TUGAS SEMINAR
1322030067
2016
1
HALAMAN PENGESHAN
i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Disahkan Oleh :
Tim Penguji
ii
RINGKASAN
Eva Puspita Sari, 1322030067. Penerapan sistem rantai dingin pada penangana
Sistem rantai dingin yang digunakan pada penanganan bahan baku ikan
bandeng sampai pada pembekuan ikan bandeng adalah metode pengesan.
Pemberian es sebagai bahan pendingin untuk menarik kalor atau panas pada
produk tersebut, sehingga produk menjadi dingin. Hal tersebut menyebabkan
enzim tidak dapat bekerja (in active). Dengan in active enzim maka proses
autolysis, bakteriologis dan biokimiawi tidak akan terjadi. Hal tersebut
menyebabkan ikan menjadi awet attau daya simpan lama.
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Penerapan system rantai dingin pada ikan bandeng (chanos-chanos)
beku“. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada teladan kita, Baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
iv
4. Kepada teman-teman seperjuangan jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan angkatan XXVI.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis terhadap laporan ini dapat berguna bagi
pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
Ringkasan................................................................................................................... iii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
vi
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI
vii
e. Penyusunan Dalam Pan................................................................................ 23
f. Pembekuan ABF (Air Blast Frezeer)........................................................... 24
g. Pengemasan.................................................................................................. 25
h. Penyimpanan (cold storage) ........................................................................ 26
i. Pengiriman (stuffing) ................................................................................... 27
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
3.
ix
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
3. Penyortiran ........................................................................................................... 22
5. Penyimpanan Beku............................................................................................... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai laut yang cukup luas dengan kekayaan laut yang
melimpah. Namun semua itu, membutuhkan penanganan yang cukup serius, salah
sumber mata pencaharian bagi masyarakat banyak, oleh karena itu perlu
satu usaha yang diilakukan untuk tetap mempertahankan kesegaran ikan agar
tidak cepat rusak atau busuk adalah dengan menggunakan metode refrigerasi.
perikanan Indonesia tahun 2011 di targetkan mencapai US$ 3,2 Milyar, jumlah
ini meningkat di banding nilai ekspor tahun 2010 yang diperkirakan hanya
mencapai US$ 2,79 milyar, dan tahun 2009 hanya senilai US$ 2,46 milyar.
ditingkatkann tahun 2011. Produk itu yakni ikan lele, ikan kerapu, ikan kakap,
rumput laut dan ikan bandeng. Kelima produk itu memiliki pasar tetap seperti
Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Selain itu, Indonesia juga membidik pasar
1
ekspor baru seperti Asean, Asia Timur (Tiongkok, Hongkong, Korea, Taiwan).
Perkembangan juga akan diarahkan ke Timur Tengah, Eropa Timur dan Afrika.
karena selain memilliki nilai ekonomis tinggi juga sangat berarti dalam
pemenuhan gizi pangan, dan dapat meningkatkan taraf hidup. Di samping itu,
prospek pengembangan budidaya ikan bandeng yang cukup cerah dan telah
memacu kegiatan budidaya bandeng pada perairan laut dan payau (Mudjiman
1991).
Ikan sebagai bahan mentah untuk komsumsi dalam bentuk segar diperlukan
persyaratan mutu yang baik, sebab sejak penangkapan ikan sampai ke tangan
perbedaan sifat- sifat biologis antara jenis ikan, ukuran kandungan mikroba dalam
Tujuan peulisan tugas akhir ini untuk mempelajari penerapan sistem rantai
Rezky Jaya Makassar. Kegunaan tugas akhir ini adalah dapat menambah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan bandeng memiliki nama latin Chanos chanos. Ikan bandengan ini
pertama kalinya di temukan di Laut Merah pada tahun 1925 yang di temukan
oleh Dane Forsskal. Penyebaran ikan ini melalui perdagangan Internasional,
hingga sampai saat ini. Namun, ikan ini sudah bisa di budidayakan di negara
lainnya terutamanya di Indonesia yang banyak membudidayakan ikan bandeng
dan juga berternak ikan bandengan ini. Karena ikan bandeng mudah
beradaptasi dan juga pertumbuhan yang cepat.
