Disusun Oleh :
Kelompok 1
Prodi :
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahanberkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah kita dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Konsep Teknologi Fermentasi Produk Pangan”. Shalawat serta salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Serta kepada para keluarga, sahabat
dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, baik secara moril maupun materil sehingga
tersusunlah makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat, bagi pembaca pada umumnya dan untuk kami pada khususnya.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Makalah...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................7
1. Definisi Fermentasi Produk Pangan.................................................................................................7
2. Jenis-Jenis Fermentasi Produk Pangan............................................................................................7
3. Peranan Mikroorganisme Dalam Teknologi Fermentasi................................................................10
4. Peran Mikroba Dalam Industri Fermentasi....................................................................................13
5. Pemilihan Substrat Fermentasi......................................................................................................14
6. Produk Teknologi Fermentasi........................................................................................................17
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................30
1. Kesimpulan....................................................................................................................................30
2. Saran..............................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dikaji, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari teknologi fermentasi produk pangan?
2. Apa saja jenis-jenis dari fermentasi dalam produk pangan?
3. Apa peranan mikroorganisme dalam teknologi fermentasi produk pangan?
4. Apa peranan mikroba dalam industry fermentasi produk pangan?
5. Bagaimana pemilihan substrat dalam fermentasi produk pangan?
6. Apa saja produk dari teknologi fermentasi produk pangan?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Unyuk memaparkan dan mengidentifikasi definisi dari teknologi fermentasi produk pangan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari fermentasi dalam produk pangan
3. Untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam teknologi fermentasi produk pangan
4. Untuk mengetahui peranan mikroba dalam industry fermentasi produk pangan
5. Untuk mengetahui pemilihan substrat dalam fermentasi produk pangan
6. Untuk mengetahui produk dari teknologi fermentasi produk pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fermentasi spontan
Fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya tidak ditambahkan
mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif
dalam proses fermentasi berkembang baik secara spontan karena lingkungan hidupnya
dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas dan pertumbuhan bakteri asam laktat
dirangsang karena adanya garam, contohnya pada pembuatan sayur asin.
B. Fermentasi tidak spontan
Fermentasi yang terjadi dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan
mikrorganisme dalam bentuk starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan
tumbuh dan berkembangbiak secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk
yang diinginkan, contohnya pada pembuatan tempe dan oncom.
Substrat untuk fermentasi harus tersedia sepanjang tahun. Substrat yang berasal dari limbah
tanaman musiman tidak mudah didapat, terutama bila periode pemanenannya pendek dan bahan
tersebut mudah terkontaminasi dan menjadi buruk. Substrat yang baik untuk industri adalah yang
relatif stabil dan dapat disimpan selama beberapa bulan. Jika sebagai substrat digunakan bahan
buangan atau limbah suatu industri, mutu dan komposisinya sering bervariasi tergantung dari proses
yang digunakan sebelumnya.
Harga substrat merupakan faktor penting dalam industry tetapi dalam pemilihan substrat
harus diperhitungkan jumlah karbon yang tersedia yang berbeda pada masing-masing
substrat. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan substrat adalah kecepatan
aerasi dan atau agitasi, dimana kecepatan ini harus dinaikkkan jika digunakan substrat yang
lebih tereduksi.
B. Nata de Coco
Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia
banyak ditumbuhi pohon kelapa. Keindahan jajaran pohon kelapa (nyiur) ini sering
dilukiskan dalam untaian kata maupun lagu. Kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia,
misalnya produk kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak. Pada pembuatan kopra,
kelapa dibelah dan dijemur. Sedangkan airnya terbuang percuma sebagai limbah, yang dapat
mencemari lingkungan terutama yang berhubungan dengan kesuburan tanah.
Nata de coco merupakan jenis makanan hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum.Makanan ini berbentuk padat, kokoh, kuat, putih, transparan, dan kenyal dengan
rasa mirip kolang-kaling. Produk ini banyak digunakan sebagi pencampur es krim, coktail
buah,sirup, dan makanan ringan lainnya.
Nilai gizi makanan ini sangat rendah sekali, kandungan terbesarnya adalah air yang
mencapai 98%. Karena itu, produk ini dapat dipakai sebagai sumber makan rendah energi
untuk keperluan diet. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat
dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita
diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.
