Dosen Pembimbing :
Kusrini Wulandari, SKM, MKes
Siti Kusumawati, SKM, Dip.IT, M.Kes
Rahayu Winarni S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 4 (3 D-IV A)
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................ii
KATA PENGATAR..............................................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................................2
PENUTUP............................................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................19
ii
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dan
bahan diskusi, yang diberikan oleh dosen mata kuliah Penyehatan Makanan Dan Minuman –B.
Makalah ini disusun dalam upaya memaparkan hasil penelitian kepustakaan kami
mengenai “Proses Pengolahan Makanan“. Kami menghaturkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membimbing dan membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak.
Kelompok 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena didalamnya
terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan itu
sendiri. Makanan yang disajikan umumnya mengalami pengolahan terlebih dahulu
dengan tujuan untuk memberikan rasa/taste yang enak agar digemari banyak orang.
Selain itu makanan juga diolah untuk membuatnya mempunyai masa simpan yang Iebih
lama,sehingga bisa Iebih lama dinikmati.
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), faktor utama penyebab
kerusakan karena kadar air yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar air suatu
pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas
biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Beberapa
metoda/cara pengolahan makanan yang umum dilakukan adalah fermentasi, pengolahan
panas, dingin dan lain-lain
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Fermentasi
Pada saat ini fermentasi secara mudahnya dapat diartikan sebagai suatu proses
pengolahan pangan dengan menggunakan jasa mikroorganisme untuk menghasilkan sifat-
sifat produk sesuai yang diharapkan. Fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas
mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Fermentasi
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai contoh: sari buah jika
difermentasikan akan timbul rasa dan bau alkohol; ketela pohon dan ketan akan
menghasilkan bau alkohol dan asam (tape); serta susu akan menghasilkan bau dan rasa
asam.
Berdasarkan penambahan starter (kultur mikroorganisme), fermentasi dibedakan
atas dua jenis, yakni fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan. Fermentasi
spontan adalah fermentasi yang berjalan alami, tanpa penambahan starter, misalnya
fermentasi sayuran (acar/ pikel, sauerkraut dari irisan kubis), terasi, dan lain-lain.
Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang berlangsung dengan penambahan
starter/ragi, misalnya tempe, yoghurt, roti, dan lain-lain.
Fermentasi ditujukan untuk memperbanyak jumlah mikroorganisme dan
menggiatkan metabolismenya dalam makanan. Jenis mikroorganisme yang digunakan
terbatas dan disesuaikan dengan produk akhir yang dikehendaki. Zat gizi lain juga
dipecah menghasilkan CO2 dan lain-lain. Hasil fermentasi tergantung pada jenis bahan
pangan (substrat), jenis mikroorganisme, dan lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan prinsip fermentasi, yaitu
mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme pembentuk alkohol dan
asam serta menekan pertumbuhan mikroorganisme proteolitik (pemecah protein) dan
mikroorganisme lipolitik (pemecah lemak).
2
Pengolahan makanan dan minuman dengan metoda fermentasi atau yang dikenal
seragian sudah sangat lazim dilakukan dikalangan masyarakat. Pengolahan ini melibatkan
kemampuan mikroorganisme, sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya dibagi dalam
dua bentuk:
a) Proses fermentasi secara alkoholis, hasil dari pengolahan ini pada makanan
ditemukan alkohol, contohnya dalam pembuatan bir, minuman anggur, tuak dan lain
sebagainya.
b) Proses fermentasi secara non alkoholis, hasil akhir tidak ditemukan senyawa alkohol
tetapi berbentuk asam organik, vitamin, asam amino dan sebagainya. Seperti
pembuatan tempe, kecap, tauco, sosis, keju. yoghurt dan sebagainya
Acetobacter sp.
Cuka Etanol
Gluconobacter sp.
Streptococcus lactis
Kefir Susu Lactobacillus bulgaricus
Candida sp.
