yang berlangsung. Jenis packing dapat terbagi
menjadi dua yaitu random packing atau damped packing misalnya rasching rings,
lessing rings, pall rings, berl saddle, intalox saddle. Structure packing misalnya
wire-mesh structured packing dan corrugated structured packing (Kister, 1992).
Pertimbangan jenis kolom perlu dilakukan dengan cara membandingkan
biaya tiap-tiap desain atau berdasarkan pengalaman ataupun percobaan melalui
pilot plant. Pertimbangan ini mutlak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
semakismal mungkin dengan modal seminimal mungkin supaya prosesnya efisien.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat mendesain suatu kolom distilasi yaitu
kolom tray dapat didesain untuk menangani rentang laju alir cairan dan uap yang
lebih lebar. Distribusi cairan di dalam kolom akan lebih baik menggunakan kolom
tray bila laju alir cairan kecil, kecuali dengan diameter yang relatif kecil akan
lebih baik jika menggunakan kolom packed. Kontrol suhu akan lebih mudah
dilakukan pada kolom tray, karena dapat dengan mudah disisipkan pada jarak
antar tray.
Desain menggunakan side-stream, akan lebih mudah menggunakan kolom
packed. Campuran cairan yang berpotensi menyebabkan fouling, harus ada man-
way pada kolom tray, sedangkan pada kolom dengan diameter kecil lebih baik
menggunakan kolom packed. Kolom packed akan lebih cocok digunakan pada
cairan yang mudah menimbulkan kolosi dan menangani sistem yang berbuih.
Pressure drop per tahapan kesetimbangan pada kolom packed lebih rendah dari
kolom tray, oleh karena itu kondisi operasi vakum lebih cocok dengan kolom
packed. Pemasangan instrumen peralatan untuk meningkatkan area kontak uap-
cair pada kolom packed lebih mudah dari pada kolom tray. Langkah-langkah
perhitungan kolom distilasi terbagi menjadi delapan tahapan yaitu perlu diketahui
spesifikasi produk dan kondisi operasi. Neraca massa dan energi dibuat untuk
menghitung jumlah dan efisiensi tray, setelah itu dapat menghitung diameter dari
tray dan kolom serta panjang weir (Kister, 1992).
Kondensor berfungsi sebagai tempat mendinginkan dan mengembunkan
atau mengkondensasikan uap, kemudian kondensat akan ditampung pada tangka
kondensat. Valve berfungsi untuk mengatur laju alir baik feed, air pendingin,
kondensat. Valve juga dapat berfungsi sebagai kontrol suhu dan tekanan, oleh
karena itu di sekitar valve di pasang suatu alat pengukur. Alat pengukur tersebut
dapat berupa termomemeter untuk mengukur temperatur ataupun manometer
untuk mengukur tekanan di dalam kolom (Towler dan Sinnott, 2012).
Reflux merupakan hasil proses kondensasi yang dikembalikan ke dalam
kolom distilasi. Sebuah drum reflux berfungsi untuk menahan uap terkondensasi
dari bagian atas kolom sehingga cairan hasil proses kondensasi dapat didaur ulang
kembali ke kolom. Terdapat reflux controller untuk mengatur presentase daur
ulang ke dalam kolom kembali, yang dapat dibagi menjadi dua total dan parsial
reflux.
Total reflux merupakan istilah yang digunakan jika aliran kondensat secara
penuh kembali ke kolom distilasi tanpa ada kondensat yang ditampung. Parsial
reflux atau kondisi dimana aliran daur ulang reflux diatur pada jumlah tertentu
untuk dikembalikan ke kolom distilasi. Total maupun parsial reflux
mempengaruhi jumlah tray atau packed yang dibutuhkan oleh suatu kolom
distilasi. Total jumlah tray yang dibutuhkan lebih sedikit pada total reflux
mengakibatkan kebutuhan steam dan air pendingin menjadi tidak terhingga pada
sistem ini. Parsial reflux membutuhkan jumlah stage yang tidak terhingga, hal ini
yang mengakibatkan biaya operasi yang besar karena dibutuhkan energi dan
umpan yang besar (Kister, 1992).

