MIKROBIOLOGI
Dosen Pengampu:
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami bisa menyelesaikan
laporan praktikum ini.
Materi yang kami dapatkan dari beberapa sumber baik dari media
massa maupun buku hanya sebagai penambah wawasan untuk laporan ini
menjadi lebih baik. Kami pun menyadari, bahwa laporan yang ditulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................2
1.2 Manfaat Praktikum...............................................................................................3
1.3 Tujuan Praktikum.................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................5
2.1 Fermentasi............................................................................................................5
2.2 Tempe..................................................................................................................6
2.3 Tapai Singkong....................................................................................................7
2.4 Yoghurt................................................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................12
MATERI DAN METODE........................................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum...........................................................................12
3.2 Bahan dan Alat...................................................................................................12
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................13
BAB IV........................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................16
4.1 Tempe................................................................................................................16
4.2 Tapai Singkong..................................................................................................17
4.3 Yoghurt..............................................................................................................19
BAB V.........................................................................................................................21
KESIMPULAN..........................................................................................................21
5.1 Kesimpulan........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yoghurt adalah susu asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh bakteri
asam laktat (BAL). Pada umumnya pembuatan yoghurt dengan bantuan dua jenis
BAL yaitu Streptococcus termophilus dan Lactobacillus bulgaricus sebagai starter.
Kerja bakteri asam laktat memfermentasikan susu ternyata meningkatkan kandungan
gizi yoghurt yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Yoghurt dengan kualitas baik
memiliki total asam laktat sekitar 0,5% -2,0% dan kadar air maksimal 88%. pH yang
sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah 4,5. Berdasarkan SNI 01-2981-1992
disebutkan bahwa kriteria yoghurt dengan kualitas baik yaitu memiliki aroma normal
atau khas yoghurt, rasa khas atau asam yoghurt dan tekstur cairan kental atau semi
padat (Wakhidah dkk, 2017).
Tapai singkong adalah salah satu makanan fermentasi khas Indonesia yang
dibuat melalui bioteknologi konvensional. Pada pembuatan tapai singkong,
mikroorganisme yang berperan adalah Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces
cerevisiae adalah mikroorganisme berupa jamur bersel tunggal (uniseluler) yang lebih
dikenal dengan sebutan ragi. Fermentasi tapai singkong oleh Saccharomyces
cerevisiae mengubah karbohidrat dalam singkong menjadi gula sederhana,
karbondioksida, dan alkohol dalam bentuk etanol. Fermentasi tersebut akan
menghasilkan tapai singkong yang bertekstur lunak, berbau khas, dan berasa manis
(Khazalina, 2020).
2
1.3 Tujuan Praktikum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
4
Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom
yang sudah jadi (Nurfaizah, 2021).
2.2 Tempe
Tempe adalah panganan yang terbuat dari hasil fermentasi kacang kedelai
oleh kapang berjenis Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. Oryzae, Rh.
stolonifera, dan Rh. arrhizus yang secara umum dikenal sebagai kapang
tempe. (Badan Standarisasi Nasional, 2012)
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku
kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oligosporus. Fermentasi
pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh
aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan
meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase
yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam fitat
menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi
tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu melindungi tempe dari aflatoksin.
Tempe mengandung senyawa antibakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama
proses fermentasi. Secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan
miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang
memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari
komponen-komponen dari kedelai itu sendiri (Dwinaningsih, 2010).
5
kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan
zat gizinya lebih mudah terserap tubuh. Fungi ini juga dapat memfermentasi substrat
lain, memproduksi enzim, dan mengolah limbah. Salah satu enzim yang diproduksi
tersebut adalah dari golongan protease (Gandjar, 2006).
Tempe yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia biasanya adalah tempe
yang berbahan dasar kedelai. Selain tempe kedelai, ada juga tempe yang berbahan
dasar selain kedelai, contohnya tempe lamtoro bebahan dasar biji lamtoro, tempe
benguk yang berbahan dasar biji benguk, tempe bungkil berbahan dasar bungkil
kacang tanah, tempe gembus yang berbahan dasar bungkil tahu dan tempe
bongkrek berbahan dasar bungkil kelapa (Astuti, 2009).
Tapai merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.
Tapai dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda
dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu
mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,
pembuatan tapai melibatkan banyak mikroorganisme. Bahan pangan pada umumnya
merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan berbagai jenis
mikroorganisme. Bahan pangan yang umumnya difermentasi adalah bahan pangan
yang banyak mengandung karbohidrat dan protein. Proses fermentasi bahan pangan
dapat berlangsung oleh adanya aktivitas beberapa jenis mikroorganisme, seperti
bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang paling penting yaitu bakteri pembentuk
asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat dan terdapat beberapa jenis khamir
penghasil alkohol. Produk–produk fermentasi antara lain tapai, kecap, tauco, yoghurt,
pikel, kombucha dan lainnya (Marminah, 2012).
