BIOPESTISIDA
LABORATORIUM REKAYASA PROSES, PRODUK INDUSTRI KIMIA
DISUSUN OLEH:
META PRATIWI (03031181823116)
AHMAD JULIANTO (03031281823030)
ADE AZURA RAHMANIA (03031281823040)
DINA SABRINA (03031281823044)
ROBBY KURNIAWAN (03031281823058)
JUICY LOWISE TAMBA (03031381823072)
Kata kunci: biopestisida, daun sirih, maserasi, uji mortalitas, metanol, evaporasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1. Biopestisida
Biopestisida dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan asalnya yaitu
pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati adalah jenis pestisida hasil
ekstraksi bagian tertentu dari tanaman seperti daun, buah, biji, dan batang yang
mempunyai senyawa metabolit sekunder dengan sifat racun terhadap hama. Jenis
pestisida ini digunakan untuk mengendalikan hama yang bersifat insektisidal atau
juga penyakit yang bersifat bakterisidal (Suwahyono, 2013).
Pestisida hayati adalah formulasi yang mengandung mikroba tertentu, baik
berupa jamur, bakteri maupun virus. Mikroba tersebut memiliki sifat yang
antagonis terhadap mikroba lain penyebab penyakit tanaman. Mikroba tersebut juga
dapat menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga
maupun nematoda penyebab penyakit tanaman (Soenandar dan Tjachjono, 2012).
Syarat suatu tanaman dapat dijadikan sebagai biopestisida antara lain yaitu
serangga atau hewan yang kurang menyukai daun atau batang sehingga terlihat utuh
karena mempunyai bulu halus. Tanaman tersebut mempunyai aroma atau bau yang
tajam sehingga kurang disukai oleh serangga, tanaman juga mempunyai rasa yang
pahit atau getir. Selain itu tanaman tersebut hendaknya mempunyai daya racun baik
pada batang, buah dan umbi atau pada getah.
Penggunaan biopestisida dapat memberikan banyak manfaat. Manfaat
biopestisida terdiri atas berbagai macam sesuai dengan bahan yang digunakan
sebagai bahan utama dalam pembuatan biopestisida yang diinginkan, Penggunaan
biopestisida terbukti dapat meningkatkan hasil panen selain efektif mengendalikan
hama dan penyakit. Penggunaan biopestisida umumnya lebih efektif pada dosis
rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari
dari masalah pencemaran. Biopestisida selain mencegah hama pada tanaman juga
dapat memberikan manfaat pada lingkungan, sehingga lingkungan dapat menjadi
lebih sehat dengan pemanfaatan lingkungan secara maksimal tanpa bahan kimia.
Hal itu berbeda dengan pestisida kimia yang sering menimbulkan dampak residu.
3
4
yang berwarna merah hingga kuning. Terpenoid terdiri atas beberapa macam
senyawa diantaranya mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan
sesquiterepena yang mudah menguap. Masing-masing golongan terpenoid tersebut
penting, baik dalam pertumbuhan, metabolisme ataupun di ekologi tumbuhan.
2.3.2. Nitrogeneous
Nitrogen merupakan kompenen dasar dalam sintesis protein, enzin, asam
amino, asam nukleat, dan bagian integral dari klorofil, yang berperan dalam
mengontrol semua reaksi metabolism di dalam tanaman. Nitrogen merupakan unsur
hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah paling banyak oleh tanaman, yang dapat
memacu pertumbuhan dan perkembangan daun, cabang, dan produksi buah.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion nitrat dan ammonium. Nitrat
bermuatan negatif, sehingga selalu berada dalam larutan tanah dan mudah diserap
oleh tanaman tetapi lebih mudah tercuci. Amonium bermuatan positif, sehingga
terkait oleh keloid tanah dan tidak mudah tercuci. Amonium dapat dimanfaatkan
oleh tanaman melalui pertukaran ion.
Tanaman selalu membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang berbeda untuk
pertumbuhannya. Tingkat kekurangan atau kelebihan nitogen dapat diukur dengan
beratnya gejalan dan tingkat pertumbuhan tanaman. Gejala kekurangan dan
kelebihan nitrogen dapat diamati secara visual dan analisi daun tanaman. Analisis
daun dilakukan unutk membantu memberikan identifikasi yang lebih akurat, karena
gejala yang tampak tersebut dapat menyerupai gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit atau keracunan peptisida yang diberikan ( Efendi dkk, 2017).
