Anda di halaman 1dari 9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Garing

Klasifikasi ikan Garing menurut Kottelat,dkk.(1993) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia, Phylum :Chordata,Class:Actinopterygii,

ordo :Cypriniformes, Family : Cyprinidae, Kelas : Tor, Spesies: Tor tambra

Gambar 1. Tor tambra

Kottelat dkk. (1993) telah merevisi nama kelas Labeobarbus menjadi Tor.

Secara morfologi Tor soro dapat memiliki panjang maksimal 1 meter dengan

lateral lineralis 24-28, Tor tambra dapat memiliki panjang maksimal 1 meter

dengan lateral lineralis 22-24 dan Tor tambroides dapat mencapai panjang

maksimal 0,7 meter. Tor soro memiliki sirip dubur lebih pendek dari pada sirip

punggung, bibir bawah tanpa celah di tengah. Tor tambra memiliki cuping

berukuran sedang pada bibir bawah tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari

terakhir sirip punggung yang mengeras lebih pendek dari pada kepada tanpa

moncong. Sedangkan menurut Saanin (1984) menyebutkan bahwa kelas

Labeobarbus memiliki ciri-ciri sirip punggung yang licin, kepala tidak berkerucut,

antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik.
2.1. Habitat Ikan Garing

Haryono (2006) menyebutkan bahwa ikan sapan atau semah (Tor tambroides

Blkr.) lebih dikenal dengan nama baku Tambra atau Mahseer. Jenis ikan ini

termasuk dalam suku Cyprinidae bersama-sama dengan ikan mas, tawes dan

nilem. Kerabat ikan Semah (Tor tambra) di dunia telah diketahui sebanyak 20

jenis yang tersebar di kawasanAsia, sedangkan di Indonesia terdapat empat jenis,

yaitu: Tor tambroides Blkr., T. tambra (C.V.), T. Douronensis (C.V.), dan T. soro

(C.V.). Sinonim dari kelas Tor adalah Labeobarbus untuk membedakan keempat

jenis kerabat ikan tambra yang berasal dari Indonesia sementara ini masih

berdasarkan ada tidaknya cuping pada bibir bawah dan ukuran cuping itu sendiri

(Kottelat et al., 1993 dan Roberts, 1999).

Kelompok ikan Garing merupakan penghuni sungai pada hutan tropis

terutama pada kawasan pegunungan.Habitat asli ikan tambra umumnya pada

bagian hulu sungai di daerah perbukitan dengan air yang jernih dan berarus kuat

(Haryono dan Subagja, 2008).Persebaran ikan Garing berada pada daerah

Sumatera, Jawa, Malaya, Burma, Thailand dan Indochina (Kottelat dkk.,1993).

Tor sp. tersebar luas di sungai pegunungan seluruh Semenanjung Melayu dan

kepulauan Indonesia termasuk Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Roberts, 1999).

Menurut Hardjamulia dkk. (1995) yang memaparkan bahwa ikan Garing (Tor

tambra ) memiliki nama lain yang berbeda di berbagai daerah seperti dikenal

dengan ikan Semah yang merupakan jenis ikan yang terdapat di Danau Ranau

dan di Sungai Selabung, Sumatera Selatan. Ikan Semah (nama lokal di Sumatera

Selatan dan Jambi) mempunyai nama lokal lainnya, seperti Kancera (Jawa Barat),

Garing (Sumatera Barat), Silap (Kalimantan Barat), Padak (Kalimantan Selatan),


sedangkan di Sumatera Utara lebih dikenal dengan nama ikan Jurung dan ikan

Garing.

2.3. Kualitas Air

2.2.1. Parameter Fisikaa

1) Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau

kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan

dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai

dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak

tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu

air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama

dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan

konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan

oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik

seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses

metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).

Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu

air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan

metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisika yang sangat

penting di air. Dalam Pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah Thermometer.

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering
disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif

sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008).

2) Kecepatan Arus

Menurut Mason (1981) diacu Gonawi (2009), kecepatan arus merupakan

faktor penting di perairan. Kelompok sungai berdasarkan kecepatan arus yaitu:

arus yang sangat cepat (> 1 m/detik), arus yang cepat (0,5 1 m/detik), arus yang

sedang (0,25 0,5 m/detik), arus yang lambat (0,10,25 m/detik) dan arus yang

sangat lambat (< 0,1 m/detik). Arus dalam perairan mengalir merupakan faktor

pembatas karena plankton -plankton yang merupakan makanan bagi nekton tidak

dapat bertahan dan cenderung untuk terbawa arus.Hal ini merupakan faktor

pembatas bagi jenis nekton untuk memperoleh makanan.

