Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Dosen Pengampu :

Hj. Nur Ilmiyati, Dra., M.M., M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok IV


1. Ade Fitriyani (2119160043)
2. Amalia Janatun Ma’wa (2119160039)
3. Iman Abadi (2119160015)
4. Resta Agustiany (2119160024)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang
sangat indah.
Penyusun disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan laporan hasil praktikum kami mengenai “Aktivitas Enzim
Katalase, Test Saliva, Pemeriksaan Golongan Darah, Menghitung
Haemoglobin Darah, dan Tekanan darah & Denyut Jantung” sebagai tugas
mata kuliah Fisiologi Hewan. Dalam hasil praktikum ini, akan dipaparkan hasil
praktikum kami mengenai Aktivitas Enzim Katalase, Test Saliva, Pemeriksaan
Golongan Darah, Menghitung Haemoglobin Darah, dan Tekanan darah & Denyut
Jantung.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini. Dan penyusun memahami
jika laporan ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat
penyusun butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.

Ciamis, 22 Juli 2018

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keterampilan Mengajar ........................................................ 3
2.2. Jenis-jenis Keterampilan Mengajar ......................................................... 4
2.3. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Mengajar ......................................... 16

BAB III
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam hidupnya, makhluk hidup selalu melangsungkan metabolisme dan
berbagai aktivitas tubuh lainnya. Untuk membuktikannya, pada hari selasa, 03 Juli
2018 kami melakukan praktikum mengenai Aktivitas Enzim Katalase, Test
Saliva, Pemeriksaan Golongan Darah, Menghitung Haemoglobin Darah, dan
Tekanan darah & Denyut Jantung.
Dalam laporan ini, dipaparkan hasil praktikum tentang Aktivitas Enzim
Katalase, Test Saliva, Pemeriksaan Golongan Darah, Menghitung Haemoglobin
Darah, dan Tekanan darah & Denyut Jantung sesuai dengan tujuannya masing-
masing.
1.2. Tujuan
1. Untuk membuktikan adanya enzim katalase di dalam sel hewan.
2. Untuk mengetahui pengaruh asam dan basa terhadap kerja enzim.
3. Untuk mengetahui pengaruh asam, basa, dan temperatur terhadap kerja
enzim amylase.
4. Untuk mempelajari cara-cara menentukan golongan darah A, B, O dan
golongan Rhesus.
5. Untuk menentukan konsentrasi haemoglobin dalam darah.
6. Untuk mengamati tekanan darah sistole dan diastole.
7. Untuk menghitung denyut jantung.
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat membuktikan adanya enzim katalase di dalam sel hewan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh asam dan basa terhadap kerja
enzim.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh asam, basa, dan temperatur
terhadap kerja enzim amylase.
4. Mahasiswa dapat mempelajari cara-cara menentukan golongan darah A, B,
O dan golongan Rhesus.

3
5. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi haemoglobin dalam darah.
6. Mahasiswa dapat mengamati tekanan darah sistole dan diastole.
7. Mahasiswa dapat menghitung denyut jantung.

4
BAB II

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

2.1. KEGIATAN 1 : AKTIVASI ENZIM KATALASE


A. JUDUL
Aktivasi Enzim Katalase.
B. TUJUAN
1. Untuk membuktikan adanya enzim katalase di dalam sel hewan.
2. Untuk mengetahui pengaruh asam dan basa terhadap kerja enzim.
C. DASAR TEORI
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme
makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi
di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Oleh sebab itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami. Enzim
terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim
yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak
tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari
bahan anorganik).
Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun
sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen
metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat
pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam
melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman,
seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam
golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-
N pada substrat yang diikatnya (http://id.wikipedia.org).
Cara kerja enzim dapat dijelaskan dalam dua teori, yaitu: Teori kunci dan
gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk
geometri komplemen yang sama persis sehingga bisa saling melekat) dan
teori ketepatan induksi (enzim tidak merupakan struktur yang spesifik

5
melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya menyerupai
substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif enzim
berubah bentuk untuk menyerupai substrat). Namun dalam implementasinya,
teori pertama yang dianggap paling sesuai dalam menjelaskan cara kerja
enzim (http://fionaangelina.com).
Enzim katalase adalah salah satu jenis enzim yang umum ditemui di
dalam sel-sel makhluk hidup. Enzim katalase berfungsi untuk merombak
hydrogen peroksida yang bersifat racun yang merupakan sisa / hasil
sampingan dari proses metabolisme.
Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini, maka akan
menyebabkan kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan
merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air
dan oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada substrat tertentu, enzim juga
bersifat termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta merupakan suatu
senyawa golongan protein. Pengaruh temperature terlihat sangat jelas, karena
dapat merusak enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein
kebanyakan.
Enzim katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi
tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yang selanjutnya akan
merusak membrane sel dan kemungkinan menimbulkan penyakit kanker serta
arterosklerosis. Enzim Katalase memiliki kemampuan untuk inaktivasi
hydrogen peroksida.
Senyawa H2O2 dihasilkan oleh aktivitas enzim oksidase.
H2O2berpotensi membentuk radikal karena membentuk OH- . Enzim
katalase merupakan hemoprotein yang mengandung 4 gugus hem. Aktivitas
enzim katalase :
 Aktivitas peroksidase, mengoksidasi senyawa yang analog dengan
substrat

6
 Aktivitas katalase, enzim ini mampu menggunakan satu molekul
H2O2 sebagai substrat atau donor electron dan molekul H2O2yang lain
sebagai oksidan atau akseptor electron.
 2 H2O2 + enzim katalase 2 H2O + O2
Enzim katalase dapat ditemukan di darah, sumsum tulang, membrane
mukosa, ginjal dan hati. Adapun faktor yang mempengaruhi cara kerja enzim,
diantaranya :
 Derajat Keasaman (pH), enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada
asam dan basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim bekerja paling
efektif pada kisaran pH lingkungan yang sedikit sempit (pH = ±7). Di
luar pH optimal, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan
aktivitas enzim dengan cepat.
 Suhu, enzim menjadi rusak bila suhunya terlalu tinggi atau rendah. Hal
ini disebabkan karena enzim memiliki sifat termolabil (tidak tahan
panas). Protein akan mengental atau mengalami koagulasi bila suhunya
terlalu tinggi (panas). Peningkatan suhu diatas suhu optimum
menyebabkan putusnya ikatan hydrogen dan ikatan lain yang merangkai
molekul enzim, sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi adalah
rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak
dapat lagi berikatan dengan substratnya.
 Konsentrasi Enzim, konsentrasi enzim katalase juga mempengaruhi
kecepatan reaksi. Semakin besar konsentrasi enzim katalase, semakin
cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
 Konsentrasi Substrat, ila konsentrasi enzim dalam keadaan tetap,
kecepatan reaksi akan meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi
substrat. Namun, apada saat semua sisi aktif semua enzim bekerja,
penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim.

7
D. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
1) Tabung reaksi dan raknya
2) Corong dan penyaring
3) Pipet tetes
4) Lidi dan korek api
5) Lampu spirtus
6) Hati ayam
7) Larutan H2O2
8) NaOH 5%
9) HCL 5%
10) Aquades
11) Lumpang porselen
2. Cara Kerja
1) Hancurkan hati ayam dalam lumpang porselen sambil ditambah
aquades dengan perbandingan 1:1.
2) Saringlah campuran tersebut untuk memperoleh ekstrak hati yang
keruh.
3) Isilah 7 tabung reaksi dengan ekstrak hati, jantung, dll masing-
masing sebanyak 5 ml dan beri label pada setiap tabung.
a. Tabung reaksi I diisi dengan ekstrak hati.
b. Tabung reaksi II diisi campuran ekstrak hati dan HCL.
c. Tabung reaksi III diisi campuran ektrak hati dan naoh.
d. Tabung reaksi IV diisi ekstrak jantung.
4) Untuk tabung reaksi I tetesilah dengan H2O2 sebanyak 5 tetes
sampai terjadi gelembung gas, kemudian tutuplah dengan jari
(banyak penetesan H2O2 harus sama dengan perlakuan yang
lain).
5) Bukalah tutup tabung reaksi dan masukan dengan segera lidi yang
membara dan amati apa terjadi dengan bara tersebut.
6) Lakukan kegitan no. 5 dan 6 dengan perlakukan untuk tabung II
– IV.