Klasifikasi ikan bandeng secara taksonomi yaitu :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vetebrata
Classis : Pisces
Sub Classis : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Familia : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos-chanos
3
berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Mereka bias bertambah
besar menjadi 1,7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Mereka
tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup dari ganggang dan invertebrata. Insang
terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii
lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis
memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut
dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang,
selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada
bagian depan kepala dan simetris. Sirip ekor homocercal ikan bandeng memiliki
dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diketahui dari
lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan
betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan
Komposisi kimiawi daging ikan bandeng segar secara umum terdiri dari 16-2
% protein, 0,5-10,5% lemak, 1-1,7% mineral dan 64-81% air. Komposisi inilah
yang menyebabkan daging ikan segar menjadi media yang baik untuk
zat gizi tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana dan menyebabkan daging
ikan menjadi rusak atau busuk. Oleh karena itu tujuan utama penanganan ikan
4
daging ikan tergantung pada jenis ikan, kematangan atau kedewasaan dan musim.
(Neogs, 2011).
Jenis Jumlah
Fat 0,06 %
Protein 20,38 %
Phosphorous 53 mg %
Mangan 19,19 mg %
Sodium 12,0 mg %
Calcium 4,89 mg %
Potassium 0,38 mg %
Omega-3 14,2 %
5
C. Kemunduran Mutu Ikan
Proses kemunduran mutu pada ikan terjadi karna adanya aktifitas enzim,
perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung secara cepat. Semua perubahan ini
mengarah ke pembusukan. Adapun proses perubahan yang terjadi pada tubuh ikan
Fase ini ditandai dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati
(rigor = kaku, mortis = mati) ikan masih dikatakan masih sangat segar
pada fase ini. Tahap ini ditandai dengan tubuh ikan yang mengejang setelah
cepat digunakan untuk kegiatan fisik saat ikan hidup. Ketika ikan mati,
kondisi menjadi anaerob dan ATP terurai oleh enzim dalam tubuh dengan
protein otot (aktin dan miosin) berkontraksi dan menjadi kaku (rigor) (Valtria,
2010).
Setelah ikan mati tidak terjadi aliran oksigen didalam jaringan peredaran
darah karena aktifitas jantung dan control otak ikan telah terhenti. Akibatnya
terjadi reaksi glikonesis yaitu peeubahan glikogen menjadi asam sitrat yang dapat
6
menghasilkan ATP (Adenosin Try Phosphat). Terhentinya aliran oksigen tersebut
Liviawaty, 1989).
enzim yang terdapat dalam tubuh ikan sendiri. Fase ini terjadi setelah fase rigor
mortis.
kemampuan untuk tetap aktif tetapi sudah tidak dapat dikontrol lagi dengan otak
kegiatan enzim yang menguri senyawa kimia kepada jaringan tubuh ikan. Enzim
senyawa biologis yang terdapat dalam ikan, baik perubahan yang sifatnya
2011).
7
Setelah ikan mati enzim - enzim masih akif bekerja tetap kerja enzim
tidak terkontrol lagi karena jaringan otak sebagai organ pengontrol sudah
tidak berfungsi lagi. Kerja enzim yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan
kerusakan pada organ tubuh ikan, seperti: dinding usus, otot daging, serta
.
c. Proses Aktifitas Mikroorganisme
mengganggu. Akan tetapi jika ikan mati, suhu dingin ikan menjadi naik,
ikan yang sering menjadi target serangan bakteri adalah insang, usus (saluran
d. Proses Oksidasi
Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karna proses oksidasi lemak
mutu (mulai membusuk) dan ikan masi segar ada pada tabel 2.