6
sederetan reaksi yang dikatalis oleh enzim menjadi suatu bentuk lain, contohnya
aldehid, alkohol dan jika terjadi oksidasi lebih lanjut akan terbentuk asam (Sudantha,
2012).
7
spesies genus Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan bakteri
Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara sinergis. Aspergillus
Menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta memproduksi enzim glukoamilase
yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan
Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol
dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak
alkohol menjadi asam Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tapai, antara lain
Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp (Kanino, 2019).
2.4 Yoghurt
Yoghurt adalah salah satu minuman olahan susu yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat. Susu yang diolah menjadi yoghurt berubah rasanya menjadi asam
segar dan memiliki banyak sekali probiotik yang bermanfaat. Mengonsumsi yoghurt
secara rutin bisa membuat pencernaan menjadi lebih lancar dari sebelumnya.
Semakin tingginya kesadaran akan kesehatan telah membawa perubahan tuntutan
masyarakat terhadap produk pangan. Salah satu produk pangan fungsional yang baik
untuk dikonsumsi adalah probiotik Probiotik ditemukan dalam makanan fermentasi
seperti yogurt, minuman bakteri asam laktat, natto, miso, acar dedak, dan kimchi.
Probiotik mengandung bakteri seperti bakteri asam laktat (BAL) yang
menguntungkan bagi saluran pencernaan karena dapat meningkatkan keseimbangan
mikroflora usus dan mampu bertahan hidup dalam keasaman lambung sehingga dapat
menempati usus dalam kuantitas yang cukup besar. Probiotik umumnya dikonsumsi
sebagai bagian dari makanan yang difermentasi dengan kultur hidup aktif yang
ditambahkan secara khusus; seperti dalam Yoghurt dan Yoghurt kedelai, atau sebagai
suplemen makanan. Hampir semua kalangan dan rentang usia yang beragam
mengenal dan menyukai Yoghurt (Wulanningsih, 2022).
8
Bakteri asam laktat ini disebut sebagai "Kultur Yoghurt". Bahan dasar pembuatan
yoghurt dapat berasal dari susu sapi segar atau susu kambing (susu segar dan susu
pasteurisasi). Bahan tambahan yoghurt berupa susu skim dan rim untuk
meningkatkan nilai gizi, pemanis, stabilizer, flavour, serta pewarna untuk menarik
minat konsumen. Yoghurt kaya akan kalsium, dan juga mengandung mikronutrien
lainnya, seperti kalium, seng, fosfor, magnesium, vitamin A, riboflavin, vitamin B5,
vitamin B12 dan vitamin D, serta nutrisi lainnya. Yoghurt rendah lemak mengandung
sekitar 25% lebih banyak kalium, kalsium, dan magnesium per porsi 8 ons
dibandingkan dengan satu porsi susu rendah lemak yang setara. Profil nutrisi yogurt
sangat unik karena merupakan perpaduan nutrisi asli susu dan juga proses fermentasi.
Nutrisi lain pada yogurt juga dapat ditambahkan sebelum atau sesudah fermentasi
(misalnya, vitamin tambahan, antioksidan, serat) (Wulanningsih, 2022).
9
kolesterol dalam darah dan dapat menstimulasi sistem syaraf, khusus untuk saluran
pencernaan dan dapat menstimulasi pembuangan kotoran (Widodo, 2002).
10
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu, 9 Agustus 2023, yang bertempat
di laboratorium pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Pembuatan Tempe
Panci
Wadah atau mangkuk
Wadah datar atau nampan
Plastik atau daun pisang
Sarung tangan plastic
Tisu
Korek api
Kacang kedelai 1 kg
Ragi tempe 1 sendok makan
Baskom
Kain lap
Sarung tangan plastik
Toples
Daun Pisang
Singkong 1 kg
Ragi tapai
Pembuatan yoghurt
11
Fresh milk 1,5 liter yang sudah di pasteurisasi
Biokul 75 ml
1. Pertama, rebus air hingga mendidih. Setelah itu masukkan kacang kedelai ke dalam
air yang mendidih tadi. Diamkan hingga suhu air hangat. Selanjutnya, pisahkan air
dan kacang kedelai. Kemudian remas-remas hingga kacang terpisah dari kulitnya
dan kacang terbelah menjadi dua.
2. Kacang kedelai yang telah terpisah dari kulit kembali direbus dengan air hingga
mengeluarkan buih. Setelah itu, pisahkan kacang kedelai dengan air. Agar lebih
cepat kering, simpan kacang kedelai di wadah datar yang dasarnya telah diberi kain
untuk menyerap cairan.
