Anda di halaman 1dari 33

i

LAPORAN PRAKTIKUM
(Enzim Katalase)




Pembimbing :
Drs. Riswanto M.pd
Disusun oleh:

1. Feri Haldi Tanjung
2. Henny Maria Sinaga
3. Kandaka Wusko
4. Lisnawati Siregar
5. Nairoha Juwita Pane
6. Syafrida Yanti Nasution


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 RANTAU UTARA
2014
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum biologi ini dapat
terselesaikan.
Laporan praktikum biologi ini berjudul Enzim Katalase. Laporan ini
menjelaskan tentang peran enzim katalase. Di samping itu, dijelaskan pula faktor-
faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase.
Penulisan dan penyusunan laporan praktikum biologi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Riswanto M.Pd selaku guru mata pelajaran Biologi yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam melakukan praktikum.
2. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum biologi ini.
Akhir kata, semoga laporan praktikum biologi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum biologi ini belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Rantauprapat, 13 September 2014

Penulis
ii

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6
A. Metabolisme ................................................................................................................................ 6
B. Enzim .......................................................................................................................................... 8
C. Enzim Katalase ......................................................................................................................... 14
D. Peroksisom ................................................................................................................................ 14
E. Larutan H
2
O
2
............................................................................................................................. 15
F. Larutan HCL ............................................................................................................................. 15
G. Larutan KOH ............................................................................................................................ 16


iii


BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 17
A. Waktu Pelaksanaan ................................................................................................................... 17
B. Variabel ..................................................................................................................................... 17
C. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 17
D. Cara Kerja ............................................................................................................................... 118
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 20
A. Tabel Pengamatan ..................................................................................................................... 20
B. Pembahasan ............................................................................................................................... 21
BAB V PENUTUP .............................................................................................................................. 26
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 26
B. Saran ......................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... 29

4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap organisme memerlukan makanan untuk tetap dapat menjaga
kelangsungan hidupnya. Aktivitas makan dilakukan semua makhluk hidup
tidak memandang usia, spesies, dan jenis kelamin. Makanan yang dikonsumsi
selanjutnya akan dicerna oleh tubuh melalui beragam proses. Hasil dari
proses tersebut selanjutnya akan berguna untuk pertumbuhan maupun
aktivitas makhluk hidup
Namun dari proses pencernaan makanan di dalam tubuh tentunya
tidak hanya menghasilkan zat/senyawa yang diperlukan tubuh, tetapi juga
dihasilkan zat-zat yang bersifat racun (toksin) bagi tubuh. Salah satunya
adalah senyawa hydrogen peroksida (H2O2). Senyawa ini di dalam tubuh
akan diuraikan oleh enzim yang terdapat di dalam peroksisom pada hati.
Enzim tersebut dinamakan enzim katalsae. Oleh sebab itu, peneliti akan
melakukan penelitian untuk mengetahui peranan enzim katalase dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase (Budi, 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan enzim katalase?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peranan enzim katalase.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase.

5

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui peranan enzim katalase.
2. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase.
3. Meningkatkan sikap ilmiah.





















6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metabolisme
Metabolisme (Yunani, metabole = perubahan) adalah seluruh proses kimia
yang berlangsung di dalam tubuh organisme / makhluk hidup. Dalam suatu
reaksi kimia terjadi perubahan struktur molekul dari satu zat atau lebih disertai
dengan pelepasan atau penyerapan energi. Secara keseluruhan, metabolisme
berkaitan dengan pengelolaan / pengaturan sumber daya materi dan energi di
dalam sel (Budi, 2004).
Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme merupakan penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih
sederhana dan memerlukan energi. Salah satu contoh anabolisme adalah
sintesis protein dari asam amino. Sebaliknya, katabolisme merupakan
pemecahan zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan
proses pelepasan energi. Proses utama dari katabolisme adalah respirasi
seluler. Pada proses respirasi seluler, glukosa dan bahan organik lainnya
dirombak menjadi karbon dioksida dan air. Organisme memperoleh energi
dari hasil pengubahan energi bebas di dalam makanan menjadi energi bebas
yang tersimpan dalam bentuk molekul adenosin trifosfat (ATP). Molekul ATP
berfungsi sebagai sumber bagi semua aktivitas organisme, antara lain sebagai
berikut.
1. Kerja mekanis.
Pergerakan atau lokomosi adalah salah satu cara hewan untuk melakukan
kerja mekanis yang terjadi akibat kontraksi sel otot.
2. Transpor aktif.
7