Tabel 2. Tabel Ciri-ciri Ikan Bermutu Segar dan Ikan Bermutu Rendah
8
Parameter Ikan Segar Bermutu Tinggi Ikan Segar Bermutu Rendah
Mata Cerah, bola mata menonjol, Bola mata cekung, pupil putih
kornea jernih susu
D. Pendinginan
mikroorganisme lain atau karena proses oksidasi lemak oleh udara. Biasanya
9
kimiawi. Suhu yang digunakan memiliki pengaruh yang berbeda pada
yaitu diantara -2 hingga 4˚C. Pada suhu ini aktifitas mikroba terganggu, karena
rata-rata suhu optimum mikroba terendah adalah 10˚C meskipun masih ada yang
hidup hingga -15˚C. Pada kisaran suhu ini, mikroba berusaha menggunakan
beberapa hari hingga beberapa minggu. Untuk makanan yang telah diolah dan
(Anonim, 2011).
pemindahan panas dari tubuh ikan kebahan lain. Dalam praktek, penggunaan suhu
rendah ini meliputi pendinginan dan pembekuan. Perbedaan kedua proses tersebut
terletak pada suhu akhir yang digunakan, pada pendinginan suhu akhir yang
digunakan adalah 0˚C, sedangkan pada pembekuan suhu akhir yang digunaka
Tubuh ikan yang didinginkan belum membeku, sebab suhu yang dapat
dicapai pada proses pendinginan terbatas, maksimal 0˚C. proses pengawetan ikan
dengan cara pendinginan dapat mempertahankan masa kesegaran ikan selama 12-
10
18 hari, tergantung jenis ikan, cara penanganan, tingkat kesegaran ikan yang akan
E. Pembekuan
dengan cara menghambat aktifitas bakteri maupun aktifitas enzim. Selama proses
pembekuan ikan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan yang
kandungan air dalam tubuh ikan akan berubah menjadi bentuk Kristal es.
Kandungan air ini terdapat didalam sel jaringan dan ruang antar sel. Sebagian
besar air dalam tubuh ikan tersebut merupakan air bebas (free water) sebanyak
67% dan selebihnya merupakan air tak bebas (bound water), yakni cairan tubuh
yang secara kimiawi terikat kuat dengan substansi lain dalam tubuh ikan seperti
Proses pembekuan ikan akan dimulai dari bagian luar menuju bagian dalam
tubuh. Cairan tubuh yang pertama kali membeku adalah air bebas, kemudian
disusul dengan air tak bebas. Air tak bebas sukar sekali membeku karena titik
11
a. Pembekuan cepat (quick freezing)
Proses pembekuan cepat terjadi kurang dari dua jam dengan kecepatan
terbentuk kecil dan seragam sehingga tidak sampai merusak daging ikan yang
dibekukan.
drip.
menarik.
jaringan pada daging ikan sehingga pada waktu diadakan peleleha (thawing)
akan menyebabkan cairan sel yang hilang dan struktur fisik ikan menjadi rusak
(Hadiwiyoto, 1993).
12
2008). Pembekuan ikan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu dibawah titik
beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan
menjadi edis, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan,
keadaan ikan harus kembali seperti semula. Keadaan beku menghambat aktivitas
bakteri dan enzim sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan
ikan yang hanya didinginkan. Pada suhu -12°C, keadaan bakteri telah dapat
dihentikan.
disiapkan dalam bentuk whole (utuh), gill dan gutted (dibuang insang danisi
perutnya) dan bentuk fillet steak, stick, loin, dan sebagainya. selain itu ikan juga
bisa dibekukan dalam bentuk individual (tunggal, satu ekor atau satu potong
daging), dan blok, beberapa ekor atau beberapa potong ikan menjadi satu blok
(Adawyah, 2008).
13
BAB III
METODOLOGI
Metode penulisan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
1. Observasi
2. Interview
pada semua pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan penanganan ikan
bandeng.
14
3. Studi Pustaka
Alat yang digunakan adalah Meja proses, Timbangan (500 kg), Alat tulis,
Basket( 10 kg), Styrofoam, ABF (air blast freezer), dan bak fiber.
