“FERMENTASI”
Disusun Oleh:
No BP : 20101157510105
Kelas : Psikologi C
FAKULTAS PSIKOLOGI
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan yang Mahakuasa karena telah
memberikan kesempatan kepadi kami untuk dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Fermentasi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Cholid Djunaidi selaku dosen mata kuliah kimia dasar ini atas bimbingannya
sehingga kami dapat memahami topikk fermentasi ini dan dapat membuatnya sebagai
makalah dan juga presentasi yang cukup baik.
Untuk makalah kali ini, kami mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti
internet dan juga dari buku-buku atau materi yang telah kami pelajari selama ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi meningkatkan kualitas makalah.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik
(karbohidrat, protein maupun lemak) melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme Fermentasi dalam pemrosesan bahan pangan adalah pengubahan
karbohidrat menjadi alkohol dan karbon dioksida atau asam amino organik menggunakan
ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya di bawah kondisi anaerobik. Perilaku
mikroorganisme terhadap makanan dapat menghasilkan dampak positif maupun negatif, dan
fermentasi makanan biasanya mengacu pada dampak positifnya. Sains yang mempelajari
fermentasi disebut dengan zimologi.
B. Sejarah Fermentasi
Fermentasi telah ada sejak zaman prasejarah. Bukti paling awal fermentasi makanan
ada pada minuman beralkohol yang terbuat dari buah, beras, dan madu, bertanggal 7000-
6600 SM di Jiahu, China, dan minuman anggur sejak 6000 SM di Georgia. Kendi berusia
7000 tahun berisi sisa minuman anggur ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran dan disimpan
di Universitas Pennsylvania. Diperkirakan bangsa Babilonia memfermentasikan minuman
sejak tahun 3000 SM, Mesir Kuno sekitar 3150 SM, Meksiko Kuno sekitar 2000 SM, dan
Sudan sekitar 1500 SM.
Louis Pasteur merupakan pakar Zymologist pertama di dunia, ketika pada tahun 1856
ia menghubungkan keberadaan ragi terhadap proses fermentasi. Pasteur pada awalnya
mendefinisikan fermentasi sebagai proses "respirasi tanpa udara". Pasteur juga menemukan
bahwa fermentasi sejalan dengan perkembang biakan mikroorganisme di dalam makanan.
Fermentasi adalah proses perubahan secara biokimia pada bahan pangan yang
melibatkan aktivitas mikroorganisme dan metabolit aktivitas enzim, yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tersebut. Produk fermentasi terutama dihasilkan oleh aktivitas bakteri asam
laktat, jamur, dan khamir. Mikroba tersebut memanfaatkan beberapa komponen yang ada
didalam bahan pangan sebagai substat untuk menghasilkan energi, yang digunakan untuk
meningkatkan populasi, menghasilkan produk akhir yang akan diekskresikan di lingkungan.
Tujuan fermentasi pangan tradisional awalnya adalah untuk mengawetkan pangan yang
bersifat musiman dan mudah rusak. Sejalan dengan perkembangan alternatif pengawetan
pangan maka pengembangan produk pangan fermentasi saat ini lebih karena tekstur, aroma
dan rasanya yang unik. Dampak positif dari produk fermentasi terhadap kesehatan konsumen
juga menjadi alasan pengembangan produk fermentasi sekarang ini. Dampak positif dari
produk fermentasi terhadap kesehatan konsumen juga menjadi alasan pengembangan produk
fermentasi sekarang ini. Pemecahan komponen yang kompleks menjadi komponen-
komponen yang lebih sederhana menyebabkan produk fermentasi lebih mudah dicerna
daripada produk pangan asalnya. Pada beberapa produk fermentasi, dilaporkan pula adanya
peningkatan kandungan beberapa vitamin, antioksidan, dan senyawa lain yang bermanfaat
bagi kesehatan. Di dalam buku ini akan dibahas tentang prinsip dasar teknologi fermentasi
pangan tradisional, mikroba yag terlibat dalam fermentasi pangan tradisional, dan cara
pembuatan berbagai produk fermentasi pangan tradisional (yogurt, kefir, bekasam, tempoyak,
tape, tempe, kecap, tauco, kombucha, pikel, kimchi, oncom, dadih, sauerkraut, pakasam,
wadi, mandai, lemea, dangke, brem).
