Anda di halaman 1dari 34

Laporan Praktikum Biologi

Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman terhadap Cara


Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam

Disusun oleh:

Nama : Justin Manuel Santoso


Kelas : XII MIPA 2 / 18

SMA FONS VITAE 1 JAKARTA


Jalan Matraman Raya 129
Telp. (021) 8510733 Fax. (021) 85908687
Email : info@fonsvitae-1.sch.id website : www.fonsvitae-1.sch.id

2021
Kata Pengantar

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Biologi yang berjudul
Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman terhadap Cara Kerja Enzim
Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Jois yang telah membantu saya baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman terhadap


Cara Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam. yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman terhadap Cara Kerja


Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam.ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Jakarta, 18 Agustus 2021

i
Daftar Isi

Bab I – Pendahuluan.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3
Bab II – Tinjauan Pustaka.................................................................................4
2.1 Kajian Teori.............................................................................................4
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian.................................................................14
2.3 Hipotesis 1 dan Hipotesis 0....................................................................16
Bab III – Metode Penelitian............................................................................18
3.1 Variabel Penelitian.................................................................................18
3.2 Rancangan Penelitian.............................................................................19
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................20
3.4 Alat dan Bahan.......................................................................................20
3.5 Cara Kerja..............................................................................................21
Bab IV – Data dan Pembahasan......................................................................24
4.1 Data Pengamatan....................................................................................24
4.2 Pembahasan............................................................................................24
Bab V – Kesimpulan dan Saran......................................................................26
5.1 Kesimpulan............................................................................................26
5.2 Saran.......................................................................................................26
Daftar Pustaka.................................................................................................27

ii
Daftar Gambar

Gambar 2. 1 Perbandingan energi aktivasi (EA) pada reaksi tanpa enzim dan jika
ada enzim.................................................................................................................8
Gambar 2. 2 Lock and Key Theory dan Induced Fit Theory...................................9
Gambar 2. 3 Perbedaan inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif............10
Gambar 2. 4 Perbandingan pH optimal pepsin dengan tripsin..............................11
Gambar 2. 5 Perbandingan laju reaksi yang dipengaruhi oleh inhibitor kompetitif,
nonkompetitif, dan tanpa inhibitor.........................................................................12
Gambar 2. 6 Pengaruh Konsentrasi enzim terhadap laju reaksi............................13
Gambar 2. 7 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi...........................13

Gambar 3.1 Langkah pertama................................................................................22


Gambar 3.2 Langkah kedua sampai ketiga............................................................22
Gambar 3.3 Langkah Keempat sampai kedelapan.................................................23
Gambar 3.4 Langkah kesembilan...........................................................................23

iii
Daftar Tabel

Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu..............................................................................16

Tabel 4. 1 Data Pengamatan..................................................................................24

iv
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Semua aktivitas hidup memerlukan energi. Bergerak, berpikir,
berolahraga, bahkan tidur pun memerlukan energi. Dari mana energi berasal?
Mobil mendapat energi dari bensin, sementara itu tubuh organisme mendapat
energi dari bahan makanan. Sumber energi untuk segala kehidupan kita berasal
dari cahaya matahari yang ditangkap oleh tumbuhan melalui klorofil. Selanjutnya,
dalam proses jaring-jaring makanan, energi yang terdapat dalam makanan masuk
dalam sistem pencernaan dan setelah dicerna menghasilkan zat-zat makanan. Zat-
zat makanan ini akan diangkut menuju sel-sel dan jaringan tubuh baik pada
konsumen pertama atau berikutnya. Zat makanan ini akan mengalami proses
katabolisme di dalam sel-sel tubuh.
Metabolisme berarti perubahan yang memiliki dua arti. Pertama, berubah
menjadi lebih kompleks disebut anabolisme, asimilasi, atau sintesis. Kedua,
berubah menjadi lebih sederhana disebut katabolisme atau disimilasi.
Metabolisme meliputi dua macam reaksi, yaitu anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme (biosintesis) merupakan proses pembentukan
makromolekul (lebih kompleks) dari molekul yang lebih sederhana.
Makromolekul yang dimaksud misalnya komponen sel (protein, karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat). Oleh karena proses pembentukannya memerlukan
energi bebas maka disebut reaksi endergonik.
Katabolisme merupakan proses pemecahan makromolekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana. Misalnya pengubahan karbohidrat menjadi
CO 2 dan H 2 O dalam proses respirasi. Proses ini menghasilkan energi bebeas
sehingga risebut reaksi eksergonik. Energi tersebut tersimpan dalam bentuk
molekul pembawa energi tinggi antara lain adenosin triphosphat (ATP) dan
nikotinamida adenin dinukleotida phosphat (NADPH). Semua proses