8
E. HASIL PERCOBAAN

No. Perlakuan Gelembung Nyala Api

1. Ekstrak hati + H2O2 Ada Gelembung Ada nyala api

Tidak ada nyala


2. Ekstrak hati + HCL + H2O2 Sedikit
api

3. Ekstrak hati + NaOH + H2O2 Ada Gelembung Ada nyala api

Ekstrak hati dipanaskan+


4. Ada Gelembung Ada nyala api
H2O2

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita menggunakan hati ayam sebagai bahan
percobaan, karena hati ayam banyak mengandung enzim katalase. Hasil dari
percobaan yang terdapat pada tabung reaksi adalah gelembung yang
mengandung gas oksigen. Dan apabila kita menempatkan bara di dalam
tabung reaksi, maka bara tersebut akan menyala, ini membuktikan bahwa
reaksi pembakaran tadi menghasilkan oksigen (O2). Tetapi tidak semua
tabung reaksi menghasilkan gelembung dan menyala apabila ditempatkan
bara di atasnya.
1. Ekstrak hati + H2O2
Saat larutan H2O2 dimasukkan, terjadi pembentukan gelembung-
gelembung udara. Hal ini membuktikan bahwa di dalam hati ayam yang
masih segar terdapat banyak peroksisom sehingga menghasilkan enzim
katalase dalam jumlah banyak. Enzim katalase ini kemudian menguraikan
senyawa hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Dengan gelembung-
gelembung udara yang terbentuk membuktikan bahwa enzim katalase dapat
menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi H2O.

9
Pada saat memasukkan bara api kedalam tabung reaksi , bara api menyala.
Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase dapat menguraikan senyawa
hydrogen peroksida menjadi O2.
2. Ekstrak hati + HCL + H2O2
Dihasilkan gelembung udara dalam kategori sedikit dan bara api tidak
menyala. Hal tersebut menunjukkan bahwa enzim katalase dalam hati tidak
bekerja, karena tidak dipecahkannya senyawa H2O2 menjadi air dan oksigen.
Hal tersebut disebabkan karena terjadinya denaturasi. Denaturasi merupakan
rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat
lagi berikatan dengan substratnya sehingga aktivasi enzim menurun atau
hilang. Denaturasi enzim perlakuan ini disebabkan oleh penambahan HCl
yang merubah kondisi di sekitar molekul menjadi kondisi asam. Derajat
keasaman (pH) sangat mempengaruhi aktivitas enzim, sehingga kondisi asam
tersebut merusak enzim katalase yang bekerja pada pH netral.
3. Ekstrak hati + NaOH + H2O2
Terjadi pembentukan gelembung-gelembung udara. Hal ini membuktikan
bahwa di dalam hati ayam yang masih segar terdapat banyak peroksisom
sehingga menghasilkan enzim katalase dalam jumlah banyak. Enzim katalase
ini kemudian menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Dengan gelembung-gelembung udara yang terbentuk membuktikan
bahwa enzim katalase dapat menguraikan senyawa hydrogen peroksida
menjadi H2O.
Pada saat memasukkan bara api kedalam tabung reaksi , bara api menyala.
Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase dapat menguraikan senyawa
hydrogen peroksida menjadi O2.
4. Ekstrak hati dipanaskan+ H2O2
Terjadi pembentukan gelembung-gelembung udara. Hal ini membuktikan
bahwa di dalam hati ayam yang masih segar terdapat banyak peroksisom
sehingga menghasilkan enzim katalase dalam jumlah banyak. Enzim katalase
ini kemudian menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Dengan gelembung-gelembung udara yang terbentuk membuktikan

10
bahwa enzim katalase dapat menguraikan senyawa hydrogen peroksida
menjadi H2O.
Pada saat memasukkan bara api kedalam tabung reaksi , bara api menyala.
Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase dapat menguraikan senyawa
hydrogen peroksida menjadi O2.
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Mengapa H2O2 dipakai sebagai bahan percobaan untuk mengamati
kerja enzim katalase?
Jawab : Karena H2O2 adalah senyawa yang sangat reaktif dan dapat
merusak sel. Oleh karena itu H2O2 dikumpulkan dalam peroksisom
kemudian didegradasi oleh enzim katalase menjadi hidrogen dan
oksigen. H2O2 H2O + ½ O2.
2. Gelembung gas apa yang terjadi ? tulis reaksi kimianya.
Jawab : Gas O2 sebab ketika tabung reaksi dimasukkan bara lidi
menyala terang itu membuktikan bahwa adanya gas O2 sebab api
bisa menyala jika ada oksigen
3. Apa yang terjadi bila dalam jaringan tubuh banyak tertimbun H2O2 ?
dan merupakan hasil sampingan proses apa?
Jawab : Bila dalam tubuh tertimbun H2O2, sel-sel dalam tubuh
terutama organ hati dapat rusak karena H2O2 bersifat racun dalam
tubuh. Karena hidrogen peroksida dapat diubah menjadi radikal
hidroksil yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada membran
sel sehingga terjadi kerusakan sel. Apabila hati rusak, maka hati
tidak dapat menghasilkan enzim yang dapat menetralkan racun.
Sehingga dapat terserang penyakit dan gangguan seperti 1). Penyakit
fibrosis ginjal progresis. 2). Akatalasia, yaitu terjadinya hemolisis
pada sel-sel darah merah. 3). Vitiligo, yaitu penyakit kulit yang
ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas di beberapa
bagian tubuh. 3). Rambut beruban, disebabkan tubuh terlalu banyak
menghasilkan hidrogen peroksida. Senyawa ini menghalangi
produksi melamin, yaitu pigmen yang memberikan warna bagi kulit

11
dan rambut. Banyaknya senyawa hidrogen peroksida yang dihasilkan
tidak seimbang dengan produksi katalase dalam tubuh.
4. Bagaimana usaha untuk menetralkan H2O2 dalam tubuh ?
Jawab : Enzim katalase dihasilkan di hati. Fungsi enzim katalase
adalah dapat menguraikan (menetralkan) hidrogen perioksida (H2O2)
yang merupakan senyawa berbahaya bagi tubuh menjadi air (H2O)
dan oksigen (O2) yang bukan merupakan senyawa yang berbahaya.
H2O2 H2O + ½ O2
5. Mengapa kita menggunakan hati dalam percobaan aktifitas enzim
katalase ?
Jawab : Karena hati adalah organ yang berfungsi untuk menyaring
racun yang terdapat di dalam tubuh
6. Dapatkah organ lain kita gunakan untuk percobaan itu ?
Jawab : Kita bisa menggunakan organ lain untuk percobaan ini
diantaranya menggunakan jantung.
2.2. KEGIATAN 2 : TEST SALIVA
A. JUDUL
Test Saliva.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh asam, basa dan temperatur terhadap kerja
enzim amylase.
C. DASAR TEORI
Kelenjar akseseris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang
kelenjar ludah (salivary gland), pankreas dan hati (liver), dan organ
penyimpananya. Kantung empedu (gallbladder) denagan manusia sebagai
contoh, sekarang kita akan mengikuti makanan melalui saluran pencernaan
dan melihat lebih rinci apa yang terjadi pada makananitu masing – masing
stasiun pengolahan disepanjang saluran pencernaan itu. Pencernaan makanan
secara fisik dan kimiawi dimulai dari mulut selama pengolahan giligi dengan
berbagai macam bentuk akan memotong, melumat dan menggerus makanan

