Anda di halaman 1dari 18

Peranan Teknologi Penginderaan Jauh bagi Penangkapan Ikan di Indonesia

(Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

Dinarika Jatisworo, Ari Murdimanto


Balai Penelitian dan Observasi Laut
Jl. Baru Perancak, Perancak, Negara, Bali
Email: pgold01@yahoo.com; ari23murdimanto@gmail.com

Dimuat dalam Bunga Rampai Penginderaan Jauh Indonesia 2012, Editor Ketut
Wikantika dan Lissa Fajri, Pusat Penginderaan Jauh, ITB

Abstrak
Luas perairan negara Indonesia sebesar 5,8 juta km2, namun PDB dari sektor
perikanan sekitar 3,2%. Untuk meningkatkan produksi yang efektif dan efisien,
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui BPOL menerbitkan PPDPI, yang
disusun berdasarkan data penginderaan jauh berupa citra suhu permukaan laut,
konsentrasi klorofil-a, dan tinggi muka air laut. PPDPI yang dihasilkan
didistribusikan melalui website, surat elektronik, faksimili, dan layanan pesan
singkat. Nelayan Kabupaten Indramayu yang telah menggunakan PPDPI
memperoleh omzet tidak kurang dari 200 juta rupiah sehingga bisa menambah
satu unit kapal. Untuk meningkatkan akurasi PPDPI, BPOL meminta kepada
pelabuhan perikanan dan pengguna untuk mengirim data respon balik tangkapan
ikan berdasarkan koordinat lintang-bujur.

per by Jatisworo & Murdiman


Katakunci:
PPDPI, penginderaan jauh, suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a

Abstract
Indonesia ocean area is 5,8 million km2, while GDP is about 3,2% from fisheries
sector. To increase effectiveness and efficiency, Ministry of Fisheries and Marine
Affairs, through BPOL, produce PPDPI, which is based on remote sensing data
such as sea surface temperature, chlorophyll-a concentration, and sea surface
height. PPDPI distributed via website, email, fax, and short-message-service.
Fisherman in Regency of Indramayu using PPDPI get a turnover no-less-than
200 million rupiahs, so that he can add one unit of ship. To increase PPDPI
accuracy, BPOL ask fish-ports and users to send fish catchment feedback data
based on latitude-longitude coordinate.

Keywords:
PPDPI, remote sensing, sea surfae temperature, chlorophyll-a concentration
1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara bahari memiliki luas wilayah perairan sekitar 3,1 juta

km2 atau sekitar 70% dari seluruh wilayah Nusantara. Dengan diundangkannya

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) maka luas perairan tersebut menjadi 5,8 juta

km2 dibandingkan dengan luas seluruh daratan yang hanya 1,8 juta km2.

Kepulauan Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan total panjang

garis pantai sekitar 81.000 km. Pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber

daya kelautan tidak saja akan mempengaruhi perekonomian bangsa Indonesia

di masa mendatang, akan tetapi juga mampu meningkatkan kebutuhan akan

bahan makanan dan bahan baku, posisi dan pengaruhnya terhadap negara

sekitar, ketahanan nasional, dan kualitas lingkungan hidup negara secara

keseluruhan. Untuk banyak negara, kekayaan dan keanekaragaman hayati laut

Indonesia dianggap sebagai sumber bahan baku makanan yang sangat penting

per by Jatisworo & Murdiman


seperti berbagai jenis ikan, udang, kerang dan rumput laut

(http://www.dishidros.go.id/hidrografi/174-side-scan-sonar-teknologi-

penginderaan-bawah-laut.html, akses 26 Juli 2012).

Dari karakteristik wilayah perairan Indonesia seperti disebut di atas, Indonesia

memiliki tantangan yang perlu mendapat perhatian serius, di antaranya adalah:

a. Dengan luas laut 5,8 juta km2, PDB perikanan baru sekitar 3,2%;

b. Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton/tahun, tetapi nelayan

masih miskin;

c. Produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 juta ton/tahun dari jumlah

yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton/tahun, sehingga tersisa 0,5 juta

ton/tahun; dan
d. Jumlah nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 2.755.794 orang, tetapi

lebih dari 50%-nya (1.466.666 nelayan) berstatus sambilan utama dan

sambilan tambahan.

(Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.18/MEN/2011).