2.7. Pemanfaatan Distilasi Skala Industri


Aplikasi distilasi umumnya digunakan pada industri pengolahan minyak
bumi yang berlangung pada unit Crude Oil Distilation Unit (CDU). Unit ini terdiri
dari tiga tahapan yaitu desalting, pemanasan dan fraksinasi. Minyak mentah akan
dipompa menuju CDU, untuk menghilangkan kadar garam terutama kadar garam
inorganik seperti sodium klorida dilakukan proses desalting. Proses ini
berlangsung pada alat yang bernama desalter, pengurangan kadar garam ini untuk
meminimalisir terjadinya fouling pada Heat Exchanger (HE). Desalter juga
berfungsi untuk mencegah fouling pada tube furnace dan meminimalisir korosi
pada tower distilasi. Garam mudah terhidrolisis dengan air sehingga proses ini
mutlak dilakukan untuk mencegah kerusakan peralatan.
Minyak mentah yang sudah dihilangkan kadar garamnya di desalter akan
dialirkan menuju HE terlebih dahulu, guna menyerap panas tiap fraksi yang telah
terdistilasi sebelumnya di CDU. Proses ini dilakukan untuk meringankan beban
kerja dari tungku atau furnace. Minyak mentah akan dipanaskan di furnace hingga
mencapai kisaran 350°C atau bergantung dengan jenis minyak mentahnya.
Setiap tray terletak pada titik didih tertentu akan menampung fraksi
minyak bumi tertentu. Fraksi kerosin misalnya akan tertampung di tray yang
terletak pada suhu 120°C, fraksi yg memiliki titik didih terendah akan berada pada
bagian atas kolom. Fraksi berat atau long residu sebaliknya akan terakumulasi
pada bagian bawah kolom. Fraksi berat umumnya akan mengalami proses distilasi
lebih lanjut menggunakan proses distilasi vakum (Widyaningrum dkk, 2017).
Minyak yang telah dipanaskan di dalam furnace, akan dialirkan menuuju
menara fraksinasi. Di dalam tower fraksinasi, minyak mentah akan terbagi
berdasarkan volatilitasnya, misalnya cairan dengan volatilitas yang tinggi akan
berada pada bagian atas. Proses yang berlangsung pada pada kolom distilasi ini
terjadi dengan tekanan atmosferik atau bertekanan atmosfer, yang menjadi asal
muasal penamaan distilasi atmosferik. Tower fraksinasi memiliki bentuk yang
menyerupai menara karena menjulang tinggi. Proses
User pengaliran minyak
2020-10-22 10:05:46
--------------------------------------------
berlangsung dari bagian bawah tower, sehingga panas maksimal akan diperoleh
1 paragraf maksimal 12 baris yaa
bagian paling bawah sementara semakin keatas suhu pemanasannya menjadi lebih
kecil. Fraksinasi minyak bumi menggunakan metode distilasi bertingkat karena
adanya ketidakmerataan distribusi temperatur yang menyebabkan fraksi-fraksi
minyak bumi akan terpisah secara bertingkat. Minyak mentah akan mengalami
penguapan dan uapnya dan akan tertahanan pada susunan tray yang bergantung
dengan fraksi dari minyak mentah (Hardjono, 2001).
Fraksi minyak bumi yang sudah dipisahkan serta tertahan di tray
selanjutnya akan dikeluarkan melalui pipa, dan dialirkan ke HE untuk menyerap
panas. Setelah panasnya terserap, maka akan segera didinginkan kembali untuk
mengubah kembali minyak bumi yang menguap menjadi cair dengan
menggunakan cooler, serta kemudian dialirkan ke unit-unit berikutnya (secondary
process). Hasil output dari CDU ini berupa minyak cair yang siap diolah kembali
ke proses selanjutnya yaitu proses cracking, combing, removing impurities dan
reforming.
Industri konvensional juga menggunakan prinsip distilasi misalnya
pembuatan bioetanol atau arak dari fermentasi minuman beras sebagai sumber
energi terbarukan. Etanol dapat diperoleh dari beberapa cara, yakni hidrasi etilen
dari minyak bumi, fermentasi glukosa atau selulosa atau sebagai hasil samping
dari
kegiatan industri. Dengan metode distilasi reflux kemurnian arak dengan
konsentrasi yang hanya berkisar antara 11,5-12,5%. Kemurnian dapat
ditingkatkan hingga 96% melalui proses distilasi reflux bertahap. Proses
pemurnian arak menjadi bioetanol dengan konsentrasi tinggi akan meningkatkan
harga jual dari bioetanol. Terutama jika sudah masuk standar bahan bakar energi
terbarukan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) (Sumampouw dkk,
2006).
2.8. Penelitian Terkait
Adani dan Pujiastuti (2017) telah dilakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu operasi terhadap volume
aquadest yang dihasilkan dan mengetahui efisiensi dari kinerja alat distilasi.
Distilasi dilakukan untuk memurnikan air yang ada di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman, digunakan sebanyak 10 L air dimasukkan kedalam distilator secara
batch. Distilator ditutup rapat selama waktu tertentu dan pompa air kondensor
dinyalakan. Temperatur operasi diatur pada 105℃ dan dijalankan dengan waktu 2
jam sedangkan temperatur air pendingin dipertahankan pada
User suhu 35℃. Volume
2020-10-22 10:08:30
distilat di tangka penampuan distilat diukur setelah proses--------------------------------------------
distilasi selama 2 jam,
-kelebihan:( maks 12 baris satu paragraf
percobaan diulangi sebanyak tiga kali. Langkah tersebut -udah
kembali diulangi
mantap untukterkaitnya
penelitian
-judul jurnalnya gausah lengkap banget
temperatur operasi 125 dan 145℃ dengan variasi waktu dua
jdinya, jam,
intinya aja setelah itu
volume destilat dicatat. Repetisi proses distilasi dengan temperatur operasi 105,125
dan 145℃ selama 3, 4, dan 5 jam dan diulang sebanyak tiga kali sehingga didapat
sampel V1, V2, V3. Hasil percobaan ditunjukkan oleh tabel 2.1.