D. Khamir
Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol dimana
produk utamadari metabolismenya adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah
jenis yang utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan
anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.
E. Kapang
Kapang jenis-jenis tertentu digunakan dalam persiapan pembuatan beberapa
macam keju dan beberapa fermentasi bahan pangan Asia seperti kecap dan tempe.
Jenis-jenis yang termasuk golongan Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium sangat
penting dalam kegiatan tersebut.
1. Ketersediaan sumber CO2 dan O2, gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
adalah oksigen dan karbon dioksida. Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dibagi 4
kelompok : aerobic (butuh oksigen), anaerobic (bisa tumbuh tanpa oksigen), anaerobic
fakultatif (bisa tumbuh dalam keadaan aerob maupun anaerob), kapnofilik (bakteri
yang butuh karbon dioksida), dan mikroaerofilik (bakteri bisa tumbuh bila ada oksigen
bebas dalam jumlah sedikit).
4. Aktivitas air, semua mikroorganisme butuh air untuk pertumbuhan karena air berperan
dalam reaksi metabolism dalam sel dan sebagai alat pengangkut zat-zat gizi dan limbah
keluar dan masuk sel. Dipengaruhi juga oleh kondisi yang lembab, missal pada ragi dan
bakteri perlu kelembapan di atas 85%, jamur dibawah 80%.
5. Suhu inkubasi, batas daerah temperatur bagi mikroorganisme adalah 0-90◦C. Batas
minimal 0◦C bararti pada duhu tersebut mikroorganisme masih bisa bekerja. Begitu
pula dengan batas maksimal yaitu 90◦C. Namun, kurang atau lebih dari batas suhu
tersebut maka mikroorganisme tidak akan bisa melakukan fungsinya lagi.
Produk terfermentasi umumnya mudah diurai secara biologis dan mempunyai nilai nu
trisi yang lebih tinggi dari bahan asalnya (Winarno et al., 1980). Hal tersebut selain diseb
abkan oleh sifat mikroba yang katabolik atau memecah komponen-komponen yang komp
leks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna, tetapi juga karena mikroba d
apat menyintesis beberapa vitamin yang kompleks. Manfaat fermentasi antara lain dapat
mengubah bahan organik kompleks seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi mole
kul-molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna, mengubah rasa dan aroma yang ti
dak disukai menjadi disukai, dan mensintesis protein (vitamin juga termasuk). Manfaat la
in dari fermentasi adalah bahan makanan lebih tahan disimpan dan dapat mengurangi sen
yawa berlebih ataupun racun yang dikandungnya sehingga nilai ekonomis bahan dasarny
a menjadi jauh lebih baik. Tidak hanya itu, proses fermentasi sangatlah sederhana dan m
udah dipahami. Hal itu terbukti dengan adanya teknologi fermentasi yang telah ada seme
njak zaman dahulu yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang kita dan te
rus berkembang sampai sekarang
a) Wine
Menurut buku pengetahuan minuman dan bartending karya ardjuno wibowo,
wine adalah minuman berkohol yg dihasilkan dari fermentasi buah anggur segar.
Biasanya dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera. Khamir yang banyak digunakan
adalah Saccharomyces cerevisiae krn dapat melakukan fermentasi pada temperatur 30
derajat celcius dan menghasilkan kadar alkohol yang cukup tinggi.
Red wine adalah proses fermentasi anggur merah atau anggur hitam beserta kulitnya.
Ia harus disajikan dengan gelas besar bersuhu 16-18 derajat C agar tercium aroma
khas anggur tersebut.