Bahan yang digunakan adalah ikan bandeng, es, plastik PE, solasi, air, dan
master karton.
D. Prosedur Kerja
Bahan baku ikan bandeng (chanos chanos) yang dibawa oleh suplyer
mencelupkan ikan bandeng (chanos chanos) kedalam bak fiber yang berisi
air.
Ikan bandeng (chanos chanos) disusun kedalam pan satu per satu dengan
rapi, yakni dengan susunan posisi perut ikan berada pada bagian atas, dan
susunan permukaan posisi perut pada bagian bawah dan diberi label.
chanos) satu per satu kedalam mesin ABF (air blast freezer) dan disusun
15
kedalam rak-rak dengan rapi, suhu yang digunakan adalah -35˚C selama
12-24 jam.
karton.
(cold storage) dengan suhu -20˚C dan disusun dengan rapi dan baik
melakukan impor.
16
BAB IV
dengan cara menerapkan suhu rendah mendekati 0ºC, mulai dari produksi,
saat ikan bandeng ditangkap ditambak atau laut sampai ikan dikirim. Hal ini
kerusakan fisik, aktifitas mikroba, dan proses kimiawi, baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam tubuh ikan itu sendiri sehingga ikan tetap dalam kondisi yang
System rantai dingin yang digunakan pada penanganan bahan baku ikan
Pemberian es sebagai bahan pendingin untuk menarik kalor atau panas pada
enzim tidak dapat bekerja (in active). Dengan in active enzim maka proses
menyebabkan ikan menjadi awet attau daya simpan lama (santiala, 2008).
teknik dan prosedurnya maka akan terbukti mampu mengatasi masalah kritis
17
sekitar wilayah sempit yaitu 0ºC – 1ºC, dengan demikian pemberian es dapat
dikatakan sebagai metode yang terbaik yang sudah diterapkan oleh nelayan dan
es adalah belum ada medium pendingin lain yang dapat menggantikan campuran
langsung dengan ikan, es yang meleleh mempunyai efek pencucian terus menerus
yang dapat membantu menghanyutkan sebagian bakteri yang ada pada ikan
melecetkan daging ikan, air es dapat menghanyutkan komponen cita rasa, mineral
bernilai gizi dan protein larut dalam air, selain itu warna menarik ikan dapat
tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor), bau (odor), rupa
kimia. Aktifitas kimia menghasilkan komponen yang lebih sederhana. Kondisi ini
lebih disukai bakteri sehingga memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan. Satu
18
dengan lainnya saling berkaitan dan bekerja untuk mencegah terjadinya kerusakan
secara cepat.
atau bahkan dapat membunuh mikroba atau bakteri tersebut dan untuk
dengan cara menerapkan suhu rendah mendekati 0˚C, mulai dari produksi,
Pendapat yang sama dijelaskan oleh Moeljanto (1982), bahwa sejak ikan
ditangkap sampai pengolahan lebih lanjut atau dimasak didapur, hendaknya tetap
berada dalam suhu mendekati 0˚C. Yang penting selama ikan sebelum dijual atau
ikan diolah lebih lanjut harus selalu berada dikotak pendingin dengan persediaan
es yang cukup.
dilakukan pada setiap proses mulai dari penerimaan bahan baku sampai pada
tahap pengiriman produk ikan bandeng (chanos chanos) beku sebagai berikut:
19
Penerimaan bahan baku merupakan tahap awal dalam alur proses
pengolahan ikan bandeng. Bahan baku yang diterima berasal dari berbagai daerah
yaitu bahan baku dalam bentuk segar yang berasal dari daerah Bone, Sinjai
,palopo, mamuju dan daerah sekitar Sulawesi Selatan. Untuk bahan baku fresh
diangkut menggunakan mobil pick-up, ikan yang berada dalam mobil diberi es
dan ditutup dengan terpal di dalamnya diberi es balok yang telah dihancurkan
menjadi serpihan, yang bertujuan untuk menjaga rantai dingin pada ikan.
dituang dari Styrofoam lalu ditumpuk diatas meja penerimaan/ meja proses.