1
metabolisme (anabolisme dan katabolisme) merupakan reaksi enzimatis. Artinya,
reaksi itu terjadi melalui keterlibatan enzim.
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator
reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologi (makhluk hidup). Oleh
karena merupakan katalisator dalam sistem biologi, enzim sering disebut
biokatalisator. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari internal
maupun eksternal.
Studi Trisnawan (2014, 1) mengatakan bahwa Enzim Katalase adalah
enzim yang mengandung empat gugus heme yang bersifat antioksidan, ditemukan
pada hampir sebagian besar sel. Enzim ini terletak di dalam organel peroksisom.
Enzim Katalase ditemukan di semua jaringan, dan aktivitasnya yang tinggi
ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. Enzim
katalase mampu mengkatalisis reaksi penguraian hidrogen peroksida ( H 2 O2 )
melalui dua mekanisme kerja yaitu katalitik dan peroksidatik. Mekanisme enzim
katalase sebagai antioksidan melalui proses katalitik terjadi bila enzim katalase
menggunakan molekul H 2 O2 sebagai substrat atau donor elektron dan molekul
H 2 O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor elektron. H 2 O2 merupakan salah
satu senyawa Reactive Oxygen Species (ROS).
Senyawa peroksida harus segera diuraikan menjadi air ( H 2 O ) dan oksigen
(O2) yang tidak berbahaya. Enzim katalase mempercepat reaksi penguraian
peroksida ( H 2 O2 ) menjadi air dan oksigen. Penguraian peroksida ditandai dengan
timbulnya gelembung. Bentuk reaksi kimianya adalah:
2 H 2 O2 → 2 H 2 O+O2
Untuk membuktikan pengaruh enzim pada proses metabolisme, penulis
melakukan percobaan enzim katalase via virtual Lab Maya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:
1. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi kerja enzim?
2. Bagaimana pengaruh enzim katalase terhadap hidrogen peroksida?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kerja enzim.
2. Mengetahui pengaruh enzim katalase terhadap hidrogen peroksida.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat untuk pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang enzim, terutama
enzim katalase.
2. Manfaat untuk peneliti
Sebagai referensi tambahan untuk bahan kepentingan penelitian yang lebih
lanjut dan mendalam.

3
4
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Kajian Teori


I. Enzim
Enzim (bahasa Yunani, en = dalam, zyme = ragi) merupakan senyawa
protein yang diproduksi oleh sel-sel makhluk hidup dan berfungsi sebagai
biokatalisator. Enzim meningkatkan laju reaksi metabolisme tetapi tidak ikut
bereaksi. Peningkatan laju reaksi yang terjadi paling kecil adalah 106 kali
dibandingkan jika tidak dikatalisis.
Zat yang dipengaruhi oleh enzim disebut substrat, sedangkan hasil
reaksinya disebut produk. Nama enzim pada umumnya sesuai dengan nama
substratnya dan diberi akhiran -ase. Contohnya, lipase (mengubah lipid), selulase
(menguraikan selulosa), dan heksokinase (mengubah heksosa). Keseluruhan
proses dengan nama enzimnya dapat ditulis sebagai berikut.
Substrat (−substrat ) Enzim Produk(− produk )

Sukrosa+ H 2 O Sukrase Glukosa+ Fruktosa


A. Klasifikasi Enzim
Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dua macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Enzim intraseluler adalah enzim yang bekerja di dalam sel, contohnya
katalase. Enzim katalase mampu menguraikan senyawa hidrogen
peroksida ( H 2 O 2 ) yang merupakan racun bagi sel-sel tubuh menjadi
senyawa H 2 O dan O2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh. H 2 O2
merupakan produk sisa dari reaksi transpor pada respirasi aerob yang
setiap saat dapat terbentuk. Pada hewan dan manusia, katalase banyak
ditemukan dalam sel-sel hati, jantung, ginjal, sumsum tulang, membran

5
mukosa, dan darah. Sementara itu, pada sel tumbuhan, katalase banyak
ditemukan pada sel umbi kentang, kecambah, dan pucuk daun.
2. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang bekerja di luar sel. Contohnya
enzim-enzim pencernaan yang disekresikan oleh organ pencernaan
(pepsin, renin, atau lipase yang disekresikan oleh lambung). Enzim
ekstraseluler tersebut memengaruhi bahan makanan di dalam rongga organ
pencernaan, dengan kata lain terjadi di luar sel-sel.

Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Oksidoreduktase, mengatalisis reaksi oksidasi dan reduksi
2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus seperti glikosil, metil, atau
fosforil.
3. Hidrolase, mengatalisis pemutusan hidrolitik C – C, C – O, C – N, atau
ikatan lainnya.
4. Liase, mengatalisis pemutusan C – C, C – O, C – N, atau ikatan lain
dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap.
5. Isomerase, mengatalisis perubahan geometrik atau struktural dalam satu
molekul.
6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan
hidrolisis ATP.

B. Komponen Penyusun Enzim


Enzim yang lengkap tersusun atas senyawa protein dan nonprotein.
Komponen protein disebut apoenzim. Apoenzim bersifat labil (mudah berubah)
dan dipengaruhi oleh suhu dan pH. Bagian nonprotein disebut gugus prostetik.
Gugus prostetik dapat berupa ion anorganik maupun senyawa organik kompleks.
Gugus prostetik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya kalsium (Ca), klor
(Cl), natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam juga dapat dijadikan sebagai
kofaktor, misalnya seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan magnesium (Mg).
Kofaktor berfungsi sebagai katalis yang dapat meningkatkan fungsi enzim,

6
misalnya enzim ptialin dalam air ludah (saliva) akan bekerja lebih baik jika
terdapat ion klorida (Cl) dan kalsium (Ca). Enzim yang terikat dengan kofaktor
disebut holoenzim.
Gugus prostetik dari senyawa organik kompleks disebut koenzim,
contohnya B1, B2, B3, B5, B6, B11, B12, vitamin H, koenzim A, NAD+, FMN,
dan FAD+. Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron
dari satu enzim ke enzim lainnya. Diagram hubungan komponen penyusun enzim
adalah sebagai berikut.
Apoenzim (protein)

Komponen Enzim

Gugus prostetik (nonprotein)

Kofaktor (ion anorganik) Koenzim (senyawa organik kompleks

C. Sifat-Sifat Enzim
Enzim memiliki sifat-sifat berikut.
1. Enzim berupa koloid
Enzim memiliki sifat seperti protein lainnya, yaitu menggumpal jika
dipanaskan. Suhu yang panas akan mengubah struktur dan bentuk sisi aktif
enzim. Pada umumnya, enzim akan rusak pada suhu di atas 50 ℃.
Rusaknya enzim karena panas disebut denaturasi.

2. Enzim bekerja secara spesifik


Enzim hanya bekerja pada substrat tertentu. Contohnya, enzim ptialin di
dalam mulut hanya akan memengaruhi karbohidrat, meskipun di dalam
mulut terdapat protein dan lemak.

7
3. Enzim merupakan biokatalisator
Enzim berfungsi sebagai katalis yang akan mempercepat terjadinya reaksi
dengan cara menurunkan energi aktivasi (EA).

4. Enzim digunakan berulang kali


Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak ikut bereaksi.
Namun, enzim dapat rusak sehingga harus diganti.

5. Enzim hanya dibutuhkan sedikit


Karena enzim tidak ikut bereaksi sehingga dapat bekerja berulang kali,
maka jumlah enzim tidaklah terlalu banyak. Selama enzim tersebut tidak
rusak, tidak perlu diganti.

6. Kerja enzim bersifat bolak-balik


Pada umumnya, enzim dapat bekerja bolak-balik atau dia arah (reversible).
Artinya, enzim dapat menguraikan suatu senyawa dan juga dapat
menyusun senyawa itu kembali. Contohnya, maltase yang memengaruhi
maltosa. Jika terdapat maltosa lebih banyak daripada glukosa, reaksi
berlangsung dari kiri ke kanan. Sebaliknya, jika jumlah glukosa lebih
banyak daripada maltosa, maka reaksinya berlangsung dari kanan ke kiri.
Maltosa Maltase 2 glukosa

D. Cara Kerja Enzim


Enzim memiliki sisi aktif (berbentuk celah atau kantung) yang berfungsi
sebagai katalis. Enzim meningkatkan laju reaksi kimia dengan cara menurunkan
energi aktivasi (EA). Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan
agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi (EA) yang sangat besar
merupakan rintangan terjadinya reaksi sehingga energi aktivasi tersebut perlu
diturunkan. Pada beberapa reaksi metabolisme, diperlukan energi aktivasi yang
terlalu besar sehingga diperlukan suhu yang tinggi. Namun, suhu yang tinggi akan

8
merusak, bahkan bisa mematikan sel. Dengan adanya enzim, reaksi dapat
berlangsung tanpa merusak atau mematikan sel.

