Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui
upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit.
Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat
kimia yang disebut dengan pestisida. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak
negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini
akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya.
Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya:
1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam
akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan
tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup
itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah
tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh
pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang
diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air
(kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air
diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti
plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu
saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah
satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari
daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang
tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga
gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan
akhirnya jenis burung itu akan punah.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang
diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan
mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan lingkungan
kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya.
Upaya Mengurangi Efek Negatif Pestisida
Mengurangi residu
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain dengan
mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika
yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel
kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu
sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur
sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak
luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat
semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida
masuk ke bagian dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada
baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung
residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik
dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida
pada sayuran.
Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan
vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini.
Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah
kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot
sekalipun. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme
yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang
timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai
petunjuk.
Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara
menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida
tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi
ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat
digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau.
Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain
tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida
sepertitanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll.
Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.
demikian info dari tipspetani hari ini semoga dapat bermanfaat
Dampak Penggunaan Pestisida
Dampak positif
Keracunan pestisida
Residu
Pencemaran Lingkungan
Menghambat Perdagangan
DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA
1.1 Pendahuluan
Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman
merupakan hal mutlak yang harus dilakukan mengingat pestisida adalah bahan yang beracun.
Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat
menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia
dan lingkungan (Ika, 2007).
Pestisida, Pest Killing Agent merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang umumnya
bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman baik hama, penyakit maupun
gulma. Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan merupakan aplikasi dari suatu teknologi
yang diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien, dan
ekonomis. Namun pestisida dengan intensitas pemakaian yang tinggi dan dilakukan secara terus-
menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada
lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia
yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Manusia akan mengalami keracunan, baik akut
maupun kronis yang berdampak pada kematian (Prameswari, 2007).
Bahan-bahan kimia (pestisida) telah dibuktikan secara nyata dan jelas memberikan
dampak buruk. Penggunaan bahan-bahan kimia pada pertanian dianggap dapat membantu kemajuan
dan perkembangan pertanian selanjutnya. Namun pada negara-negara berkembang telah sadar
bahwa bahan kimia justru sebagai penyebab utama terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh karena
itu negara berkembang telah mengurangi penggunaan bahan kimia, dan lebih menyukai produk-
produk pertanian yang organik atau bebas bahan kimia, serta ramah lingkungan (Prameswari, 2007).
Definisi dari pestisida pes memiliki arti hama, sedangkan cide berarti membunuh, sering
disebut Pest Killing Agent yaitu semua bahan yang digunakan untuk membunuh, mencegah,
mengusir hama dan merupakan bahan yang digunakan untuk merangsang dan mengendalikan
hama.
Pestisida dalam praktek penggunaannya digunakan bersama-sama dengan bahan lain
misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, dicampurkan pada air pengencer, penyebaran dan
penyemprotan. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, pestisida dapat dikelompokkan atas dua
golongan. Pestisida yang resisten yaitu pestisida yang dapat meninggalkan pengaruh terhadap
lingkungan dan pestisida yang kurang resisten.
2) Peledakan Hama
Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka
serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.
3) Gangguan Keseimbangan lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem.
Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya
keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
4) Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan
kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam.
Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
Kerusakan tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah
(pemadatan tanah dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman
tanah, kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration) dan
penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk kepentingan domestik, (2) penggunaan lahan
untuk kawasan peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing), dan (3) aktivitas
pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan (Hakim, 2002).
Angkatan Udara Amerika Serikat menyemprotkan pestisida pembasmi nyamuk di New Orleans, 2005
Pestisida berkontribusi pada polusi udara ketika disemprotkan melalui pesawat terbang.
Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai partikulat yang terbawa oleh angin ke area
selain target dan mengkontaminasinya.[4] Pestisida yang diaplikasikan ke tanaman
dapat menguap dan ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem di
luar kawasan pertanian.[5] Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga
menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida yang
mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca.
Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi mempermudah penguapan.
Pestisida yang menguap ini dapat terhirup oleh manusia dan hewan di sekitar. [6] Selain
itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak
sebagai debu[7] sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitaspresipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki resiko persebaran lebih rendah
dibandingkan penyemprotan dari udara.[8] Petani dapat menggunakan zona penyangga
di sekitar tanaman pertanian yang terdiri dari lahan yang kosong atau ditumbuhi
tanaman non-pertanian seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah angin yang
menyerap pestisida dan mencegah persebaran ke area lain.[9] Di Belanda, para petani
diperintahkan untuk membangun pemecah angin.[9]
Persebaran di perairan[sunting | sunting sumber]
Di Amerika Serikat, pestisida diketahui telah mencemari setiap aliran sungai dan 90%
sumur yang diuji olehUSGS.[10] Residu pestisida juga telah ditemukan di air hujan dan
air tanah.[11] Pemerintah Inggris juga telah mempelajari bahwa konsentrasi pestisida di
berbagai sungai dan air tanah melebihi ambang batas keamanan untuk dijadikan air
minum.[12]
Terdapat empat jalur utama bagi pestisida untuk mencapai perairan: terbang ke area di
luar yang disemprotkan, melalui perkolasi menuju ke dalam tanah, dibawa oleh aliran air
permukaan, atau ditumpahkan secara sengaja maupun tidak.[14] Pestisida juga bergerak
di perairan bersama dengan erosi tanah.[15] Faktor yang mempengaruhi kemampuan
pestisida dalam mengkontaminasi perairan mencakup tingkat kelarutan, jarak
pengaplikasian pestisida dari badan air, cuaca, jenis tanah, keberadaan tanaman di
sekitar, dan metode yang digunakan dalam mengaplikasikannya.[16] Fraksi
halus sedimen penyusun dasar perairan juga berperan dalam persebaran
pestisida DDT dan turunannya.[17]