Energi dibutuhkan pada transpor aktif ion atau molekul melawan gradien
konsentrasi.
3. Produksi panas.
Energi merupakan sumber panas bagi organisme. Mamalia dan burung sangat
bergantung pada panas yang dihasilkan oleh tubuhnya untuk menjaga suhu
tubuh yang konstan. Pada umumnya, produksi panas merupakan hasil samping
dari proses perubahan energi yang lain di dalam sel. Konsentrasi otot diluar
kehendak (gemetar) digunakan untuk mencegah penurunan suhu tubuh sampai
di bawah normal.
4. Anabolisme.
Molekul ATP merupakan sumber energi yang digunakan untuk anabolisme di
dalam sel, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada makhluk hidup, banyak reaksi kimia yang terjadi secara simultan. Jika
kita melihat reaksi kimia satu per satu, akan sulit memahami aliran energi
yang terjadi di dalam sel. Namun demikian, ada panduan yang penting untuk
memahami metabolisme sel, yaitu sebagai berikut.
Semua reaksi kimia yang terjadi di dalam sel melibatkan enzim. Reaksi
tersebut melibatkan perubahan senyawa dalm suatu serial atau lintasan.
Lintasan tersebut dapat berupa lintasan lurus (linear) atau melingkar (siklik).
Metabolisme dilakukan untuk memperoleh energi, menyimpan energi,
menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, membentuk struktur sel,
merombak struktur sel, memasukkan atau mengeluarkan zat-zat, melakukan
gerakan, dan menanggapi rangsangan.
Reaksi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup terjadi secara optimal
pada suhu 27 (pada suhu ruang) atau pada suhu 37 . Pada suhu
8

tersebut, proses oksidasi akan berjalan lambat. Agar reaksi berjalan lebih cepat
diperlukan katalisator. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi,
tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Katalisator di dalam tubuh makhluk hidup
disebut biokatalisator. Contoh biokatalisator adalah enzim dan beberapa molekul
RNA yang disebut ribozim.
B. Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organik, sehingga disebut juga biokatalisator.
a. Komponen Enzim
Secara kimia enzim yang lengkap atau holoenzim tersusun dari dua
komponen :
a) Komponen protein (apoenzim)
Tersusun atas protein yang sifatnya labil (mudah berubah), tidak tahan panas
(termolabil) dan mudah terpengaruh oleh suhu dan tingkat keasaman.
b) Komponen nonprotein (gugus prostetik)
Tidak tersusun atas protein dan bersifat aktif. Biasanya berupa logam,
seperti besi, tembaga, seng, atau senyawa organik yang mengandung logam.
b. Cara Kerja Enzim
Molekul selalu bergerak dan saling bertumbukan satu sama
lainnya. Jika ada molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat
maka akan menempel pasa enzim. Tempat menempelnya molekul substrat
tersebut disebut sisi aktif. Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul
produk. Setelah enzim dihasilkan dari reaksi, enzim kemudian dilepaskan.
c. Mekanisme Kerja Enzim
9

Sebagian besar enzim yang diproduksi dalam sel-sel dari
organisme hidup. Produksi enzim dilakukan oleh sel, berdasarkan
instruksi dari gen sel itu. Jadi cacat pada gen dapat mengakibatkan enzim
rusak, yang tidak bekerja dengan baik. Struktur dan fungsi masing-
masing enzim berbeda. Mereka harus bertindak atas target yang berbeda,
yang bervariasi dari satu enzim ke enzim lainnya. Biasanya, enzim
tertentu dapat bertindak atas target tertentu saja. The tindakan enzim
berbeda dan kompleks dan sebagainya, ada berbagai teori tentang subjek
ini (Budi, 2004).
Secara umum, mekanisme kerja enzim dapat digambarkan sebagai
berikut. Setiap enzim bertindak atas target tertentu yang disebut substrat,
yang diubah menjadi produk yang dapat digunakan melalui aksi enzim.
Dengan kata lain, enzim bereaksi dengan substrat membentuk kompleks
enzim-substrat. Setelah reaksi selesai, enzim tetap sama, tapi substrat
mengubah produk. Misalnya, sukrase tindakan enzim pada substrat
sukrosa untuk membentuk produk - fruktosa dan glukosa (Sutanto,2002).
Teori lock and key: Ini adalah salah satu teori yang menjelaskan
mekanisme kerja enzim. Sesuai teori ini, masing-masing enzim memiliki
area spesifik (disebut situs aktif) yang dimaksudkan untuk substrat
tertentu untuk mendapatkan terpasang. Situs aktif enzim ini melengkapi
bagian tertentu dari substrat, sejauh bentuk yang bersangkutan. Substrat
akan masuk ke dalam situs aktif dengan sempurna, dan reaksi antara
mereka terjadi.

