MUHAMMAD AFRIZAL
160330064
v
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang dilimpahkan kepada kita. Shalawat beriring salam kita sampaikan
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta kerabat dan sahabat beliau yang
telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh
ilmu pengetahuan, sehingga sampailah pada kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Tepung Testis Sapi untuk
Maskulinisasi Larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata)”.
Dengan segenap hati penulis mengucapkan rasa terima kasih yang paling
utama kepada kedua orang tua beserta keluarga besar penulis yang telah
memberikan semangat dan dukungan serta doa kepada penulis. Ucapan terima
kasih kepada Bapak Dr. Prama Hartami, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Utama dan kepada Ibu Mahdaliana, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Kedua yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis dan
kepada rekan – rekan mahasiswa/i baik ditingkat prodi akuakultur maupun rekan
angkatan 2016.
Akhir kata, selama penyusunan hasil penelitian ini, penulis mengharapkan
masukan dan saran yang sifatnya membangun bagi perbaikan dan penyempurnaan
dalam penulisan. Akhir kata penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya.
Muhammad Afrizal
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 2
1.4Manfaat Penelitian................................................................................ 2
1.5 Hipotesis.............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Guppy (Poecilia reticulata).............. 3
2.2 Habitat Ikan Guppy (Poecilia reticulata)............................................ 4
2.3 Kebiasaan Makan Ikan Guppy (Poecilia reticulata)........................... 4
2.4 Reproduksi Ikan Guppy (Poecilia reticulata)..................................... 4
2.5 Seks Reversal....................................................................................... 5
2.6 Tepung Testis Sapi.............................................................................. 6
2.7 Penelitian Terdahulu............................................................................ 7
METODE PENELITIAN........................................................................ 8
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 9
3.3 Metode dan Rancangan Penelitian....................................................... 9
3.4 Prosedur Kerja..................................................................................... 9
3.4.1. Persiapan Wadah........................................................................... 9
3.4.2. Pembuatan Tepung Testis Sapi..................................................... 9
3.4.3. Pembuatan Larutan Tepung Testis Sapi........................................ 10
3.4.4. Perendaman Larva......................................................................... 10
3.4.5. Pemeliharaan Larva....................................................................... 10
3.5 Parameter Pengamatan......................................................................... 10
3.5.1. Pengamatan Nisbah Kelamin........................................................ 10
3.5.2. Pengamatan Gonad........................................................................ 11
3.5.3. Kelangsungan Hidup Ikan............................................................. 11
3.5.4. Kualitas Air................................................................................... 11
v
5. Kesimpulan dan Saran........................................................................ 19
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 19
5.2. Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
1.
v
v
1. PENDAHULUAN
v
v
v
yang dapat digunakan dalam proses pengalihan kelamin, yaitu dari kelamin betina
menjadi kelamin jantan.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung
testis sapi terhadap maskulinisasi ikan guppy, kelangsungan hidup serta kualitas
air dalam proses maskulinisasi ikan guppy (Poecilia reticulata).
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H0: Penggunaan tepung testis sapi tidak berpengaruh terhadap maskulinisasi larva
ikan guppy(Poecilia reticulata).
H1 : Penggunaan tepung testis sapi berpengaruh terhadap maskulinisasi larva
ikan guppy(Poecilia reticulata).
v
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Lingga dan Susanto (1987) perbedaaan guppy jantan dan guppy
betina dapat dilihat pada ciri morfologisnya masing – masing. Guppy jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan guppy betina,
guppy jantan memiliki ekor lebih lebar dibandingkan ekor guppy betina.
Perbedaan guppy betina dan jantan dapat dilihat pada Gambar 2.
a b
Gambar 2. (a) ikan guppy jantan (b) ikan guppy betina
v
2.2 Habitat IkanGuppy (Poecilia reticulata)
Guppy dapat hidup pada kisaran suhu 25 – 28 0C dengan pH berkisar ± 7,0
(Nelson, 1984). Ikan guppy menyukai air yang sejuk dan jernih. Menurut Muslim
(2010) hasil penelitian terhadap ikan guppy DO berkisar antara 5,15 – 6,04 mg/l.
DO kurang dari 1 mg/l menyebabkan kematian pada ikan, sedangkan DO kurang
dari 5 menyebabkan pertumbuhan lambat. Suhu berkisar antara 25,5 – 30 0C.
Namun terbukti ikan guppy tahan menghadapi suhu 32 0C. pH yang sesuai untuk
ikan guppy berkisar 7,81 – 8,02. pH dipengaruhi oleh karbondioksida dan
alkaliitas. Amoniak yang tidak terionisasi pada pH tinggi bersifat racun dan lebih
mudah diserap kedalam tubuh organisme akuatik (Effendi, 2003).
