KATA PENGANTAR
Puji dan serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum biologi perikanan yang berjudul “Penentuan
Umur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)” dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten
laboratorium saya bang Rinaldy dan asisten pembimbing lainya yang telah banyak
membantu, memberikan arahan dan saran bimbingan serta petunjuk selama
praktikum dilaksanakan.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa serta materi yang terdapat
didalamnya. Oleh karena itu, saya menerima kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan praktikum di masa yang akan datang.
Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan Umur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ............... 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Otolith Sebelum Diasah ......................................................................... 7
2. Otolith Sesudah Diasah .......................................................................... 7
5
4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Praktikum ........................................................................................ 5
2. Bahan Praktikum..................................................................................... 5
6
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum .......................................................... 13
2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 14
1
1
I. PENDAHULUAN
bertulang sejati pada berbagai umur (Pannella 1971). Larva dan juwana sebagai
tahapan awal perkembangan hidup ikan menjadi aspek penting, karena terkait
langsung dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada tahapan selanjutnya.
Umur ikan pada stadia larva dan juwana dapat ditentukan lebih akurat melalui
pengamatan jumlah lingkaran harian pada otolit ikan. Dengan diketahuinya umur
maka dapat diketahui pula ontogeni fase sebelumnya, misalnya waktu pemijahan,
pengeraman dan penetasan.
Otolith merupakan endapan kalsium karbonat yang berlangsung terus menerus
sepanjang hidup ikan dan kuantitasnya bervariasi dipengaruhi oleh umur, waktu
dan kondisi lingkungannya. Otolith berfungsi merekam peristiwa harian atau
kejadian-kejadian sepanjang hidup seekor ikan. Pengendapan kalsium karbonat
akan membentuk lingkaran harian yang dapat digunakan untuk menentukan umur
ikan (Kurniawan, 2016).
Otolit pada awalnya digunakan dalam kajian umur dan pertumbuhan ikan
sebagai parameter utama dalam investigasi dinamika populasi dan evaluasi
4
kelestarian dan status stok perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat
ini studi otolit semakinberkembang kegunaanya sebagaibasis informasi
pendukung untuk mengidentifiksai karakter spesies dan perbedaan antar
populasi ikan, termasuk profil habitat yang sesuai untuk pemijahan dan
distribusinya (Reader et al., 2015). Otolit atau batu telinga ikan yang dikenal
sebagai hasil dari proses biomineralisasi yang berlangsung pada tubuh ikan
(Green et al., 2009), digunakan umumnya untuk mengestimasi umur ikan dan
struktur stok. (Holden and Rait, 1974, Moningkey, 1985; Stransky et al., (2008)
mengemukakan bahwa otolit dapat digunakan dalam menentukan kondisi
lingkungan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mamuaya et al., (2016),
hingga kini untuk sejumlah besar jenis ikan pelagis di Indonesia dari marga
Carangidae dan Scombridae belum pernahsumber daya ikan (Green et al.,
2009). Otolit terletak di dalam telinga sehingga sering kali disebut juga batu
telinga (Jawad et al.,2011). Otolit merupakan organ yang berfungsi untuk
mengatur keseimbangan, pendengaran, koordinasi arah renang, dan orientasi pada
semua ikan bertulang sejati (Bani et al., 2013; Popper et al., 2005; Yilmaz et al.,
2014; Tuset et al., 2003). Otolit tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3) sebagai
komponen utama, yang umumnya berbentuk aragonit dan deposit garam
(Valinassab et al., 2012, Cabello et al., 2014, Sadighzadeh et al., 2014).