10


Gambar 1: Teori lock and key
Substrat yang tepat akan masuk ke dalam situs aktif enzim dan
membentuk kompleks enzim-substrat. Ini adalah di situs ini aktif bahwa
substrat ditransformasikan ke produk yang dapat digunakan. Setelah reaksi
selesai, dan produk yang dirilis, situs aktif tetap sama dan siap untuk
bereaksi dengan substrat baru. Teori ini didalilkan oleh Emil Fischer pada
tahun 1894. Teori ini memberikan gambaran dasar tentang aksi enzim
pada substrat. Namun, ada faktor-faktor tertentu yang tetap tidak dapat
dijelaskan. Sesuai teori ini, asam amino (dalam keadaan terikat) di situs
aktif bertanggung jawab untuk bentuk spesifik. Ada enzim tertentu yang
tidak membentuk bentuk apapun dalam bentuk terikat. Kunci dan teori
kunci gagal untuk menjelaskan aksi enzim tersebut (Siti Nurhasanah,
2005).
Teori Induced-fit: Teori ini dirumuskan oleh Daniel E. Koshland,
Jr pada tahun 1958. Teori ini juga mendukung hipotesis gembok dan kunci
bahwa situs aktif dan substrat cocok dan bentuk mereka saling
melengkapi. Menurut teori-induced fit, bentuk situs aktif tidak kaku. Hal
ini fleksibel dan perubahan, sebagai substrat datang ke dalam kontak
dengan enzim.
11

Untuk lebih tepatnya, sekali enzim mengidentifikasi substrat yang
tepat, bentuk perubahan situs aktifnya sehingga muat kedua persis. Hal
ini menyebabkan pembentukan kompleks enzim-substrat dan reaksi lebih
lanjut. Seperti teori ini menjelaskan mekanisme kerja berbagai enzim, itu
diterima secara luas daripada kunci dan hipotesis kunci.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
a. Suhu (temperatur)
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat
dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat.
Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim
yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat
menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada
suhu optimum, yaitu antara 30 40C.
Grafik kerja enzim diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 2 : Grafik kerja enzim
b. Derajat keasaman (pH)
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci
pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan
substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-
12

masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Sebagai contoh :
enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin
bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).
c. Konsentrasi enzim, substrat, dan kofaktor
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta
jumlah substrat berlebihan, maka laju reaksi sebanding dengan jumlah
enzim yang ada. Jika pH, suhu dan konsentrasi enzim dalam keadaan
konstan, maka reaksi awal hinga batas tertentu sebanding dengan
substrat yang ada. Jika enzim memerlukan suatu koenzim atau ion
kofaktor, maka konsentrasi substrat dapat menetukan laju reaksi.
Apabila konsentrasi enzim bertambah, maka reaksi akan semakin cepat.
Maka, dikatakan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi. Ilustrasi pada grafik sebagai berikut:

Gambar 3 : Grafik kerja enzim
Penambahan substrat akan juga menambahkan kecepatan reaksi. Akan
tetapi, ada suatu kondisi jenuh di mana penambahan substrat tidak lagi
akan berpengaruh pada kecepatan reaksi, sebab semua enzim telah
berikatan dengan substrat. Ilustrasi pada grafik sebagai berikut:
13


Gambar 4 : Grafik kerja enzim
d. Aktivator dan Inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara
enzim dengan substratnya. Inhibitor merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan
dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor. Ada 2 jenis
inhibitor, yaitu :
a) Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga
molekul tersebut berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada
sisi aktif enzim. Inhibitor kompetititf dapat diatasi dengan penambahan
konsentrasi substrat.
b) Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada
bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif
berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor
nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