Ikan guppy merupakan ikan asli Amerika Tengah dan Selatan, menyebar di
Kep. Barbados, Trinidad dan Tobago, Guyana, Antillen Belanda, Kep. Virgin,
Braziliadan Venezuela. Melalui jalur perdagangan dan lain – lain, ikan ini telah
dibawa ke berbagai tempat di semua Benua Dunia kecuali Antartika, dan
kemudian menjadi ikan liar di perairan – perairan bebas (Chervinski, 1984).
v
hingga 6 bulan, sehingga dalam waktu 6 bulan tersebut ikan dapat melahirkan
walaupun tidak terjadi perkawinan kembali (Lesmana, 2002). Ikan guppy dapat
menghasilkan anakan dengan rata – rata terendah 30 – 80 ekor, namun ada juga
yang dapat menghasilkan sampai ratusan ekor (Fernando dan Phang, 1985).
Pengamatan jenis kelamin anak ikan guppy dapat dilakukan setelah larva berumur
2 - 4 minggu (Saputra, et al., 2018). Pengamatan morfologis dilakukan dengan
melihat ciri fisik anak ikan guppy. Ikan jantan dapat dikenali dengan memiliki
warna yang lebih cerah, sirip yang lebih panjang dan jika diamati dari arah dorsal
ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan ikan betina dan khusus pada bagian
sirip anal memiliki bentuk yang lancip atau meruncing membentuk gonopodium.
Ikan betina dicirikan warna lebih pucat, dan sirip yang lebih pendek khusus pada
bagian sirip anal memiliki bentuk yang agak bulat melengkung. Selain itu ikan
jantan terlihat lebih agresif dibandingkan dengan ikan betina.
v
mengandung hormon testosteron alami diberikan ke larva atau burayak ikan
mengarahkan ikan kelamin jantan.
Hormon androgen yang biasa digunakan dalam pengalihan kelamin adalah
hormone sintetik 17α – methyltestosteron (Macintosh dan Little, 1995; Phelps dan
Popma, 2000). Menurut Phepls et al., (2001) diduga penggunaan hormone ini
menjadi bahan pencemaran lingkungan. DKP (2008), menyatakan larangan
penggunaan 21 jenis obat – obatan dalam kegiatan budidaya perikanan, salah
satunya streroid sintetik (metyltestosteron). Salah satu cara yang dianggap aman
dalam pengalihan kelamin yaitu dengan menggunakan bahan alami seperti testis
sapi (Muslim et al., 2011), madu (Damayanti et al., 2013), teripang pasir (Riani et
al., 2010) atau ekstrak purwoceng (Arfah et al., 2013).
v
konsentrasi hormon dalam testis sapi berkisar 0 -25 mg/100 g. Menurut Hafez
(1980) menyatakan testis sapi mengandung hormon testosteron sebanyak 2,3
µg/100 ml.
Menurut iskandariah (1996), testis sapi segar mengandung hormon
testosteron alami berkisar 2300 - 2700 pg/g testis dan protein 63,49%. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Murni dan Jenni (2001), kandungan hormon
testosteron dari tepung testis sapi berkisar 142,8 – 1204 ng/g. Pemberian hormon
yang berasal dari testis sapi pada fase awal pertumbuhan gonad ketika diferensiasi
kelamin belum terarah. Namun demikian, bila dicampurkan dengan bahan – bahan
tertentu seperti tepung testis sapi maka perkembangan gonad dapat berlangsung
berlawanan dengan seharusnya (Zairin Jr, 2002).
v
3. METODE PENELITIAN
v
3.3. Metode dan Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental,
dan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non
Faktorial. Faktor perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan dosis tepung
testis sapi, Perlakuannya terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Penelitian
ini mengacu pada penelitian Lutfiyah, et al (2016) yang sudah
dimodifikasi,Sebelumnya percobaan rancangan yang di gunakan oleh Lutfiyah
dengan lima taraf perlakuan dengan empat kali ulangan. Lama waktu perendaman
24 jam. P0 = tanpa perendaman ( kontrol negatif),P+perendaman dengan dosis 1
mg/L (kontrol positif), P1 3 ml/L, P2 6 ml/L, P3 9 ml/L dengan menggunakan
tepung testis sapi. hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata jumlah anakan
jantan tertinggi pada perlakuan dosis 9 ml/L. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan A: Tanpa pemberian larutantepung testis sapi (kontrol)
Perlakuan B: Pemberian larutan tepung testis sapi 3 gr/l
Perlakuan C: Pemberian larutan tepung testis sapi 6 gr/l
Perlakuan D: Pemberian larutan tepung testis sapi 9 gr/l
v
terlebih dahulu. Testis sapi dibersihkan serta dipotong tipis – tipis dan diletakkan
ke dalam nampan kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada suhu
60 0C guna untuk pengeringan. Selanjutnya diblender sampai halus dan diayak
dengan dengan menggunakan kain yang tipis.
v
Jumlah Individu ikan jantan
% Ikan Jantan x 100
Jumlah Individu Hidup Akhir Pemeliharaan
Keterangan:
SR = Tingkat Kelangsungan Hidup
Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah hewan uji pada awal pemeliharaan (ekor)
v
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
110 Perlakuan
100
90
Nisbah Jantan (%)
80
70
60
50
40
30 62.04 63.89
20 36.65 43.05
10
0
A (Kontrol) B (3gr/L) C (6 gr/L) D (9 gr/L)
v
dengan perlakuan A, B dan C. Tingginya persentase jantan pada perlakuan D
(63,89%) diduga dipengaruhi oleh hormon testosteron. Salah satu kandungan
testis sapi yang diduga dapat berpengaruh terhadap jantanisasi adalah testosteron.