Tabel 2.1. Hasil pengamatan pengaruh waktu dan suhu terhadap volume distilat
Temperatur (℃) Waktu (Jam) V1 (L) V2 (L) V3 (L) V rata-rata (L)
105 2 1,3200 1,2500 1,300 1,2900
3 2,8300 2,7500 2,7900 2,7900
4 3,7800 3,800 3,7800 3,7800
5 4,8600 4,9300 4,8400 4,8400
125 2 1,4600 1,5400 1,4900 1,5000
3 3,200 3,1700 3,2500 3,2100
User
4 4,100 4,2200 4,300
2020-10-22 10:06:12
4,2100
5 4,900 5,200 4,900 5,0200
--------------------------------------------
145 2 1,8500 1,9200 1,9500
hapus aja tabelnya, 1,9100 jelasin secara narasi
3 2,5300 2,6000 2,6100 2,5800
4 3,9300 4,0000 3,9500 3,9600
5 5,1500 5,2500 5,0000 5,1300
(Sumber: Adani dan Pujiastuti, 2017)

Hasil terbaik diperoleh pada temperatur operasi 145℃ dengan waktu


operasi 5 jam dengan volume rata-rata distilat 5,13 liter. Percobaan tersebut
membuktikan semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu operasi maka volume
distilat yang didapat akan semakin banyak. Suhu operasi yang tinggi
menyebabkan
volume distilat semakin banyak, hal ini dijelaskan oleh asas Black (Geankoplis,
1983). Sejumlah energi yang hilang selama proses akan disertai dengan
munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya. Proses lepas dan
terima panas akan menyebabkan suhu kedua zat mejadi setimbang sehingga
volume distilat akan berbanding lurus dengan suhu yang digunakan. Panas yang
disuplai oleh reboiler jika semakin tinggi, maka akan meningkatkan volume
distilat yang dihasilkan.
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Eldirderi (2015) dengan judul The
Separation of a Binary Water/Ethanol Solution via a Continuous Feed Distillation
Column as a Function of Feed Stage Location and Reflux Ratio. Tujuan penelitian
untuk menganalisa pengaruh reflux ratio dan feed stage location pada pemisahan
larutan campuran biner etanol-air. Penelitian tersebut menggunakan kolom
distilasi bubble cap dengan jumlah stage sebanyak 10 stage. Kolom distilasi
tersebut bekerja dengan reboiler 8000 W. Feed yang dimasukkan ke kolom adalah
sebanyak 72 liter dengan pemanasan yang bervariasi. Refluks dikembalikan ke
kolom melalui glycol solution heating bath dengan tujuan untuk memanaskan
larutan setelah melalui proses kondensasi. Pada penelitian ini dilakukan tiga kali
percobaan, pada dua percobaan pertama feed dimasukkan ke stage 1 dan pada
percobaan ketiga feed dimasukkan ke stage 5. Suhu pada reflux di atur hingga
110℃ pada tiap percobaan.
Ketika produk telah terkondensasi pada bejana pengumpul, feed dan jalur
pompa reflux dihidupkan dan kolom distilasi dapat diubah menjadi proses
contionous. Profil suhu pada kolom dicatat selama proses penelitian berlangsung.
Hasil yang didapat pada percobaan pertama dengan reflux ratio sebesar 7,3
didapat laju alir distilat sebesar 18,6 ml/min, dan laju alir Reflux sebesar 35,7
ml/min. Produk yang didapat yaitu etanol adalah sebesar 20% berat yang
terdistilasi. Untuk reflux ratio sebesar 2,36 pada stage 1 didapat laju alir distilat
sebesar 44 ml/min dan laju alir reflux sebesar 104 ml/min.Namun produk etanol
yang didapat turun menjadi 15% berat. Sedangkan untuk reflux ratio pada stage 5
yaitu sebesar 7,3 didapat laju alir distilat sebesar 46,8 ml/min dan laju alir reflux
sebesar 104,3 ml/min. Produk yang didapat pada percobaan ketiga adalah sebesar
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin kecil reflux ratio, maka akan
menurunkan jumlah dari produk yang dihasilkan dan menaikkan laju alir distilat
dan laju alir reflux.
Hutagalung dan Bisowarno (2015) telah melakukan penelitian dengan
judul Simulasi Pembuatan Etil Asetat Menggunakan Reactive Dividing Wall
Column dengan Katalis Asam Sulfat. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mensimulasikan reboiler duty dan laju distilat untuk mendapatkan kemurnian etil
asetat. Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka dan pelatihan simulasi dengan
aplikasi Aspen Plus. Studi pustaka ditujukan untuk mengetahui perkembangan
dari teknologi Reactive Dividing Wall Column (RDWC) yang digunakan untuk