3
Streptococcus thermophilus
Yogurt Susu
Lactobacillus bulgaricus
4
Suatu cara mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih. Cairan
yang digunakan di antaranya berupa air, kaldu, dan susu.
b. Teknik Merebus Menutup Bahan Pangan (Poaching)
Cara memasak bahan makanan dalam bahan cair sebatas menutupi bahan
makanan yang direbus dengan api kecil di bawah (titik didih 92º - 96º C). Bahan
makanan yang digunakan biasanya berupa bahan pangan yang lunak atau lembut
dan tidak memerlukan waktu lama dalam memasaknya seperti buah-buahan,
sayuran, telur, dan ikan.
c. Teknik Merebus dengan Sedikit Cairan (Braising)
Teknik merebus bahan makanan dengan sedikit cairan, (kira-kira setengah dari
bahan yang akan direbus) dalam panci tertutup dengan api dikecilkan secara
perlahan-lahan. Cara ini sama untuk menyetup bahan makanan agar aroma yang
keluar menyatu dengan cairan bahan makanan dan menjadi lebih lunak.
d. Teknik Menyetup/Menggulai (Stewing)
Mengolah bahan makanan dengan cara menumis bumbu lebih dahulu, dan
dilanjutkan dengan merebusnya dengan sedikit cairan dengan api sedang.
Penggunaan api sedang dan dalam waktu yang sedikit lama dimaksudkan agar
aroma dari bahan masakan keluar dengan sempurna.
e. Teknik Mengukus (Steaming)
Teknik memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Sebelum mengukus
bahan makanan alat pengukus yang sudah berisi air harus dipanaskan terlebih
dahulu hingga mendidih dan mengeluarkan uap, baru masukkan bahan makanan
pada alat pengukus. Efek dari teknik ini ialah menjadikan makanan lebih lunak
dan lembut, serta nilai gizi bahan makanan tidak banyak yang hilang karena tidak
bersentuhan langsung dengan air.
f. Teknik Mendidih (Simmering)
Teknik memasak bahan makanan dengan saus atau bahan cair lainnya yang
dididihkan dahulu, baru api dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama
hingga muncul gelembung–gelembung kecil pada permukaannya. Teknik ini
biasanya digunakan untuk membuat kaldu yang mengeluarkan ekstrak dari
daging yang direbus.
5
g. Teknik Mengetim
Teknik memasak bahan makanan dengan menggunakan dua buah panci yang
berbeda ukuran di mana salah satu panci lebih kecil.
6
d. Teknik Memanggang (Baking)
Teknik pengolahan bahan makanan di dalam oven dengan panas dari segala arah
tanpa menggunakan minyak atau air.
e. Teknik Membakar (Grilling)
Teknik mengolah makanan di atas lempengan besi panas (gridle) atau diatas pan
dadar (teflon) yang diletakkan di atas perapian langsung. Suhu yang dibutuhkan
untuk grill sekitar 292ºC. Grill juga dapat dilakukan diatas bara langsung dengan
jeruji panggang atau alat bantu lainnya. Dalam teknik ini, perlu diberikan sedikit
minyak baik pada makanan yang akan diolah maupun pada alat yang digunakan.
Kegosongan merupakan ciri khas dari makanan yang di-grilled.
7
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan
aktivitas mikroba.
Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10C
Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu kira-kira
3,3C
Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4C sampai – 9,4C
8
• Mentega dan susu akan menyerap bau ikan dan bau buah-buahan
• Telur akan menyerap bau bawang
Suhu
Kualitas bahan mentah, Sebaiknya bahan yang akan disimpan mempunyai kualitas
yang baik
Perlakuan pendahuluan yang tepat, Misalnya pembersihan/ pencucian atau blansing
Kelembaban, Umumnya RH dalam pendinginan sekitar 80 – 95 %. Sayur-sayuran
disimpan dalam pendinginan dengan RH 90 – 95 %
Aliran udara yang optimum, Distribusi udara yang baik menghasilkan suhu yang
merata di seluruh tempat pendinginan, sehingga dapat mencegah pengumpulan uap
air setempat (lokal).
Dapat menahan kecepatan reaksi kimia dan enzimatis, juga pertumbuhan dan
metabolisme mikroba yang diinginkan. Misalnya pada pematangan keju.
Mengurangi perubahan flavor jeruk selama proses ekstraksi dan penyaringan
Mempermudah pengupasan dan pembuangan biji buah yang akan dikalengkan.