12
dan membuat makanaan tersebut lebih mudah ditelan dan memproseses
permukaannya (Capbell; 2004; 29-30)
Bagian terbesar makanan yang kita makan terdiri dari kompleks
karbohidrat, kompleks lipid, protein dan asam nukleat yang umumnya terlalu
besar untuk diserap oleh jaringan tibuh tampa jaringan lebih lanjut. Organ
dalam sistem pencernaan menghidrolisis bahan tersebut menjadi molekul
lebih sederhana yang dapat diserap kedalam aliran darah dan diangkat ke sel
– sel tubuh. Jika makanan diikunyah dengan benar, bahan ini bercampur
sempurna dengan ludah yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah. Orang dewasa
rata-rata mengeluarkan hampir 1,5 liter ludah perhari ludah tersebut terdiri
dari sekitar 99% air dan PH nya sekitar diatas 7 ludah yang mengandung
sedikit garam dan juga protein, yaitu musin amilase ludah (ptialin). Musin
adalah glikopotein menjadi disakarida maltosa. Pencernaan lemak protien
atau asam nukleat tidak berlangsung dimulut (Willbraham; 1992 ; 303).
Kelenjar yang ada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut
saliva atau ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu kelenjar
parotid, kelenjar submandibular, kelenjar sublingual, Kelenjar sublingual
adalah kelenjar saliva yang paling kecil. Terletak dibawah lidah bagian
depan. Kelenjar Parotid adalah kelenjar saliva paling besar dan terletak pada
bagian atas mulut didepan telinga. Saliva adalahcairan yang lebih kental dari
pada cairan lainnya. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion –
ion Ca+, Mg+, Na+, K+, PO, Cl+, HCO3, SO dan zat- zat organik seperti
usin dan enzim amilase atau ptialin. Musin atau glikoprotein dikeluarkan oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar subman dibular, sedangakan ptialin
dikeluarkan kelenjar parotid.Saliva mempunyai PH antara 5,75-7,05. Pada
umumnya PH saliva adala dibawah 7 (Poedjiadi; 2007; 235).
Pemecahan makanan polisakarida pada manusia dimulai didalam mulut,
tempat amilase air liur menghidrolisiskan beberapa dari ikatan 1-4 glikosida.
Sedikit pemecahan lebih lanjut dari karbohidrat, terjadi hingga makanan
mencapai usus kecil, tempat bagian terbasar dari pemecahan pati berlangsung
(Soendoro; 1989;239).

13
Pengetahuan saliva adalah dasar dari sebuah penatalaksanaan setiap
kasus yang ada dalam rongga mulut, sesperti contohnya dalam prosedur
penumpatan harus memblokir saliva yang mengenai darah yang ditumpot.
Maka sangat perlu sekali memahami akan beberapa kareteristik dari saliva itu
sendiri (Anonim; 2010).
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang
terdiri dari campuran sekresi dan kelenjar ludah yang besar dan kecil yang
ada pada mukase oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau air liur.
Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna
makanan dengan mengeluakan suatu sekret yang disebut saliva (Anonim;
2010).
Saliva memainkan peran yang penting dalam berbagi proses biolis yamg
terjadi dalam rongga mulut , diantaranya sebagai pelumas, penguyahan dan
penelanan makanan, aksi dari pembersihan dan perlindungan dari karies gigi.
Selain itu fungsi saliva juga menjadi sangat penting karina saliva juga dapat
digunakan untuk mendiaknosa penyakit oral dan sistemik (Anonim; 2010).
D. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
1) Larutan kanji/amylunm 2 %
2) Larutan HCL 1 N
3) Larutan NaOH 1 N
4) Larutan lugol
5) Saliva
6) Tabung reaksi dan raknya
7) Indikator asam basa (indikator universal)
8) Arloji/stopwatch
9) Pipet tetes

14
2. Cara Kerja

1) Isilah tabung reaksi masing-masing 5 cc larutan kanji, kemudian


diberi label.
2) Kedalam tabung reaksi I ditetesi lugol 5 tetes yang kemudian
dipakai sebagai kontrol.
3) Untuk tabung reaksi II ditetesi saliva kemudian beri lugol masing-
maing 5 tetes.
4) Untuk tabung reaksi III sebelum ditetesi saliva dan lugol tetesilah
larutan HCl 5 tetes.
5) Untuk tabung reaksi IV sebelum ditetesi saliva dan lugol teteskan
larutan NaOH 5 tetes.
6) Untuk tabung reaksi V setelah ditetesi lugol daln saliva, kemudian
dipanaskan sampai suhu 50-550 C selama 10 menit.
7) Catatlah perubahan warna dan waktu yang dibutuhkan oleh maing-
maing tabung.
8) Amati perubahan pH dari masing-masing tabung.
E. HASIL PERCOBAAN

No. Perlakuan Perubahan Warna Waktu Ph

1. Kanji + Lugol Putih 5 menit 5

Kanji + Saliva +
2. Putih 5 menit 6
Lugol
Kanji + HCL + Saliva
3. Bening 5 menit 3
+ Lugol
Kanji + NaOH +
4. Bening + Putih 5 menit 12
Saliva + Lugol
Kanji dipanaskan +
5. Bening 10 menit 2
Lugol + Saliva

15
F. PEMBAHASAN
1. Kanji + Lugol
Campuran kanji dan lugol menghasilkan perubahan warna yaitu putih
setelah didiamkan 5 menit. Kemudian diukur menggunakan indikator
uiversal untuk melihat pHnya. pH indikator universal menunjukan warna
yang mendeskripsikan tingkat keasaman pH 5 atau asam.
2. Kanji + Saliva + Lugol
Pada campuran kanji, saliva dan lugol menghasilkan perubahan warna
putih setelah didiamkan selama 5 menit. Kemudian diukur menggunakan
indikator uiversal untuk melihat pHnya. pH indikator universal
menunjukan warna yang mendeskripsikan tingkat keasaman pH 6 atau
asam.
3. Kanji + HCL + Saliva + Lugol
Pada campuran Kanji + HCL + Saliva + Lugol menghasilkan
perubahan warna bening yang sebelumnya berwarna putih setelah
didiamkan 5 menit. Kemudian diukur menggunakan indikator uiversal
untuk melihat pHnya. pH indikator universal menunjukan warna yang
mendeskripsikan tingkat keasaman pH 3 atau asam.
4. Kanji + NaOH + Saliva + Lugol
Pada campuran Kanji + NaOH + Saliva + Lugol menghasilkan
perubahan warna bening dan putih yang sebelumnya berwarna putih
setelah didiamkan 5 menit. Kemudian diukur menggunakan indikator
uiversal untuk melihat pHnya. pH indikator universal menunjukan warna
yang mendeskripsikan tingkat keasaman pH 12 atau basa.
5. Kanji dipanaskan + Lugol+Saliva
Pada campuran Lugol+Saliva yang kemudian dipanaskan dalam suhu
50°-55° C selama 10 menit menghasilkan perubahan warna bening yang
sebelumnya berwarna putih. Kemudian diukur menggunakan indikator
uiversal untuk melihat pHnya. pH indikator universal menunjukan warna
yang mendeskripsikan tingkat keasaman pH 2 atau asam.

16
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah fungsi enzim amylase dan organ apa saja yang
mengahasilkannya ?
Jawab : Fungsi dari enzim amylase adalah
1) Mengubah zat pati menjadi zat gula.
2) Membantu produksi energi dalam tubuh.
3) Membantu memecah ikatan polisakarida.
4) Membantu penyerapan gula.
5) Bentuk penyimpanan gula utama.
Enzim ini terdapat di mulut yang merubah amilum menjadi maltose
menghasilkan kelenjar ludah dan terdapat di usus 12 jari yang
mengubah maltose menjadi glukosa menghasilkan prankreas.
2. Apakah fungsi saliva pada proses pencernaan makanan ?
Jawab :
 Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu
proses mengunyah dan menelan makanan.
 Membasahi dan melembitkan makanan menjadi bahan setengah air
sehingga mudah di telan dan di rasakan .
 Membersihkan rongga mulut dari sisa sisa makanan dan kuman.
 Mempunyai aktifitas antibacterial dan system buffer.
 Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim
amylase dan lipase.
 Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka
karena terdapat factor pembekuan darah dan epidermal growth
factor pada saliva.
 Jumlah sekresi air ludah dapat di pakai sebagai ukuran tentang
keseimbangan air dalam tubuh.
 Membantu dalam berbicara (pelumas pada pipi dan ludah).
3. Coba anda jelaskan urutan hidrolisis amylum ?
Jawab :
 Dirongga mulut amilum sudah mulai mengalami pencernaan oleh
enzim ptyalin yang terdapat didalam air liur (saliva). Amilum yang
dicerna didalam mulut berubah menjadi lebih halus yang disebut
bolus.

