ENZIM PANGAN
OLEH:
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul dari
makalah ini yaitu “Enzim Pangan”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan. Untuk
itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III………………………………………………………………………………………7
PENUTUP……………………………………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Oksidoreduktase
Enzim oksidoreduktase adalah enzim yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi atau
reduksi suatu bahan. Dalam golongan enzim ini terdapat macam enzim yang paling
utama yaitu oksidase dan dehidrogenase. Oksidase adalah enzim yang mengkatalis
reaksi antara subtrat dengan molekul oksigen. Dehidrogenase adalah enzim yang aktif
dalam pengambilan atom hidrogen dari subtrat
2. Transferase
Enzim transferase adalah enzim yang ikut serta dalam reaksi pemindahan ( tranfer )
suatu radikal atau gugus.
3. Hidrolase
Enzim hidrolase merupakan kelompok enzim yang sangat penting dalam pengolahan
pangan, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu subtrat atau pemecahan
subtrat dengan pertolongan molekul air. Enzim5enzim yang termasuk dalam golongan
ini diantaranya adalah amilase, invertase, selulase dan sebagainya.
4. Liase
Enzim liase adalah enzim yang aktif dalam pemecahan ikatan C5C ikatan C5O
dengan tidak menggunakan molekul air.
5. Isomerase
Enzim isomerase adalah enzim yang mengkatalisasi reaksi perubahan kon figurasi
molekul dengan cara pengaturan kembali atom atom subrat , sehingga dihasilkan
molekul baru yang merupakan isomer dari subtrat, atau dengan dengan perubahan
isomer posisi misalnya mengubah aldosa menjadi ketosa.
1. Suhu
Pada umumnya semakin tinggi suhu, semakin naik laju reaksi kimia, baik yang tidak
dikatalis maupun yang dikatalis oleh enzim. Tetapi perlu diingat bahwa enzim adalah
protein; jadi semakin tinggi suhu proses inaktifasi enzim juga meningkat. Keduanya
mempengaruhi laju reaksi enzimatik secara keseluruhan. Pengaruh suhu terhadap
enzim ternyata agak kompleks, misalnya suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat
pemecahan atau perusakkan enzim; sebaliknya semakin tinggi suhu (dalam batas
tertentu) semakin aktif enzim tersebut. Bila suhu masih naik terus, laju kerusakkan
enzim akan melampaui reaksi katalis enzim. Pada suhu rendah, laju inaktifasi enzim
begitu lambat atau sangat kecil sehingga boleh diabaikan. Sebaliknya pada suhu
tinggi, laju inaktifasi enzim cepat sekali, sehingga reaksi enzimatik praktis berhenti
sama sekali.
2. pH
Pada umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta
disosiasi pada gugus asam maupun pada gugus basanya. Enzim menunjukkan
aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH yang disebut pH optimum, yang umumnya
antara pH 4,5 sampai 8,0. Suatu enzim tertentu mempunyai pH optimum yang sangat
sempit. Disekitar pH optimum enzim mempunyai stabilitas yang tinggi. Perlu
diketahui pada enzim yang sama sering pH optimumnya berbeda, tergantung asal
enzim tersebut. Pengendalian pH mempengaruhi aktivitas enzim yang sangat
diperlukan dalam praktek teknologi pangan. Pengaturan pH harus bertujuan untuk
mendapatkan keaktifan enzim yang maksimal.
Pada saat enzim dipertimbangkan untuk digunakan dalam industri pangan, maka
sangat penting dijamin bahwa pemanfaatan enzim tersebut akan memberikan keuntungan
secara komersial. Enzim dapat bermanfaat untuk konversi bahan baku menjadi bahan
yang lebih mudah diolah pada tahapan proses selanjutnya. Selain untuk pengolahan yang
lebih efisien dan aman, enzim dalam industri pangan dapat dimanfaatkan untuk
mendesain produk pangan yang lebih mudah dicerna saat dikonsumsi. Degradasi
makromolekul menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah diserap di dalam
saluran pencernaan sangat diperlukan oleh orang yang bermasalah dengan produksi
enzim-enzim pencernaan (Estiasih et al., 2013).