Hormon testosteron (androgen) memiliki fungsi dalam menstimulasi proses
spermatogenesis, mengubah kelamin, meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas
ekspresi dari organ pelengkap (Zairin, 2002)
v
pemeliharaan lebih tinggi dari konsentasi hormon dalam tubuh ikan itu sendiri.
Sehingga hormon dalam media masuk secara difusi ke dalam tubuh larva.
Semakin lama perendaman maka semakin banyak hormon yang masuk dan
mempengaruhi gonad.
Tingginya nisbah jantan kelamin ikan guppy pada perlakun D dengan
dosis 9 mg/L dalam hal ini sama dengan penelitian Lutfiyah, et al (2016) yang
menyatakan bahwa hasil rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan
dosis 9 ml/L pada anakan ikan guppy, hanyasanya yang membedakan kedua
penelitian adalah pada lama perendaman tepung testis sapi yaitu 8 jam berbanding
dengan 24 jam. Namun, dalam penelitian Arfah, et al (2013) menyatakan bahwa
semakin tinggi dosis perendaman dalam kegiatan maskulinisasi ikan tidak selalu
diikuti dengan peningkatan persentase populasi jantannya. Buktinya, pada
penelitian ini mampu mengarahkan ikan guppy betina menjadi jantan pada
perlakuan D (63,89%) dengan lama perendaman tepung testis sapi selama 8 jam.
v
Setelah 4 jam, maka ikan uji dapat diambil dan lakukan pembedahan pada
bagian perut. Setelah itu, ambil bagian yang mau diamati. Jika yang terdapat
berupa telur maka dapat di dokumentasi menggunakan kamera hp sementara jika
yang didapat berupa sperma maka dapat diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x. Pengarahan perubahan kelamin dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
a b
a b
Gambar 5. (a) Telur kontrol (b) Telur hasil perendaman
v
4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Tingkat kelangsungan hidup merupakan peluang hidup suatu individu
dalam waktu tertentu. Pada setiap perlakuan dilakukan pengamatan secara visual
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan guppy yaitu melakukan perhitungan
jumlah ikan yang hidup dan jumlah ikan yang mati. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan selama 30 hari dengan berbagai perlakuan didapatkan rata-
rata persentase tingkat kelangsungan hidup berkisar 51,11% - 66,67%.Tingkat
kelangsungan hidup ikan guppy dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini :
110 Perlakuan
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
100
90
80
70
60
50
40
64.44 66.67
30 55.55 51.11
20
10
0
A (kontrol) B (3 mg/L) C (6 mg/L) D (9 mg/L)
v
juga sangat didukung oleh lingkungannya. Sebagaimana Muslim, et al (2011)
mengatakan bahwa masa larva merupakan masa yang sangat rentan terhadap
kematian karena belum mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Selain itu, pada masa pemeliharaan ikan guppy juga diserang oleh jamur
dengan ciri-ciri seperti kapas berwana putih di pangkal sirip ekor. Setelah
mengetahui hal tersebut selanjutnya melakukan pencegahan dengan pensterilan
media menggunakan daun ketapang dan pemberian methylene blue. Sebagaimana
Payara, (2017) menyatakan methylene blue diketahui efektif untuk pengobatan
jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada
ikan terutama ikan air tawar. Berdasarkan analisis statistik dengan uji F
(ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian dosis larutan tepung testis sapi
memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup (SR)
larva ikan guppy dengan nilai Fhitung 1 < Ftabel (0,05) 4,07
3. Kualitas Air
Selain faktor genetis, maka faktor yang nempengaruhi proses
maskulinisasi juga terdapat pada faktor lingkungan atau kualitas air. Kondisi
lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi keberhasilan teknik maskulinisasi. Pengukuran kualitas air
dilakukan setiap hari selama penetian berlangsung. Parameter kualitas air yang
diamati antara lain pH, suhu dan DO. Rata-rata kualitas air selama pemeliharaan
dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
v
7,17. Menurut Kordi dan Tancung (2007), ikan guppy toleransi dengan air yang
pH 6,8 - 8 Jika terlalu tinggi atau terlalu rendah maka perkembangan tubuh dan
sirip dapat terhambat. Lesmana dan Dermawan, (2004), juga menambahkan
bahwa tingkat kematian ikan biasanya terjadi pada air yang biasanya terjadi pada
air yang memiliki pH 4 (asam) dan 11 (basa).