2.3.3. Flavonoid
Senyawa fenol yang telah ada di alam telah banyak diketahui strukturnya.
Flavonoid adalah golongan terbesar dari senyawa fenol. Senyawa fenol berasal dari
tumbuhan yang mempunyai cincin aromatik, yang di dalamnya terkandung satu
atau dua gugus hidroksif (Fessenden, 1990). Senyawa flavonoid memiliki struktur
hidrokarbon C6-C3-C6. Senyawa yang termasuk dalam flavonoid antara lain yaitu,
katecin, anthosianin, flavon, flavonol, isoflavon, dan juga acetogenin. Flavonoid
terdapat pada setiap bagian dari tanaman seperti pada biji, buah, benang sari, akar
dan bagian-bagian yang lainnya (Najib, 2018).
7
boleh menjadi perhatian hewan atau tumbuhan lain. Jenis mikroorganisme yang
akan digunakan sebagai insektisida harus memiliki sifat yang spesifik yaitu harus
menyerang serangga sasaran dan bukan serangga yang tidak mengganggu tanaman.
Saat ini, hanya sedikit insektisida biologis yang digunakan dan dijual dalam skala
besar. Salah satu jenis mikroorganisme patogen yang berhasil dan berpotensi
sebagai insektisida hayati adalah Bacillus thuringiensis (Suwahyono, 2010).
Insektisida jenis ini efektif melawan larva nyamuk dan lalat. Jenis insektisida
biologis lainnya adalah Nosema locustae, sejenis protozoa yang dikembangkan.
Pembuatan biopestisida umumnya menggunakan metode ekstraksi langsung
dari bagian tanaman yang akan digunakan (Turgeon dkk, 1985). Metode ekstraksi
yang cenderung digunakan dalam mengekstraksi zat yang berguna sebagai pestisida
nabati adalah metode maserasi. Penelitian sebelumnya menggunakan daun sirsak
menggunakan metode maserasi dalam mengekstraksi kandungan daun sirsak
(Sastroutomo, 1992). Tidak hanya maserasi yang dilakukan, dalam memisahkan
ekstrak dari pelarutnya, pelarut diuapkan menggunakan rotary evaporator. Hasil
pemisahan dari evaporator dipekatkan kembali menggunakan hotplate stirer
hingga diperoleh ekstrak daun sirsak yang diinginkan. Ekstrak yang sangat pekat
disimpan pada suhu ruang tidak mengalami penurunan (Karyadi dkk, 2011).
Metode maserasi cenderung digunakan karena maserasi merupakan teknik
yang dapat dilakukan dimana saja dan sederhana kemudian, metode ini cocok pada
bahan yang tidak tahan panas (Djunaedy, 2009). Maserasi dilakukan dalam suhu
ruangan yang bertujuan untuk menghindari penguapan pelarut secara berlebih yang
dapat diakibatkan perubahan suhu. Selama maserasi berlangsung dapat dilakukan
pengadukan agar pelarut dan ekstrak yang dituju tercampur. Menurut Kenichi dan
Masanori (dalam Djunaedy, 2009), maserasi baik dilakukan pada suhu 20-30℃.
Penyaringan dari ekstrak dapat dilakukan setelah maserasi selesai yaitu 1-9 hari
setelah maserasi. Metode lainnya yang dapat dilakukan adalah metode penyaringan
bertingkat yang dilakukan pada tanaman kangkong yang akan digunakan.
Metode penyaringan bertingkat dilakukan dengan memotong kangkung
menjadi potongan-potongan kecil secara terpisah. Batang dan daun kangkung
dipotong terpisah untuk melihat efektivitas masing-masing komponen sebagai
9
biopestisida. Setiap bagian diekstraksi secara terpisah. Batang dan daun yang sudah
dipotong kecil-kecil digerus menggunakan lesung. Tambahan air steril dengan
perbandingan 200 mililiter untuk 80 gram kangkung yang kemudian disaring secara
bertahap. Filter vakum dan filter kain kasa digunakan untuk memisahkan ampas
kale. Dilanjutkan dengan penggunaan kertas whatman 0,4 nanometer bersama-
sama dengan filter vakum untuk mendapatkan ekstrak dari masing-masing
komponen sebagai biopestisida yang akan digunakan (Soekarno dkk, 2012).
sebesar 90% dengan konsentrasi 3% dan kematian ulat uret Exopholis hypoleuca
sebesar 95 dan 100%, masing - masing dengan konsentrasi 7,5% dan 10%
(Whitmore, 1975).