Gambar 2. 1 Perbandingan energi aktivasi (EA) pada reaksi tanpa enzim dan jika ada enzim

Enzim berbentuk tiga dimensi dengan sisi aktif yang sangat spesifik
sehingga hanya molekul substrat tertentu yang dapat berikatan. Dengan kata lain,
enzim tertentu dapat bekerja hanya pada substrat tertentu. Mula-mula enzim akan
berikatan dengan substrat. Setelah terbentuk produk, enzim akan terlepas kembali.
Ada dua teori yang dapat menerangkan kerja enzim terhadap substrat, yaitu teori
gembok dengan anak kuncinya (lock and key theory) dan teori kecocokan
yang terinduksi (induced fit theory).
1. Teori Gembok dengan Anak Kuncinya (Lock and Key Theory)
Bentuk sisi aktif enzim sangat spesifik sehingga substrat harus memiliki
bentuk molekul tertentu yang sesuai. Enzim akan bergabung dengan
substrat membentuk ikatan kompleks bagaikan gembok dengan anak
kuncinya. Namun, jika bentuk sisi aktif enzim dengan substrat tidak
cocok, tidak akan terjadi ikatan kompleks. Dalam ikatan kompleks,
substrat akan bereaksi dengan energi aktivasi (EA) yang rendah. Setelah
terjadi reaksi dan terbentuk produk, enzim akan terbebaskan. Ketika sisi
aktif enzim sudah kosong kembali tetapi masih tersedia molekul substrat
lainnya, akan terjadi ikatan dan reaksi kembali, dan seterusnya

9
2. Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory)
Enzim mempunyai bentuk sisi aktif yang fleksibel (bukan bentuk yang
kaku). Pada saat substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
enzim akan termodifikasi melingkupi substrat sehingga terbentuk ikatan
kompleks antara enzim dengan substrat. Setelah produk terlepas, sisi aktif
enzim akan kembali seperti semula. Jika masih ada substrat yang lain,
akan terjadi ikatan kompleks kembali dan seterusnya.

Gambar 2. 2 Lock and Key Theory dan Induced Fit Theory

E. Penghambat Kerja Enzim (Inhibitor)


Senyawa kimia tertentu secara selektif dapat menginhibisi (menghambat)
kerja enzim spesifik. Berdasarkan sifat ikatannya, inhibitor dapat dibedakan
menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Inhibitor irreversible, jika inhibitor berikatan dengan sisi aktif enzim secara
kovalen sehingga mempunyai ikatan yang kuat dan tidak dapat terlepas. Hal
tersebut menyebabkan enzim menjadi tidak aktif dan tidak dapat kembali
seperti semula.
2. Inhibitor reversible, jika inhibitor berikatan dengan enzim secara lemah.
Artinya, inhibitor dapat terlepas kembali dari enzim sehingga enzim dapat
kembali aktif seperti semula.

10
Inhibitor reversible dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu inhibitor
reversible kompetitif dan inhibitor reversible nonkompetitif.
a. Inhibitor reversible kompetitif menempati sisi aktif enzim dengan cara
bersaing dengan substrat. Penghambatan ini dapat dihilangkan dengan cara
menambah jumlah konsentrasi substrat sehingga jumlah substrat akan lebih
banyak daripada jumlah inhibitor. Contohnya, gas sianida yang bersaing
dengan oksigen untuk dapat berikatan dengan hemoglobin (Hb). Jika jumlah
oksigen diperbanyak, sianida yang merupakan inhibitor akan kalah bersaing
dengan oksigen sebagai substrat.
b. Inhibitor reversible nonkompetitif tidak bersaing secara langsung dengan
substrat untuk menempati sisi aktif enzim, tetapi akan menempati bagian lain
dari enzim. Interaksi ini akan menyebabkan molekul enzim mengubah
bentuknya sehingga sisi aktif enzim menjadi tidak reseptif atau tidak bisa
menerima substrat. Akibatnya, enzim menjadi kurang efektif dalam
mengatalisis perubahan substrat menjadi produk. Contohnya antibiotik
penisilin yang membatasi sisi aktif enzim-enzim pada bakteri untuk
membentuk dinding sel.