Suhu air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan nafsu makan, pertumbuhan serta metabolisme ikan.
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air, Suhu air penelitian ini berkisar
antara 25 – 28,87oC. Keadaan ini cukup mendukung bagi pertumbuhan ikan
guppy. Menurut Arfah, et al., (2005), Suhu merupakan faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap proporsi ikan guppy. Hal ini sesuai dengan pendapat Nair,
(1983) dalam Sukmara, (2008), bahwa ikan guppy mampu bertahan pada kisaran
suhu 25,6 – 33,4oC.
Kisaran parameter oksigen terlarut (DO) juga berada pada nilai kisaran
yang baik yaitu 4,33 - 6,17 ppm, ini sesuai dengan pendapat Utomo (2008)
apabila kadar oksigen terlarut kurang dari 3 mg/L menimbulkan efek yang negatif
seperti stress, hypoxia, mudah terserang penyakit dan parasit bahkan dapat
menyebabkan kematian massal bagi hampir semua organisme akuatik.
v
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan terhadap maskulinisasi
larva ikan guppy(Poecilia reticulata) dengan menggunakan tepung testis sapi,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan larutan tepung testis sapi dengan dosis yang berbeda dengan
lama perendaman selama 8 jam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
terhadap persentase nisbah kelamin jantan dan kelangsungan hidup ikan
guppy.
2. Persentase nisbah kelamin jantan tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan
dosis 9 mg/L yaitu 63,89 % dengan lama perendaman 8 jam dan tingkat
kelangsungan hidup dengan persentase tertinggi terdapat pada perlakuan D
juga dengan dosis 9 mg/L (66,67 %) serta hasil pengamatan gonad yang
didapatkan sebanyak 61,11%.
3. Nilai kisaran parameter kualitas air selama penelitian yaitu DO (4,33-6,17
ppm) , pH (6,7-7,17) dan suhu ( 25-28,87oC )
5.2. Saran
v
DAFTAR PUSTAKA
Axelrod, HR., dan LP., Schultz, 1983. Aquarium Fishes.McGraw – Hill Book
Company, Inc., New York.P.655 – 656.
Chervinski J., 1984. Salinity Tolerance of the Guppy (Poecilia reticulata). Peters.
Journal of Fish Biology. Vol 24 (4) : 449 – 452.
DKP. 2008. 21 Obat – Obatan Yang Dilarang. Dirjen Perikanan Budidaya, Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi.
Fernando, A., A., anf V., P., e., Phang, 1985. Culture of The Guppy (Poecilia
reticulata).In Singapore. Aquaculture, 51: 49 – 63.
v
Hay, M. F ; H. R. Lindner dan T. Mann. 1961. Morphology of Bull Testes and
Seminal Vesicles in Relation to Testicular Androgens. Proceedings of the
Royal Socienty of London. Series B, Biological Sciences: 154: 433 – 448.
Lesmana & Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar
Swadaya. Jakarta. 160 hal.
Lesmana, D.S. dan I. Dermawan. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer,
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lesmana, Dian, 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga, P., dan H., Susanto.1987. Ikan Hias Air Tawar.PT Gramedia Jakarta.
Jakarta.
v
Nelson, JS. 1984. Fishes of The World. John Willy and Sons.Inc. New York. P :
221 – 222.
Sugandy, I., 2001. Budidaya Ikan Cupang Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sukmara, 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters) Secara
Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Taylor, Robert. E and Thomas G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production
; An Introduction to Animal Science (Eighth Edition). Prentice Hall. New
Jersey. 764 p.
v
Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan aromatase Inhibitor dan Madu
Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters). Skripsi.
Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Fakultas Perikana
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zairin. Jr. M. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Penebar Swadaya. Jakarta.113 hlm.