17
 Bolus ditelan kedalam gaster . didalam gaster proses pencernaan
amylum dan ptyalin tetap berlangsung.
 Didalam lambung tidak ada enzim yang dapat memecah
karbohidrat. Jika makanan yang dimakan hanya terdiri dari
karbohidrat saja maka akan tinggal didalam gaster selama 2 jam.
Dan segera diteruskan keduodenum. Bolus yang merupakan
gumplan padat sekarang menjadi lebih cair dan disebut chimus
 Diduodenum chymus dicampur dengan sekresi pancreas yang
mengandung enzim amylopepsin.
 Karbohidrat yang tidak dapat dicerna dialirkan terus kecolon dan
dibantu dengan mikroba yang terdapat didalam usus melalui proses
fermentasi dan menghasilkan energy untuk keperluan mikroba
tersebut. Fermentasi yang meningkat didalam colon
menghasilkan banyak gas karbondioksida yang dikeluarkan dalam
bentuk flatus (kentut). Sisa karbohidrat yang masih ada dibuang
dalam bentuk tinja.

2.3. KEGIATAN 3 : PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH


A. JUDUL
Pemeriksaan Golongan Darah.
B. TUJUAN
Untuk mempelajari cara-cara menentukan golongan darah A, B, O dan
golongan Rhesus.
C. DASAR TEORI
Penggolongan Darah
Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi aglutinogen
dan aglutininnya. Aglutinogen adalah antigen – antigen dalam sel yang
membuat sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah). Ada dua jenis
antigen, yakni tipe A dan tipe B. Oleh karena antigen ini diwariskan, maka
seseorang dapat memiliki salah satu atau kedua antigen ini. Aglutinogen
disebut zat spesifik golongan karena digunakan untuk menentukan golongan
darah A, B, dan O. Aglutinin adalah subtansi yang menyebabkan aglutinasi
sel, misalnya antibodi . Dr. Karl Landsteiner, seorang ahli imunologi dan
patologi bangsa Australia, (1868 – 1943) dan Donath adalah penemu
perbedaan antigen dan antibodi dalam sel darah manusia.

18
Darah digolongkan dalam 4 macam untuk tujuan transfusi darah, yaitu A,
B, AB, dan O. Bila pada sel darah merah seseorang tidak ada aglutinogen A
ataupun B, darah digolongkan O, Bila hanya terdapat aglutinogen A darah
digolongkan A. Bila terdapat aglutinogen B, darah digolongkan B, bila
terdapat aglutinogen A dan B, darah digolongkan AB.
Bila dalam sel darah seseorang tidak terdapat aglutinogen A maka dalam
plasma akan terbentuk antibodi yang dikenla sebagai aglutinin A (anti -A)
dan bila dalam sel darah merah tidak terdapat aglutinogen B, dalam plasma
tersebut antibodi yang dikenal sebagai aglutinin (anti –B). Berarti golongan
darah AB yang memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B tidak memiliki
aglutinin sama sekali.

Sebelum transfusi darah, terlebih dulu dilakukan penentuan darah antara


resipien dan donor sehingga darah dapat dicari kesesuaiannya. Kemudian
pengujian darah dilakukan sebagai berikut :
 Bila darah seseorang yang di uji dicampur dengan serum Aglutinin A dan
penggumpalan terjadi, maka kemungkinan golongan darah orang tersebut
adalah A atau AB. Bila penggumpalan tidak terjadi, Kemungkinan adalah
golongan darah B atau O.
 Apabila dengan serum anti aglutinin penggumpalan, maka
kemungkinannya adalah golongan darah A atau O.
Transfusi Darah
Pada transfusi (pindah tuang) darah, orang yang mendapat darah disebut
penerima (resipien) dan pemberi darah disebut donor. Darah yang diberikan

19
kepada resipien adalah senyawa protein. Bila tidak sesuai berarti bersifat
sebagai antigen sehingga sel darah akan digumpalkan atau mengalami
aglutinasi.
Pada skema transfusi, golongan darah O dapat memberikan darahnya ke
semua golongan darah sehingga O disebut donor universal. Hal ini terjadi
karena sel – sel golongan darah O tidak mengandung kedua aglutinogen
sehingga darah dari darah ini dapat ditransfusikan ke hampir setiap resipien
tanpa terjadi reaksi aglutinasi dengan cepat.
Golongan darah AB disebut resipien inuversal karena dapat menerima
darah dari semua golongan darah.

∆ = Tidak terjadi penggumpalan.


⊖ = Terjadi Penggumpalan

Tetapi transfusi darah sebaiknya dilakukan antargolongan darah yang


sama. Pada umumnya, transfusi dilakukan pada kejadian berikut ini :
 Orang yang mengalami kecelakaan atau luka – luka.
 Tubuh yang terbakar.
 Waktu tubuh kehilangan darah, misalnya operasi.
 Orang yang kekurangan darah akut.
 Orang yang mengidap penyakit kronis.
Untuk setiap transfusi, darah yang diambil rata – rata antara 300 cc –
1000 cc. Darah yang diambil tersebut dimasukkan ke dalam botol steril dan
terlebih dahulu diberi larutan natriumm sitrat 2,5%, kemudian disimpan di
tempat bersuhu di bawah .

20
Pada tahun 1940, Landsteiner menemukan bahwa golongan darah A juga
dapat diberikan pada kera jenis Macacus rhesus, tetapi 15% lainnya tidak
dapat karena terjadi aglutinasi. Dengan kenyataan ini golongan darah A
dibagi lagi menjadi golongan darah A (RH+), yaitu yang dapat diberikan
kepada keraMacacus rhesus, dan golongan darah A (RH-) yang tidak dapat
diberikan kepada kera itu. Demikian pula golongan darah yang lain dibedakan
sama halnya dengan golongan darah A.
Seseorang yang memiliki faktor Rh didalam darahnya di sebut golongan
darah rhesus positif (Rh+), sedangkan orang yang tidak mengandung factor
Rh dalam golongan darah merahnya disebut factor rhesus negatif (Rh-).
Faktor Rh tidak begitu berpengaruh pada transfusi darah, tetapi pada kasus
tertentu dapat menyebabkan kematian dalam kandungan.
Jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki Rh+ maka anak dalam
kandungannya mungkin Rh+. Saat dalam kandungan, sel darah merah Rh+
anaknya dapat keluar menembus plasenta ke sistem sirkulasi ibunya yaitu sel
plasenta rusak sebelum atau sesudah bayi dilahirkan. Hal itu menyebabkan
sang ibu memproduksi antibodi anti –Rh. Jika ibu hamil lagi dan anaknya
memiliki faktor Rh+, maka antibodi anti –Rh ibu akan masuk lewat plasenta
akan merusak sel darah anak. Akibatnya terjadi kerusakan sel darah merah
terhadap anak kedua yang dapat menyebabkan kematian, keadaan seperti ini
disebut Eritroblastosis fetalis atau penyakit kuning pada bayi.
Philip Levine seorang ahli serologi Amerika mengemukakan bahwa
penyakit kuning pada bayi disebabkan oleh sel – sel darah bagi yang mati
oleh aglutinin yang berasal dari ibunya. Pertolongan yang dapat dilakukan
ialah dengan mengganti darah bayi seluruhnya.
D. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
1) Kapas yang direndam dalam alkohol 70 %
2) Blood lancet
3) Antisera A dan B
4) Anti Rh serium

21
5) Objek glass
6) Tusuk gigi
2. Cara Kerja
Untuk menentukan golongan darah A, B, AB dan O :
1) Hapuslah ujung jari manis anda dengan menggunakan kapas yang
telah direndam dalam alkohol 70 %
2) Tusuklah jari tersebut dengan menggunkan blood lancet steril
3) Hapuslah tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas
beralkohol hingga bersih
4) Kemudin pijit jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah
dari luka tadi, kemudian teteskan darah yang keluar pada glass
objek di ketiga tempat yang berbeda.
5) Teteslah satu tetes anti sera pada salah satu sisi dari tetesan darah
tersebut, dengan cara yang sama teteskan satu tetesan antara B da
AB pada dua tetesan darah yang lain.
6) Aduklah masing-masing tetesan anisera dan darah tersebut dengan
menggunkan ujung tusuk gigi secara terpisah
7) Setelah diaduk biarkan beberapa saat, perhatikan apa yang terjadi
pada masing-masing campuran darah dan antisera tersebut,
campuran manakah yang terjadi penggumpalan darah dan mana
yang terjadi penggumpalan.
Untuk menentukan Rhesus :
1. Teteskan satu tetes darah yang masih segar di atas gelas objek
2. Teteskan satu tets anti Rh serum didekat darah tersebut
3. Aduklah tetesan darah dan tetesan anti Rh serum tersebut dengan
menggunakan ujung tusuk gigi
4. Perhatikan apa yang terjadi, catatlah mana yang menghasilkan
penggumpalan dan mana yang terjdi penggumplan ? (bila terjadi
penggumpalan darah tersebut termasuk Rh +)

