TINJAUAN PUSTAKA
Kottelat dkk. (1993) telah merevisi nama kelas Labeobarbus menjadi Tor.
Secara morfologi Tor soro dapat memiliki panjang maksimal 1 meter dengan
lateral lineralis 24-28, Tor tambra dapat memiliki panjang maksimal 1 meter
dengan lateral lineralis 22-24 dan Tor tambroides dapat mencapai panjang
maksimal 0,7 meter. Tor soro memiliki sirip dubur lebih pendek dari pada sirip
punggung, bibir bawah tanpa celah di tengah. Tor tambra memiliki cuping
berukuran sedang pada bibir bawah tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari
terakhir sirip punggung yang mengeras lebih pendek dari pada kepada tanpa
Labeobarbus memiliki ciri-ciri sirip punggung yang licin, kepala tidak berkerucut,
antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik.
2.1. Habitat Ikan Garing
Haryono (2006) menyebutkan bahwa ikan sapan atau semah (Tor tambroides
Blkr.) lebih dikenal dengan nama baku Tambra atau Mahseer. Jenis ikan ini
termasuk dalam suku Cyprinidae bersama-sama dengan ikan mas, tawes dan
nilem. Kerabat ikan Semah (Tor tambra) di dunia telah diketahui sebanyak 20
yaitu: Tor tambroides Blkr., T. tambra (C.V.), T. Douronensis (C.V.), dan T. soro
(C.V.). Sinonim dari kelas Tor adalah Labeobarbus untuk membedakan keempat
jenis kerabat ikan tambra yang berasal dari Indonesia sementara ini masih
berdasarkan ada tidaknya cuping pada bibir bawah dan ukuran cuping itu sendiri
bagian hulu sungai di daerah perbukitan dengan air yang jernih dan berarus kuat
Tor sp. tersebar luas di sungai pegunungan seluruh Semenanjung Melayu dan
Menurut Hardjamulia dkk. (1995) yang memaparkan bahwa ikan Garing (Tor
tambra ) memiliki nama lain yang berbeda di berbagai daerah seperti dikenal
dengan ikan Semah yang merupakan jenis ikan yang terdapat di Danau Ranau
dan di Sungai Selabung, Sumatera Selatan. Ikan Semah (nama lokal di Sumatera
Selatan dan Jambi) mempunyai nama lokal lainnya, seperti Kancera (Jawa Barat),
Garing.
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak
tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu
oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik
seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses
Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu
air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisika yang sangat
penting di air. Dalam Pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah Thermometer.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering
disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif
2) Kecepatan Arus
arus yang sangat cepat (> 1 m/detik), arus yang cepat (0,5 1 m/detik), arus yang
sedang (0,25 0,5 m/detik), arus yang lambat (0,10,25 m/detik) dan arus yang
sangat lambat (< 0,1 m/detik). Arus dalam perairan mengalir merupakan faktor
pembatas karena plankton -plankton yang merupakan makanan bagi nekton tidak
dapat bertahan dan cenderung untuk terbawa arus.Hal ini merupakan faktor
Arus merupakan ciri utama dari jenis perairan mengalir. Kecepatan arus
dapat bervariasi sangat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran yang sama
(membujur atau melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu serta
kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat
menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah ( keasaman yang tinggi )
kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada
suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 8,7 (Kardi dan Andi,
2007).
menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion
hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas
sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/
basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion
hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam.
Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan
keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Barus, 2004).
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basalemah. Nilai pH
berbagai senyawa logam yang bersifat toksi semakin tinggi yang tentunya akan
kualitas air tersebut (Rakhmanda, 2011). Adapun sumber utama oksigen dalam
suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen dari
udara, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Semakin
tinggi suhu dan salinitas yang dimiiki sebuah perairan maka perairan tersebut akan
memiliki nilai DO yang rendah, demikian sebaliknya nilai DO akan tingi jika
perairan tersebut memiliki suhu dan salinitas yang rendah. Demikian juga terhadap
lapisan permukaan air nilai DO suatuperairan akan semakin rendah seiring dengan
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik, seperti diketahui bahwa DO
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan
oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
mengurai 1 kg limbah organik pakan diperlukan oksigen terlarut sebesar 0,2 kg.
dasar perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina
Rupa Aksara: Jakarta.
Haryono.2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides Blkr) yang Eksotik
dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bogor. (2):195-198.
Haryono dan Subagja, J. 2008. Populasi dan Habitat Ikan Tambra, Tor
Tambroides (Bleeker, 1894) di Perairan Kawasan Pegunungan Muller
Kalimantan Tengah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bogor.9(4):1-307
Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Alih Bahasa. Cahyono,S. FMIPA IPB.
Gadjah Mada University Press. 625p