14

C. Enzim Katalase
Katalase adalah enzim yang mengandung empat gugus heme, pada
tulang, membran mukosa, ginjal dan hati. Aktifitas enzim ditemukan dalam
mitokondria, sitoplasma dan peroksosom. Katalase memiliki empat rantai
polypeptide, masing-masing terdiri dari 500 lebih asam amino.
Hidrogen peroksida (H
2
O
2
) merupakan hasil dari respirasi dan dibuat
dalam seluruh sel hidup. H
2
O
2
berbahaya dan harus dibuang secepatnya.
Enzim katalase diproduksi sel untuk mengkatalis H
2
O
2
. Katalase berperan
sebagai enzim peroksidasi khusus dalam reaksi dekomposisi hydrogen
peroksida menjadi oksigen dan air. Enzim ini mampu mengoksidasi 1
molekul hydrogen peroksida menjadi oksigen. Kemudian secara simultan
juga dapat mereduksi molekul hydrogen peroksida kedua menjadi air.
Reaksi dapat berjalan bila terdapat senyawa pemberi ion hydrogen (2H
+
)
seperti methanol, etanol dan format. Peran katalase dalam mengkatalis H
2
O
2

relatif lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan pembentukannya.
Sel-sel yang mengandung katalase dalam jumlah sedikit sangat rentan
terhadap peroksida. Oleh karena itu katalase berperan penting dalam
mekanisme pertahanan sel darah merah terhadap serangan oksidaror
hydrogen peroksida (Sutanto,2002).

D. Peroksisom
Peroksisom (bahasa Inggris: peroxysome) adalah organel yang
terbungkus oleh membran tunggal dari lipid dwilapis yang mengandung
protein pencerap (reseptor). Peroksisom banyak terdapat dalam sel parenkim
hati dan sel tubulus kontortus proksimal ginjal. Fungsi peroksisom adalah
menghasilkan enzim katalase yang berfungsi menguraikan peroksida
hydrogen sebagai hasil samping fotorespirasi yang sangat toksik untuk sel,
15

menjadi H
2
0 dan 0
2
, merubah lemak menjadi karbohidrat, dan perubahan
senyawa purin dalam sel.

E. Larutan H
2
O
2

Hidrogen peroksida (H
2
O
2
) adalah cairan bening , agak lebih kental
daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Senyawa ini ditemukan oleh
Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Sebagai bahan kimia anorganik dalam
bidang industri, teknologi yang digunakan untuk Hidrogen Peroksida adalah
auto oksidasi Anthraquinone. Dengan ciri khasnya yang berbau khas
keasaman dan mudah larut dalam air, dalam kondisi normal (ambient)
kondisinya sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per
tahun. Salah satu keunggulan Hidrogen Peroksida dibandingkan dengan
oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak
meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan.
Hidrogen peroksida, atau H2O2, adalah larutan asam lemah berwarna biru
muda. Larutan hidrogen peroksida umumnya dijual dengan konsentrasi dari 3
hingga 10 persen. Hidrogen peroksida bisa digunakan untuk berbagai
keperluan mulai dari merawat rambut hingga memutihkan gigi.

F. Larutan HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan
yang sangat korosif. Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan
sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia
16

Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan
sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari
batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk
Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia
modern (Siti Nurhasanah, 2005).
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam
air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl
termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi
dalam perut dan secara alami membantu menghancurkan bahan makanan yang
masuk ke dalam usus.
G. Larutan KOH
Kalium hidroksida adalah basa kuat yang terbuat dari logam alkali kalium
yang bernomor atom 19 pada tabel periodik.












17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :Senin, 25 Agustus 2014
Pukul : 10.15 WIB - Selesai
Tempat : Lab.Biologi SMA N 3 RANTAU UTARA

B. Variabel
1. Variabel bebas : Suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi enzim
katalase (Hati Ayam), konsentrasi subsrat
2. Variabel terikat : Banyaknya gelembung, nyala bara dan tekanan
3. Variabel terkontrol : Penetesan H
2
O
2