Proses pembuatan Nata de coco adalah : Tahap pertama yang dilakukan pada proses
pembuatan Natade Coco alah penyaringan air kelapa dengan kain penyaring untuk
membebaskannya dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Kemudian dilakukan
pemanasan sampai mendidih, yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
mungkin akan mencemari produk yang akan dihasilkan. Dalam pemanasan ini
ditambahkan7,5% gula dari volume air kelapa (75 g gula untuk 1 liter kelapa).
Pendinginan dilakukan pada suhu kamar. Setelah dingin, ditempatkan dalam wadah
steril, tingkat keasamannya diatur dengan menambahkan asam cuka sampai pH 4-5.
Kemudian dilakukan penambahan bakteri starter dan diinkubasi (diperam) selama 2 minggu.
Pada pemeraman ini, wadah ditutup rapat dengan plastik. Suhu pemeraman terbaik adalah
30ºC. Air kelapa akan menggumpal,menghasilkan nata de coco yang telah siap untuk
dipanen.
Selanjutnya dipotong kecil-kecil berbentuk kubus. Potongan-potongan nata de coco
ditiriskan, kemudian direndam dalam air bersih selama 2-3 hari, untuk menghilangkan
asamnya. Setiap hari, air perendam diganti dengan yang baru. Bila pada hari ketiga nata de
coco masih terasa asam, maka perlu dilakukan pemasakan/dididihkan kembali selama 10
menit dan segera tiriskan.
Untuk memaniskan nata de coco dan memperpanjang umur simpannya, maka potongan-
potongan nata harus direndam dalam larutan gula yang dibuat dengan cara melarutkan 600 g
gula kedalam 1,5 liter air, kemudian dipanaskan sampai semua gulanya melarut. Kedalam
larutan gula ini, dapat juga ditambahkan natrium benzoat sebanyak 100 mg untuk setiap
kilogram nata yang terbentuk. Nata dapat direndam selama 1 malam supaya gula dan bahan
pengawet meresap kedalamnya. Untuk mendapatkan aroma yang lebih memikat dapat juga
ditambahkan dengan esensse cukupnya ke dalam larutan gula. Nata kemudian dimasukkan
kedalam botol-botol jar atau bungkus dengan plastik, perbandingan antara nata de coco dan
cairan adalah 3 : 1.
C. Yogurt
Yogurt adalah salah satu produk fermentasi susu yang dibuat dengan menambahkan
starter yang terdiri dari dua jenis bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Kedua jenis bakteri ini merombak laktosa atau gula susu menjadi asam laktat,
yang selain memberi cita rasa khas pada yogurt, juga bersifat sebagai pengawet.
Yogurt merupakan sumber yang baik untuk protein, fosfor, kalsium, magnesium, dan
kalori, tetapi tidak mangandung cukup banyak vitamin C dan zat besi. Proses pembuatan
yogurt sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu bahkan mungkin dimulai saat manusia
mulai mendomestikasi sapi, biri-biri, dan kambing. Keterampilan ini diwariskan turun
menurun dan baru beberapa dasawarsa terakhir berkembang menjadi suatu teknologi selaras
dengan kemajuan dalam bidang mikrobiologi, enzimologi, fisika, keteknikan, kimia, dan
biokimia. Sekalipun demikian proses pembuatan yogurt berdasarkan standar teknologi
industri mutakhir tetap merupakan suatu kombinasi dari seni dan ilmu pengetahuan.
Dalam pembuatan yogurt, starter/inokulum yang digunakan sangat berpengaruh
terhadap produk yang dihasilkan antara lain pembentukan asam dan zat-zat cita rasa serta
karakteristik-karakteristik lainnya. Untuk memahami betul prinsip-prinsip pembuatan yogurt
perlu dipahami tahap-tahap proses dan pengaruhnya terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Pada metode pembuatan yogurt secara tradisional ada beberapa masalah yaitu:
1) Penggunaan starter yang sama secara terus menerus dapat mengubah rasio antara
populasi Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus sehingga akhirnya
terjadi mutasi pada turunan ke 15 sampai 20.
2) Suhu inkubasi yang rendah (suhu ruang) mengakibatkan laju sintesis asam yang lambat
(lebih dari 18 jam) sedangkan inkubasi pada suhu optimum 40ºC-45ºC hanya
memerlukan 2.5 - 3 jam.
3) Dampak negatif dari laju pembentukan asam yang lambat berupa antara lain sineresis
serum susu (whey) yangmenyebabkan kualitas yogurt tidak begitu baik.