v
LAMPIRAN
v
Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian
C2 A1 B3 D3 C1 B1
D2 A2 B3 D1 A3 C3
Keterangan :
Perlakuan A : Tanpa pemberian larutan tepung testis sapi (kontrol)
Perlakuan B : Pemberian larutan tepung testis sapi 3 gr/L
Perlakuan C : Pemberian larutan tepung testis sapi 6 gr/L
Perlakuan D : Pemberian larutan tepung testis sapi 9 gr/L
v
Lampiran 2. Persentase Nisbah Kelamin Ikan Guppy
Perlakua ulangan jantan betina nisbah kelamin nisbah kelamin
n jantan (%) betina (%)
1 4 4 50 50
A 2 4 5 44,44 55,56
3 1 7 12,5 87,5
1 7 5 58,33 41,67
B 2 3 6 33,33 66,67
3 3 5 37,5 62,5
1 5 1 83,33 16,67
C 2 7 2 77,78 22,22
3 2 6 25 75
1 8 1 88,89 11,11
D 2 3 9 25 75
3 7 2 77,78 22,22
11
PengamatanGonad = x 100
18
PengamatanGonad=0,61 x 100
= 61,11 %
v
Lampiran 5. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Guppy
Ulangan A = kontrol (%) B = 3 gr/L (%) C = 6 gr/L (%) D= 9 gr/L (%)
1 53,33 80 40 60
2 60 60 60 80
3 53,33 53,33 53,33 60
Jumlah 166,66 193,33 153,33 200
Rata-rata 55,55 64,44 51,11 66,67
Stdev 3,85 13,88 10,18 11,55
Perlakuan
Dependent Variable:Nisbah Jantan
perlakuan 95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
A 35.647 15.250 .481 70.812
B 43.053 15.250 7.888 78.219
C 62.037 15.250 26.871 97.202
D 63.890 15.250 28.724 99.056
v
Tests of Between-Subjects Effects
Perlakuan
v
Tests of Between-Subjects Effects
Multiple Comparisons
Nisbah kelamin jantan
Tukey HSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
perlaku perlaku Mean
an an Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
A B -5.7400 21.30162 .993 -73.9553 62.4753
C -26.3900 21.30162 .622 -94.6053 41.8253
D -28.2433 21.30162 .573 -96.4586 39.9719
B A 5.7400 21.30162 .993 -62.4753 73.9553
C -20.6500 21.30162 .770 -88.8653 47.5653
D -22.5033 21.30162 .723 -90.7186 45.7119
C A 26.3900 21.30162 .622 -41.8253 94.6053
B 20.6500 21.30162 .770 -47.5653 88.8653
D -1.8533 21.30162 1.000 -70.0686 66.3619
D A 28.2433 21.30162 .573 -39.9719 96.4586
B 22.5033 21.30162 .723 -45.7119 90.7186
C 1.8533 21.30162 1.000 -66.3619 70.0686
v
Nisbah kelamin jantan
Tukey HSDa,,b
Subset
perlakuan N 1
A 3 35.6467
B 3 41.3867
C 3 62.0367
D 3 63.8900
Sig. .573
v
Lampiran 7. Data Pengamatan Suhu (o) Selama Penelitian
Perlakuan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15
A1 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 26 25,7 27,5 28,5
A2 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,8 25,7 27,3 28,3
A3 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,5 25,5 27,5 28,6
Jumlah 75 78 75 75 78 78 78 81 81 78 81 77,3 76,9 82,3 85,4
Rata-Rata 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,77 25,63 27,43 28,47
B1 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,8 25,6 27,6 28,2
B2 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25 25,9 27,5 28,6