C. Alat dan Bahan
a. Rak dan tabung reaksi
b. Pisau cutter
c. Pipet tetes
d. Lampu spiritus
e. Penjepit tabung reaksi
f. Lidi
g. Korek api
h. Hati ayam
i. H
2
O
2

j. KOH, HCl
k. Air
18

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memotong hati ayam bentuk dadu
3. Haluskan hati ayam di dalam gilingan.
4. Memasukan potongan hati kedalam tabung reaksi sebanyak 2 cm dari
tabung reaksi
5. Meneteskan 7 tetes pelarut (Aquades)
6. Meneteskan 10 tetes H
2
O
2
kedalamnya
7. Menutup rapat mulut tabung reaksi dengan ibu jari dan mengamati
gelembung yang terjadi
8. Membakar lidi hingga membara dan memasukkannya kedalam tabung
reaksi
9. Mengamati nyala bara api dan mencatat hasil pengamatan pada table.
Keterangan :
a. Perlakuan I ( Hati + H
2
O
2
+HCL)
Catatan: HCL yang digunakan dengan konsentrasi 0,5 M sebanyak 3
tetes.
b. Perlakuan II( Hati + H
2
O
2
+ KOH)
Catatan: KOH yang digunakan dengan konsentrasi 0,5 M sebanyak 3
tetes.
c. Perlakuan III ( Hati + H
2
O
2
)
d. Perlakuan IV ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Konsentrasi enzim katalase yang digunakan sebanyak 3 cm
dari tabung reaksi dan substrat yag digunakan sebanyak 15 tetes.
e. Perlakuan V ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Konsentrasi enzim katalase yang digunakan sebanyak 4 cm
dari tabung reaksi dan substrat yag digunakan sebanyak 15 tetes.
19

f. Perlakuan VI ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Konsentrasi enzim katalase yang digunakan sebanyak 5 cm
dari tabung reaksi dan substrat yag digunakan sebanyak 15 tetes.
g. Perlakuan VII ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Konsentrasi substrat yang digunakan sebanyak 10 tetes.
h. Perlakuan VIII ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Percobaan dilakukan pada suhu 15
o
C
i. Perlakuan IX ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Percobaan dilakukan pada suhu 35
o
C
j. Perlakuan X ( Hati + H
2
O
2
)
Catatan: Percobaan dilakukan pada suhu 45
o
C

20

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Gelembung Nyala Bara Tekanan
I Hati + H
2
O
2
+ HCL ++ ++ ++
II Hati + H
2
O
2
+ KOH ++++ ++ ++++
III Hati + H
2
O
2
++++ ++++ ++++
IV Hati + H
2
O
2
++ ++ ++
V Hati + H
2
O
2
++ ++ ++
VI Hati + H
2
O
2
++++ ++++ ++++
VII Hati + H
2
O
2
++ ++ ++
VII Hati + H
2
O
2
++++ ++++ ++++
VIII Hati + H
2
O
2
+ ++ ++
IX Hati + H
2
O
2
+ + +
X Hati + H
2
O
2
++ ++ ++
Keterangan :
+ : Sangat sedikit
++ : Sedikit
+++ : Sedang
++++ : Banyak
- : Tidak ada


21

B. Pembahasan
Enzim adalah katalis yang terbuat dari protein dan dihasilkan oleh
sel. Enzim mempunyai sifat spesifik yaitu hanya mengatalisis reaksi kimia
tertentu. Sepertihalnya enzim katalase yang hanya dihasilkan oleh organel
peroksisom. Enzim ini berfungsi menguraikan H
2
O
2
menjadi H
2
O dan O
2
dengan reaksi sebagai berikut :
2H
2
O
2

enzim katalase
2H
2
O + O
2

H
2
O yang dihasilkan dari reaksi berupa uap air. Sedangkan variable
terikat percobaan ini adalah banyaknya gelembung dan nyala api. Gelembung-
gelembung udara yang dihasilkan saat reaksi penetesan H
2
O
2
adalah bentuk dari
O
2.
O
2
diperlukan untuk reaksi pembakaran, bara api dari lidi digunakan untuk
menguji campuran yang terbentuk dari masing-masing perlakuan. Nyala api
akan terlihat saat bara api bereaksi dengan O
2
. Besar kecilnya nyala api dapat
menjadi indikasi kadar O
2
yang dihasilkan dalam proses katalisis
(Sutanto,2002).

a. Perlakuan I (Hati + H
2
O
2
+ HCL)
Terbentuknya gelembung membuktikan adanya kandungan enzim katalase
dalam organ hati. Hal ini disebabkan karena hati yang masih segar memiliki pH
netral dan suhu optimum sehingga enzim katalase di dalamnya aktif.
Penambahan HCL 0,5 M sebanyak 3 tetes memberikan pengaruh terhadap kerja
enzim katalase. Hal ini dikarenakan enzim katalase membutuhkan pH tertentu
untuk bekerja secara optimum. Penambahan HCL menyebabkan suasana
menjadi asam. Percobaan di laboratorium juga menunjukkan hal yang serupa,