Cengkeh digunakan sebagai biopestisida dalam dunia pertanian daun dan
kulit batang, karena mengandung minyak atsiri yang aromanya tidak disukai oleh
berbagai jenis serangga. Minyak atsiri dari daun dan kulit batang cengkeh ini dapat
digunakan sebagai campuran untuk membuat biopestida. Dengan penambahan
kapur barus atau belerang, seluruh bagian tanaman cengkeh dapat mengendalikan
hama yang berada di bawah permukaan tanah. Campuran ini juga dapat digunakan
untuk mengendalikan dan mencegah serangan jamur akar pada tanaman tahunan
seperti kopi, kakao dan jeruk serta buah buah lainnya yang akan digunakan.
2.5.3. Brotowali
Bahan aktif yang terkandung di dalam akar, batang, daun, buah dan bunga
brotowali, yang dapat mengendalikan OPT di antaranya adalah alkaloid, tanin,
saponin, glikosida, terpenoid dan flavonoid beserta turunannya. Selain bersifat
toksik untuk serangga, tanaman brotowali juga bersifat antijamur, antinematisida
dan antimoluska. Batang brotowali dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
serangga diantaranya tungau, Spodoptera exigua, Nephotettix spp, Nilaparvata
lugens, Plutella xylostella, Phyliotera sinuata Ateph, Scirtothrips dorsalis Hood,
Phyllocnistis citrella Stainton dan larva nyamuk Culex quinquefasciatus (vektor
penyakit filariasis) dengan nilai efektivitas diatas 50% dan rasio efisiensi biaya
produksi yang lebih rendah dari pestisida sintetik (Shahabuddin, 2009).
2.5.4. Tembakau
Semua orang tahu bahwa tembakau merupakan bahan utama dalam
produksi rokok yang konon merugikan kesehatan manusia karena kandungan
nikotinnya.Mungkin sedikit orang yang tahu bahwa daun tembakau juga dapat
digunakan sebagai agen pengendali hama tumbuhan alami. Kandungan racun daun
tembakau cukup efektif melawan berbagai jenis ulat dan belalang yang menyerang
tanaman semusim seperti tomat, cabai, kentang, beras, jagung, dan kacang-
kacangan. Penggunaannya cukup mudah, cukup hancurkan tembakau lalu taburkan
pada semua bagian yang ingin dihindari dari hama (Kardinan, 2004).
11
pertumbuhan tanaman tomat. Konsentrasi daun sirih 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20%
adalah konsentrasi yang paling efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan pada
tanaman tomat maupun menghambat perkembangan nematoda pada simpul akar.
Penelitian mengenai pemanfaatan biopestisida juga dilakukan oleh Hidayat
dkk. (2015) yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper betle
L.) untuk Mengendalikan Damping-Off pada Tanaman Cabai (Capsicum annum).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dan lama perendaman
benih cabai yang paling efektif di dalam larutan ekstrak daun sirih agar dapat
mengendalikan penyakit damping-off yang disebabkan oleh jamur S. rolfsii. Cabai
merah merupakan tanaman hortikultura semusim untuk rempah-rempah yang
diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan.
Budidaya cabai merah mengalami banyak gangguan, salah satunya berasal
dari faktor biotik seperti serangan jamur, bakteri dan virus yang menyebabkan
kehilangan hasil panen dalam jumlah besar. Salah satu serangan jamur adalah busuk
pangkal batang yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Alternatif yang dapat
digunakan untuk mengendalikan penyakit damping-off yaitu mengunakan pestisida
nabati atau bahan yang berasal dari tumbuhan. Bahan tanaman yang diduga
mengandung senyawa anti bakteri dan anti jamur salah satunya adalah daun sirih.
Daun sirih mengandung minyak atsiri, yang terdiri dari 82,8% senyawa fenol, dan
hanya 18,2% merupakan senyawa bukan fenol.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktor tunggal, yang terdiri dari 9 perlakuan, yaitu pemberian ekstrak daun
konsentrasi 0%, 40%, 60% atau 80% dengan waktu1 jam, 2 jam atau 3 jam. Setiap
perlakuan terdiri dari 3 ulangan, setiap unit percobaan terdiri dari 20 benih cabai.