Gambar 2. 3 Perbedaan inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif

11
F. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim
Faktor-faktor yang memengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut.
1. Suhu
Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
suhu sampai pada titik tertentu karena molekul substrat bergerak lebih
cepat dan lebih sering bertumbukan dengan tempat sisi aktif. Namun, di
luar suhu tersebut, laju reaksi enzimatik akan menurun drastis akibat
terputusnya ikatan hidrogen dan ikatan ionik lainnya yang merangkai
molekul enzim. Hal ini menyebabkan enzim mengalami denaturasi
(terjadi perubahan atau modifikasi terhadap konformasi protein). Setiap
enzim memiliki suatu suhu optimal, yaitu suhu ketika laju reaksi enzim
paling cepat. Sebagian besar enzim manusia memiliki suhu optimal sekitar
35 ℃−40℃. Pada suhu di atas dan di bawah 0 ℃, enzim tidak dapat
bekerja tetapi enzim tidak rusak sehingga jika keadaan suhu normal
kembali enzim dapat bekerja lagi. Pada suhu tinggi di atas 55 ℃, enzim
akan rusak.

2. Derajat Keasaman (pH)


Sebagian besar enzim memiliki pH optimal sekitar 6-8. Namun, pepsin
(enzim pencernaan dalam lambung) bekerja paling baik pada lingkungan
asam, yaitu pH 2. Tripsin dalam usus bekerja pada lingkungan basa
dengan pH optimal 8.

Gambar 2. 4 Perbandingan pH optimal pepsin dengan tripsin

12
3. Inhibitor (Zat Penghambat)
Insektisida seperti DDT (dichloro diphenyl trichloroethane), dieldrin,
endrin, karbamat, dan paration dapat membunuh hama, hewan, bahkan
manusia dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase (enzim
sistem saraf). Contoh inhibitor lainnya adalah aspirin yang digunakan
sebagai obat. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang
memproduksi pembawa pesan peradangan prostaglandin sehingga dapat
menekan peradangan dan rasa sakit.

Gambar 2. 5 Perbandingan laju reaksi yang dipengaruhi oleh inhibitor kompetitif, nonkompetitif, dan tanpa
inhibitor

4. Aktivator
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim
dengan substrat. Biasanya zat ini bergabung dengan enzim pada tempat
yang disebut sisi alosterik sehingga disebut efektor alosterik.
Penggabungan antara efektor alosterik dan enzim menyebabkan perubahan
pada bentuk molekul enzim sehingga sisi aktif enzim cocok dengan
substrat dan kerja enzim menjadi lebih efektif. Contohnya, ion klorida (Cl)
yang mengaktifkan amilase dalam saliva (air ludah).

13
5. Konsentrasi Enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin cepat proses terjadinya reaksi.
Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan laju reaksi.

6. Konsentrasi Substrat
Jika sisi aktif enzim belum bekerja seluruhnya, penambahan konsentrasi
substrat dapat mempercepat terjadinya reaksi. Namun, jika semua sisi aktif
enzim sudah bekerja, penambahan konsentrasi substrat tidak akan
mempercepat reaksi. Dengan kata lain, konsentrasi substrat berada pada
titik jenuh atau kecepatan reaksi sudah maksimal.

7. Zat Hasil (Produk)


Dalam kondisi normal, reaksi awal akan berlangsung secara cepat. Namun,
jika sudah terbentuk penimbunan produk, laju reaksi akan melemah. Jika
penimbunan produk disingkirkan, reaksi akan kembali cepat.

Gambar 2. 6 Pengaruh Konsentrasi enzim terhadap laju reaksi

14
Gambar 2. 7 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian


Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan
dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian
ini. Maka dalam kajian pustaka ini penulis mencamtukan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Rahmat Solaemansyur academia.co.id (2020)


Penelitian Rahmat Solaemansyur (2020) pada academia.co.id, berjudul
“Laporan Praktikum Enzim Katalase”. Penelitian ini merupakan penelitian
yang menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana pengaruh enzim katalase terhadap hidrogen
peroksida dan mengetahui peran enzim katalase pada percobaan
menggunakan hati ayam dengan suhu yang berbeda juga suasana yang
berbeda.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa enzim
katalase bekerja dengan menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Selain itu, enzim katalase tidak menjadi rusak dan mampu apabila
bekerja secara optimal pada suasana asam maupun basa. Terakhir, enzim
katalase juga mampu bekerja dalam kondisi suhu yang berbeda.