White wine adalah proses fermentasi yang menggunakan anggur kuning, hijau,
keemasan, dan beberapa jenis anggur merah. Bedanya white wine difermentasi tanpa
mengikutkan kulit buahnya. Penyajian white wine yaitu dengan gelas yg agak kecil
untuk menahan buih agar tidak terlepas. Dengan suhu dingin, white wine tidak akan
cepat habis saat akan diminum.
Champagne disebut juga sparkling wine adalah white wine yang begitu dituang ke
gelas akan memunculkan kilauan. Butuh setengah tahun lamanya fermentasi agar
dihasilkan rasa champagne yang sempurna. Biasanya disajikan dalam gelas dengan
tabung mengecil dibagian atas, tinggi dan ramping untuk mejaga kilauan wine.
Seperti red wine, rose wine terbuat dari anggur merah beserta kulitnya. Tetapi ada
perbedaan di proses fermentasi yang lebih singkat sehingga menghasilkan warna
merah muda terang yang diibaratkan dengan warna bunga mawar. Ada metode lain
untuk menghasilkan rose wine yaitu mencampurkan white wine dengan red wine,
tetapi cara ini sangan tidak dianjurkan dan bahkan di Eropa dianggap ilegal dan
melanggar hukum.
Penghancuran buah (crushing): Proses ini adalah saat anggur siap untuk di
hancurkan. Kini, penghancuran buah anggur menggunakan mesin, berbeda dengan
jaman dahulu yang menggunakan kaki seperti di Italia yang hingga kini menjadi
sebuah budaya tersendiri. Proses ini menghancurkan anggur dengan kulit, biji dan
daging buah anggur sendiri. Penghancuran dengan mesin meningkatkan kualitas dan
tahan lama wine. Untuk hasilkan white wine, maka penghancuran anggur
memisahkan kulit, biji dan dagingnya agar menghasilkan warna bersih yang
diinginkan.
b) Tempe
Tempe adalah produk fermentasi Indonesia yang kini mendunia. Produk
berbahan kedelai ini disukai, terutama oleh kaum vegetarian, karena menjadi alternatif
daging yang tinggi protein dan vitamin B12. Kapang Rhyzopus berperan penting
sebagai ragi tempe dalam proses fermentasi. Beberapa jenis Rhyzopus yang bisa
digunakan adalah Rhyzopus Oligosporus, Rhyzopus Oryzae, Rhyzopus
Stolonifer dan Rhyzopus Arrhizus.
Tempe selain dibuat dari kedelai dapat juga dibuat dari berbagai bahan nabati
berprotein . Pada substrat kedelai, jamur selain berfungsi mengikat/menyatukan biji
kedelai sehingga menjadi satu kesatuan produk yang kompak juga menghasilkan
berbagai enzim yang dapat meningkatkan nilai cerna tempe saat dikonsumsi.
Fermentasi pada tempe dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan
kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Dalam proses fermentasi ragi berfugsi
untuk mengikat gizi pada makanan agar tidak rusak akibat adanya bakteri yang hidup
dalam makanan.
Fermentasi
Tempe yang belum jadi dan sudah dibungkus di taruh dengan suhu ruangan
terbuka, jika ingin lebih cepat jadi, letakkan tempe yang belum jadi pada suhu yang
sedikit lebih hangat kurang lebih selama 24 jam. Yang perlu diperhatikan jangan
menumpuk tempe terlalu banyak, karena pada saat proses fermentasi tempe akan
mengeluarkan suhu panas dan ini akan mengakibatkan tempe cepat matang.
c) Tape
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini dibuat dengan cara fermentasi
selama 2-3 hari, dengan bantuan bakteri saccharomyces cerivisiae. Mucor
chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Reaki-reaksi dalam fermentasi
singkong ataupun beras ketan menjadi tape adalah glukosa ( C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana. Melalui fermentasi ini akan menghasilkan etanol
( 2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi dan digunakan pada produksi
makan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembuatan tape ketan atau singkong
tidak berlangsung sempurna adalah peralatan yang kuran higienis, ragi yang sudah
lama, pencucian yang tidak bersih, dan pentutupan ketan atau singkong yang kurang
rapat.