Ada dua cara penggunaan enzim dalam pengolahan pangan, yaitu memanfaatkan
enzim yang alami ada dalam produk pangan (enzim endogenus) dan menambahkan
enzim dari luar ke dalam bahan pangan yang diolah (enzim eksogenus). Enzim
endogenus dapat berasal dari bahan baku pangan (nabati atau hewani) maupun dari
mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi produk pangan. Enzim
eksogenus sudah banyak diproduksi secara komersial untuk dapat dimanfaatkan dalam
proses pengolahan pangan. Beberapa produk enzim yang digunakan dalam pengolahan
pangan (Lindawati, 2018).
Secara alami enzim terdapat dalam sel dari mikroorganisme, jaringan tanaman
dan jaringan hewan. Keterlibatan enzim dalam pengolahan pangan tidak semua
menguntungkan. Enzim yang merugikan dapat menyebabkan kerusakan pangan seperti
pembusukan, perubahan flavor, warna, tekstur dan kandungan gizi pangan. Untuk itu,
dalam pengolahan pangan, inaktivasi enzim yang tidak menguntungkan tersebut perlu
dilakukan. Namun beberapa enzim alami pada makanan apabila dikonsumsi segar dapat
membantu kerja pencernaan dan kerja pankreas untuk sekresi enzim tidak bekerja berat.
Bahan pangan yang melalui pemasakan (pemanasan) akan menginaktifkan enzim-enzim
alami yang terdapat dalam makanan segar. Apabila kita selalu mengonsumsi makanan
yang dimasak dalam waktu yang lama, maka akan terjadi kekurangan enzim yang kronis
(chronic enzyme deficiency) yang memberi kecendrungan pada penyakit kanker
(Robinson, 2015).
Enzim digunakan dalam industri kimia dan aplikasi industri lainnya bila
diperlukan katalis yang sangat spesifik. Namun, enzim pada umumnya terbatas dalam
jumlah reaksi yang mereka kembangkan untuk mengkatalisasi dan juga oleh kurangnya
stabilitas dalam pelarut organik dan pada suhu tinggi. Upaya tersebut mulai berhasil, dan
beberapa enzim kini telah dirancang dari awal untuk mengkatalisis reaksi yang tidak
terjadi di alam (Christy & Kavitha, 2014).
Pada beberapa produk, peranan enzim endogenus tidak memadai, sehingga muncul ide
untuk menambahkan enzim dari luar (eksogenus) untuk memperoleh hasil yang diharapkan
dengan waktu yang lebih cepat. Bahkan, untuk tujuan tertentu dan untuk memperoleh citarasa
yang baru, enzim dapat ditambahkan ke dalam bahan. Ketika enzim dipertimbangkan untuk
digunakan dalam pengolahan pangan, maka sangat penting menjamin bahwa proses tersebut
memberikan keuntungan terhadap perbaikan mutu maupun keuntungan komersial.
Keuntungan komersial penggunaan enzim dapat ditinjau dari beberapa aspek seperti,
konversi bahan baku menjadi produk jadi yang lebih baik, keuntungan terhadap lingkungan,
penghematan biaya pada bahan baku, atau standarisasi dari proses (Sanjaya et al., 2020).
Aplikasi enzim di industri terhitung sekitar lebih dari 80% dari pemasaran enzim global.
Sedikitnya 50% dari enzim yang beredar saat ini, diperoleh dari organisme yang dimodifikasi
secara genetik. Enzim pada makanan, merupakan aplikasi enzim yang sangat banyak
digunakan dan masih menunjukkan dominasi pada pemasaran enzim (Miguel et.al, 2013).