B3 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,9 25,9 27,3 28,2
Jumlah 75 78 75 75 78 78 78 81 81 78 81 76,7 77,4 82,4 85
Rata-Rata 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,57 25,8 27,47 28,33
C1 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 25,9 25,7 27,2 28,8
C2 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26 27 26 25,3 27,6 28,6
C3 25 26 25 25 26 26 26 27 27 28 27 25,5 25,3 27,8 28,5
Jumlah 75 78 75 75 78 78 78 81 81 80 81 77,4 76,3 82,6 85,9
Rata-Rata 25 26 25 25 26 26 26 27 27 26,67 27 25,8 25,43 27,53 28,63
D1 25 26 25 25 26 26 26 27 27 28 27 25,2 25,9 27,6 28,6
D2 25 26 25 25 26 26 26 27 27 28 27 25,2 25,2 27,3 28,5
D3 25 26 25 25 26 26 26 27 27 28 27 25,9 25,2 27,2 28,3
Jumlah 75 78 75 75 78 78 78 81 81 83 81 76,3 76,3 82,1 85,4
Rata-Rata 25 26 25 25 26 26 26 27 27 27,67 27 25,43 25,43 27,37 28,47
v
Perlakuan H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 H24 H25 H26 H27 H28 H29 H30
A1 27,2 27,3 26,7 26,9 27 27,3 28,2 29 27,5 29,2 27,3 27,3 28,2 27,2 27,5
A2 27,3 27,3 26,6 26,9 27,3 27,5 28,4 29 28,1 28,4 27,4 27,3 28,4 27,3 27,3
A3 27,3 27,6 26,5 26,3 27,6 27,1 28,2 29,3 27,1 28,5 27,2 27,6 28,2 27,3 27,5
Jumlah 81,8 82,2 79,8 80,4 81,9 81,9 84,8 87,3 82,7 86,1 81,9 82,2 84,8 81,8 82,3
Rata-Rata 27,27 27,4 26,6 26,8 27,3 27,3 28,27 29,1 27,6 28,7 27,3 27,4 28,27 27,27 27,43
B1 27,2 27,3 26,5 26,7 27,1 27,3 28,3 29 27,6 29 27,3 27,3 28,3 27,2 27,6
B2 27,2 27,2 26,6 26,8 27,4 27,3 28,2 29 28,3 28,6 27,6 27,6 28,2 27,2 27,5
B3 27,4 27,5 26,5 26,9 26,9 27,7 28,3 29 27,6 29,2 27,4 27,7 28,3 27,4 27,3
Jumlah 81,8 82 79,6 80,4 81,4 82,3 84,8 87 83,5 86,8 82,3 82,6 84,8 81,8 82,4
Rata-Rata 27,26 27,33 26,53 26,8 27,13 27,43 28,27 29 27,83 28,93 27,43 27,53 28,27 27,27 27,47
C1 27,3 27,5 26,6 26,7 27,4 27,3 28,2 29,2 27,6 29,3 28 27,6 28,2 27,3 27,2
C2 27,2 27,6 26,7 26,8 27,1 27,3 28,5 29 27,5 29,2 27,1 27,5 28,5 27,2 27,6
C3 27,3 27,5 26,3 27 27,3 27,3 28,3 29,2 27,6 28,5 27,6 27,3 28,3 27,3 27,8
Jumlah 81,8 82,6 79,6 80,5 81,8 81,9 85 87,4 82,6 88 82,7 82,4 85 81,8 82,6
Rata-Rata 27,27 27,53 26,53 26,83 27,27 27,3 28,33 29,13 27,53 29.33 27,57 27,47 28,33 27,27 27,53
D1 27,2 27,6 26,6 26,9 27,3 27,1 28,3 29 27,7 28,6 28,1 27,3 28,3 27,2 27,6
D2 27,3 27,6 26,5 26,9 27,1 27,5 28,3 29,3 28 28,5 28,2 27,5 28,3 27,3 27,3
D3 27,3 27,2 26,5 26,8 27 27,1 28,2 29,2 27,6 29,1 27,3 27,3 28,2 27,3 27,2
Jumlah 81,8 82,4 79,6 80,6 81,9 81,7 84,8 87,5 83,3 85,9 83,6 82,1 84,8 81,8 82,1
Rata-Rata 27,27 27,47 26,53 26,87 27,3 27,23 28,27 29,16 27,77 28,63 27,87 27,37 28,27 27,27 27,37
v
Lampiran 8. Data Pengamatan DO (ppm) Selama Penelitian
Perlakuan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15
A1 4,5 5,2 6,4 5,9 7 6,3 5,7 5,9 5,4 5,9 6,1 6,9 6 5,2 6,1
A2 5,5 5,5 6,5 5,6 6,1 6,2 6,3 6,1 6,5 5,9 6,4 6,9 6,7 5,6 5,4
A3 5,1 5,2 6,2 5,9 6,3 6,4 6,3 6 5,5 5,6 6,3 6 6,3 6,2 5,2