Pemotongan dan pengasahan otolith yang berukuran relatif besar, pengasahan
yang dilakukan secara vertikal dengan cara sepotong cristal bond diletakkan
diujung objek glass dan dipanaskan sampai meleleh (Windarti, 2007). Tanda
tahunan yang terdapat pada sisik dikenal dengan annulus. Otolith terbentuk dari
kalsium karbonat yang mengeras di dalam saluran kanal darisirkulasi pada tulang
ikan yang menonjol, berperan membantu dalamkeseimbangan dan menanggapi
bunyi
5
tambakan (Helostoma temminckii). Data yang diperoleh berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan terhadap otolith dan data
sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung praktikum ini
3.2 Prosedur Praktikum
Untuk melihat lingkaran pertumbuhan pada otolith yang berukuran besar
(panjang otolith lebih dari 2mm), dilakukan dua kali pengasahan otolith, otolith
diasah dengan cara melelehkan Crystal bond diatas hot plate (setrikaan). Objek
glass ini dipanaskan dengan menggunakan hot plate dengan suhu sekitar 80°C
sampai Crystal Bond meleleh. Krystal bond yang telah leleh diletakkan otolith
secara horizontal dan setengah bagian otolith dan dibiarkan agar krystal bondnya
mengeras serta melekat dengan otolith. Otolith diasah secara horizontal
menggunakan batu asah kasar. Setelah lingkaran otolith mulai tampak, dilanjutkan
pengasahan kedua. Objek glass dipanaskan kembali sampai Crystal bond meleleh.
Lelehan Cystal bond ini digunakan untuk menutupi otolith yang sudah diasah
dengan batu asah halus, kemudian diasah menggunakan batu asahan halus.
Pada saat proses pengasahan, batu asah harus diletakkan dalam nampan
plastik dan nampan tersebut diisi air sehingga batu asah terendam. Jadi pengasahan
dilakukan dalam air. Proses ini dilakukan untuk menjaga agar goresan baru asah
pada otolith/ ruas tulang punggung menjadi halus/tidak telihat. Bila batu asah tidak
direndam maka permukaan otolith ruas tulang punggung yang diasah menjadi kasar
dan lingkaran pertumbuhan tidak terlihat. Selanjutnya sampel diamati dibawah
mikroskop dan menentukan apakah ikan tersebut tinggal di perairan tercemar atau
tidak, dengan melihat apakah ada bitnik-bintik hitam pada otolith ikan tersebut.
7
7
4.1 Hasil
Setelah melakukan praktikum biologi perikanan tentang penentuan umur
ikantambakan (Helostoma temminckii) didapatkan hasil :
Nama Lokal Ikan : Tambakan
Ordo : Anabantiformes
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostomas
Spesies : Helostoma temminckii
Habitat : Air tawar
4.2 Pembahasan
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar
yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara yang memiliki tubuh
berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan
ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau
mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga
berbentuk nyaris bundar. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya
yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya
mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya
diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak
ditemukan di bagian mulut lain seperti premaksila, dentary, dan langit-langit
mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya
menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan
4.2.1 Penentuan Umur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Lingkaran pertumbuhan pada otolit terbagi menjadi 2 zona, yaitu zona
gelap dan terang. Zona terang menggambarkan pertumbuhan cepat dimana
metabolisme berdampak pada pertambahan ukuran ikan. Sedangkan zona gelap
mencerminkan pertumbuhan lambat, yaitu metabolisme digunakan untuk
pemeliharaan (maintenance) kondisi tubuh sehingga tidak diikuti pertambahan
8
ukuran ikan.
Pengamatan ini dilakukan dengan memperhatikan posisi garis terang dan
garis gelap pada Otolith ikan. Jika garis terang tampak didepan garis gelap, maka
pada masa kecil ikan tersebut hidup dilingkungan yang terjaga dan besar hidup
dilingkungan yang tercemar. Jika garis gelap tampak didepan garis terang, maka
pada masa kecil ikan tersebut hidup dilingkungan tercemar dan pada saat besar
hidup dilingkungan jernih. Ikan yang pertumbuhannya cepat dengan endapan
kalsium yang kurang rapat akan menghasilkan lingkaran pertumbuhan yang terang
dan jelas, sedangkan ikan yang pertumbuhannya lambat dengan endapan kalsium
yang semakin rapat akan menghasilkan lingkaran yang lebih gelap dan tebal.
Diperkirakan bahwa pada waktu ikan masih kecil pertumbuhannya tertanggu
kemudian mampu beradaptasi lagi dengan baik (Pertumbuhan cepat) selanjutnya
pada waktu ikan besar pertumbuhannya terganggu lagi.
Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan pada waktu ikan Tambakan
masih kecil (tahap larva berkembang) sangat peka terhadap perubahan lingkungan
atau rentan terhadap polutan yang ada di perairan. Sedangkan ikan Tambakan yang
besar lebih bisa mentolelir perubahan lingkungan atau lebih tahan beradaptasi
terhadap polutan yang ada di perairan. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa ikan Tambakan (Helostoma temminckii) yang
dipraktikumkan pada masa kecilnya hidup dilingkungan yang terjaga dan besar
hidup dilingkungan tercemar.