Penerapan system rantai dingin pada proses penerimaan bahan baku adalah
bahan baku dengan suhu 3˚C yang masih merupakan suhu pendinginan. Hal ini
baku yang diterima berkisar antara 1,5 sampai 6 ton. Setelah itu ikan dicek
menggunakan uji organoleptik oleh quality control bagian penerimaan. Hasil uji
organoleptik ikan harus menunjukkan ikan masih dalam kondisi yang baik atau
masih segar. Ikan segar adalah ikan yang memiliki tekstur daging elastis, bola
mata cerah dan insang berwarna merah segar. Pernyataan ini didukung oleh Badan
Standarisai Nasional (2006) bahwa ikan segar memiliki ciri-ciri daging kenyal dan
dalam kondisi lentur, mata crah dan menonjol keluar, insang merah cerah, bau
segar spesifik jenis. Proses penerimaan bahan baku terdapat pada gambar 2.
20
Gambar 2. Penerimaan Bahan Baku
b. Penyortiran
ikan. Bahan baku yang memiliki grade A lebih diprioritaskan untuk ditangani
melakukan uji organoleptik khususnya pada indra penglihatan, indra peraba, dan
miring hal ini dilakukan sebagai penirisan yang bertujuan untuk menghilangkan
air yang tercampur pada ikan agar tidak menambah berat pada saat penimbangan.
encer, bening, sisik utuh, daging cemerlang, dinding perut bewarna pink, dan
b. Grade B : mata datar, insang bewarna merah tua, lender kental, agak
bening, sisik mudah terlepas, daging mulai lepas/ kendor, daging memucat,
21
dinding perut agak mudah sobek, sudah mulai berbau, bau amis lumpur hilang
Gambar 3. Penyortiran
c. Penimbangan
standar berat pada bahan baku adalah setiap 1 keranjang (basket) ikan bandeng
100 kg, setelah itu dilanjutkan dengan proses pencucian pada ruangan proses.
harus memiliki keterampilan, cermat dan tepat, agar penurunan mutu tidak
berjalan lama.
22
d. Pencucian (pencelupan)
kotoran yang menempel pada bahan baku, bekas darah maupun lender. Pencucian
dengan air bersih dapat menekan pertumbuhan bakteri pada ikan. Proses
pencucian dilakukan pada bak fibeer, ikan yang telah di timbang kemudian di
celupkan ke dalam bak yang berisi air bersih, pencucian dilakukan dengan cara
ikan bandeng dapat dihilangkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya bersih
secara menyeluruh.
pan dan memudahkan dalam pengecekan size. Pada proses penyusunan dalam pan
dilakukan dengan 2 lapis yaitu untuk susunan dasar posisi perut ikan berada pada
bagian atas, dan susunan permukaan posisi perut pada bagian bawah, agar cairan
ikan yang keluar dari atas bisa mengalir kedasar pan, dan juga menjaga agar perut
ikan pada bagian dasar tidak rusak atau sobek. Penyusunan dilakukan sambil
menghitung jumlah total jumlah ikan yang disusun kedalam 1 pan. Setelah
disusun kedalam pan label dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terpisah
23
Gambar 4. Penyusunan dalam pan
35 C ddengan kapasitas ± 6 ton selama 12-24 jam. Pan yang telah disusun didepan
o
pintu disusun kedalam rak-rak pembekuan yang telah ada didalam ruang
pembeku.
ABF (Air Blast Frezeer) merupakan sebuah ruangan dimana udara dingin
disirkulasikan sekitar produk yang dibekukan dengan bantuan kipas angin. Udara
menjdi dingin setelah lebih dulu melewati evaporator. Makin lambat kecepatan
24
Gambar 5. Pembekuan ABF (Air Blast Frezeer) -35ºC
g. Pengemasan
Frezeer) setelah itu disusun diatas meja dalam keadaan terbalik lalu disemprot
merata dengan air agar ikan yang telah beku lebih mudah terlepas dari pannya.
