Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok:

1. Dea Chrestella (1711060272)

2. Erly Intan Safitri (1711060178)

TARSIUS Sp

Morfologi tubuh:

Tarsius (Tarsius sp) adalah salah satu primata endemik Pulau Sulawesi
yang juga tersebar di pulau-pulau sekitarnya dari kepulauan Sangihe di
sebelah utara hingga pulau Selayar di sebelah selatan. Tarsius bertubuh
kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar
16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya. Panjang kepala dan
tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali
panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25
cm. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang dengan lengan atas. Di
banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang
mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna
cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda.

Tarsius merupakan salah satu jenis primata terkecil didunia yang unik.
Secara umum dicirikan mempunyai mata besar dan telinga yang lebar
dibandingkan dengan ukuran kepalanya. Tarsius dapat memutar
kepalanya hampir 180 derajat dan dapat melihat ke belakang tanpa
mengubah posisi tubuhnya. Ekornya panjang hampir dua kali lipat
panjang tubuhnya. Kaki merupakan bagian istimewa dari jenis Tarsius,
bahkan nama yang diberikan ada kaitannya dengan adanya ciri khas
dari kaki (tarsus). Panjang kaki jauh lebih panjang bila dibandingkan
dengan panjang tangan atau panjang tubuhnya. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-
kira sama panjang dengan lengan atas. Di ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari
kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu Tarsius sangat lembut dan
mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda.
Tingkah laku:

Semua jenis Tarsius bersifat nokturnal, namun seperti organisme


nokturnal lain beberapa individu mungkin lebih banyak atau sedikit
beraktifitas selama siang hari. Tidak seperti kebanyakan binatang
nokturnal lain, Tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya
(tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu
hal yang tidak biasa padabinatang nocturnal. Tarsius menghabiskan
sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine.
Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan
melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka
melompat ketika berada di tanah. Setiap pagi, dan kadang-kadang pada sore hari, Tarsius dewasa dan agak
dewasa menampilkan lagu duet untuk menandai dan mempertahankan daerah kekuasaan mereka, untuk
memperkuat ikatan pasangan mereka, dan mengumumkan posisi dalam jangkauan sarang mereka yang
biasanya berjarak antara satu dan dua hektar.

Pakan:

Jenis pakan alami Tarsius yang diketahui adalah jangkrik, jenis-jenis


belalang, kepik, berbagai jenis kupu-kupu, semut rangrang, cecak pohon,
anak kadal, laba-laba kecil, tongkeret, dan serangga kecil lainnya. . Di
alam Tarsius tidak langsung menangkap mangsanya, sebelum memakan
mangsanya terlebih dahulu Tarsius mengamati mangsa sekitar 5 – 10 menit,
setelah aman baru menangkap dengan cara melompat dan menyambar
dengan tangan dan melompat dengan cara membalik ke pohon/tempat semula. Lama Tarsius memakan
mangsanya atau berpindah ke pohon lain sekitar 10-25 menit, tergantung pada jenis mangsanya.

Distribusi Tarsius:
Sulawesi dan kepulauan sekitarnya menjadi habitat paling tidak bagi empat spesies; Tarsius sangirensis
terdapat di kepulauan Sangihe, Tarsius spectrum di Sulawesi sebelah Utara, Tarsius dianae di hutan
dataran rendah dan hutan pegunungan rendah Sulawesi Tengah, dan Tarsius pumilus di Sulawesi Tengah.
Tarsius Pumilus adalah Tarsius berpigmen, dimana hanya terdapat tiga sampel yang dapat diandalkan
tercatat. Spesies ini diperkirakan menghuni hutan-hutan lumut dari kawasan Sulawesi tengah.

Habitat tarsius:

(Sumber gambar: fadhilah iqra abdul haris mustari, dkk. Jurnal Media Konservasi Vol. 21 No. 2
Agustus 2016: 135)
Tarsius mendiami hutan sekunder, dan lahan pekebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1300 m dpl,
disamping itu juga mendiami semak belukar. Tarsius sering ditemukan pada rongga pohon kayu, rongga
yang terbentuk diantara pohon bambu yang rapat. Habitat yang disukai adalah hutan hujan tropis yang
memiliki sumber air yang banyak sehingga mendukung ketersediaan makanan dan juga dapat dijumpai di
hutan-hutan sekunder yaitu kebanyakan di pohon-pohon yang berukuran kecil dan sedang.

Perlindungan:

Akhir-akhir ini banyak satwa dilindungi diminati untuk tujuan tertentu, salah satunya adalah hewan tarsius,
sehingga tarsiuspun sekarang menjadi incaran bagi pemburu dan penangkap untuk diperdagangkan.
Pengambilan secara terus menerus tanpa adanya usaha penggantian kembali memungkinkan keberadaan
populasi satwa tersebut di habitat aslinya mengalami penurunan. Ancaman yang dapat mempengaruhi
populasi Tarsius adalah persepsi masyarakat terhadap Tarsius, pestisida dan bahan kimia, penebangan
kayu, perburuan dan penangkapan.

Anda mungkin juga menyukai