Mempermudah pemotongan daging dan pengirisan roti
Menaikkan kelarutan CO2 yang digunakan untuk ” soft drink “, air yang digunakan
didinginkan lebih dahulu sebelum dikarbonatasi untuk menaikkan kelarutan CO2.
9
Pelunakan jaringan ikan
Hilangnya flavor
10
Secara normal pembesaran kristal-kristal es dimulai di ruang ekstra seluler,
karena viskositas cairannya relatif lebih rendah. Bila pembekuan berlangsung secara
lambat, maka volume ekstra seluler lebih besar sehingga terjadi pembentukan kristal-
kristal es yang besar di tempat itu. Kristal es yang besar akan menyebabkan kerusakan
pada dinding sel. Kadar air bahan makin rendah , maka akan terjadi denaturasi protein
terutama pada bahan nabati. Proses ini bersifat irreversible.
Pembekuan secara cepat akan menghambat kecepatan difusi air ke ruang ekstra
seluler, akibatnya air akan berkristal di ruang intra seluler, sehingga massa kristal es akan
terbagi rata dalam seluruh jaringan. Kristal es yang terbentuk berukuran kecil-kecil.
Keadaan ini mengakibatkan kehilangan air pada waktu ” thawing ” akan berkurang.
Pembekuan menyebabkan terjadinya :
perubahan tekstur
pecahnya emulsi lemak
perubahan fisik dan kimia dari bahan
11
2) Kontak tidak langsung. Makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan
permukaan logam (lempengan silindris) yang telah didinginkan dengan cara
mensirkulasikan cairan pendingin. Contohnya alat pembeku lempeng (“plate freezer
”).
3) Perendaman langsung makanan ke dalam cairan pendingin atau menyemprotkan
cairan pendingin di atas makanan, misalnya nitrogen cair, freon, atau larutan garam.
Ammonia ( NH3 )
Metil khlorida ( CH3Cl )
Freon 12 atau dichlorofluorometana ( CCl2F2)
Karbon dioksida ( CO2 )
Sulfur dioksida ( SO2 )
Propane ( C3H8 )
Sirkulasi udara dalam lemari es perlu dijaga untuk mencegah pengeringan dari
produk dan menghilangkan panas dari produk dan dari dinding lemari es. Sebagian besar
makanan mengandung air dalam kadar yang tinggi, karena itu jangan dibiarkan bahan
terbuka terhadap sirkulasi udara yang cepat. Kelembaban dalam ruang es perlu dikontrol
12
karena perbedaan uap diantara lemari es dan makanan menyebabkan hilangnya air dari
makanan yang tidak dibungkus, sehingga terjadi pengringan bahan.
Pengeringan terutama terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa dibungkus lebih
dahulu atau dibungkus dengan bahan yang tidak tembus uap air serta waktu
membungkusnya masih banyak ruang-ruang yang tidak terisi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan, antara lain :
1. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan pengeringan yang terjadi lebih besar
2. Kelembaban relatif atmosfir. Bila RH rendah, maka pengeringan lebih besar
3. Kontak dengan atmosfir
4. Penggunaan pembungkus akan mengurangi gejala kekeringan
5. Intensitas sirkulasi udara
6. Perbedaan suhu antara produk dan udara.
13
Jaringan bahan menjadi cekung dan transparan
Pertukaran bau / aroma
Di dalam ruang pendingin dimana disimpan lebih dari satu macam komoditi atau
produk, kemungkinan terjadi pertukaran bau/aroma. Contoh: apel tidak dapat
didinginkan bersama-sama dengan seledri, kubis, ataupun bawang merah.
14
dilakukan “thawing”, maka untuk bahan yang telah mengalami denaturasi protein
pada waktu pencairan kembali, air tidak dapat diabsorpsi (diserap) kembali. Tekstur
liat yang terjadi disebabkan oleh membesarnya molekul-molekul.
15
pengepakan. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami
perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan
yaitu rehidrasi.
Pengeringan juga didefinisikan sebagai suatu proses pengeluaran air dari bahan
sehingga tercipta kondisi dimana kapang, jamur, dan bakteri yang menyebabkan
pembusukan tidak dapat tumbuh. Pengeringan adalah suatu proses pengeluaran kadar air
untuk memperoleh kadar air yang aman untuk penyimpanan.