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu pembuktian viabilitas spora,
intensitas serangan, daya berkecambah, indeks vigor, koefisien perkecambahan,
dan kecepatan berkecambah first count. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan pestisida nabati dengan ekstrak daun sirih yang mampu memberikan
perlindungan terhadap serangan cendawan Sclerotium rolfsii adalah pemberian
ekstrak daun sirih konsentrasi 60% dengan lama perendaman 1 jam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Y = Y2 -Y1 (3.1)
Keterangan:
Y = Jumlah air (g)
Y1 = Berat awal masuk oven (g)
Y2 = Berat berat akhir keluar oven (g)
Prosedur tersebut diulang sampai berat daun sirih tidak berubah lagi atau
kering.
4) Daun sirih dihaluskan hingga berupa bubuk (seperti bubuk kopi) dan diayak
menggunakan saringan mesh berukuran 60 mesh.
14
15
Oven diatur pada temperatur 60ºC sampai daun mengering (selama 8 jam).
17
18
4.1. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk dapat mengetahui suatu prinsip dan cara
kerja pembuatan biopestisida. Alat yang digunakan dapat berupa suatu oven, rotary
evaporator, cawan, botol, tensiometer, gelas kimia, gelas ukur, spatula, blender,
dan neraca analitik. Bahan yang digunakan yaitu daun sirih dan metanol. Prinsip
dari percobaan ini adalah dengan menggunakan suatu metode maserasi.
Maserasi adalah merendam bahan di dalam pelarut (Said, 2007). Cara ini
sangat sederhana namun membutuhkan waktu yang lama. Maserasi adalah proses
ekstraksi yang menggunakan pelarut dingin dengan cara perendaman tanpa
perlakuan khusus (Saidi dkk, 2018). Proses ekstraksi dengan cara ini tidak
memberikan hasil yang sempurna. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan
proses perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang
akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan.
Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat
aktif yang diekstrak tidak akan rusak. Umumnya ekstraksi metode maserasi
menggunakan suhu ruang pada prosesny. Hasil ekstraksi menjadi kurang sempurna
dikarenakan menggunakan suhu ruang yang menyebabkan senyawa menjadi
kurang terlarut dengan sempurna. Semakin lama waktu maserasi yang diberikan
maka semakin lama kontak antara pelarut dengan bahan yang akan memperbanyak
jumlah sel yang pecah dan bahan aktif yang terlarut.
Percobaan ini mula-mula dilakukan persiapan bahan baku yaitu daun sirih
dengan melakukan drying manual pada oven dengan suhu 50-70°C selama 3-5 jam.
Penimbangan bahan baku sebanyak 20 gram ditambah metanol. Bahan baku
dimaserasi pada suhu ruang selama 24-72 jam. Ekstrak dipindahkan dari padatan
setelah dimaserasi. Persiapan rangkaian alat evaporasi dilakukan lalu dilakukan
evaporasi pada suhu 70-75°C selama 1 jam. Pengukuran volume residu dan destilat.
Pengenceran ekstrak dengan aquades. Hasil pembuatan dilakukan uji mortalitas
pada hama dengan melihat persentase hama yang bertahan atau tidak.
19
20
Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas
dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat dapat
menyebabkan orang seperti merasa digigit semut (Thayyarah, 2014). Asam format
adalah zat kimia yang menjengkelkan dalam racun yang disemprotkan dari
beberapa spesies semut dan sekresi yang dilepaskan dari beberapa hewan
penyengat. Asam format Ini berbahaya pada konsentrasi tinggi, namun pada
konsentrasi rendah, ini sangat berguna. Manusia menggunakan asam format sebagai
pengawet makanan, karena merupakan zat antibakteri. Asam format digunakan
untuk mengobati hama, menghasilkan makanan, kosmetik dan membantu berbagai
proses industri terjadi. Asam format adalah anggota keluarga asam karboksilat yang
paling sederhana dan dikenal sebagai asam metanoat.
Asam format adalah zat antibakteri, zat ini sering ditambahkan ke pakan
hewan ternak untuk mencegah pertumbuhan bakteri. zat ini juga kadang-kadang
digunakan sebagai pengawet makanan manusia. Asam format juga digunakan untuk
menciptakan rasa buatan untuk makanan dan minuman dan aroma buatan untuk
parfum. Asam format dapat digunakan dalam penyamakan kulit dalam pengolahan
tekstil dan kertas dan dalam konversi lateks dari pohon karet menjadi karet. Bahaya
asam format bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi yang lebih tinggi, asam
format bersifat korosif, memiliki bau yang kuat dan menghasilkan asap berbahaya.