Jumlah 15,1 15,9 19,1 17,4 19,4 18,9 18,3 18 17,4 17,4 18,8 19,8 19 17 16,7
Rata-Rata 5,03 5,3 6,37 5,8 6,47 6,3 6,1 6 5,8 5,8 6,27 6,6 6,33 5,7 5,57
B1 6,1 5,4 6,5 6 6,5 6,1 6,1 5,5 5,3 6,1 6 5,7 6,5 5,6 5,9
B2 5,2 5,1 6,1 6,2 6,3 6,9 6 6,5 6,1 6,5 6,1 6,8 6,1 5,2 5,7
B3 5,9 5,3 6,7 6,1 6,4 7,1 7,3 6,1 6,2 5,6 6,3 5,3 6,3 5,5 5,7
Jumlah 17,2 15,8 19,3 18,3 19,2 20,1 19,4 18,1 17,6 18,2 18,4 17,8 18,9 16,3 17,3
Rata-Rata 5,73 5,27 6,43 6,1 6,4 6,7 6,47 6,03 5,87 6,07 6,13 5,93 6,3 5,43 5,77
C1 5,3 5,6 6,2 5,8 6,2 7,1 6,2 7,1 6 5,6 6,1 6,8 6 5,8 5,7
C2 2,6 5,4 6,8 5,7 5,1 6,9 6,7 6,5 6,2 6,5 6,2 5,7 6,3 5,6 5,7
C3 5,1 5,1 6,2 5,7 6,4 6,9 5,5 6,1 6,2 5,7 6,3 6,7 6,3 5,4 5,6
Jumlah 13 16,1 19,2 17,2 17,1 20,9 18,4 18,4 19,7 18,4 17,8 18,6 19,2 18,6 16,8
Rata-Rata 4,33 5,37 6,4 5,73 5,7 6,97 6,13 6,47 6,57 6,13 5,93 6,2 6,4 6,2 5,6
D1 5,3 5,7 6,3 6,1 6,1 7,1 5,9 6,1 6,1 6,4 6,2 6,7 6 6,1 5,9
D2 5,7 5,2 6,2 6,1 6,2 7,1 6,1 5,2 6,5 5,8 6,4 6,7 6,8 5,9 5,9
D3 5,5 5,3 6,4 5,8 6,5 7,1 5,6 6,3 6,1 6,4 6,3 6,1 5,7 5,3 5,5
Jumlah 16,5 16,2 18,9 18 18,8 21,3 17,6 17,6 17,6 18,7 18,6 18,9 19,5 17,3 17,3
Rata-Rata 5,5 5,4 6,3 6 6,27 7,1 5,87 5,87 5,87 6,23 6,2 6,3 6,17, 6,77 6,77
v
Perlakuan H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 H24 H25 H26 H27 H28 H29 H30
A1 5,8 5,9 6,9 6,3 7 5,9 5,7 5,9 6,4 5,9 6,1 4,5 5,2 6,4 6
A2 5,8 6 6,8 6,2 6,1 5,9 6,3 6,1 6,5 5,9 6,4 5,5 5,5 6,5 6,7
A3 6,3 5,7 6,5 6,4 6,3 5,6 6,3 6 6,2 5,6 6,3 5,1 5,2 6,2 6,3
Jumlah 17,9 17,6 20,2 18,9 19,4 17,4 18,3 18 19,1 17,4 18,8 15,1 15,9 19,1 19
Rata-Rata 5,97 5,87 6,73 6,3 6,47 5,8 6,1 6 6,37 5,8 6,27 5,03 5,3 6,37 6,33
B1 5,9 6,8 6,7 6,1 6,5 6,1 6,1 5,5 6,5 6,1 6 6,1 5,4 6,5 6,5
B2 6 6,3 6,7 6,9 6,3 6,5 6 6,5 6,1 6,5 6,1 5,2 5,1 6,1 6,1
B3 5,5 7,1 6,7 7,1 6,4 5,6 7,3 6,1 6,7 5,6 6,3 5,9 5,3 6,7 6,3
Jumlah 17,4 20,2 20,1 20,1 19,2 18,2 19,4 18,1 19,3 18,2 18,4 17,2 15,8 19,3 18,9
Rata-Rata 5,8 6,73 6,7 6,7 6,4 6,07 6,47 6,03 6,43 6,07 6,13 5,73 5,27 6,43 6,3
C1 5,6 6,5 6,9 7,1 6,2 5,6 6,2 7,1 6,2 5,6 6,1 5,3 5,6 6,2 6
C2 6,1 6,7 6,8 6,9 5,1 6,5 6,7 6,5 6,8 6,5 6,2 2,6 5,4 6,8 6,3
C3 5,7 6,4 6,5 6,9 6,4 5,7 5,5 6,1 6,2 5,7 6,3 5,1 5,1 6,2 6,3
Jumlah 17 19,6 20,2 20,9 17,1 18,4 18,4 18,4 19,2 18,4 17,8 13 16,1 19,2 19,2
Rata-Rata 5,7 5,8 6,5 6,97 5,7 6,13 6,13 6,47 6,4 6,13 5,93 4,33 5,37 6,4 6,4
D1 6,1 6,8 6,7 7,1 6,1 6,4 5,9 6,1 6,3 6,4 6,2 5,3 5,7 6,3 6
D2 6,2 6,8 6,5 7,1 6,2 5,8 6,1 5,2 6,2 5,8 6,4 5,7 5,2 6,2 6,8
D3 5,6 7,1 6,7 7,1 6,5 6,4 5,6 6,3 6,4 6,4 6,3 5,5 5,3 6,4 5,7
Jumlah 17,9 20,7 19,9 21,3 18,8 18,7 17,6 17,6 18,9 18,7 18,6 16,5 16,2 18,9 19,5
Rata-Rata 597 69 6,63 7,1 6,27 6,23 5,87 5,87 6,3 6,23 6,2 5,5 5,4 6,3 6,17,
v
Perlakuan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15
A1 6,8 6,8 6,7 6,7 7 6,8 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,8 7 7,1 7,1