memproduksi produk etil asetat dengan menggunakan bahan baku etanol dan etil
asetat.
Simulasi dengan aplikasi Aspen Plus dilakukan untuk memodelkan proses
purifikasi etil asetat. Pemodelan proses ini dilakukan dengan modul RadFrac yang
tersedia dalam aplikasi Aspen Plus. Model RadFrac digunakan karena dapat
mensimulasikan proses pemurnian produk dengan kolom pemisah melalui asumsi
kesetimbangan fasa uap-cair pada setiap tahap. Penggunaan modul ini juga
dikarenakan modul ini dapat mengatasi reaksi yang terjadi selama proses.
Penggunaan model NRTL juga digunakan pada penelitian ini dengan tujuan untuk
menghitung besaran termodinamika dari campuran pada fase gas dan fase cair.
Penelitian dilanjutkan dengan validasi model proses yang bertujuan untuk
mengevaluasi kecocokan dari model untuk disimulasikan. Proses selanjutnya
adalah melakukan simulasi proses dengan model yang sudah valid dan
mempelajari pengaruh reboiler duty dan distillate rate terhadap produk yang ingin
dipurifikasi. Penelitian ini menggunakan variasi daya
reboiler karena akan mempengaruhi boil-up rate dan
boil-up ratio dari proses distilasi. Variasi daya dimulai dari 1 kW hingga 3 kW.
Penelitian ini memberikan rekomendasi daya reboiler sebesar 1,93 kW untuk
mendapatkan fraksi mol etil asetat sebesar 0.7369, produk side berupa air sebesar
0.9021, dan asam asetat pada bottom sebesar 0.4298. Kenaikan fraksi air dan
fraksi asam asetat tetap terjadi saat variasi daya reboiler dilakukan. Fraksi mol
etil asetat mengalami kenaikan hingga daya reboiler mencapai 1.93 kW, namun
selebihnya fraksi mol etil asetat akan mulai mengalami penurunan. Hasil
kemurnian etil asetat pada penelitian didapat dengan laju distilasi sebesar 74.902
mol/jam, dengan daya reboiler sebesar 1.93 kW. Parameter tersebut
merupakan kondisi optimum untuk mendapatkan etil asetat sebesar 73,69%.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1) Batch Distillation Column Armfield
2) Gelas Kimia
3) Reboiler Heater
User
3.1.2. Bahan 2020-10-22 10:22:14
--------------------------------------------
1) Etanol 1. Rangkaian alat batch distillation blabla
2) Air 2. ga usah dimasukin gelas kimia nya
3. reboiler udh termasuk rangkaian alat jdi di
hapus aja
3.2. Prosedur Percobaan
1) Semua valve (V) dipastikan dalam keadaan tertutup.
2) Campuran Sampel (misal 5 liter etanol dan 5 liter air) dimasukkan dalam
tangki feed.
3) Air pendingin dari keran air disiapkan dan kemudian laju alir diatur
dengan memutar valve 5 (V5) sebesar 2,5 liter/menit atau 2500 cc/menit.
4) Valve 10 (V10) dibuka.
5) Reboiler (reboiler heater) di panel dinyalakan dengan switch on (tombol
warna merah ditekan) kemudian knop diatur ke kanan sampai 0,5.
6) Kondisi reflux diatur pada kondisi total reflux dengan tombol “ON” tidak
ditekan pada panel reflux control.
7) Ditunggu sampai kondisi alat berada pada kesetimbangan.
8) Degree of foaming yang terjadi pada setiap tray diamati dan dicatat.
9) Valve V6 dan V7 dibuka secara berurutan dan pressure drop yang
ditampilkan pada manometer dicatat.
10) Valve V6 dan V7 ditutup secara bersamaan.
11) Valve V3 dibuka dan kondensat ditampung pada gelas kimia hingga selang
reflux kosong dan kondensat baru dialirkan secara steady ke dalam gelas
kimia.
12) Kondensat ditampung pada gelas kimia yang lain selama 10 detik.

18
19

13) Valve V3 ditutup.


14) Langkah diatas diulangi dengan variasi energi yang digunakan oleh reboiler
3.3. Blok Diagram
Mulai 3.4.

Pastikan semua valve tertutup, masukkan 5 liter etanol dan 5 liter air) dimasukkan dalam tangki feed.

Atur putaran valve 5 (V5) sebesar 2,5 liter/menit atau 2500 cc/menit, dan
buka valve 10 (V10)

Tekan tombol merah”ON” pada reboiler, putar knop ke kanan hingga 0,5
kW, dan jangan tekan tombol “ON” pada panel reflux control
User
2020-10-22 07:38:38
--------------------------------------------
Tunggu hingga keadaan setimbang, catat dan amati degree
klo inputofoutput
foaming yang
pake jajargenjang
terjadi pada setiap tray.