2. Hasil Penelitian Priscilla Vinda (2013)


Penelitian Priscilla Vinda (2013), berjudul “Pengaruh Inhibitor terhadap
Cara Kerja Enzim Katalase”. Penelitian ini merupakan penelitian yang

15
menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh inhibitor terhadap cara kerja enzim katalase.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa inhibitor
memiliki pengaruh terhadap cara kerja enzim. Pada saat ekstrak hati ayam
yang telah di campur dengan air cuka/air soda/garam dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi hidrogen peroksida terdapat gelembung
yang banyak, karena disebabkan oleh penguraian hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen. Penguraian yang menghasilkan oksigen tersebut
membuat bara api yang dinyalakan dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi mati. Sehingga inhibitor ini sangat memengaruhi cara kerja enzim
katalase karena enzim ini bekerja tidak maksimal.

Metode
Nama Judul Variabel Hasil Analisis
Analisis
Rahmat Laporan Suhu, Eksperime enzim katalase bekerja
Solaemansyu Praktikum derajat n dengan menguraikan
r (2020) Enzim keasaman, hidrogen peroksida
Katalase gelembung, menjadi air dan
bara api, oksigen. Selain itu,
ekstrak hati enzim katalase tidak
ayam, menjadi rusak dan
hidrogen mampu apabila
peroksida bekerja secara optimal
pada suasana asam
maupun basa.
Terakhir, enzim
katalase juga mampu
bekerja dalam kondisi
suhu yang berbeda.
Priscilla Pengaruh Suhu, Eksperime inhibitor memiliki
Vinda (2013) Inhibitor derajat n pengaruh terhadap

16
terhadap keasaman, cara kerja enzim. Pada
Cara gelembung, saat ekstrak hati ayam
Kerja bara api, yang telah di campur
Enzim ektrak hati dengan air cuka/air
Katalase ayam, soda/garam
hidrogen dimasukkan ke dalam
peroksida, tabung reaksi yang
air cuka, berisi hidrogen
air soda, peroksida terdapat
garam gelembung yang
banyak, karena
disebabkan oleh
penguraian hidrogen
peroksida menjadi air
dan oksigen.
Penguraian yang
menghasilkan oksigen
tersebut membuat bara
api yang dinyalakan
dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
mati. Sehingga
inhibitor ini sangat
memengaruhi cara
kerja enzim katalase
karena enzim ini
bekerja tidak
maksimal.
Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu

2.3 Hipotesis 1 dan Hipotesis 0

17
a. Hipotesis 1
Hipotesis 1 adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Hipotesis 1 dari
penelitian ini adalah suhu dan derajat keasaman memengaruhi cara kerja
enzim katalase pada ekstrak hati ayam. Hal ini terbukti dari hasil-hasil
penelitian terdahulu bahwa suhu kamar dan derajat keasaman sekitar 6-8
memengaruhi banyaknya gelembung pada hasil reaksi antara hidrogen
peroksida dengan ekstrak hati ayam
b. Hipotesis 0
Hipotesis 0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Artinya, dalam
rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidakbenaran variabel. Hipotesis 0
dari penelitian ini adalah suhu dan derajat keasaman tidak memengaruhi
cara kerja enzim katalase pada ekstrak hati ayam.

18
19
Bab III
Metode Penelitian

3.1 Variabel Penelitian


Variabel Bebas

Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang


menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan
sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.

Dalam penelitian berjudul “Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman


terhadap Cara Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam.”,
variabel bebasnya adalah suhu dan derajat keasaman

Variabel Terikat

Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat karena adanya Variabel Bebas. Disebut Variabel Terikat
karena variabel ini dipengaruhi oleh Variabel Bebas.

Dalam penelitian berjudul “Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman


terhadap Cara Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam”,
variabel terikatnya adalah hubungan antara enzim katalase dengan ekstrak
hati ayam, yaitu gelembung dan bara api.

Variabel Kontrol

Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat


konstan sehingga hubungan Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol
berfungsi untuk mengetahui hasil percobaan yang lebih pasti.

20
Dalam penelitian berjudul “Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman
terhadap Cara Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam”,
variabel kontrolnya adalah hati ayam dan hidrogen peroksida ( H 2 O 2 ).