5. Diamkan adonan tempe dengan durasi 24 sampai 36 jam. Lebih baik lagi jika
disimpan di tempat yang hangat.
12
4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.
5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci samapai kira-
kira seperempat seperempat lalu panaskan hingga mendidih.
6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga
singkong 4 matang, kira-kira ketika daging singkong sudah bisa ditusuk dengan
garpu.
7. Setelah matang, angkat singkong yang telah masak lalu taruh di suatu wadah,
kemudian didinginkan.
10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun
pisang. Singkong ini harus benar-benar tertutup agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 1-2 hari hingga
sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tapai.
2. Turunkan suhu hingga 43°C yang merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan
starter.
3. Masukkan bibit lalu aduk sampai rata dengan alat yang steril
13
4. Apabila sudah selesai tutup dengan serbet atau handuk kecil untuk menciptakan
kondisi gelap.
5. Fermentasi selama 20-24 jam.
6. Tambahkan pemanis, essen maupun pewarna sesuai dengan selera.
7. Kemas yoghurt dalam cup plastic. Simpan yogurt dalam refrigerator
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tempe
15
2013). Uap air itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus
tempe basah oleh titik-titik air. Sebuah reaksi kimia tidak selalu menunjukkan seluruh
ciri reaksi tersebut.
16
pengamatan hari kedua,
terlihat jamur yang sudah
merata dan menutupi
kedelai, dan
tercium bau khas tempe.
Pada pengamatan hari
pertama, kedelai yang
sedang difermentasi dalam
keadaan panas
dan mengembun yang
terlihat dengan terdapatnya
uap pada plastik
pembungkus kedelai.
17
Terlihat pula mulai tumbuh
sedikit jamur, yang belum
merata pada sekitar kedelai.
Pada
pengamatan hari kedua,
terlihat jamur yang sudah
merata dan menutupi
kedelai, dan
tercium bau khas tempe.
Pada pengamatan hari
pertama, kedelai yang
sedang difermentasi dalam
keadaan panas
18
dan mengembun yang
terlihat dengan terdapatnya
uap pada plastik
pembungkus kedelai.
Terlihat pula mulai tumbuh
sedikit jamur, yang belum
merata pada sekitar kedelai.
Pada
pengamatan hari kedua,
terlihat jamur yang sudah
merata dan menutupi
kedelai, dan
tercium bau khas tempe.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada pengamatan hari
pertama, kedelai yang sedang difermentasi dalam keadaan panas dan mengembun
yang terlihat dengan terdapatnya uap pada plastik pembungkus kedelai. Terlihat pula
19
mulai tumbuh sedikit jamur, yang belum merata pada sekitar kedelai. Pada
pengamatan hari kedua, terlihat jamur yang sudah merata dan menutupi kedelai, dan
tercium bau khas tempe.
20
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
tapai yang telah disimpan selama 2 hari mengalami perubahan rasa dan aroma. Jika di
analisis, hal ini berkesesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Hidayati,
2013) yang mengatakan bahwa “fermentasi hari ke 2 didapatkan pertumbuhan
mikroorganisme rendah”. Hasil pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma
berbau alkohol dengan rasa yang agak manis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
(Rukmana, 2001) bahwa “Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang
merupakan mikroba yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan,
menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tapai adalah mengubah gula menjadi
alkohol. rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tapai
tersebut”.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum berkesesuain dengan teori
yang ada, hasil tapai yang dibuat tidak terlalu maksimal karena beberapa tapai masih
memiliki tekstur yang agak keras dan belum memiliki banyak air serta rasa yang
belum terlalu manis. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang singkat yaitu hanya
selama 2 hari, sedangkan menurut (Hidayati, 2013) “fermentasi hari ke 2 didapatkan
pertumbuhan mikroorganisme rendah dan didapatkan pertumbuhan dan tinggi
mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari”.