Ada 2 tujuan utama pengeringan bahan pangan , yaitu meningkatkan umur simpan
dan mengurangi berat atau volume bahan. Namun selain kedua tujuan utama tersebut ada
empat tujuan lain yang bisa di capai dengan mengeringkan bahan pangan, yaitu:
4. Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan,
misalnya mineral, vitamin, dsb
Proses pengeringan yang umumnya digunakan pada bahan pangan ada dua cara,
yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan dengan alat pengering.
Kelemahan dari penjemuran adalah waktu pengeringan lebih lama dan lebih mudah
terkontaminasi oleh kotoran atau debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk
yang dikeringkan. Di sisi lain, pengeringan yang dilakukan menggunakan alat pengering
biasanya lebih mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol
sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung dan tikus dapat dihindari. Selain itu
pula dehidrasi dapat memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
Pemilihan jenis alat dan kondisi pengering yang akan digunakan tergantung dari
jenis bahan yang dikeringkan, mutu hasil akhir yang dikeringkan dan pertimbangan
ekonomi, misalnya untuk bahan yang berbentuk pasta atau pure maka alat pengering
yang sesuai adalah alat pengering drum, sedangkan untuk bahan yang berbentuk
lempengan atau jenis bahan padatan dapat menggunakan pengering kabinet. Jenis alat
16
pengering lainnya yang dapat digunakan untuk bahan pangan adalah pengeringan
terowongan, pengering semprot, pengering fluidized bed, pengering beku dan lain-lain.
Efisiensi sistem dan alat pengeringan merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam aplikasi pengeringan dan optimasinya. Efisiensi operasi
pengeringan dapat dinyatakan sebagai perbandingan panas yang secara teoritis diperlukan
untuk menguapkan air dengan penggunaan panas yang sebenarnya di dalam alat
pengering. Efisiensi tersebut berguna untuk mempelajari pendugaan atau konstruksi alat
pengering dan studi perbandingan antar berbagai alat pengering yang digunakan untuk
alternative.
Proses pengeringan pada bahan dimana udara panas dialirkan dapat dianggap
sebagai salah satu proses adiabatik. Hal ini berarti panas yang diberikan untuk penguapan
air dari bahan hanya disuplai oleh udara pengering secara konduksi atau radiasi tanpa
tambahan energi dari luar.
Proses perpindahan panas terjadi karena suhu bahan lebih rendah dari suhu udara
yang dialirkan disekeliling bahan. Panas yang diberikan ini akan menaikkan suhu bahan
dan akan menyebabkan tekanan uap air di udara sehingga terjadi perpindahan uap air dari
bahan ke udara. Peristiwa perpindahan uap air ke udara ini disebut peristiwa pindah
massa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan, yaitu ;
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering (suhu, kecepatan volumetrik aliran
udara pengering, dan kelembaban udara)
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan (ukuran bahan, kadar air awal, dan
tekanan parsial dalam bahan)
17
pengawetan yang membutuhkan energy dan biaya yang cukup tinggi, kecuali
pengeringan matahari (Sun Drying).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengolahan makanan ada berbagai cara yaitu proses fermentasi, proses
pengolahan dingin dan beku, pengolahan dengan panas, pengolahan dengan dehidrasi.
Untuk pengolahan fermentasi ada pengolahan fermentasi alkoholis dan nonalkoholis
tetapi sama sama menggunakan mikroorganisme. Untuk pengolahan panas ada teknik
panas basah dan panas kering. Yang termasuk panas basah yaitu boiling, poaching,
braising, stewing, steaming, simmering dan tim. Yang temasuk panas kering yaitu deep
frying, shallow frying, sautéing, baking, dan grilling. Untuk pengolahan beku dan dingin
penyimpanan bahan pangan harus diatas suhu pembekuan, terdapat keuntungan dari
penyimpanan dingin yaitu menahan kecepatan reaksi kimia dan salah satu kerugiannya
yaitu oksidasi lemak. Untuk proses pengolahan dengan dehidrasi yaitu dengan pemansan
dalam suhu stabil yang dapat menurunkan aktifitas air yag terkandung dalam makanan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19