Arus merupakan ciri utama dari jenis perairan mengalir. Kecepatan arus

dapat bervariasi sangat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran yang sama

(membujur atau melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu serta

merupakan faktor berharga yang patut dipertimbangkan untuk dapat diukur,

kecepatan arus di sungai ditentukan oleh kemiringan, kekerasan, kedalaman dan

kelebaran dasarnya (Odum, 1996).

2.2 .2 Parameter Kimia

Derajat Keasaman (pH)

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat
menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah ( keasaman yang tinggi )

kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada

suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil baik

dalam air dengan pH 6,5 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 8,7 (Kardi dan Andi,

2007).

Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk

menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion

hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas

sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/

basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam

keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion

hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam.

Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan

keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung

kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Barus, 2004).

Organisme air dapat hidudalam suatu perairan yang mmpnyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basalemah. Nilai pH

yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan

respirasi.Disamping itu pH yang sangat rendahakan menyebabkan mobilitas

berbagai senyawa logam yang bersifat toksi semakin tinggi yang tentunya akan

mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik.

Oksigen Terlarut (DO)

Kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu penentu

karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan organisme aquatik.


Pada saat pengambilan sampel air, konsentrasi oksigen terlarut mewakili status

kualitas air tersebut (Rakhmanda, 2011). Adapun sumber utama oksigen dalam

suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil

fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen dari

udara, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,

pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Semakin

tinggi suhu dan salinitas yang dimiiki sebuah perairan maka perairan tersebut akan

memiliki nilai DO yang rendah, demikian sebaliknya nilai DO akan tingi jika

perairan tersebut memiliki suhu dan salinitas yang rendah. Demikian juga terhadap

lapisan permukaan air nilai DO suatuperairan akan semakin rendah seiring dengan

bertambahnya ke dalam perairan (Salmin, 2005).

Salmin (2005) menyatakan Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter

yang penting dalam menentukan kualitas perairan. DO berperan dalam proses

oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik, seperti diketahui bahwa DO

dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau

pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan

pembiakan. Disamping itu, DO juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan

organik dan anorganik dalam proses aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan

oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil

akhirnya adalah nutrien yang dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam

kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa

kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.

Rustam (2010), menyatakan bahwa oksigen terlarut juga diperlukan untuk

mendekomposisi limbah organik dalam perairan. Kadar oksigen terlarut di


perairan yang baik untuk budidaya adalah < 3 mg/l. Namun untuk merombak/

mengurai 1 kg limbah organik pakan diperlukan oksigen terlarut sebesar 0,2 kg.

Sedangkan menurut (Lukman, 2011), diperlukan 1,42 gr oksigen untuk melakukan

perombakan limbah organik, baik yang tersuspensi maupun yang mengendap di

dasar perairan.
DAFTAR PUSTAKA

Aridianto. 2010. Kecepatan Arus di Perairan. Diambil dari


ww.aridianto.blogspot.com pada 28 November 2010.

Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.

Kottelat, Maurice dkk. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and


Sulawesi Terjemahan. Periplus Edition (HK) Ltd: Indonesia.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina
Rupa Aksara: Jakarta.

Hardjamulia, A. 1995. Stok pengadaan Induk Mas Unggul. Makalah disampaikan


pada Pelatihan Pengelolaan Induk Ikan Mas di Balai Budidaya Air Tawar,
tanggal 10-24 1995 13p.

Haryono.2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides Blkr) yang Eksotik
dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bogor. (2):195-198.
Haryono dan Subagja, J. 2008. Populasi dan Habitat Ikan Tambra, Tor
Tambroides (Bleeker, 1894) di Perairan Kawasan Pegunungan Muller
Kalimantan Tengah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bogor.9(4):1-307

Irawan. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di fasilitas


Nursery dan Pembesaran. Diambil dari www.sith.ipb.ac.id pada 28
November 2010, pukul 17.00 WIB.

Lukman.2012. Upaya Domestikasi Ikan Kancera (Labeobarbus sp.) di Kuningan.


[Skripsi]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Alih Bahasa. Cahyono,S. FMIPA IPB.
Gadjah Mada University Press. 625p

Anda mungkin juga menyukai