Fermentasi ini berguna oleh sel syaraf, sel otot dan system pencernaan karena
mengandung berbagai bakteri yang baik dikonsumsi. Tape mampu mengikat dan
mengeluarkan aflotoksi dari tubuh yang merupakan zat racun yang dihasilkan oleh
kapang. Tape dapat juga mencegah anemia (Mardatila, 2020).
Konsumsi tape yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi pada darah dan
gangguan pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri pada pembuatan tape
berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang yang system imunnya terlalu
lemah.
d) Yogurt
Kata yoghurt berasal dari bahasa Turki, yaitu “jugurt” yang berarti susu asam.
Yoghurt umumnya adalah sejenis produk susu terkoagulasi, diperoleh dari fermentasi
asam laktat melalui aktivitas Lactobacillus acidhopilus, Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dimana mikroorganisme dalam produk
akhir harus hidup-aktif dan berlimpah. Bakteri tersebut merubah laktosa menjadi
asam laktat yang akan membentuk flavour yang khas dari yoghurt. Adanya asam
laktat inilah yang menyebabkan yoghurt berasa asam. Aroma yang spesifik dari
yoghurt terdiri dari komponen komponen karbonil dengan diacetil dan acetaldehid
yang dominan. Asam menyebabkan koagulasi protein susu dan membantu
mengawetkan yoghurt. Pembuat yoghurt terbilang sederhana dan tidak membutuhkan
banyak waktu. Yoghurt mempunyai tekstur yang agak kental hingga kental atau semi
padat dengan kekentalan yang homogen akibat dari penggumpalan protein karena
asam organik yang dihasilkan oleh kultur starter. Berikut ini akan diulas tentang
manfaat susu fermentasi (yogurt) untuk kesehatan.
Adapun tahap – tahap pembuatan yogurt adalah seperti berikut ini (Septia, 2010):
1. Susu segar dipanaskan sampai suhu 90 °C dan selalu diaduk supaya proteinnya
tidak mengalami koagulasi. Pada suhu tersebut dipertahankan selama 1 jam.
Apabila dilakukan pasteurisasi maka suhu pemanasannya adalah 70 – 75 °C . Jika
hal ini yang dilakukan, maka pemanasan dilakukan sebanyak dua kali.
2. Setelah dipanaskan, selanjutnya dilakukan pendinginan sampai suhunya 37- 45 °C.
Pendinginan tersebut dilakukan dalam wadah tertutup.
3. Setelah suhu mencapai 37-45 °C maka dilakukan inokulasi / penambahan bakteri ke
dalam susu tersebut sejumlah 50 – 60 ml/liter susu. Penambahan bakteri dilakukan
dengan teknik aseptic (di dekat api).
4. Setelah ditambah bakteri, selanjutnya diperam pada ruangan hangat (30-40 °C),
dalam keadaan tertutup rapat selama 3 hari.
5. Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Hal ini dilakukan untuk memisahkan bagian yang
padat / gel dengan bagian yang cair. Pada waktu pemisahan ini diusahakan
dilakukan di dekat api sehingga bagian yang cair (sebagai stater berikutnya)
terhindar dari kontaminasi. Bagian yang padat inilah yang siap dikonsumsi
(yoghurt). Bagian yang cair berisi bakteri Lactobacillus sp yang dapat digunakan
untuk menginokulasi susu yang segar.
6. Supaya yogurt lebih lezat rasanya dapat ditambah dengan potongan buah – buahan
yang segar, cocktail, nata de coco atau dibekukan menjadi es, dapat pula dicampur
dengan berbagai buah-buahan untuk dibuat juice (minuman segar).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua macam
bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan
berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada
pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt yang baik mempunyai total asam laktat
sekitar 0,85-0,95%. Sedangkan derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai oleh
yoghurt adalah sekitar 4,5 (Lestari, 2019).
e) Keju
Keju adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat
padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini
dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet. Hasil dari
proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan berbagai
macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk keju. Produk-
produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur,
metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan
pengawetan. Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi. Air
susu unta, kambing, domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju
lokal.