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui UPT Balai Riset dan Observasi

Kelautan (pada 2012 nomenklaturnya menjadi Balai Penelitian dan Observasi

Laut) melakukan pengumpulan data oseanografi dari data satelit maupun data

yang dapat mendukung kegiatan para nelayan dan masyarakat pesisir dalam

memanfaatkan hasil perikanan (Jatisworo, 2010). Hal ini juga tercantum dalam

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 34 tahun 2011 mengenai

organisasi dan tata kerja Balai Penelitian dan Observasi Laut, dimana salah

satu fungsinya adalah “pelaksanaan penelitian dan observasi sumber daya laut

per by Jatisworo & Murdiman


di bidang fisika dan kimia kelautan, daerah potensial penangkapan ikan,

perubahan iklim, serta pengkajian teknologi kelautan”

(http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/peta-pdpi, akses 26 Juli 2012).

Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) merupakan salah satu

produk nyata Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) untuk masyarakat

nelayan di Indonesia. PPDPI telah dibuat dan didistribusikan sejak tahun 2000,

saat itu masih dilakukan langsung oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Dari awal diproduksi hingga saat ini, PPDPI terus mengalami perkembangan

dan perbaikan.

Pembuatan PPDPI didasarkan pada informasi sebaran konsentrasi klorofil-a,

suhu permukaan laut, dan anomali tinggi permukaan air laut dari citra satelit.

Saat ini ada 3 jenis PPDPI yang dihasilkan BPOL, yaitu PPDPI Nasional, Laut
Sawu, dan Pelabuhan Perikanan (http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/peta-pdpi,

akses 26 Juli 2012).

Dihasilkannya Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan bertujuan untuk

memudahkan nelayan dalam navigasi menuju lokasi yang diperkirakan

memiliki potensi ikan, sehingga paradigma nelayan yang awalnya “mencari

ikan” berganti menjadi “menangkap ikan”. Hal ini akan berkaitan dengan

manfaat yang diharapkan dari dihasilkannya PPDPI, yakni membantu

meningkatkan hasil tangkapan para nelayan dan membuat kegiatan

penangkapan menjadi lebih efektif dan efisien. Peta Prakiraan Daerah

Penangkapan Ikan saat ini dapat diakses melalui beberapa media, yakni website

BPOL, surat elektronik, faksimili, dan pesan singkat melalui telepon seluler.

per by Jatisworo & Murdiman


Di Asia-Pasifik, tidak hanya Indonesia yang memanfaatkan teknologi

penginderaan jauh untuk penangkapan ikan dan mengembangkannya. India

melalui INCOIS (Indian National Centre for Ocean Information Services)

telah menyediakan Potential Fishing Zone (PFZ) Advisories untuk

dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di India dengan memanfaatkan data suhu

permukaan laut dan sebaran klorofil-a

(http://www.incois.gov.in/Incois/marine_fisheries_main.jsp, akses pada 3

Oktober 2012).

Di Cina, pemanfaatan data penginderaan jauh untuk penangkapan ikan telah

dimulai sejak tahun 1983 dengan dikirimkannya data suhu permukaan laut ke

perusahaan perikanan (Shinxing, 1992). Bahkan, pada 2002, Cina telah

meluncurkan satelit HY-1A yang dapat diaplikasikan untuk informasi


perikanan (Yan, 2004). Bagi nelayan komersial, khususnya penangkapan tuna,

informasi suhu permukaan laut dianggap sangat berharga. Di Jepang, data suhu

permukaan laut tidak hanya diakuisisi oleh kapal untuk riset, namun juga oleh

kapal penangkap ikan dan didistribusikan melalui radio faksimili (Yamanaka,

1982). Selain itu, pemanfaatan data penginderaan jauh untuk perikanan mulai

mengarah ke penangkapan yang berkelanjutan (Saitoh et al, 2011).

Selain Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan yang dihasilkan Balai

Penelitian dan Observasi Laut yang berada dibawah Kementerian Kelautan dan

Perikanan, di Indonesia ada dua produk yang serupa, yakni SIKBES-FG

(Sistem Informasi Knowledge-based Expert System Fishing Ground) yang

dihasilkan oleh Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam yang berada

dibawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan ZPPI (Zona

per by Jatisworo & Murdiman


Potensi Penangkapan Ikan) yang dihasilkan oleh Balai Penginderaan Jauh

Pare-pare yang berada dibawah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN) (Wikantika dan Fajri, 2012).