4.3 Yoghurt
21
Berdasarkan hasil praktikum yoghurt di penjelasan data seperti pada,
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Yoghurt
22
digunakan sebagai sumber energi selama pertumbuhan biakan bakteri dan akan
menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dari hasil fermentasi
laktosa menyebabkan keasaman susu meningkat atau pH menurun, kasein
merupakan komponen terbanyak dalam susu yang sangat peka terhadap asam. Dalam
kondisi keasaman yang rendah maka kasein menjadi tidak stabil sehingga kasein akan
terkoagulasi membentuk padatan yang disebut yoghurt. Pada umumnya yoghurt
yang baik memiliki total asam laktat 0,85 % sampai 0,95 % atau derajat keasaman
(pH) 4 – 4.5 (Hendarto dkk, 2019).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, menunjukan fermentasi
pada susu yaitu kental dan menggumpal. Lama fermentasi pun mempengaruhi
terhadap bau dan rasa asam. Fermentasi semakin lama, maka rasa dan bau asamnya
akan semakin kuat. Hal ini disebabkan asam laktat diubah menjadi asam asetat.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam fermentasi ini mengubah substrat menjadi
asam, sisa-sisa asetaldehid, asam asetat serta bahan-bahan volatil lainnya sehingga
menimbulkan flavour yogurt yang khas. Flavour khas yogurt disebabkan karena asam
laktat dan sisa-sisa asetaldehida, diasetil, asam asetat dan bahan-bahan mudah
menguap lainnya yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri. Asam juga menyebabkan
koagulasi protein susu dan membantu mengawetkan yoghurt. Susu yang digunakan
untuk pembuatan yoghurt umumnya susu murni, susu skim, susu bubuk tanpa lemak,
susu skim tanpa kondensat, susu yang sebagian lemaknya dihilangkan ataupun
kombinasi dari berbagai macam susu tersebut.
23
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pembuatan tempe, tapai dan yoghurt memerlukan kebersihan yang tinggi agar
singkong, kacang kedelai dan susu dapat menghasilkan tempe, tapai dan yoghurt yang
bagus dan berhasil karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik dan
benar. Agar pembuatan tempe, tapai dan susu berhasil dengan baik alat-alat dan
bahan-bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-
alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tempe, tapai dan susu bisa
menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih jika
menggunakan air yang terkontaminasi bisa mengakibatkan tempe, tapai dan susu
tidak berhasil dibuat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Minuman Probiotik Dengan Isolat Lactobacillus Sp. F213. Jurnal Itepa, 9(2),
181-192.
Maharani, F., & Ayuningtyas, R. D. (2018). Pelatihan Pembuatan Yoghurt Di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Abdimas Unwahas, 3(2).
Mujianto. (2013). “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe
Produk Umkm Di Kabupaten Sidoharjo”. Jurnal Reka Agroindustri Media
Teknologi Dan Menejemen Agroindustri. I:1.
Marminah, M. (2012). Perbedaan Kadar Protein Tape Singkong (Manihot Utilisima)
Biasa Dengan Yang Diberi Penambahan Sari Buah Nanas (Ananas
Comosus) (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakrta).
Mayasari, U. (2020). Mikrobiologi.
Nurfaizah, A. (2021). Pembuatan Minuman Kefir Dari Sari Kacang Merah
(Phaseolus Vulgaris L.) Dengan Variasi Jumlah Starter Dan
Sukrosa (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Nurfuzianti, R. (2021). Pengaruh Proses Fermentasi Terhadap Kandungan Asam
Laktat Pada Makanan Fermentasi. Parapemikir: Jurnal Ilmiah
Farmasi, 10(2), 71-76.
Puspitasari, R. T., Suryati, Y., & Pradana, N. T. (2014). Isolasi Mikroba Yang Dapat
Menghilangkan Bau Pada Pupuk Organik Air Limbah Cucian Beras. Jurnal
Matematika Sains Dan Teknologi, 15(2), 91-96.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. (2001). Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta:
Kanisius
Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. (2010). Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil
Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.
Sutanto, Teja Dwi. Dkk. (2006). Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam
Tapai Hasil Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1.
Sudantha, I. (2012). Pemanfaatan Jamur Endofit Dan Saprofit Antagonis Untuk
Biofungisida, Bioaktivator Dan Biodekomposer Dengan Teknologi
Fermentasi.
26
Sabrina, R. R., Aini, A. Q., Juwita, A. R., Febrina, R., Anggraini, B., Firdaus, A.,&
Achyar, A. (2021). Perbandingan Pemberian Batang Cabai Pada Olahan
Yogurt Dari Air Kelapa Dengan Bakteri Starter Streptococcus Thermophilus
Dan Lactobacillus Bulgaricus. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 1,
No. 2, Pp. 107-117).
Wakhidah, N., Jati, G., & Utami, R. (2017). Yoghurt Susu Sapi Segar Dengan
Penambahan Ekstrak Ampas Jahe Dari Destilasi Minyak Atsiri. In Proceeding
Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, And
Learning (Vol. 14, No. 1, Pp. 278-284).
Wulanningsih, U. A. (2022). Pelatihan Pembuatan Yoghurt Susu Sapi Dengan
Metode Sederhana Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus Dan Streptococcus
Thermophilus. Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 1(2).
Widodo, W. (2002). Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan
Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Zulfa, C. S., Attika, C., Handayani, D., & Fevria, R. (2021). Pengaruh Lama
Fermentasi Dalam Pembuatan Tape. In Prosiding Seminar Nasional
Biologi (Vol. 1, No. 1, Pp. 600-607).
.
27