Catat dan amati pressure drop pada manometer dicatat dengan


membuka valve V6 dan V7, setelah selesai tutup kembali
Valve V3 dibuka untuk menampung kondensat pada gelas kimia selama 10 detik, setelah selesai V3 ditutup

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1. Analisa Sampel Hasil Distilasi


Pressure Drop
Boil-up Rate Degree of
Daya (kW) Overall
(mL/10detik) Foaming
(cmH2O)
0.50 4,3000 19 Gentle localized

User
Violent
0.75 6,5000 20 2020-10-22 10:10:35
localized
--------------------------------------------
angka rata kanan gently
Foaming
1 12,000 26
over whole tray
Foaming violent
1.25 13,000 98
over whole tray

21
22

4.2. Grafik Hasil Pengamatan

15

10

0
0,5 0,75 1 1,25

Gambar 4.1. Pengaruh Daya terhadap Boil-up Rate

120
100
80
60
40
20
0

0,5 0,75 1 1,25

Gambar 4.2. Pengaruh Daya terhadap Pressure Drop Overall


4.3. Pembahasan
Prinsip kerja distilasi mengacu pada perubahan suatu zat dari fasa cair
menjadi uap dan fasa uap dikembalikan lagi menjadi cair. Unit operasi distilasi
termasuk metode yang digunakan untuk memisahkan komponen di dalam suatu
larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen antara uap dan
fasa cair. Seluruh komponen ini berada dalam fasa cair dan gas, dimana fasa uap
terbentuk dari fasa cair melalui proses penguapan ketika tercapai titik didihnya.
Sederhananya, distilasi menjadi teknik pemisahan secara kimiawi untuk
memisahkan dua atau lebih komponen dengan perbedaan titik didih. Kolom
distilasi berfungsi menjaga kemurnian dari konsentrasi produk akhir. Distilasi
yang digunakan pada praktikum ini berupa distilasi biner, mengacu pada
pemisahan antara dua komponen. Bagian-bagian utama yang terdapat pada batch
distillation column berupa kolom distilasi, kolom destilat, reboiler dan control
panel. Kolom distilasi berfungsi sebagai tempat terjadinya proses distilasi. Kolom
destilat sendiri berfungsi sebagai tempat penyimpanan destilat. Reboiler berfungsi
sebagai tempat untuk menaruh sampel atau larutan yang akan dipanaskan. Fungsi
dari control panel sebagai pusat pengaturan untuk menghidupkan, mematikan, dan
mengontrol data seperti temperatur pada setiap tray dan daya reboiler (Afriani
dkk, 2015).
Sampel yang digunakan terdiri dari lima liter etanol dan lima liter
aquadest yang kemudian dimasukkan ke dalam katup atau valve pada reboiler
untuk dipanaskan. Proses pemanasan terjadi sehingga titik didih akan mengalami
kenaikan baik titik didih etanol maupun titik didih aquadest dan menyebabkan
terjadinya penguapan dari etanol yang yang akan masuk ke dalam kolom distilasi.
Dihasilkan etanol yang lebih murni dalam fasa gas. Pendinginan etanol dilakukan
dengan cara dimasukkan ke dalam kondensor sehingga dihasilkan etanol berfasa
cair dan sampel yang sudah jadi dapat diambil melalui valve tiga (Smith dkk,
2001). Nilai pressure drop selama proses distilasi dapat diukur menggunakan
manometer namun harus dibuka terlebih dahulu valve-7 dan valve-6, dan dan
ditutup secara bersamaan apabila telah dilakukan pengukuran dan pencatatan data
terhadap pressure drop. Jenis gelembung yang terbentuk juga dapat diamati
melalui kolom distilasi. Proses distilasi biner pada praktikum kali ini, menganut
jenis total
reflux. Total reflux mewakili suatu kondisi dimana seluruh hasil kondensasi
dikembalikan ke dalam kolom distilasi sebagai reflux. Degree of foaming yang
terbentuk setelah tetesan pertama kondensat keluar yang dapat diamati secara
visual, dimana pada data akan terbentuk beberapa jenis hasil pengamatan secara
subjektif untuk degree of foaming yaitu gentle localized, violent localized,
foaming gently over whole tray, dan foaming violent over whole tray (Smith dkk,
2001).
Busa atau gelembung yang terbentuk dari proses distilasi disebabkan
karena adanya gas atau vapor. Penyebab dari fenomena ini yaitu akibat dari
kecepatan aliran gas yang terlalu tinggi atau dapat dikarenakan laju penguapan
yang terlampau cepat. Distilasi bertingkat termasuk ke dalam proses distilasi yang
berulang. Proses berulang ini dilakukan dalam kolom pecahan, yang terdiri dari
beberapa pelat, dimana masing-masing pelat mengalami kondensasi. Distilasi uap
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada distilasi campuran
antara air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara menuangkan