4) Kandungan asam laktat yang dihasilkan selama fase fermentasi tidak dapat
dikendalikan.
Walaupun metode tradisional memiliki berbagai masalah namun pada dasarnya metode
pembuatan yogurt mutakhir di industry pangan dikembangkan dari metode tradisional tersebut.
Modifikasiyang dimasukkan adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan starter yogurt murni yang dapat diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang
memproduksi starter yogurt, bank starter atau lembaga-lembaga penelitian.
2) Pembiakan starter murni tersebut diatas, di perusahaan pembuatan yogurt dalam kondisi
aseptis dan menggunakan susu steril.
3) Pengendalian suhu inkubasi sehingga laju sintesis asam laktat dan lama inkubasi dapat
diprediksi sebelumnya.
4) Pendinginan yogurt pada kadar asam yang dikehendaki dapat dilakukan dengan cepat
sehingga kualitas yogurt yang dihasilkan lebih seragam.
5) Pengendalian proses dengan mudah oleh operator-operatorsemi terampil karena
menggunakan metode analisis instrumen untuk memantau proses fermentasi.
Pembuatan yogurt dapat dilakukan dengan skala produksi harian yang berbeda-beda yaitu:
Skala produksi berpengaruh terhadap tipe yogurt yang dihasilkan, peralatan dan mesin-mesin
pengolahan yang dipakai maupun tingkat adopsi teknologi yang diperlukan. Pembuatan yogurt
dalam skala kecil dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan peralatan dapur,
serta dengan pemahaman mendasar tentang proses fermentasi, khususnya perlunya
perlakuan pemanasan susu dan pentingnya melakukan inkubasi pada suhu tertentu.
Keuntungan dari membuat sendiri yogurt di rumah adalah:
1) Tipe susu yang digunakan dapat disesuaikan dengan keinginan antara lain susu segar,
susu segar pasteurisasi, susu segar UHT, susu bubuk fullkrim, atau susu bubuk skim.
Selain susu sapi dapat juga menggunakan susu biri-biri, kambing, kuda, kerbau, dan
sebagainya.
2) Yogurt yang dihasilkan tidak usah ditambahi bahan aditif seperti bahan penstabil,
pengemulsi, ataupun pengawet seperti umum dilakukan pada yogurt komersial.
3) Tingkat keasaman dan kekentalan yogurt yang dihasilkan dapa tdiatur sesuai selera.
4) Yogurt yang dihasilkan tidak perlu dipasteurisasi atau disterilisasi sehingga bakteri
yogurt yang dikonsumsi masih hidup dengan segala khasiatnya bagi kesehatan.
Starter yogurt terdiri dari dua jenis bakteri yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus dalam perbandingan 1 : 1, kedua jenis bakteri hidup dalam simbiosis dan untuk
memperoleh produksi asam yang cepat perbandingan ini harus tetap dipertahankan.
Untuk starter tipe (1) dan (2) di atas dapat langsung dipakai untuk membuat yogurt ataupun
dikembangbiakkan terlebih dahulu, tetapi untuk tipe (3) harus dikembangbiakkan dulu.
Mengembangbiakkan starter sebaiknya dilakukan secara aseptis agarstarter tidak cepat mengalami
degenerasi. Starter kering beku umumnya dapat dipakai sampai 15-20 turunan. Pengembangbiakan
dapat juga dengan menggunakan metode pembuatan yogurt namun akibatnya starter akan lebih cepat
mengalami degenerasi. Uraian dibawah ini adalah metode pengembangbiakan starter dengan cara
steril. Alat-alat yang diperlukan untuk pengembangbiakan starter secara aseptis antara lain:
1) liter susu.
2) 5 g kultur murni starter yogurt kering beku atau 45 ml (3 sendok makan) yogurt polos.
1) Cuci semua peralatan dengan larutan detergen, kemudian basuh berulang kali sampai
bersih betul, karena sisa-sisa detergen yang melekat pada peralatan dapat membunuh
inokulum.
2) Sterilkan semua peralatan rumah tangga atau wadah yang akan dipakai dengan cara
mengisinya dengan air mendidih atau dengan jalan mengeringkannya dalam oven pada
suhu 170ºC selama 1 jam.