Keju sudah diproduksi sejak zaman prasejarah. Tidak ada bukti pasti dimana
pembuatan keju pertama kali dilakukan, di Eropa, Asia Tengah, maupun Timur
Tengah, tetapi praktek pembuatan keju menyebar ke Eropa sebelum zaman Romawi
Kuno, dan penurut Pliny, pembuatan keju telah menjadi usaha yang terkoordinasi
pada masa Kekaisaran Romawi. Perkiraan awal adanya pembuatan keju adalah antara
8000 SM sampai 3000 SM. Pembuat keju pertama diperkirakan adalah manusia di
Timur Tengah atau suku-suku nomaden di Asia Tengah.
Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu
yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses
fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain misalnya jenis
makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses pemanasan susu.
Berikut ini adalah beberapa jenis keju yang berkembang di seluruh dunia.
Camembert
Keju lunak dari Perancis ini pertama kali di buat pada abad ke-18 di desa
Normandia. Comembert terbuat dari susu sapi, teksturnya sangat lembut dengan
warna creamy yellow. Keju ini mengandung lemak antara 45% - 50%. Selain enak
digado atau sebagai table cheese, juga cocok untuk campuran omelette, isi souffle,
pancake atau apple pie.
Ricotta
Keju Ricotta berasal dari Italia. Keju lunak dari susu sapi ini teksturnya sangat
rapuh. Kandungan lemaknya termasuk tinggi, mencapai 65 %. kombinasi rasa yang
gurih dan lezat dengan aroma harum menjadikan terasa pas dipadukan dengan aneka
masakan pasta Italia seperti Lasagna dan Spaghetti.
Brie
Brie termasuk kategori soft cheese dari Preancis. Ciri khas keju ini adalah
kulit luarnya berwarna putih dan bagian dalamnya lembut meleleh. Aromanya tajam
dan kandungan lemaknya tinggi (45%). Brie sangat cocok dipakai sebagai bahan
campuran salad, dimakan dengan buah olive maupun pickle.
Mozzarella
Mozzarella adalah keju Italia yang aslinya berasal dari susu kerbau liar. Keju
lunak dengan kandungan lemak antara 40 – 50% ini sangat sepesifik sifatnya.
Mozzarella akan meleleh ketika dipanggang, sangat cocok untuk topping pizza
maupun campuran fritata.
Cheddar
Salah satu jenis keju asal Inggris yang paling banyak dikonsumsi di seluruh
dunia. Rasanya yang lezat dengan aroma tidak terlalu tajam menjadikan cheddar
cocok digunakan untuk masakan apa saja. Sajian casseroles, soup, isi sandwich dan
salad terasa lebih lezat dengan penambahan keju ini. Cheddar mengandung lemak
48% dengan masa pemeraman 9-24 bulan.
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga
menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada
ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia.Keju memiliki gaya dan rasa yang
berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang
dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan
(“pematangan”).Faktor lain misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia
penghasil susu dan proses pemanasan susu. Ada lima tahapan utama dalam
pembuatan keju.
1. Pengasaman
Dalam pembuatan keju, setelah air susu diperoleh, susu kemudian di
pasteurisasi. Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus and
Lactobacillus dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan
merubahnya menjadi asam laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat
dalam susu (protein kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan
membentuk dadih. Ada pula beberapa produsen yang membuat keju dari susu
“mentah”, dengan pemanasan 40 °C berulang-ulang, namun banyak produsen yang
menyangsikan proses ini karena alasan higiene. Jika non-pasteurisasi susu yang
digunakan, keju harus dimatangkan (dengan cara diperam) paling sedikit selama 60
hari pada suhu tidak kurang dari 4 °C untuk memastikan keamanan melawan
organisme yang membahayakan (patogen). Pasteurisasi harus cukup untuk membunuh
bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas keju, misalnya coliforms, yang bisa
membuat “blowing” (perusakan tekstur) lebih dini dan rasa tidak enak. Pateurisasi
reguler pada 72 – 73°C selama 15 – 20 detik paling sering dilakukan.