Variabel Penganggu

Variabel pengganggu merupakan variabel yang mengganggu


pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
(Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian berjudul “Pengaruh Suhu dan Derajat Keasaman


terhadap Cara Kerja Enzim Katalase dengan Ekstrak Hati Ayam”,
variabel pengganggunya adalah kondisi internet yang tidak stabil dan
kualitas gadget yang berbeda-beda, karena penelitian ini berbasis online
yang menggunakan virtual lab, sehingga kondisi internet setiap peneliti
dan kualitas gadget yang digunakan berbeda-beda.

3.2 Rancangan Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan
para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk
memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data
empiris lapangan.
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir
dan meramalkan hasilnya. Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel bebas
(suhu dan derajat keasaman) terhadap variabel terikat (gelembung dan bara api).

21
2. Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan berupa
variabel bebas, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi
perlakuan apapun atau diberi perlakuan natural (Azwar, 2007: 110).
Berdasarkan pengertian di atas, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dari penelitian ini sebagai berikut.
 Kelompok Eksperimen : Tabung 2-5 yang diberi perlakuan variabel bebas
berupa penambahan cairan asam, cairan basa, suhu
yang dinaikkan dan diturunkan.
 Kelompok Kontrol : Tabung 1 yang tidak diberi perlakuan apapun.
Tabung ini tidak diberi perlakuan karena
sudah terbukti bahwa ekstrak hati ayam yang
diberikan hidrogen peroksida akan memberikan
reaksi berupa gelembung dan bara api.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di rumah peneliti menggunakan laman web
yang sudah diberikan dan durasi waktu penelitian adalah 3 hari, mulai dari 18
Agustus–20 Agustus 2021, meliputi persiapan, pelaksanaan, pengumpulan data,
dan pencarian referensi. Pengumpulan data dilakukan sejak hari pertama
penelitian berlangsung. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dan
dikembangkan.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
 5 tabung reaksi berukuran 10 ml
 5 buah ekstrak hati ayam
 Pengecek kadar oksigen

22
 Pipet
 Larutan H 2 O2
 Larutan HCl
 Larutan NaOH

3.5 Langkah Kerja


1. Buka lawan web
https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/Experiments/enzymcatalase/#/.
2. Siapkan lima tabung reaksi dengan volume masing-masing 2 ml.
3. Isi kelima tabung tersebut dengan hati ayam.
4. Tabung pertama tidak perlu diberi tambahan apapun (pH 7 dan suhu 25 ℃
).
5. Tambahkan larutan HCl pada tabung kedua sehingga pH akan berubah
dari 7 menjadi 2.
6. Tambahkan larutan NaOH pada tabung ketiga sehingga pH akan berubah
dari 7 menjadi 11.
7. Ubahlah suhu tabung keempat dari 25 ℃ menjadi −10 ℃.
8. Ubahlah suhu tabung kelima dari 25 ℃ menjadi 80 ℃.
9. Berikan kelima tabung tersebut tetesan larutan H 2 O2 , amati perubahan apa
saja yang terjadi.
10. Cek kadar oksigen kelima tabung tersebut

23
Gambar 3.1 Langkah pertama

Gambar 3.2 Langkah kedua sampai ketiga

24
Gambar 3.3 Langkah Keempat sampai kedelapan

Gambar 3.4 Langkah kesembilan

25
Bab IV
Data dan Pembahasan

4.1 Data Pengamatan


Data yang disajikan berupa tabel yang mendeskripsikan hasil reaksi kelima
tabung di atas.

Keadaan Setelah diberikan H 2 O 2


Tabung Ekstrak + Larutan/Suhu
Gelembung Bara Api
1 Hati Ayam 🗸 🗸
2 Hati Ayam + HCl ❌ ❌
3 Hati Ayam + NaOH ❌ ❌
4 Hati Ayam + Suhu −10 ℃ ❌ ❌
5 Hati Ayam + Suhu 80 ℃ ❌ ❌
Tabel 4. 1 Data Pengamatan