uap air ke dalam campuran tersebut sehingga zat yang lebih mudah menguap
berubah menjadi vapor pada suhu yang lebih rendah daripada dengan pemanasan
langsung.
Sifat fisik pada cairan dapat memicu terbentuknya busa. Derajat keasaman
atau pH yang jauh dari nilai nol diasumsikan sebagai derajat keasaman yang
paling tepat. Surfaktan secara alami dapat mengurangi tegangan permukaan
fluida, dimana partikel padatan yang ditambahkan ke dalam campuran akan
terakumulasi sehingga busa terbentuk, atau dapat juga berupa gas karbon dioksida
yang terdapat di selang. Prinsip umum distilasi vakum terletak pada pemisahan
antara dua komponen dengan perbedaan titik didih yang sangat tinggi. Metode
yang digunakan dengan cara menurunkan tekanan permukaan dibawah satu
atmosfer sehingga titik didih mengalami penurunan dan menjadi lebih rendah.
Mengikuti prinsip distilasi, pemisahan komponen campuran cairan dengan
distilasi bergantung pada perbedaan titik didih masing-masing komponen dan juga
akan bergantung pada konsentrasi komponen yang ada. Campuran cairan akan
memiliki sifat titik didih yang berbeda. Dengan demikian, proses distilasi
bergantung pada tekanan uap campuran cairan. Percobaan ini dilakukan untuk
memisahkan etanol dari air dengan proses distilasi batch atau sederhana.
Berdasarkan teori, titik didih etanol lebih rendah dari pada
air, yaitu 78°C, dan titik didih air adalah 100°C. Berkat ini, etanol menjadi cairan
yang lebih mudah menguap, sehingga etanol menguap ke atas lebih cepat dan
menyebabkan perbedaan tekanan. Sementara campuran umpan dipanaskan dalam
labu yang terletak di bagian bawah kolom distilasi, uap ditempatkan ke atas pada
kolom dan dikondensasi di dalam kondensor (Sumampouw dkk, 2015).
Proses kondensasi yang terjadi berupa uap berubah fasa menjadi cair
sebagai akibat penyerapan panas dari larutan oleh pendingin dalam kondensor,
cairan yang dihasilkan dari kondensasi ini sebagian dikembalikan ke kolom
sebagai refluks, dan sebagian lagi menuju ke produk suling. Kondensat yang
kembali ke kolom dikontakkan dengan uap yang naik ke atas kolom, dan uap ini
akan mengalami kondensasi bolak-balik yang semakin memperluas area kontak.
Proses distilasi digunakan ketika akan dilakukan pemisahan berdasarkan
perbedaan titik didih yang cukup signifikan antara kedua atau lebih senyawa. Zat-
zat atau senyawa dengan titik didih yang lebih tinggi akan berada di bawah dan
disebut sebagai fraksi berat, sedangkan untuk zat atau senyawa dengan titik didih
yang lebih rendah akan berada di atas dan disebut sebagai fraksi ringan. Menara
distilasi akan dipasang tray atau packing yang akan memicu terjadinya kontak
fasa dengan cara distribusi komposisi. Tray atau packing menjadi alat atau
perantara tempat kontak antara fase cair dan fasa uap dari larutan yang ingin
dimurnikan atau
dipisahkan. Ketika uap terbentuk dari proses pemanasan pada reboiler, akan
terbentuk panas laten antara fraksi ringan menuju fraksi yang lebih berat sehingga
menyebabkan fraksi ringan yang dihasilkan menjadi lebih banyak yang
mengalami penguapan. Panas laten sendiri digambarkan sebagai panas yang
diserap selama proses dengan temperatur konstan tanpa diikuti perubahan fase
(Smith dkk, 2001) Percobaan ini memanfaatkan prinsip distilasi kontinu agar
diperoleh hasil sampel yang lebih banyak. Bagian kolom atau menara distilasi
terdapat dua komponen utama yaitu stripping dan retrification. Proses stripping
bertujuan untuk memaksimalkan hasil penguapan fraksi ringan. Proses
retrification bertujuan mengurangi fraksi berat agar mencair. Fokus dari
distilasi sendiri berada pada perpindahan panas dan perpindahan massa. Proses
decanter dalam proses distilasi praktikum kali ini juga dilakukan, dimana
fungsinya sebagai pengontrol refluks
yang akan digunakan. Jenis-jenis refluks terdiri dari tiga jenis yaitu refluks total,
refluks sebagian, dan penampungan kondensat. Pengaruh refluks untuk proses
distilasi ini memberi pengaruh signifikan terhadap penggunaan pada persentase
kondensat. Upaya untuk memaksimalkan efisiensi hasil agar fraksi berat
diminimalisasikan dan fraksi ringan akan menguap ketika titik didih tercapai. Air
pendingin untuk mendinginkan uap juga akan meningkat seriring kenaikan
efisiensi yang diraih dan biaya untuk suplai air pendingin juga bertambah (Kister,
1992).