22
E. HASIL PERCOBAAN

Golongan
No. Nama Anti A Anti B Anti D Rhesus
Darah
Amalia Janatun
1. ● ○ ● A +
Ma’wa

2. Iman Abadi ● ○ ● A +

3. Resta Agustiany ○ ○ ● O +

4. Ade Fitriyani ○ ○ ● O +

Ket : ● = Menggumpal, ○ = Tidak Menggumpal


F. PEMBAHASAN
1. Golongan Darah A Rh+
Golongan darah A mengalami penggumpalan pada serum anti A dan
tidak mengalami penggumpalan pada serum anti B, karena golongan
darah A memiliki Aglutinogen A dan Aglutinin β (anti β). Dalam
perlakuan selanjutnya darah ditetesi serum anti D dan mengalami
penggumpalan yang menunjukan bahwa rhesusnya +.
2. Golongan Darah O Rh+
Golongan darah O tidak mengalami penggumpalan pada serum anti A
dan B, karena golongan darah O tidak memiliki Aglutinogen A dan B
namum memiliki Aglutinin α dan β. Dalam perlakuan selanjutnya darah
ditetesi serum anti D dan mengalami penggumpalan yang menunjukan
bahwa rhesusnya +.

23
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Buatlah diagram hubungan transfusi darah antara golongan darah A,
B, AB dan O ? (mana yang dimaksud dengan donor universal dan
resipen universal).
Jawab :

 Golongan darah O adalah DONOR UNIVERSAL karena dapat di


transfusikan ke seluruh golongan darah.
 Golongan darah AB adalah RESIPIEN UNIVERSAL karena dapat
menerima semua jenis golongan darah.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, antibodi, agluitinogen
dan aglutinin serta Rhesus positif, jelaskan hubugannya dengan
trasnfusi darah).
Jawab :

 Antigen adalah zat yang dihasilkan oleh benda asing. Zat asing ini
bisa berupa protein, karbohidrat, asam nukleat atau lipid yang
memicu pembentukan antibodi. Dengan demikian, setiap zat asing
yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh merupakan
antigen.
 Antibodi adalah protein yang ditemukan dalam tubuh kita, juga
dikenal sebagai immunoglobin (Ig). Antibodi adalah serum protein,
yang biasanya ditemukan dalam darah dan milik klan protein yang
disebut gamma globulin. Protein ini diproduksi sebagai respon
terhadap antigen. Singkatnya, antibodi adalah racun yang
dihasilkan oleh tentara pada tubuh kita untuk menghadapi zat asing
yang menyerang tubuh.

24
 Membran eritrosit mengandung dua antigen yaitu tipe-A dan tipe-
B. antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang
terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-
A atau tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan
penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam
aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B).
 Berdasarkan ada atau tidak adanya antigen (aglutinogen) dan
antibodi (aglutinin),Golongan darah pada manusia dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu A, B, AB dan O. Orang
yang bergolongan darah A, pada membran sel darah merah
mengandung antigen atau aglutinogen A. Sementara, plasma
darahnya mengandung aglutinin β (antibodi β). Orang yang
bergolongan darah B, pada membran sel darah merah mengandung
aglutinogen B, sementara plasma darahnya mengandung aglutinin
α (antibodi α). Orang yang bergolongan darah AB, pada membran
sel darah merah mengandung aglutinogen A dan B, sementara
plasma darahnya tidak mengandung antibodi α dan β. Orang yang
bergolongan darah O, pada membran sel darah merah tidak
memiliki aglutinogen A dan B, sementara plasma darahnya
mengandung aglutinin α dan β.
 Dalam transfusi darah, donor harus memperhatikan jenis
aglutinogen (antigen) yang dimilikinya. Sedangkan, pada resipien
yang perlu diperhatikan adalah aglutininnya (antibodi). Jika antigen
A (aglutinogen A) bertemu dengan antibodi α (aglutinin maka
darah akan menggumpal atau membeku. Begitu pula sebaliknya,
jika antigen B (aglutinogen B) bertemu dengan antibodi β
(aglutinin β), maka darah juga akan menggumpal atau membeku.
Golongan darah O dapat menjadi donor bagi semua golongan
darah, karena golongan darah ini tidak memiliki aglutinogen A
maupun B sehingga tidak menyebabkan aglutinasi atau

25
penggumpalan darah. Oleh karena itu, golongan darah O disebut
donor universal. Golongan darah O hanya dapat menerima darah
dari orang yang bergolongan darah O juga, dan tidak dapat
menerima darah dari golongan darah yang lainnya karena golongan
darah O memiliki antibodi α dan β.
 Golongan darah AB merupakan resipien universal, karena dapat
menerima darah dari golongan darah A, B, AB, maupun O. Hal ini
disebabkan karena golongan darah AB tidak mempunyai antibodi
(aglutinin) α maupun β, tetapi hanya memiliki antigen
(aglutinogen) A dan B. Selain golongan darah, ada faktor lain yang
menentukan dalam transfusi darah, yaitu suatu antigen yang
dimiliki manusia yang dinamakan rhesus. Rhesus negatif adalah
darah yang di dalam eritrositnya tidak mengandung antigen rhesus,
tetapi dalam plasma darahnya mampu membentuk antibodi atau
aglutinin rhesus. Jika darah seseorang yang bergolongan rhesus
positif ditransfusikan ke golongan rhesus negatif, maka akan terjadi
penggumpalan walaupun golongan darahnya sama
 Donor perlu memperhatikan jenis aglutinogen di dalam eritrosit,
sedangkan resipien perlu memperhaitkan jenis aglutinin dalam
plasma darah.
 Sebelum melakukan transfusi perlu menentukan golongan
darah resipien dan golongan darah donor. Proses penentuan
golongan darah dilakukan dengan cara Tes Darah seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
 Setelah diketahui jenis golongan darah antara donor dan resipien
barulah proses transfusi darah dapat dilakukan.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Erythroblastosis fetalis ?
Jawab :
Erythroblastosis fetalis adalah peningkatan penghancuran sel darah
merah janin akibat antibodi (sel pertahanan tubuh) ibu yang masuk ke
janin lewat plasenta dan menghancurkan antigen (tanda pengenal

26
benda asing) yang terdapat di sel darah merah janin. Penyakit ini
penyebab penting terjadinya anemia (kurang darah) dan jaundice (bayi
kuning) pada bayi baru lahir. Hal ini dapat terjadi karena darah
memiliki 60 macam antigen yang berbeda di permukaan selnya, dan
antigen yang paling sering menyebabkannya adalah antigen D dari
rhesus dan antigen ABO dari golongan darah, sedangkan antigen lain
adalah CW , CX , DU , K (Kell), M, Duffy, S, P, MNS, Xg, Lutheran,
Diego, and Kidd (tapi jarang). Hal inilah yang menyebabkan darah
setiap individu berbeda (contoh sederhana adalah perbedaan golongan
darah).
Janin terbentuk dari penggabungan ayah dan ibu, sehingga bisa saja
antigen yang ada pada janin berbeda dengan ibu. Akibatnya imunitas
ibu menganggap darah janin sebagai benda asing yang berbahaya dan
mengeluarkan antibodi yang nantinya akan menempel pada antigen sel
darah merah janin dan menghancurkannya. Erythroblastosis fetalis
terjadi apabila ibu memiliki darah dengan rhesus negatif dan rhesus
janin positif. Hal ini tak pernah terjadi di kehamilan pertama karena
ibu belum tersentisasi dengan antigen janin, tapi gejala akan semakin
hebat pada kehamilan berikutnya.
2.4. KEGIATAN 4 : MENGHITUNG HAEMOGLOBIN DARAH
A. JUDUL
Menghitung Haemoglobin Darah.
B. TUJUAN
Untuk menentukan konsentrase haemoglobin dalam darah
C. DASAR TEORI
Sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Eritrosit
merupakan diskus bikonkaf berbentuk bulat dengan lekukan pada sentralnya.
Diameternya kira-kira 7,6 μm. Eritosit terbungkus dalam membrane sel
dengan permeabilitas tinggi. Membrane ini elastic dan fleksible sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapiler. Eritrosit tidak berinti, dalam 1