Meskipun demikian, mikroorganisme pembentuk spora (spore-forming
microorganism) yang dalam bentuk spora, tahan terhadap pasteurisasi dan dapat
menyebabkan masalah serius selama proses pematangan. Salah satu contohnya adalah
Clostridium tyrobutyricum, yang membentuk asam butirat dan volume gas hidrogen
yang besar dengan memfermentasi asam laktat. Gas ini menghancurkan tekstur keju
sepenuhnya (“blowing”), selain itu asam butirat juga tidak enak rasanya. Perlakuan
panas yang lebih sering akan mengurangi risiko seperti tersebut di atas, tetapi juga
akan merusak sifat-sifat umum keju yang terbuat dari susu, sehingga digunakan cara
lain untuk mengurangi bakteri tahan panas.
Secara tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu
keju sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah “blowing” dan perkembangan rasa
tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan pembentuk spora (terutama
Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering digunakan adalah
sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen peroksida
(H2O2) juga digunakan. Meskipun demikian, karena penggunaan bahan kimia telah
banyak dikritik, maka cara mekanis untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang
tidak diinginkan telah diadopsi, terutama di negara-negara dimana penggunaan
inhibitor kimia dilarang.
2. Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian
membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan
padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk membuat
keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih tersebut
dibuang.Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dadih keju
dihancurkan menjadi butiran-butiran.Semakin halus dadih tersebut maka semakin
banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju yang lebih
keras.
Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada
menjadi dadih.Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi
tingkat kepadatan keju.Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam,
tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut.
Sebagian besar keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya.Namun zaman
dahulu ketika keju masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting pohon ara
digunakan sebagai pengganti rennet. susu dibagi menjadi dadih keju (bagian padat
dari susu) dan air dadih (bagian cair dari susu). Dengan bantuan sebuah alat yang
berbentuk seperti kecapi, dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran. Semakin
halus dadih tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya
akan menghasilkan keju yang lebih keras.
Manfaat keju yang satu ini tak perlu diragukan lagi. Keju dapat
meningkatkan kekuatan tulang dan mencegah osteoporosis, karena kandungan
kalsium dalam keju bernilai sangat tinggi. Selain menyehatkan tulang, keju
bermanfaat bagi kesehatan otot karena adanya kandungan protein dari asam
amino. Senyawa tersebut berperan penting dalam pembentukan jaringan otot.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi
https://medium.com/@indotesis/pengertian-jeni-jenis-dan-reaksi-kimia-fermentasi-
b41f12fc0cab
https://medium.com/@indotesis/pengertian-jeni-jenis-dan-reaksi-kimia-fermentasi-
b41f12fc0cab#:~:text=Homofermentatif%2C%20yaitu%20fermentasi%20yang
%20produk,laktat%20dan%20etanol%20sama%20banyak.
Arimurti, A. (2015). Ternyata Begini, 5 Tahap Pembuatan Wine untuk Hasilkan Minuman
Anggur Berkualitas - Blog Lakupon. Lakupon. https://blog.lakupon.com/cara-membuat-wine/
Novie Rachmayanti. (2019, November 5). Manfaat Keju bagi Kesehatan . Bola.Com.
https://www.bola.com/ragam/read/4103421/jarang-disadari-ini-5-manfaat-keju-bagi-
kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah mempelajari tentang mikrobiologi ini kiranya kita dapat memanfaatkan
semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang
fermentasi serta dapat menerapkan fermentasi jika diperlukan. Kami sadar dan mengakuinya,
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu kami dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk
memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.