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan dan data yang tertera di atas, ekstrak hati ayam
yang tidak diberikan perlakuan apapun (tabung 1) ketika diberikan larutan H 2 O 2
mempunyai hasil reaksi berupa gelembung dan bara api yang menandakan adanya
oksigen pada reaksi tersebut. Sedangkan ekstrak hati ayam yang diberikan
perlakuan berupa penambahan HCl (tabung 2), NaOH (tabung 3), suhu yang
diturunkan ke −10 ℃ (tabung 4), dan suhu yang dinaikkan ke 80 ℃ (tabung 5)
tidak memiliki reaksi gelembung maupun bara api yang menandakan adanya
oksigen.
Hasil pada tabung 1 sesuai dengan hipotesis 1 bahwa suhu kamar (25 ℃)
dan derajat keasaman sekitar 6-8 memberikan hasil yang optimal dengan larutan
H 2 O2 , dengan menghasilkan gelembung dan bara api yang menandakan adanya
oksigen dalam reaksi tersebut.
Sedangkan untuk tabung 2 dan tabung 3, hasil yang diberikan sesuai
dengan kajian teori, di mana enzim akan bekerja secara optimal ketika berada

26
pada pH 6-8. Ketika tabung 2 dan tabung 3 diberikan masing-masing larutan HCl
dan NaOH, terjadi penurunan dan kenaikan pH dari 7 menjadi 2 dan dari 7
menjadi 11, sehingga enzim tidak akan bekerja ketika direaksikan dengan
hidrogen peroksida ( H 2 O2 ).
Begitupun dengan tabung 4 dan tabung 5, terbukti bahwa kedua tabung
tersebut tidak memiliki reaksi berupa gelembung maupun bara api karena suhu
enzim tidak sesuai dengan suhu optimal. Pada suhu di atas dan di bawah 0℃,
enzim tidak dapat bekerja tetapi enzim tidak rusak sehingga jika keadaan suhu
normal kembali enzim dapat bekerja lagi. Pada suhu tinggi di atas 55℃, enzim
akan rusak.

27
Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari penelitian di atas adalah sebagai berikut.
 Faktor yang memengaruhi cara kerja enzim antara lain suhu, derajat
keasaman (pH), inhibitor, aktivator, konsentrasi enzim, konsentrasi
substrat, dan zat hasil.
 Pengaruh enzim katalase terhadap hidrogen peroksida dapat dilihat dari
eksperimen di atas, yaitu hidrogen peroksida hanya akan bekerja jika suhu
dan derajat keasamannya sesuai, jika terlalu tinggi atau terlalu rendah,
maka hidrogen peroksida tidak akan bereaksi dengan ekstrak hati ayam.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan selama praktikum, maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih detail pada keterampilan
praktikum, sebaiknya dikembangkan lagi indikator-indikator lainnya
sesuai konsep dan keterampilan yang dipelajari
2. Melakukan revisi terhadap skala penilaian dan keterampilan praktikum
yang lebih optimal.

28
Daftar Pustaka

Fajrinur. 2016. “Percobaan Enzim Katalase.” Diakses pada 18 Agustus 2020 pada
pukul 16.24 WIB. http://fajrinur19.blogspot.com/2016/10/percobaan-
enzim-katalase.html.
Hayati, Rifni. 2020. “Uji Kerja Enzim Katalase pada Hati dan Kentang.” Diakses
pada 17 Agustus 2020 pada pukul 15.00 WIB.
https://rifnihayati.gurusiana.id/article/2020/2/uji-kerja-enzim-katalase-
pada-hati-dan-kentang-840654?ba_status=not-logged&ba_status=not-
logged&ba_status=not-logged&ba_status=not-
logged&bima_access_status=not-logged.
Irnaningtyas. 2018. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Ed Revisi 2013. Jakarta :
Erlangga.
Malik, dkk. 2014. “Kerja Enzim Katalase.” Diakses pada 17 Agusstus 2020 pada
pukul 17.03 WIB.
https://www.academia.edu/15496154/KERJA_ENZIM_KATALASE
Sembiring, Langkah, dan Sudjino. 2009. Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Solaemansyur, Rahmat. 2020. “Laporan Praktikum Enzim Katalase.” Diakses
pada 20 Agustus pada pukul 18.35 WIB. https://academia.co.id/laporan-
praktikum-enzim-katalase/
Trisnawan, Made. T.t. “Bab I KTI.” Diakses pada 19 Agustus pukul 14.52 WIB.
http://eprints.undip.ac.id/44822/2/Made_Helthayana_Trisnawan_2201011
0120138_BAB_I_KTI.pdf.
Vinda, Priscilla. 2013. “Pengaruh Inhibitor terhadap Cara Kerja Enzim Katalase.”
Diakses pada 18 Agustus 2020 pada pukul 19.22 WIB.
https://www.slideshare.net/priscilliavinda/pengaruh-inhibitor-terhadap-
cara-kerja-enzim-katalase-27607522.

29

Anda mungkin juga menyukai