27
mm3 darah terdapat kira-kira 5 juta buah sel darah merah atau eritrosit. Setiap
eritrosit mengandung 30 juta molekul “hemoglobin”.
Jumlah hemoglobin normal dalam darah normal adalah kurang lebih 15
gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.
Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein globin dan suatu
senyawa bukan protein yang disebut heme. Globin terdiri atas 4 rantai
polipeptida yang melekat pada 4 gugus heme, yang di dalamnya mengandung
zat besi. Heme sendiri juga merupakan suatu senya rumit yang tersusun dari
suatu senyawa lingkar yang bernama porifin yang di dalamnya mengandung
zat besi. Heme berperan dalam pewarnaan darah.
Fungsi utama hemoglobin diantaranya meliputi :
 Mengikat oksigen (O2). Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka
molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta untuk
membentuk oksihemoglobin yang berwarna merah terang.
 Hemoglobin berikatan dengan CO2 dibagian asam amino pada globin.
Karbominohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang
terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion
bikarbonat.
Hemoglobin yang terbungkus dalam sel darah merah mempunyai system
membrane dan system reduksi yang efisien. Daya rusak dari kompleks
oksigen-hemoglobin, kalaupun terjadi dapat dibatasi seminimum mungkin
dan terjadi hanya terbatas di dalam sel darah merah saja. Dalam menjalankan
fungsinya membawa O2 keseluruh tubuh, hemoglobin mengikat O2 melalui
suatu ikatan kimia khusus.
Oksihemoglobin (HbO2) merupakan hemoglobin yang mengikat oksigen.
Reaksi berlangsung dalam dua arah. Ke arah kanan merupakan reaksi
penggabungan (assosiasi) yang terjadi di dalam alveolus paru-paru dan
sebaliknya ke arah kiri merupakan reaksi penguraian (disasosiasi) di dalam
jaringan. Karbondioksida (CO2) berikatan langsung dengan molekul Hb
melalui ikatan karbomino, berupa HbCO2. Berbeda dengan oksigen,
CO2 tidak larut secara spesifik dalam bentuk senyawa, akan tetapi sebagai ion

28
bikarbonat (HCO3-) yang pembentukannya sangat memerlukan sel darah
merah.
Karbondioksida dalam bentuk ion bikarbonat dibawa oleh darah dari
seluruh jaringan menuju paru-paru untuk dibuang di organ ini melalui udara
yang dihembuskan ke luar (saat ekspirasi) ke lingkungan.
 Peran Besi (Fe) dalam Hemoglobin : Hemoglobin merupakan suatu protein
kompleks yang tersusun atas protein globin dan senyawa non protein yang
disebut heme. Heme tersusun dari senyawa yang bernama porifin yang
dibagian tengahnya terdapat logam besi (Fe). Jadi, heme adalah senyawa
porifin besi (Fe-porifin). Satu molekul heme mengandung 1 atom besi, dan
satu protein globin mengikat 1 molekul heme. Pada satu molekul
hemoglobin terdiri atas 4 buah kompleks molekul globin dan heme. Besi
yang berada di dalam molekul hemoglobin sangat penting untuk
menjalankan fungsi pengikat dan pelepasan oksigen. Oleh sebab itu bila
terjadi kekurangan besi, jumlah hemoglobin akan berkurang, sehingga
jumlah oksigen yang dibawa berkurang pula. Untuk dapat menjalankan
fungsi mengikat O2, besi yang terkandung dalam molekul hemoglobin
harus berada dalam valensi yang rendah atau tereduksi. Meskipun tidak
berikatan langsung dengan molekul oksigen, protein globin adalah bagian
yang sangat penting dari hemoglobin dan ikut menentukan daya ikat atom
besi yang terkandung dalam molekul tersebut. Ikatan dan interaksi protein
globin dengan heme menentukan afinitas (kuat tidaknya ikatan) antara
atom besi heme dengan oksigen. Interaksi tersebut juga mempengaruhi
mudah atau sukarnya atom besi heme dicapai oleh molekul air. Afinitas
juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis protein globin yang membentuk tiap
hemoglobin.
 Anemia dan Polistemia. : Anemia adalah defisisensi sel darah
merah atau hemoglobin yang mengakibatkan penurunan jumlah sel
darah merah atau jumlah sel darah merah tetap tapi jumlah
hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk

29
membawa O2 berkurang maka individu akan terlihat pucat atau
kurang tenaga. Beberapa jenis anemia diantaranya :
 Anemia hemoragi, terjadi akibat kehilangan darah akut.
 Anemia defisiensi zat besi, terjadi akibat penurunan asupan
makanan, penurunan daya absorbsi, dan kehilangan zat besi
yang berlebihan.
 Anemia aplastik, terjadi akibat sum-sum tulang tidak aktif.
 Anemia pernicious, terjadi akibat tidak ada vitamin B12.
 Anemia sel sabit, bersifat keturunan, terjadi penggantian salah
stu asam amino pada rantai polipeptida β. Akibatnya sl darah
merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dengan konsentrasi
O2 yang rendah.
Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam
sirkulasi yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume
darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah
terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup. Beberapa jenis
polisitemia diantaranya :
 Polistemia kompestatori (sekunder), terjadi akibat hipoksia
(kekurangan oksigen) karena berbagai sebab, diantaranya :
Kediaman permanen di dataran tinggi, aktivitas fisik
berkepanjangan.penyakit paru atau jantung.
 Polistemia vero, terjadi akibat adanya gangguan pada sum-sum
tulang.
Sel darah merah (eritrosit) meskipun tidak berinti tetapi tetap melakukan
metabolisme. Tujuannya antara lain adalah untuk memasak energy yang
digunakan untuk menjalankan fungsi sel itu sendiri. Metabolisme yang
terpenting dari sel darah merah adalah glikolisis, yang memecah glukosa
secara aerob. Beberapa metabolit atau senyawa antara yang terbentuk ternyata
mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan O2sehingga O2 dilepaskan.

30
D. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
1) Blood lancet
2) Test paper tallquist
3) Alkohol 70%
4) Kapas
2. Cara Kerja
1) Tusuklah jari tangan anda dengan blood lancet steril.
2) Teteskan darah yang keluar ke test paper dari tallquist.
3) Sebelum darah yang terserap test paper menjadi kering,
bandingkanlah dengan standar warna yang tersedia.
E. HASIL PERCOBAAN

No. Nama Kadar Hb

1. Amalia Janatun Ma’wa 50

2. Iman Abadi 50

3. Resta Agustiany 60

4. Ade Fitriyani 50

F. PEMBAHASAN
1. Kadar Hb 50
Pada perlakuan 1, 2, dan 4 didapatkan hasil Hb 50 yang berarti kadar
Hb rendah.
2. Kadar Hb 60
Pada perlakuan 3 didapatkan hasil Hb 60 yang berarti kadar Hb
normal.

31
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah fungsi Haemoglobin ?
Jawab : Hb berfungsi untuk mengikat dan membawa O2 dari paru-
paru hingga diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
2. Adakah Hb juga terdapat pada hewan-hewan rendah ?
Jawab : Hb dapat ditemukan pada berbagai makhluk invertebrate,
dimana berada dalam keadaan terlarut langsung di dalam plasma.
3. Jelaskan hubungan konsertasi Hb dengan stamina seseorang ?
Jawab : bila konsentrasi Hb darah berkurang, maka jumlah O2 yang
diikat dan diedarkan juga akan berkurang. Dengan demikian,
stamina tubuh akan mengalami penurunan yang ditandai dengan
wajah pucat, mulut kering dan cepat lelah.
4. Sebutkan faktor penyebab rendahnya Hb darah ?
Jawab : faktor penyebab Hb rendah diantaranya :
 Defisiensi zat, misalnya Fe dan Vitamin B Kompleks.
 Cacat pada sel darah merah.
 Pendarahan.
 Reaksi imunitas berlebih.