3) Didihkan susunya dan kemudian dinginkan sedikit, baru tuangkan kedalam botol-botol
steril hingga hampir penuh. Tutup botol-botol tersebut dengan tutup bersekrup, lalu
buka kembali setengah putaran.
4) Letakkan botol-botol berisi susu didalam panci yang terlebih dahulu telah diberi alas
berupa rak segitiga atau tumpukan kain serbet. Isi panci tersebut dengan air hingga batas
permukaan susu dalam botol, lalu pasangkan tutupnya. Selanjutnya didihkan susu
dengan menggunakan api kecil selama 1-2 jam. Selama proses itu, susu tidak boleh
menggumpal atau berubah menjadi berwarna kecoklatan. Bila dalam proses tersebut
susunya menggumpal, buanglah dan ganti dengan susu baru. Bila dalam proses tersebut
berubah warna menjadi kecoklat-coklatan maka lain kali gunakanlah api yang lebih
kecil lagi.
5) Dinginkan susu dalam botol itu secara perlahan-lahan, yaitu dengan cara mengangin-
anginkannya (perhatikan: jangan dinginkan susu tersebut secara cepat, misalnya dengan
memakai es). Setelah dingin, kencangkan tutupnya dan simpan dalam lemari es sampai
saat akan dipakai. Biasanya susu akan tahan kira-kira 5 hari.
6) Inokulasi susu dengan starter. Kumpulkan botol berisi susu yang akan diinokulasi serta
botol berisi starter. Nyalakan api (lampu alkohol, bunsen, dan sebagainya) untuk
mensterilkan udara sekelilingnya. Buka tutup dari botol-botol tersebut (ingat jangan
sampai menyentuh bagian dalam dari tutup-tutup tersebut).
7) Masukkan leler-leher botol tersebut kedalam nyala api, lalu tuangkan sejumlah starter
kedalam botol susu (perhatikan peraturan pemakaian yang diberikan oleh laboratorium
penghasil inokulum tersebut). Usahakanlah agar pada saat menuangkan inokulum
kedalam botol susu, kedua botol tersebut didekatkan pada nyala api. Tutuplah kedua
botol tersebut, lalu botol berisi susu yang akan diinokulasi dikocok agar starter
tercampur merata dalam susunya. Bila menggunakan inokulum berupa yogurt
komersial, gunakanlah 15-30 ml (1-2 sendok makan) per litersusu. Sedangkan untuk
starter kering beku umumnya 5 g untuk tiap liter susu.
8) Inkubasikan botol-botol berisi susu yang telah diinokulasi itu pada45ºC selama 3-4 jam.
Hal ini dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: Dengan menyimpan botol-botol
itu dalam inkubator yang disetel pada 45ºC. Dengan menyimpan botol susu didalam air
hangat bersuhu 46ºCselama 10 menit (bila perlu panaskan kembali airnya) sampai
temperatur susunya mencapai 46ºC. Selanjutnya pindahkan botol-botol susu itu kedalm
termos berleher besar, dan tuangkan air bersuhu 46ºC tadi kesekelilingnya. Tutup
termosnya dan diamkan selama 3-4 jam. Sebagai ganti termos dapat juga dipakai kotak
stiroform atau kotak kayu berlampu listrik.
9) Setelah 3 jam periksa apakah isi botol telah mengkoagulasi. Bila sudah mengkoagulasi,
keluarkan dari termos, keringkan dengan lap dan simpan segera dalam lemari es. Bila
susu masih tetap cair, panaskan kembali botol berisi susu tersebut hingga 46ºC dan
simpan lagi dalam termos. Air dalam termos juga harus memiliki suhu 46ºC.
Selanjutnya jika ternyata sudah 6 jam masih juga cair, buanglah susu tersebut dan ulangi
dengan menggunakan starter baru.
D. Tauco
Tauco merupakan salah satu jenis produk fermentasi yang telah lama dikenal dan
disukai oleh sebagian masyarakat Indonesia terutama di Jawa Barat. Karena tauco memiliki
rasa dan aroma yang khas maka tauco sering digunakan pula sebagai flavoring agent.
Pada umumnya tauco dibuat secara spontan, sehingga jenis mikroba yang tumbuh akan
bermacam-macam jenisnya dan keadaan yang demikian ini akan berpengaruh terhadap mutu
dari tauco yang dihasilkan baik dari segi flavor maupun kandungan proteinnya.