Penggunaan daya juga akan mempengaruhi hasil distilasi. Kekuatan daya
yang digunakan kecil akan membuat zat atau senyawa yang mengalami
penguapan lebih sedikit. Penilaian dari segi ekonomis juga terlihat apabila
kekuatan daya ditingkatkan akan berefek pada kenaikan nilai kalor sehingga
proses pendinginan yang terjadi akan semakin cepat dan menghasilkan banyak
kondensat. Hal ini tidaklah ekonomis karena sesuai dengan prinsip industri yaitu
diinginkan banyak produk dan nilai efisiensi tinggi namun penggunaan energi
diharapkan seminimal mungkin. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa satu
kilowatt (kW) menjadi daya yang optimum terjadinya proses distilasi atau
pemisahan antara etanol dan air. Daya lebih dari satu kilowatt maka akan terjadi
overflow yang membuat sampel menjadi jenuh menguap namun tidak optimum
lagi. Perbedaan dari proses batch dan kontinyu terletak pada feed. Feed yang
berasal dari reboiler saja termasuk ke dalam proses distilasi batch, sedangkan
distilasi kontinyu menggunakan feed dari pertengahan antara tray dan reboiler
yang diproses untuk mengalir secara terus-menerus. Prinispnya, hanya ada feed
yang keluar dalam proses batch, untuk
proses kontinyu ada feed yang masuk dan ada yang keluar (Smith dkk, 2001).
Beberapa variabel yang dapat diamati dari proses distilasi pada praktikum
yang telah dilakukan yaitu boil-up rate, pressure drop, degree of foaming, dan
anti foaming agent. Boil-up rate diamati dari laju pembentukan uap yang terjadi
ketika proses pemanasan dilakukan. Pressure drop diasumsikan sebagai tekanan
yang hilang karena ada hambatan pada proses seperti gesekan. Degree of foaming
sendiri ditinjau dari jenis gelembung yang terbentuk berdasarkan tingkatan
kelarutan gas. Penerapan prinsip distilasi pada praktikum kali ini menggunakan
distilasi biner yang menggunakan senyawa etanol dan air, untuk didapatkan
senyawa etanol yang
lebih murni. Pelarut yang digunakan dalam proses ini berupa air pendingin,
berperan sebagai kondensat yang disimpan di kondensor. Proses distilasi biner
sendiri berupa pemisahan dari satu komponen menjadi beberapa komponen yang
berbeda, seperti penyulingan. Packing yang terdapat dalam kolom distilasi terbagi
menjadi dua jenis, sedangkan tray berfungsi sebagai pembatas sehingga
memaksimalkan efisiensi dan hasil penguapan yang terjadi dalam proses distilasi.
Pada praktikum distilasi ini juga digunakan jenis aliran berupa continuous flow
berupa aliran yang dialirkan dari feed yang diperoleh dari suplai kandungan
reboiler yang dipanaskan dengan variasi daya yang berbeda-beda (Kister, 1992).
Sifat-sifat yang berbeda dari campuran satu fasa dan campuran dua fasa
dapat dibedakan dengan jelas ketika cairan mengalami penguapan, terutama dalam
keadaan mendidih. Contohnya ketika cairan bening yang diletakkan dalam sebuah
wadah tertutup. Temperatur tertentu akan mempengaruhi besar energi pada
molekul cair dan bergerak bebas secara kontinyu dengan kecepatan tertentu.
Setiap molekul dalam zat cair hanya dapat bergerak dalam jarak yang lebih
pendek sebelum dipengaruhi oleh pergerakan molekul lain, sehingga arah
geraknya mengalami perubahan. Setiap molekul pada lapisan permukaan yang
bergerak ke atas akan meninggalkan permukaan cairan dan menjadi partikel uap.
Pada proses perpindahan massa dapat terjadi bersamaan dengan
perpindahan panas. Ketika dua fluida terjadi kontak atau bersentuhan (misalnya
gas-cair) berada pada suhu yang berbeda, terjadi kesetimbangan massa dan panas.
Praktikum kali ini menerapkan perpindahan massa, dimana proses pendinginan air
dengan menara pendingin dan pengeringan padatan dengan udara panas. Dalam
kedua kasus tersebut, perpindahan massa terjadi karena adanya uap air yang
dibawa oleh gas yang mengalir, baik melalui proses penguapan maupun karena
adanya aliran udara, yang biasanya dalam bentuk tetesan air (Towler dan Sinnott,
2012).
Proses perpindahan panas yang terjadi selama distilasi batch terjadi secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara radiasi terjadi pada
sumber panas ke reboiler. Peristiwa perpindahan panas secara konveksi terjadi
pada pertemuan cairan reflux yang mengalir ke bawah dan uap panas ke arah atas.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi antara fluida dengan dinding kolom.
BAB V
PENUTU
P