2.5. KEGIATAN 5 : TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG


A. JUDUL
Tekanan Darah dan Denyut Jantung.
B. TUJUAN
1. Mengamati tekanan darah sistole dan diastole.
2. Menghitung denyut jantung.
C. DASAR TEORI
Tekanan darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika
ventrikel kiri melakukan sistol kemudian diastole. Pengukurannya
menggunakan sfignomanometer. Tekanan darah sistol adalah tekanan darah
yang direkam selama kontraksi ventrikuler. Tekanan darah diastole adalah
tekanan darah yang direkam selama relaksasi ventricular. Tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan denyutan adalah perbedaan antara

32
tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan denyutan normal kira-kira 40 mmHg
yang memberikan informasi tentang kondisi arteri (Soewolo dkk, 2005:
265-261).
Jantung adalah pompa otot beruang empat yang mendorong darah
mengelilingi sirkulasi. Jantung terutama tersusun dari jaringan otot jantung.
Kedua atria mempunyai dinding yang relatif tipis dan berfungsi sebagai
ruangan penampungan bagi darah yang kembali ke jantung, dan hanya
memompa darah dalam jarak yang sangat dekat menuju ventrikel. Ventrikel
mempunyai dinding yang lebih tebal dan jauh lebih kuat dibandingkan
dengan atrium -khususnya ventrikel kiri, yang harus memompa darah keluar
ke seluruh organ tubuh melalui sirkuit sistemik. Empat katub dalam jantung
berfungsi untuk mencegah aliran balik darah (Campbell dkk, 2000:47).
Pengukuran tekanan darah merupakan pengujian klinik yang umum.
Pengukuran ini selalu diwujudkan sebagai suatu pecahan, misalnya 120/80.
Angka dari pembilang tersebut merupakan tekanan darah arteri selama
sistole. Unit ukuran adalah torr, pada contoh ini tekanan sama dengan
tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa dengan tinggi 120 mm. Angka
sebutan merupakan tekanan selama diastole. Meskipun tekanan darah dalam
waktu yang berbeda sangat bervariasi pada orang tertentu, tekanan yang
terus menerus tinggi, mungkin suatu gejala atau sebab dari macam-macam
penyakit (Kimball, 1983: 154).
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi
ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri
masih tetap menggembung karena tahanan periferi dari arteriole-arteriole
menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan. Demikianlah maka
tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah yang
dipompa oleh jantung dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam
dinding arteriole. Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor dan
dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam medula oblongata.pusat
vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk mempertahankan agar tekanan
darah relatif konstan. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan

33
bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik, seperti
sewaktu latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasab
dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Karena itu sebaiknya tekanan
darah diukur selalau sewaktu orangnya tenang, istirahat dan sebaiknya
dalam sikap rebahan (Pearce, 1995: 151).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara
palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari. Sedangkan pemeriksaan
dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan
suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Pada umumnya,
pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri
radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri
dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
posterior (Saladin, 2003: 94).
D. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
1) Sphygmomanometer
2) Stetoskop
3) Stopwatch
2. Cara Kerja
Untuk tekanan darah :
1) Duduklah dengan tenang, letakan lengan kiri seolah-olah sejajar
dengan jantung

2) Balutlah manset pada lengan atas yang mengandung arteri


brachialis kira-kira 2,5 cm diatas siku anda
3) Pompalah manset dengan memijit-mijit karet pompa, sehingga
manometer air raksa manctatat tekanan kurang kebih 200 mmHg
4) Tempelkan stetoscope diatas arteri branhialis dan tekanan dalam
manset dikurangi perlahan-lahan sampai terdengar adanya suara,
suara yang pertama timbul menunjukan tekanan sistole, untuk

34
itu perhatikan skala pada manometer sehingga didapat nilai
tekakan sistole
5) Tekanan manset tersus diturunkan, akhirya suara yang terdengar
akan hilang, saat dimana suara akan hilang menunjukan tekanan
diastole, perhatikanlah hasilnya dengan keadaan anda dimana
pengukuran tekanan tanpa melakukan gerakan fisik sebelumnya.
6) Ulangi sekali lagi pengukuran tersebut sehingga didapat tekanan
rata-rata.
Untuk denyut jantung :
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan pada nadi pergelangan
tangan atau nadi siku ataupun pada dada (jantung), lakukan
pengukuran dengan menghitung berapa denyut selama satu menit,
pengukuran dilakukan 2 macam, yaitu pengukuran dilakukan tanpa
melakukan aktifitas terlebih dahulu, sedangkan pengukuran lainnya
setelah melakukan aktifitas fisik, bandingkan keduanuya. Ulangi
sekali lagi pengukuran tersebut sehingga didapat rata-rata.
E. HASIL PERCOBAAN

Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas

No. Nama Tekanan Denyut Tekanan Denyut

Darah Jantung Darah Jantung

Amalia Janatun
1. 121/74 112 129/84 125
Ma’wa

2. Iman Abadi 146/110 119 158/101 135

3. Resta Agustiany 128/86 104 142/85 138

4. Ade Fitriyani 104/75 94 119/102 113

35
F. PEMBAHASAN
1. Sebelum Aktivitas
1) Perlakuan ke-1 didapatkan hasil tekanan darahnya 121/74, yang
berarti tekanan darah normal, karena berdasarkan teori batas
normal sistolenya berada pada rentang 90 – 120 mmHg, dan
diastolenya pada 60 – 80mmHg. Denyut jantungnya 112/menit
yang menandakan pulsenya terlalu cepat karena biasanya
jantung manusia berdenyut secara normal antara 72 – 75
denyut/menit.
2) Perlakuan ke-2 didapatkan hasil tekanan darahnya 146/110,
yang berarti tekanan darahnya tinggi atau hipertensi, karena
berdasarkan teori batas normal sistolenya berada pada rentang
90 – 120 mmHg, dan diastolenya pada 60 – 80mmHg. Denyut
jantungnya 119/menit yang menandakan pulsenya terlalu cepat
karena biasanya jantung manusia berdenyut secara normal
antara 72 – 75 denyut/menit.
3) Perlakuan ke-3 didapatkan hasil tekanan darahnya 128/86, yang
berarti tekanan darahnya masih normal, karena berdasarkan teori
batas normal sistolenya berada pada rentang 90 – 120 mmHg,
dan diastolenya pada 60 – 80mmHg. Seseorang bisa dikatakan
hipertensi apabila tekanan darahnya 13/80 mmHg. Denyut
jantungnya 104/menit yang menandakan pulsenya terlalu cepat
karena biasanya jantung manusia berdenyut secara normal
antara 72 – 75 denyut/menit.
4) Perlakuan ke-4 didapatkan hasil tekanan darahnya 104/75, yang
berarti tekanan darah normal, karena berdasarkan teori batas
normal sistolenya berada pada rentang 90 – 120 mmHg, dan
diastolenya pada 60 – 80mmHg. Denyut jantungnya 94/menit
yang menandakan pulsenya terlalu cepat karena biasanya
jantung manusia berdenyut secara normal antara 72 – 75
denyut/menit.

36
2. Setelah Beraktivitas
Aktivitas yang dilakukan adalah lari ditempat, push up, dan
banding selama 2 menit.
1) Perlakuan ke-1 didapatkan hasil tekanan darahnya 129/84,
dengan denyut jantung 125/menit. Itu berarti benar bahwa
aktivitas mempengaruhi perubahan tekanan darah dan denyut
jantung.
2) Perlakuan ke-2 didapatkan hasil tekanan darahnya 158/101,
dengan denyut jantung 135/menit. Itu berarti benar bahwa
aktivitas mempengaruhi perubahan tekanan darah dan denyut
jantung.
3) Perlakuan ke-3 didapatkan hasil tekanan darahnya 143/85,
dengan denyut jantung 138/menit. Itu berarti benar bahwa
aktivitas mempengaruhi perubahan tekanan darah dan denyut
jantung.
4) Perlakuan ke-4 didapatkan hasil tekanan darahnya 119/102,
dengan denyut jantung 113/menit. Itu berarti benar bahwa
aktivitas mempengaruhi perubahan tekanan darah dan denyut
jantung.
G. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah yang dimaksud dengan tekanan sistole dan diastole ?
Jawab :
 Sistole adalah waktu denyut jantung berkontraksi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh dan paru-paru (sistole
ventrikuler) atau atrium berkontraksi (sistole aurikuler).
 Diastole adalah jantung berelaksasi (mengembang) untuk menarik
darah masuk ke jantung.
2. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempertahankan tekanan
darah ?
Jawab:
 Kekuatan memompa jantung.