22

yaitu dengan hasil berupa gelembung yang sedikit, bara api yang redup serta
tekanan yang lemah.
b. Perlakuan II ( Hati + H
2
O
2
+ KOH)
Penambahan KOH akan menyebabkan suasana menjadi basa. Enzim katalase
membutuhkan pH yang sesuai untuk bekerja secara maksimum. Penambahan
KOH akan menurunkan kapasitas dari kerja enzim. Pada perlakuan ini, tercatat
gelembung yang dihasilkan sedikit dan tidak ada nyala api. Hal tersebut menunjukkan
bahwa enzim katalase dalam hati tidak bekerja, karena
tidakH
2
O
2
menj adi ai r dan oks i gen. Hal t er s ebut di s ebabkan ka
r ena t er j adi nya rusaknya sisi aktif enzim yang menyebabkan enzim
tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya sehingga aktivasi enzim
menurun atau hilang. Denaturasi enzim perlakuan ini disebabkan oleh
penambahan NaOH yang bersifat basa dapat merubah kondisi di sekitar molekul
menjadi kondisi basa (pH>7). Sedangkan enzim katalase aktif pada pH netral
(pH=7). Hal ini didukung dengan hasil percobaan di Laboratorium yang
menyebutkan hal yang sama, yaitu dengan hasil berupa, bara api yang redup.
Namun pada percobaan kali ini dihasilkan gelembung yang banyak dan tekanan
yang kuat.
c. Perlakuan III ( Hati + H
2
O
2
)
Kondisi hati yang segar mempengaruhi kerja enzim katalase. Pada
percobaan kali ini digunakan hati yang segar dari ayam yang baru saja disembelih.
Setelah hati dipotong kemudian digiling. Pada percobaan kali ini hanya

23

ditambahkan pelarut berupa air (Aquades). Hal ini menyebabkan enzim katalase
dapat bekerja secara maksimum, dikarenakan pH dan suhu yang sesuai.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan bukti percobaan di Laboratorium yang
menunjukkan hal yang sama, yaitu dengan gelembung yang banyak, bara api yang
terang serta tekanan yang kuat.
d. Perlakuan IV ( Hati + H
2
O
2
)
Pada perlakuan ini, tercatat gelembung, bara api dan tekanan yang
dihasilkan sedang. Hal ini dikarenakan konsentrasi hati yang digunakan.
Konsentrasi hati yang digunakan akan berbanding lurus dengan enzim katalase
yang ada. Pada percobaan kali ini, digunakan konsentrasi hati sebanyak 3 cm
dari tabung reaksi. Hasil yang didapatkan dari percobaan di Laboratorium
mendukung teori yang sebelumnya juga menunjukkan hal yang sama.
e. Perlakuan V ( Hati + H
2
O
2
)
Percobaan kali ini menunjukkan hasil berupa, gelembung yang sedikit, bara
api yang redup serta tekanan yang sedang. Hasil ini berbeda signifikan dengan
teori yang menyatakan bahwa kerja enzim katalase berbanding lurus dengan
konsentrasi substrat. Hal ini diperkirakan terjadi karena perbedaan waktu dalam
pengamatan, sehingga hasil yang didapatkan pun menunjukkan hasil yang serupa
dengan teori. Pada percobaan kali ini digunakan waktu sedikit lebih lama
dibangdingkan percobaan-percobaan sebelumnya, sehingga hasilnyapun berbeda
siginifikan.