5.1. Kesimpulan
1) Semakin besar panas yang dihasilkan dari reboiler, maka kondensat yang
dihasilkan akan semakin banyak.
2) Semakin banyak rasio refluks yang digunakan, konsentrasi destilat akan
semakin tinggi. User
2020-10-22 10:11:42
3) Penggunaan retrification bertujuan mengurangi sebanyak mungkin fraksi
--------------------------------------------
nnti disesuain sm RM yg baru yaa, tpi cara
berat agar mengalami pencairan dan meningkatkan efisiensi pada hasil
penulisannya udh bener singkat2 gini mantap
distilasi.
4) Besar daya berbanding lurus denganboil-up rate, dimana jika daya yang
digunakan besar maka nilai boil-up rate juga semakin besar.
5) Jika feed digunakan berjumlah banyak maka waktu yang dibutuhkan akan
semakin lama.

5.2. Saran
1) Kecepatan aliran air dijaga agar tetap konstan agar waktu proses
kondensasi lebih cepat.
2) Penutupan valve-6 dan valve-7 setelah pengukuran pressure drop
dilakukan sebaiknya dalam waktu yang bersamaan agar tekanan di dalam
sistem tetap konstan.
3) Pengaturan daya pada control panel sebaiknya dilakukan secara perlahan
agar proses kondensasi menjadi lebih efisien.

28
DAFTAR PUSTAKA

Adani, S.I., dan Pujiastuti, Y.A. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Pada
Proses Destilasi untuk Pengolahan Aquades User
di Fakultas Teknik
2020-10-22 10:16:38
--------------------------------------------
Universitas Mulawarman. Jurnal Chemurgy. Vol. 1(1): 32-34.
klo cuman 2 pengarang lgsg aja Adani, S. I.
Afriani, M., Gusnedi, dan Ratnawulan. 2015. Pengaruh
dan Tinggi
Pujiastuti, Y.Kolom
A... abispada
S.I. nya ga dikomain

Distilasi Terhadap Kadar Bioetanol dari Tebu (Saccharum Officinarum).


Pillar of Physics. Vol.5 (1): 26-29.
User
2020-10-22 10:16:10
Budiaman, I. G. S., Marnoto, T., Hapsari, C. R., dan Prakosa, R. A. Y. 2017. Fuel
--------------------------------------------
grade ethanol production by batch distillation using ternary
space nya components.

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta. 13


April 2017.
Eldirderi, M. A. M. M. 2015. The Separation of a Binary Water/Ethanol Solution
via a Continuous Feed Distillation Column as a Function of Feed Stage
Location and Reflux Ratio. International Journal of Science and Research.
Vol. 4(12): 807-812.
Geankoplis, C. J. 1983. Transport Processes and Unit Operations, 2nd ed.
Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Handayani, F. T., dan Sujarwo, W. 2020. Operasi Teknik Kimia. Malang: PT
Kuantum Buku Sejahtera.
Hardjono. 2001. Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press.
Hutagalung, J. M., dan Bisowarno, B. H. 2015. Simulasi Pembuatan Etil Asetat
Menggunakan Reactive Dividing Wall Column dengan Katalis Asam
Sulfat. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”.
Yogyakarta. 18 Maret 2015.
Kister. 1992. Distillation Design. New York: McGraw-Hill, Inc.
Mustain, A., Takwanto, A., dan Hartanto, D. 2017. Parameter Interaksi Biner
Kesetimbangan Uap-Cair Campuran Alkohol Untuk Optimasi Proses
Pemurnian Bioetanol. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Vol. 5(2):37–44.
Sari, N. K. S. 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil
Fermentasi Rumput Gajah. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 1(1): 65–69.
User
Seider, W.D., dan Lewin, D.R. 1999. Process Design Principles. New York: John
2020-10-22 10:12:15

Wiley&Sons. --------------------------------------------
ga lurus untuk menjoroknya
Smith, J. M., Van Ness, H. C., dan Abbot, M. 2005. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. New York: McGraw-Hill, Inc.
Soewarno, N., Sari, N. K., Kuswandi, dan Handogo, R. 2006. Simulasi Pemisahan
Sistem Biner dengan Distilasi Batch Sederhana. Jurnal Teknik Kimia. Vol.
1(1): 5–7.
Sumampouw, Y., Kolibu, H. S., dan Tongkukut, S. H. J. 2006. Bioethanol
Developing With One Column Reflux Distillation Technique. Jurnal Ilmiah
Sains. Vol. 15(2): 154-156.
Towler, G. and Sinnott, R. 2012. Chemical Engineering Design 2nd Edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann.
Wahyudi, N. T., Ilham, F. F., Kurniawan, I., dan Sanjaya, A. S. 2018. Rancangan
Alat Distilasi untuk Menghasilkan Kondensat dengan Metode Distilasi Satu
Tingkat. Jurnal Chemurgy.Vol. 1(2): 30-31.
Widyaningrum, K. S., Setiawan, D. K., dan Kaloko, B. S. 2017. Pengaruh Variasi
Suhu Destilasi Terhadap Karakteristik Minyak Jarak Sebagai Alternatif
Isolasi Cair pada Transformator Daya. Berkala Sainstek. Vol.5(1): 42-44.
User
2020-10-22 10:13:08
--------------------------------------------
ehh lampiran perhitungan dan lampiran
LAMPIRAN gambarnya mana?

Lampiran 1. Hasil Cek Plagiarism Detector

Anda mungkin juga menyukai