37
 Banyaknya darah yang beredar : dinding pembuluh darah adalah
elastik dan dapat mengembung, maka harus didisi lebih supaya
dapat dibangkitkan suatu tekanan. Pemberian cairan seperti
plasma atau garam akan menyebabkan tekanan naik lagi.
 Viskositas (kekentalan) darah : disebabkan oleh protein plasma
dan oleh jumlah sel darah yang beradadi dalam aliran darah.
Makinpekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk
mendorongnya melalui pembuluh.
 Elastisitas dinding pembuluh darah : di dalam arteri tekanan lebih
lebih besar dari yang ada di dalam vena karena otot yang
membungkus arteri lebih elastic daripada yang ada pada vena.
 Tahanan tepi (resistensi periferi) : tahanan yang dikeluarkan oleh
geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama
pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di dalam
arteriole.
 Macam Peredaran Darah Peredaran darah manusia : merupakan
peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir
melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai
peredaran darah ganda yang terdiri dari : Peredaran darah
panjang/besar/sistemik yaitu peredaran darah yang mengalirkan
darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan
karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya
karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan
(atrium) jantung.b. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal yaitu
peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-
paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida
dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis,
di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang
kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi

38
kiri jantung melalui vena pulmonalis. Proses peredaran darah
dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas penampang
pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada
jantung dan pembuluh darah.
 Pembuluh Darah : ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri,
vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh darah halus).
3. Mengapa dengan bertambahnya usia, tekanan darah juga naik ?
Jawab : Hal ini disebabkan karena :
 Penurunan elastisitas pembuluh darrah perifer akibat penuaan.
Seiring bertambahnya usia elastisitas pembuluh darah akan
mengalami penurunan, sehingga bisa mengakibatkan tekanan
darah pada usia lanjut naik di atas normal.
 Perubahan ateromatous akibat penuaan juga bisa membuat
tekanan darah menjadi naik.
 Penurunan kadar renin merupakan faktor utama yang bisa
menyebabkan tekanan darah menjadi naik.
4. Faktor apa yang dapat mempengaruhi perubahan denyut jantung ?
 Usia : Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja,
denyut jantung menetap dan iramanya terratur. Pada orang
dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa
penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi
pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia
dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian
frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
 Jenis Kelamin : denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja
maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada
pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata
nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja

39
mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per
menit.
 Keadaan Kesehatan : pada orang yang tidak sehat dapat terjadi
perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur.
Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi
jantungnya cenderung meningkat.
 Riwayat Kesehatan : riwayat seseorang berpenyakit jantung,
hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung.
Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan
mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
 Intensitas dan Lama Kerja : berat atau ringannya intensitas kerja
berpengaruh terhadap denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat,
dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia
akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak
melampaui batas maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang
berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi
bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan
pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
 Sikap Kerja : posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan
darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih
besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada
posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan
pekerjaan dengan posisi duduk.
 Ukuran Tubuh : ukuran tubuh yang penting adalah berat badan
untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka
denyut nadi akan lebih cepat.
 Kondisi Psikis : kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi
jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat
frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan
juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.

40
 Aktivitas : Semakin tinggi aktivitas semakin tinggi pula deyut
jantung.

41
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
A. Aktivitas Enzim Katalase
1. Terbukti bahwa terdapat enzim katalase dalam sel hewan. Hati ayam
membuktikan bahwa terdapat enzim katalase di dalamnya karena
dapat menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen.
2. Pengaruh asam basa ternyata berpengaruh terhadap cara kerja enzim,
enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada asam dan basa yang
sangat kuat. Sebagian besar enzim bekerja paling efektif pada kisaran
pH lingkungan yang sedikit sempit (pH = ±7). Di luar pH optimal,
kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim
dengan cepat.
B. Test Saliva
1. Pengaruh asam basa terhadap kerja enzim amylase, dari hasil
percobaan didapat hasil pH 3, 6, 3 (asam) dan 12 (basa). Karena pH
optimum enzim 7, maka hilangnya aktivitas enzim amylase.
2. Pengaruh suhu terhadap enzim amylase, dari percobaan di atas
didapatkan hasil pHnya 7 (basa) setelah dipanaskan dalam suhu 50°-
55° C selama 10 menit. Enzim amylase menjadi inaktif karena
terdenaturasi. Hal ini membuktikan bahwa enzim amylase mudah
rusak oleh pemanasan.
C. Pemeriksaan Golongan Darah
Dari hasil percobaan di atas, didapatkan hasil golongan darah A Rh+ dan
O Rh+. Golongan darah A mengalami penggumpalan pada serum anti A dan
tidak mengalami penggumpalan pada serum anti B, karena golongan darah A
memiliki Aglutinogen A dan Aglutinin β (anti β). Dalam perlakuan
selanjutnya darah ditetesi serum anti D dan mengalami penggumpalan yang
menunjukan bahwa rhesusnya +.

42
Golongan darah O tidak mengalami penggumpalan pada serum anti A
dan B, karena golongan darah O tidak memiliki Aglutinogen A dan B namum
memiliki Aglutinin α dan β. Dalam perlakuan selanjutnya darah ditetesi
serum anti D dan mengalami penggumpalan yang menunjukan bahwa
rhesusnya +.
D. Menghitung Haemoglobin Darah
Hasil percobaan diatas menunjukan bahwa perlakuan 1,2, dan 4 memiliki
haemoglobin yang rendah yaitu 50. Sedangkan pada perlakuan 3
haemoglobinnya 60 yang berarti normal. Test ini sesuai dengan indikator (test
paper talquist) yaitu tingkat haemoglobin 10-50 rendah dan 60-100 berarti
normal.
E. Tekanan Darah dan denyut jantung
Hasil perlakuan pada 1,2, dan 4 sebelum beraktivitas memiliki tekananan
darah normal yaitu 121/74, 128/86, 104/75. Sedangkan pada perlakuan 3
memikiki tekanan darah 146/110 yang berarti mengalami hipertensi karena
tekanan darah melebihi tekanan normal. Hal ini sesuai dengan teori batas
normal sistolenya berada pada rentang 90 – 120 mmHg, dan diastolenya pada
60 – 80mmHg.
Denyut jantung sebelum aktivitas pada semua perlakuan memiliki 112,
119, 104, 94 denyut jantung/menit yang menandakan pulsenya terlalu cepat
karena biasanya jantung manusia berdenyut secara normal antara 72 – 75
denyut/menit.
Tekanan darah dan denyut jantung setelah aktivitas menunjukan
kenaikan pada semua perlakuan yaitu 129/84, 158/101, 142/85, dan 119/102
dengan denyut jantung 125, 138, 135, dan 113. Itu berarti benar bahwa
aktivitas mempengaruhi perubahan tekanan darah dan denyut jantung.

43
3.2. SARAN
Dalam penyusunan laporan praktikum ini ini kami mendapatkan
pengetahuan yang sangat berharga mengenai Aktivitas Enzim Katalase, Test
Saliva, Pemeriksaan Golongan Darah, Menghitung Haemoglobin Darah, dan
Pemeriksaan Tekanan Darah dan Denyut Jantung. Kami harap, semoga dengan
adanya laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
sehingga dapat menambah wawasan mengenai Aktivitas Enzim Katalase, Test
Saliva, Pemeriksaan Golongan Darah, Menghitung Haemoglobin Darah, dan
Pemeriksaan Tekanan Darah dan Denyut Jantung.

44
DAFTAR PUSTAKA

Modul Fisiologi Hewan

http://biologylearningcenter.blogspot.com/p/pengertian-antigen-dan-antibodi

http://biologylearningcenter.blogspot.com/p/pertemuan-2.html?m=1

http://nadidewi.blogspot.com/2015/05/erythroblastosis-fetalis-fetus.html?m=1

http://paramox.blogspot.com/2012/07/darah-dan-sistem-traspor.html?m=1

https://tsumasagarainbow.wordpress.com/2013/02/06/penggolongan-darah-dan-
transfusi-darah/

Anda mungkin juga menyukai