A2 6,6 6,7 6,7 6,7 6,8 6,4 6,8 7 6,9 6,8 7 7,1 7 7,1 7,1
A3 6,7 6,7 6,6 6,6 6,9 6,4 6,8 6,9 6,9 6,9 7 7 7,1 7,1 7,3
Jumlah 20,1 20,2 20 20 20,7 19,6 20,5 20,8 20,7 20,6 20,9 20,9 21,1 21,3 21,5
Rata-Rata 6,7 6,73 6,67 6,67 6,9 6,53 6,83 6,93 6,9 6,87 6,97 6,97 7,03 7,1 7,17
B1 6,7 6,7 6,7 6,7 6,9 6,5 6,8 6,9 6,8 7 6,9 7,1 6,9 7 7,1
B2 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 6,6 6,8 6,8 6,9 7 6,9 7 6,9 7,1 7,1
B3 6,6 6,7 6,8 6,7 6,9 6,7 6,8 6,8 6,9 6,8 7,1 6,9 7 7,2 7,1
Jumlah 20 20,1 20,2 20,2 20,6 19,8 20,4 20,5 20,6 20,8 20,9 21 20,8 21,3 21,3
Rata-Rata 6,67 6,7 6,73 6,73 6,87 6,6 6,8 6,83 6,87 6,93 6,97 7 6,93 7,1 7,1
C1 6,7 6,7 6,7 6,7 6,9 6,5 6,7 7 6,9 6,9 7,1 7 7 6,8 7,2
C2 6,7 6,8 6,7 6,7 7,1 6,8 6,8 6,9 6,9 6,8 6,8 6,8 7,2 7,1 7,1
C3 6,6 6,7 6,6 6,7 6,9 6,5 6,8 7 6,9 6,9 6,9 7,1 7,1 7 7,1
Jumlah 20 20,2 20 20,1 20,9 19,8 20,3 20,9 20,7 20,6 20,8 20,9 21,3 20,9 21,4
Rata-Rata 6,67 6,73 6,67 6,7 6,97 6,6 6,77 6,97 6,9 6,87 6,93 6,97 7,1 6,97 7,13
D1 6,7 6,7 6,7 6,7 7 6,7 6,8 6,8 6,9 7 7 6,9 7 6,9 7,1
D2 6,7 6,7 6,7 6,7 6,9 6,5 6,9 7 6,8 6,8 6,9 7 6,8 7,1 7,1
D3 6,7 6,7 6,7 6,6 6,9 6,7 6,9 6,8 6,8 6,8 6,9 6,9 7 7 6,9
Jumlah 20,1 20,1 20,1 20 20,8 19,9 20,6 20,6 20,5 20,6 20,8 20,8 20,8 21 21,1
Rata-Rata 6,7 6,7 6,7 6,67 6,93 6,63 6,87 6,87 6,83 6,87 6,93 6,93 6,93 7 7,03
v
Perlakuan H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 H24 H25 H26 H27 H28 H29 H30
A1 7,1 7 7,1 6,8 6,8 7,2 6,8 6,8 6,7 7,1 6,8 6,8 6,8 7,2 6,8
A2 7,2 7,1 6,9 6,9 6,3 7 6,8 6,7 6,9 6,9 6,9 6,9 6,3 7 6,8
A3 6,9 7 7 7,1 5,8 6,8 6,7 6,8 6,7 7 7,1 7,1 5,8 6,8 6,7
Jumlah 21,2 21,1 21 20,8 18,9 21 20,3 20,3 20,3 21 20,8 20,8 18,9 21 20,3
Rata-Rata 7,07 7,03 7 6,93 6,3 7 6,77 6,77 6,77 7 6,93 6,93 6,3 7 6,77
B1 7 7,1 6,9 7 6,2 7,1 6,9 6,2 6,7 6,8 6,7 7 6,2 7,1 6,9
B2 7,2 7,2 6,9 7 6,8 7,1 6,7 6,5 7,1 7 6,6 7 6,8 7,1 6,7
B3 7 7,1 6,9 6,8 6,8 7 6,7 6,3 6,8 7 6,8 6,8 6,8 7 6,7
Jumlah 21,2 21,4 20,7 20,8 19,8 21,2 20,3 19 20,6 20,8 20,1 20,8 19,8 21,2 20,3
Rata-Rata 7,07 7,13 6,9 6,93 6,6 7,06 6,76 6,33 6,87 6,93 6,7 6,93 6,6 7,07 6,77
C1 7 7,1 7,2 6,8 6,3 6,9 6,7 6,8 6,8 6,7 6,9 6,8 6,3 6,9 6,7
C2 7 6,8 7 6,7 6,9 6,5 6,8 6,1 6,7 7,1 7 6,7 6,9 6,5 6,8
C3 6,7 7 6,9 7 6,7 7,1 6,8 6,8 7 6,9 6,8 7 6,7 7,1 6,8
Jumlah 20,7 20,9 21,1 20,5 19,9 20,5 20,3 19,7 20,5 20,7 20,7 20,5 19,9 20,5 20,3
Rata-Rata 6,9 6,97 7,03 6,83 6,63 6,83 6,77 6,57 6,83 6,9 6,9 6,83 6,63 6,83 6,77
D1 6,6 7,1 7 7 6,2 7,1 6,8 6,7 6,6 7,1 6,8 7 6,2 7,1 6,8
D2 7,2 7,1 7 7,1 6,3 7 7 6,9 6,9 7 6,8 7,1 6,3 7 7
D3 7,1 7 6,9 7,1 6,1 6,8 6,8 6,7 6,8 6,7 6,7 7,1 6,1 6,8 6,8
Jumlah 20,9 21,2 20,9 21,2 18,6 20,9 20,6 20,3 20,3 20,8 20,3 21,2 18,6 20,9 20,6
Rata-Rata 6,97 7,07 6,97 7,07 6,2 6,97 6,87 6,77 6,77 6,93 6,77 7,07 6,2 6,97 6,87
v
Penimbangan tepung Larutan tepung
v
Lampiran 10. Dokumentasi Selama Penelitian