LDPE (low density polythilene) , jenis plastik ini bisa digunakan untuk
pembungkus makann dan plastik kemasan, teksturnya terasa lembek atau lentur.
dimasukkan kedalam master karton yang berfungsi untuk mencegah masuknya air
yang merembes kedalam produk. Master karton diberi label, kode produk, serta
jumlah ikan yang terdapat dalam satu master carton kemudian direkatkan dengan
25
h. Penyimpanan (cold storage)
penyimpanan produk beku dalam suasana suhu beku yang sangat rendah agar
daya awet sepanjang mungkin sesuai yang diinginkan dalam batas-batas daya dan
selama 1-9 bulan, tergantung pada keadaan dan jenis ikan, cara pembekuan dan
(cold storage) yang bersuhu -20 C. Produk ikan beku yang akan digunakan
o
gudang beku -18 C atau lebih rendah, suhu penyimpanan jauh dibawah 18 C
o o
dapat memperpanjang daya simpan dari produk beku. Master karton disusun
diatas fallet kayu sebagai pengalas, jarak antara tumpukan master karton yang satu
dan yang lainnya harus aada lorong kosong agar sirkulasi udara dingin lebih
26
Gambar 6. Penyimpanan Beku (cold storage)
i. Pengiriman (stuffing)
ton pada gudang pendingin (cold storage) maka produk sudah bisa dimuat dalam
buruk seperti akan menimbulkan kerusakan fisik pada master karton. Untuk itu
garis batas pada bagian atas kontainer, pemuatan tidak boleh melampaui batas
merupakan pintu kecil dan berhubungan dengan luar ruangan cold storage. Untuk
ruang kosong pada bagian atas agar sirkulasi udara pendingin didalam sistem
refrigerasi dapat berputar mengisi pada permukaan master karton. Susunan master
karton didalam kontainer sekitar 8-10 susun yang disusun secara horisontal dan
27
Gambar 7. Staffing (dalam mobil container)
28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada bahan baku dengan suhu 3ºC yang masih merupakan suhu pendinginan.
dari proses tersebut terdapat pada suhu akhir yang di gunakan, pada pendinginan
suhu akhir yang di gunakan 0ºC, sedangkan pembekuan suhu akhir yang
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S,. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan II. Teknik pembekuan
ikan, jakarta.
Lazaroni L jeffri. 2010. Morfologi Ikan Air Payau. From
http://jeffri022.student.umm.ac.id diakses 14 agustus 2011
Neongs,. 2011. Kemunduran mutu ikan. From http//kemunduran-mutu-ikan.html
Dinas Statistik Jawa Timur. 2002, Aspek Pemasaran Budidaya Bandeng dalam
from http://ikanmania. Wordspress.com/aspek-pemasaran-budidaya-bandeng/
docplayer.info/73025148-1-pendahuluan-menurut-jaya-2006-menyatakan-bahwa-
setelah-ikan-mati-berbagai.
usanto,2004. Pengolahan Bandeng (Chanos Chanos Farks) Duri Lunak
Teknologi Hasil Perikanan. FPIK. Universitas Diponegoro:Semarang.
30
LAMPIRAN
31
ALUR PROSES
PENYORTIRAN
(sortir)
PENCUCIAN
(Whasing)
PENYUSUNAN
(Compilation)
PEMBEKUAN ABF
(AIR BLAST FREEZER)
SUHU -35ºC ± 12-24 JAM
PENGEMASAN
(Packing)
IMPOR (Stuffing)
32
RIWAYAT HIDUP
Bone dan lulus pada tahun 2007, lalu dilanjutkan sekolah di SMP 4 Libureng
Kabupaten Bone selesai pada tahun 2010, melanjutkan sekolah SMA di SUPM
33
34