24

f. Perlakuan VI ( Hati + H
2
O
2
)
Pada percobaan kali ini, digunakan konsentrasi hati sebanyak 5 cm dari
tabung reaksi. Hasil percobaan di Laboratorium menunjukkan hasil berupa,
gelembung yang banyak, bara api yang terang serta tekanan yang kuat. Hasil ini
juga didukung dengan teori yang menyatakan bahwa kerja enzim katalase akan
berbanding lurus dengan konsentrasi hati yang digunakan.
g. Perlakuan VII ( Hati + H
2
O
2
)
Percobaan kali ini menggunakan konsentrasi substrat berupa Hidrogen
Peroxyda (H
2
O
2)
yang didesain sedemikian rupa sehingga percobaan dapat
menunjukkan pengaruh penambahan substrat terhadap kerja enzim katalase di
dalam hati. Pada percobaan ini digunakan konsentrasi substrat sebanyank 10 tetes.
Teori menyebutkan bahwa akan semakin optimum kerja enzim apabila terdapat
substrat yang optimum. Hal ini didukung oleh hasil percobaan di Laboratorium
yang menunjukkan jumlah gelembung yang sedang, bara api yang sedang serta
tekanan yang sedang.
h. Perlakuan VIII, IX dan X ( Hati + H
2
O
2
)
Pada percobaan VIII, IX dan X dilakukan percobaan pada suhu masing-
masing yaitu sebesar 15
0
C, 35
0
C dan 45
0
C. Pada ketiga percobaan didapatkan
hasil di Laboratourium yang menunjukkan bahwa suhu yang optimum bagi enzim
katalase untuk bekerja yaitu antara 35
0
C sampai 45
0
C. Seiring dengan
bertambahnya suhu, maka jumlah gelembung, nyala bara api serta tekanan akan

25

bertambah seiring bertambahnya suhu sampai tercapainya suhu yang optimum
bagi enzim.

















26

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Enzim katalase diproduksi oleh peroksisom, paling banyak ditemukan di
hati. Enzim katalase berperan dalam reaksi katalisis senyawa H
2
O
2
menjadi H
2
O dan O
2
.
2H
2
O
2

enzim katalase
2H
2
O + O
2
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase adalah :

1. Suhu

Enzim katalase dapat bekerja pada suhu optimum (30
o
C)

2. Derajat keasaman (pH)

Enzim katalase aktif pada pH netral (pH 7)

3. Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat

Semakin tinggi konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim, maka
kinerja enzim akan meningkat. Namun pada kondisi maksimum
kinerja enzim tidak dapat dipercepat kembali.


B. Saran
1. Melaksanakan percobaan sesuai dengan langkah kerja
2. Lebih teliti dalam pengamatan, terutama pengamatan saat munculnya
gelembung dan nyala api.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. Mengenal Sifat dan Fungsi Enzim Katalase.
http://www.anneahira.com/enzim-katalase.htm
Diambil tanggal 20 September 2012
Anonim. 2011. Enzim.
http://id.wikipedia.org/wiki/ Enzim
Diambil tanggal 20 September 2012
Anonim. 2009. Protein yang Mengandung Fe (Besi) : Enzim Katalase dan Ferritin.
http://smartbekantan.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan-1_12.html
Diambil tanggal 22 September 2012
Aryulina, Dyah. 2007. Biologi III. Jakarta:Esis
Asnawati, dkk. 2010. Enzim KATALASE (PROTEIN TERKAIT FE).
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2068678-
enzim-katalase-protein-terkait-fe/#ixzz1UtbM7D8Z
Diambil pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 10.54 WIB
Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A. 2004. Biologi edisi 5 jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Dewanti, Ayu . 2009. Laporan Biologi Enzim Katalase.
http://www.scribd.com/doc/52759785/ENzim-ktalaSE
Diambil tanggal 21 September 2012

28

Mukhlisah, Elis. 2010. Enzim Sebagai Katalisator.
http://emelizabiologi.blogspot.com/2010/10/enzim-sebagai-
katalisator.html
Diambil pada tanggal 16 September 2012 pukul 12.54 WIB
Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA XI. Bogor: Yudhistira.
Sudjadi, Bagod, dkk.2007. Biologi 3A SMA kelas XII. Jakarta:Yudhistira.
Syahira, Marvel Rian. 2011. Badan Mikro (Peroksisom dan Glioksisom).
http://marvelriansyahira.blogspot.com/2011/12/badan-mikro-peroksisom-
dan-glioksisom.html
Diambil pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 10.35 WIB
Syamsuri, Istamar. 2004. B i o l o g i u n t u k S MA k e l a s X I I . Malang:
Erlangga
Yani, Riana, dkk.2008. SMS Biologi 3A SMA kelas XII. Bandung: Rosda







29

LAMPIRAN





30


Lampu spritus


Tabung reaksi


Lidi

H
2
O
2



Uji O
2



Pipet

31






Hati + H
2
O
2



Uji O
2
hati rebus


Penjepit

32



Jantung + H
2
O
2

Anda mungkin juga menyukai