9
9
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada otolith ikan tambakan
(Helostoma temminckii) dapat disimpulkan bahwa, otolith ikan tambakan yang
sudah diamati dibawah mikroskop adalah terdapat satu buah garis hitam dan satu
buah garis putih. Garis hitam berada di dekat inti dan garis putih berada dipangkal
lapisan luar otolith, dimana Ikan Tambakan (Helostomata temminckii) pada masa
kecilnya hidup di perairan yang tidak tercemar dan pada pada saat dewasa ikan ini
hidup di perairan yang tercemar.
5.2 Saran
Untuk praktikan diharapkan bisa memahami materi yang akan dipraktekkan
serta harus teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang didapat tidak keliru
dan dapat mengurai kegiatan yang diperlukan, karena dapat menggangu proses
selama.
10
10
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2018). Studi morfometrik dan penentuan umur ikan lencam (Lethrinus
lentjan) di tempat pelelangan ikan (TPI) Ketapang Kota Pangkalpinang.
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 12(1), 61-64.
Ahmad, N. (2017). Analisa pemberian dosis pakan yang berbeda terhadap Radona,
D., Cahyanti, W., & Kusmini, I. I. (2014, December). Teknologi
Pembenihan Ikan Tambakan (Helostoma teminckii) Di Balai Budidaya Ikan
Sentral Provinsi Kalimantan Barat. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akkuakultur (pp. 885-891).
Arifin, O. Z., Cahyanti, W., Subagja, J., & Kristanto, A. H. (2017). Keragaan
Fenotipe Ikan Tambakan (Helostoma temminkii. Cuvier 1829) Hasil
Domestikasi (Takhasi). Media Akuakultur, 12(1), 1-9.
Augusta, T. S. (2016). Upaya domestikasi ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
yang tertangkap dari sungai Sebangau. JurnalL Ilmu Hewani
Tropika(JournalL of Tropical AnimalL Sccience), 5(2), 82-87.
Harjan, I. (2018). penentuan umur simpan ikan roa asap (ikan julung-julung asap)
(Hemirhampus sp) menggunakan metode ASLT (Accelerated Shelf Life
Testing) dengan pendekatan Arrhenius. Techno: Jurnal Penelitian, 7(01),
105-115.
Kurniawan, F. (2016). Penggunaan Otolith Untuk Penentuan Umur, Musim
Pemijahan, dan Laju Pertumbuhan Belanak (Chelon subviridis) di Esturia
Opak Kabupaten Rantul. Jurnal Sumberdaya Perairan, 5(4), 66-74.
Leguá, J., Plaza,G., Pérez, D., &Arkhipkin,A. (2013).Otolith shape analysis as a
tool for stock identification of the southern blue whiting, Micromesistius
australis. Latin American Journal of Aquatic Research, 41(3), 479–
489.ISSN: 0718-560X
Mamuaya, G.E., F. B. Manginsela dan C.F. Mandey. (2016). Biomineral otolit
sebagai indikator pembeda stok jenis ikan Carangidae dari laut sekitar
semenanjung Minahasa. Proposal Riset Fundamental. FPIK Unsrat.
Melani, H., Rondonuwu, A. B., Sangari, J. R., Manginsela, F. B., Pratasik, S. B., &
Undap, S. L. (2023). Cardinal Fish Otolith Biometrics Banggai Pterapogon
kauderni Koumans, 1933 In the Front Waters of Dudepo TPI Dudepo, South
Bolaang Mongondow Regency and in the Lembeh Strait, Bitung City. Jurnal
Ilmiah PLATAX, 11(1), 74-80.
Mourniaty, A. Z. A., Jabbar, M. A., Suyasa, I. N., & Wujdi, A. (2020). Hubungan
Morfometrik Otolith Dengan Ukuran Ikan Layang Deles (Decapterus
macrosoma Bleeker, 1851) di Perairan Bali Selatan. BAWAL Widya Riset
Perikanan Tangkap, 12(3), 103-107.
11
LAMPIRAN
13