Pada industri pangan, beberapa produk yang melibatkan enzim selama tahapan pengolahan
adalah produk susu (keju, yogurt dan susu fermentasi lainnya), bir, roti, dan banyak lagi
lainnya (Kasam et al., 2020).
Enzim merupakan komposisi penting pada sebagian besar produk roti. Banyak enzim
yang akhir-akhir ini ditemukan memberikan manfaat yang sangat besar pada pembuatan roti
karena mulai dibatasinya penggunaan bahan tambahan kimia, khususnya pada pembuatan roti
dan produk fermentasi lainnya (Miguel et.al., 2013). Penambahan enzim pada tepung dan
adonan merupakan langkah yang biasa digunakan untuk standarisasi tepung dan juga
membantu mempercepat proses pematangan. Enzim biasanya ditambahkan untuk modifikasi
dough rheology, retensi udara dan melembutkan remahan pada produksi pembuatan roti,
untuk modifikasi dough rheology pastry dan biskuit, untuk mengubah kadar kelembutan
produk pada pembuatan kue dan mengurangi pembentukan akrilamid (Sutrisno Hawusiwa et
al., 2015).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Enzim merupakan bagian dari protein, yang mengkatalisir reaksi-reaksi kimia dan
memiliki spesifisitas terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul yang menjadi substratnya.
Pada beberapa produk, peranan enzim endogenus tidak memadai, sehingga muncul ide untuk
menambahkan enzim dari luar (eksogenus) untuk memperoleh hasil yang diharapkan dengan
waktu yang lebih cepat. Dari berbagai sumber amilase eksogenus, amilase bakteri yang
menjadi primadona pada industri pangan terutama dalam pembuatan roti, dikarenakan
sifatnya yang termostabil.
DAFTAR PUSTAKA
alam, M. G., uddin, M. E., Rahman, S., Karim, M. R., Islam, M. S., Ahamad, T., Hossain, M.
J., Mahmood, M. S., Alam, M. S., Maitra, P., & Nazmuzzaman, M. (2017). Protease
activity of extracellular enzyme produced by B. subtilis isolated from soil. International
Journal of Environment, Agriculture and Biotechnology, 2(1), 382–388.
https://doi.org/10.22161/ijeab/2.1.48
Christy, M. P. B., & Kavitha, S. (2014). Role of Enzymes. International Journal of Recent
Scientific Research, 5(6), 1181–1183.
Estiasih, T., Ahmadi, K., Ginting, E., & Priyanto, A. D. (2013). Modification of soy crude
lecithin by partial enzymatic hydrolysis using phosholipase A1. International Food
Research Journal, 20(2), 843–849.
Kasam, Iresha, F. M., Adytama, A., & Mutolib, A. (2020). E-issn: 2745-7885. And. Int. J.
Agric. Nat. Sci, 1(1), 18–24.
Purwadaria, T., Marbun, P., Sinurat, A., & Ketaren, P. (2003). Perbandingan Aktivitas Enzim
Selulase dari Bakteri dan Kapang Hasil Isolasi dari Rayap. Jitv, 8(4), 213–219.
Purwaningsih, I. (2017). Potensi Enzim Bromelin Sari Buah Nanas (ananas comosus l.)
Dalam Meningkatkan Kadar Protein Pada Tahu. Jurnal Teknologi Laboratorium, 6(1),
39. https://doi.org/10.29238/teknolabjournal.v6i1.86
Sutrisno Hawusiwa, E., Wardani, A. K., & Ningtyas, D. W. (2015). Pembuatan Minuman
Wine Singkong-Hawusiwa, dkk. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(1), 147–155.
Widowati, E., Utami, R., & Kalistyatika, K. (2017). Screening and Characterization of
Polygalacturonase as Potential Enzyme for Keprok Garut Orange (Citrus nobilis var.
chrysocarpa) Juice Clarification. Journal of Physics: Conference Series, 909(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/909/1/012088