Bahan ini menghasilkan luka bakar, lecet pada kulit, melukai mata, selaput lendir
di mulut, tenggorokan dan sistem pernapasan.
Minyak atsiri adalah komponen ekstrak dari tumbuhan, yang dipercaya
memiliki berbagai manfaat kesehatan. Minyak atsiri sering digunakan dalam
aromaterapi. Kandungan minyak atsiri telah digunakan sebagai pengganti pestisida
kimia dalam bentuk insektisida, bakterisida, dan nematisida (Latumahina dkk,
2020). Pestisida berbasis minyak atsiri juga mempunyai nilai MIC (Minimum
Inhibitory Concentration) dan LD (Lethal Dose) yang rendah, kompatibel, dan
menghasilkan produk pertanian yang bebas residu. Minyak atsiri juga mempunyai
peluang untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti
pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri diharapkan
dapat mengurangi atau menggantikan produk berasal dari bahan kimia sintetik.
23
5.1. Kesimpulan
1) Karakteristik biopestisida yang dihasilkan dari daun sirih adalah cair,
berbau khas daun sirih, dan berwarna gelap.
2) Semakin tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu
yang di dapatkan.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi biopestisida dari daun sirih adalah
konsentrasi, suhu, dan pelarut.
4) Semakin lama waktu maserasi maka semakin lama kontak antara pelarut
dengan bahan yang memperbanyak jumlah sel dan bahan aktif terlarut.
5) Semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin tinggi mortalitas serangga.
5.2. Saran
1) Praktikan harus menjaga kondisi operasi.
2) Pensterilan peralatan dan bahan.
3) Ketelitian dalam pengukuran bahan.
4) Lakukan praktikum sesuai prosedur.
24
DAFTAR PUSTAKA
2
Persen mortalitas = × 100% = 20%
10
6
Persen mortalitas = × 100% = 60%
10
7
Persen mortalitas = × 100% = 70%
10
5
Persen mortalitas = × 100% = 50%
10
10
Persen mortalitas = × 100% = 100%
10
10
Persen mortalitas = × 100% = 100%
10
10
Persen mortalitas = × 100% = 100%
10
10
Persen mortalitas = × 100% = 100%
10
LAMPIRAN B
RANGKAIAN ALAT
Tindakan
No. Bahan Sifat Bahan
Penanggulangan
Sifat Kimia Sifat Fisika
1. Metanol • Cairan tidak • Berat jenis 79,18 • Jika terkena mata,
(CH3OH)
berwarna kg/m3 segera bilas
• Baunya khas • Berat molekul dengan air
• Larut dalam 32,04 g/mol mengalir selama
air • Titik lebur -97oC 15 menit
• Beracun • Titik didih 64,7oC • Jika terhirup,
• Mudah • Titik nyala 11oC segera keluar
menguap • Ph 15,5 ruangan dan
bernafas seperti
biasa
• Jika terkena kulit,
basuh dengan air
mengalir selama
15 menit dan
lepas pakaian
apabila
terkontaminasi
• Jika tertelan,
segera kumur-
kumur, perbanyak
minum dan
jangan paksa
dimuntahkan
• Hubungi dokter
JOB SAFETY ANALYSIS
Tindakan
Identifikasi Bahaya Penyebab yang
Dibutuhkan
1. Pecahnya gelas beaker Terpeleset, tersenggol Mengganti gelas beaker
oleh praktikan yang dan segera
bercanda atau berbicara membersihkan area
ketika praktikum kerja
2. Membahayakan Alat-alat yang Dilakukan proses
kesehatan mengalami katode pelindung
korosi/perkaratan
3. Menghirup bahan kimia Tidak memakai APD Memakai APD lengkap
salah satunya masker saat melakukan
ketika melakukan percobaan
percobaan
4. Tersengat listrik ketika Tangan tidak dalam Memakai APD sarung
melakukan percobaan keadaan kering ketika tangan dan sepatu
melakukan percobaan tertutup saat melakukan
dan tidak menggunakan percobaan
sepatu tertutup
5. Terjatuh, terpeleset Lantai area kerja licin Bersihkan lantai area
kerja
6. Cidera pinggang Tidak mengangkat Gunakan Teknik
peralatan dalam posisi mengangkat yang benar
yang benar dan jika mengangkat
yang berat minta
bantuan kepada rekan
sekerja atau alat bantu
angkat
7. Iritasi Tidak menggunakan Memakai APD lengkap
APD masker saat saat melakukan
melakukan percobaan percobaan