Jenis tauco ada dua macam yaitu bentuk kering dan bentuk basah, sedangkan dari
rasanya dibedakan atas yang asin dan yang manis. Perbedaannya terletak dari jumlah air dan
banyaknya gula yang ditambahkan.
Bahan baku yang sering digunakan untuk membuat taucoa dalah kedelai hitam atau
kedelai kuning, tetapi yang sering dan umum digunakan adalah kedelai hitam. Bahan
tambahan untuk pembuatan tauco adalah berbagai jenis tepung seperti tepung terigu, tapung
beras atau tepung beras ketan.
Pada prinsipnya proses pembuatan tauco melalui dua tahapan fermentasi yaitu:
fermentasi kapang dan fermentasi garam. Secara tradisional, kedua tahapan fermentasi
tersebut dilakukan secara spontan dimana mikroba yang berperan selama fermentasi bersal
dari udara sekitarnya atau dari sisa-sisa spora kapang yang tertinggal pada wadah bekas
fermentasi sebelumnya.
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat tauco meliputi: perendaman,
pencucian, pengukusan, penirisan, penambahan laru, fermentasi kapang, dan dilanjutkan
dengan perendaman dalam larutan garam (fermentasi garam) selanjutnya adalah
penyempurnaan.
Tujuan dari perendaman kedelai pada tahap pertama adalah untuk memudahkan
pengupasan kulit kedelai, mengembangkan biji kedelai dan untuk membantu mempercepat
pengukusan atau perebusan. Perendaman kedelai biasanya dilakukan semalam atau sekitar
20 sampai 22 jam.
Pada pembuatan tauco sering ditambahkan tepung misalnya tepung beras, tepung ketan,
atau tepung terigu. Adapun tujuan dari penambahan tepung ini adalah untuk:
1) Merangsang pertumbuhan kapang
2) Menambah volume produk
3) Menurunkan kadar air
4) Sumber lignin, glikosida, dan asam glutamate.
Selama proses fermentasi kapang mikroba yang berperan adalah kapang dari jenis AspergillusI
yaitu A. oryzae atau dari jenis R.oryzae dan R. oligosporus. Diantara kapang-kapang
tersebut yang lebih sering digunakan dalam pembuatan tauco adalah kapang A. oryzae.
Penggunaan kapang yang berbeda akan berpengaruh pada mutu dari tauco yang dihasilkan.
Mikroba yang aktif dalam fermentasi garam adalah Lactobacillus delbrueckii, Hansenula
sp., dan Zygosaccharomyces yang dapat tumbuh secara spontan.
Selama proses fermentasi baik fermentasi kapang maupun fermentasi garam akan terjadi
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi karena aktivitas dari mikroba
tersebut. Selama fermentasi kapang, kapang yang berperan akan memproduksi enzim seperti
enzim amilase, enzim protease, dan enzim lipase.
Selama proses fermentasi garam, enzim-enzim hasil dari fermentasi kapang akan
memecah komponen-komponen gizi dari kedelai menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Protein kedelai akan diubah menjadi asam amino, sedangkan karbohidrat akan
diubah menjadi senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut kemudian akan bereaksi
dengan senyawa lainnya yang merupakan hasil dari proses fermentasi asam laktat dan
alkohol. Reaksi antara asam-asam organik dan etanol (alkohol) lainnya akan menghasilkan
ester-ester yang merupakan senyawa pembentuk cita rasa dan aroma. Adanya reaksi antara
asam amino dengan gula akan menyebabkan terjadinya pencoklatan yang akan
mempengaruhi mutu produk secara keseluruhan.
E. Tempe
Pembuatan tempe dapat dilakukan dengan berbagai cara dan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Cara Sederhana
Cara sederhana adalah cara pembuatan tempe yang biasa dilakukan oleh para
pengrajin tempe di Indonesia. Kedelai setelah dilakukan sortasi (untuk memilih kedelai
yang baik dan bersih) dicuci sampai bersih, kemudian direbus yang waktu perebusannya
berbeda-beda tergantung dari banyaknya kedelai dan biasanya berkisar antara 60-90
menit.
Kedelai yang telah direbus tadi kemudian direndam semalam. Setelah perendaman,
kulit kedelai dikupas dan dicuci sampai bersih.Untuk tahap selanjutnya kedelai dapat
direbus atau dikukus lagi selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya perebusan yang
kedua ini jarang dilakukan oleh para pengrajin tempe. Kedelai setelah didinginkan dan
ditiriskan diberi laru tempe, dicampur rata kemudian dibungkus dan dilakukan
pemeraman selama 36-48 jam.
2) Cara Baru
Pada prinsipnya cara pembuatan tempe dengan cara baru sama dengan cara yang
lama atau tradisional dan perbedaannya adalah terletak pada tahap pengupasan kulit
kedelai. Dimana pada cara lama (tradisional) kedelai direbus dan direndam bersama
kulitnya atau masih utuh sedangkan pada cara yang baru sebelumnya kedelai telah
dikupas kulitnya (kupas kering) dengan menggunakan alat pengupasan kedelai. Tahap-
tahap selanjutnya sama dengan cara tradisional.
Tempe yang dibuat dengan cara baru warnanya (warna kedelai) lebih pucat bila
dibandingkan dengan cara lama. Hal ini disebabkan karena pada cara baru kedelai
direbus dan direndam dalam keadaan sudah terkupas kulitnya sehingga ada zat-zat yang
larut.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1) Oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu
cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas
yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong
plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi
lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
2) Uap air. Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk
pertumbuhannya.
3) Suhu. Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu
dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27ºC). Oleh karena itu, maka pada waktu
pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4) Keaktifan Laru. Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang
keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum
terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.
Untuk membuat tempe dibutuhkan inokulum atau laru tempe atau ragi tempe. Laru tempe dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru dan
dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan cara menumbuhkan spora
kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan yang akan digunakan untuk
sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian.
Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, inokulum atau laru tempe dapat dibedakan atas:
inokulum murni tunggal, inoculum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun
perbedaannya adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam
laru tersebut. Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis Rhizopus
oligosporus, atau kapang dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella. Selain bakteri
Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses fermentasi tempe
diantaranya adalah: Bacillus sp.,Lactobacillus sp., Pediococcus sp.,Streptococcus sp., dan
beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp pada
tempe merupakan kontaminan, sehingga halini tidak diinginkan.
Pada tempe yang berbeda asalnya sering dijumpai adanya kapang yang berbeda pula
(Dwidjoseputro dan Wolf, 1970). Jenis kapang yang terdapat pada tempe Malang adalah R.
oryzae.,R.oligosporus.,R. arrhizus dan Mucor rouxii. Kapang tempe dari daerah Surakarta
adalah R. oryzaei dan R. stolonifer sedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya
kapang Mucor javanicus.,Trichosporonpullulans.,A.niger dan Fusarium sp. Masing-masing
varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi biokimianya, hal ini terutama disebabkan
adanya perbedaan dari enzim yang dihasilkan. Pektinase hanya disintesa oleh R. arrhizus
dan R. Stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R. oligosporus dan R. oryzae
tetapi tidak disintesa oleh R. arrhizus.
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun
kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan
menjadi asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan.
Dengan adanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami
peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang
telah difermentasi menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi
karbohidrat dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah
larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu dari kedelai juga akan hilang.
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40
jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya
kandungan oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam. Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami
peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72
jam (Murata et al., 1967). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama
fermentasi kecuali vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan
Aoyagi).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fermentasi adalah
proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat defenisi yang lebih
jelas yang mendefenisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. Fermentasi dalam pemrosesan bahan pangan adalah
pengubahan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida atau asamamino organik
menggunakan ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya di bawah kondisi anaerobik.
Asam laktat dan fermentasi alkohol terjadi di sitosol. Glikolisis adalah langkah pertama dari
asam laktat dan fermentasi alkohol, yang menghasilkan piruvat. Fermentasi asam laktat
menghasilkan molekul asam laktat dari piruvat sementara fermentasi alkohol menghasilkan
etanol dan karbon dioksida dari piruvat. Perbedaan utama adalah produk dari masing-masing
fermentasi.
2. Saran
Dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari
penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca agar
makalah yang akan dibuat kedepannya lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31986121/MAKALAH_BIOTEKNOLOGI_FERMENTASI_OLEH_
eppy_manu . (Diakses pada tanggal 26 Januari 2021).
https://www.academia.edu/40816994/MAKALAH_TEKNOLOGI_FERMENTASI_METABOL
ISME_BERBAGAI_PROSES_FERMENTASI . (Diakses pada tanggal 26 Januari 2021).