2. Tujuan dan Manfaat


2.1. Tujuan
Tersedianya Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan untuk wilayah

perairan nasional, pelabuhan, dan pesisir yang dapat diakses dengan

mudah dan dimanfaatkan oleh nelayan untuk melaksanakan kegiatan

penangkapan ikan yang lebih efektif dan efisien.

2.2. Manfaat
Membantu meningkatkan hasil tangkapan para nelayan dan membuat

kegiatan penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien.


3. Metode
3.1. Metode Penentuan Daerah Potensi Ikan
Daerah prakiraan potensi ikan ditentukan berdasarkan parameter suhu

permukaan laut, klorofil-a, dan tinggi muka airlaut. Lebih jelas mengenai

parameter yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter yang Digunakan


Parameter Data Sumber
Suhu permukaan laut Citra Aqua MODIS Level 2 dan 3 Oceancolor
Konsentrasi klorofil-a Citra Aqua MODIS Level 2 dan 3 Oceancolor
Tinggi muka airlaut Jason/TOPEX CCAR
Sumber: Jatisworo, 2010

3.1.1. Suhu Permukaan Laut


Kondisi suhu air laut akan mempengaruhi metabolisme dan perilaku

ikan. Suhu yang terlalu ekstrim baik dingin maupun panas akan

membuat ikan bergerak secara dinamis di tempat-tempat yang cocok

dengan kondisi tubuhnya. Suhu air laut juga sangat berpengaruh pada

per by Jatisworo & Murdiman


siklus rantai makanan yang terdapat di laut.

3.1.2. Konsentrasi Klorofil-a


Konsentrasi klorofil-a di perairan laut dapat menjadi indikator bagi

keberadaan ikan-ikan pelagis. Hal ini terkait dengan siklus rantai

makanan dimana klorofil-a dianggap sebagai produsen. Kandungan

klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada

suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk

produktivitas perairan.

3.1.3. Tinggi Muka Air Laut


Data tinggi muka air laut digabungkan dengan data suhu permukaan

laut dan konsentrasi klorofil-a untuk mendapatkan daerah front, di

mana pada daerah front merupakan daerah lautan dengan pertemuan

massa air yang berbeda dan dapat menjadi perangkap ikan karena
daerah ini memiliki pergerakan air yang sangat cepat dan ombak yang

besar.

Selain ketiga data utama di atas, dalam PPDPI juga memuat informasi arah dan

kecepatan angin di permukaan laut serta tinggi gelombang laut. Informasi ini

berfungsi sebagai panduan keselamatan bagi para nelayan.

per by Jatisworo & Murdiman


Gambar 1. Proses Pengolahan PPDPI (Jatisworo, 2010)

Upwelling diidentifikasi melalui interpretasi data suhu permukaan laut dengan

asumsi upwelling ditandai dengan adanya daerah perairan dengan suhu rendah

yang dikelilingi suhu lebih tinggi di sekitarnya (Robinson, 2010). Daerah front

diperoleh melalui interpretasi data tinggi muka air laut dengan asumsi daerah

front berasosiasi dengan arus yang kuat dan perbedaan tinggi muka laut

(Jatisworo, 2010). Kedua parameter tersebut kemudian di-overlay dengan data

konsentrasi klorofil-a, dengan asumsi tingkat konsentrasi klorofil-a yang

mendukung adanya ikan adalah 0,2 – 1 mg/m3. Jika di suatu daerah terbentuk

upwelling dan front tanpa ada konsentrasi klorofil-a, maka daerah tersebut
diperkirakan bukan daerah potensi ikan. Jika di suatu daerah terbentuk

upwelling atau front dengan adanya konsentrasi klorofil-a, maka daerah

tersebut diperkirakan daerah potensi ikan. Jika di suatu daerah terbentuk

upwelling dan front serta ada konsentrasi klorofil-a, maka daerah tersebut

diperkirakan daerah tangkapan ikan. Lebih rinci mengenai metode penentuan

daerah tangkapan ikan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode Penentuan Daerah Tangkapan Ikan


Konsentrasi Klorofil-a
Perkiraan Upwelling Front
(0,2 – 1 mg/m3)
Daerah Tangkapan Ikan v v v
Daerah Potensi Ikan v x v
Daerah Potensi Ikan x v v
Bukan Daerah Potensi Ikan v v x
Bukan Daerah Potensi Ikan v x x
Bukan Daerah Potensi Ikan x v x

per by Jatisworo & Murdiman


Bukan Daerah Potensi Ikan x x x

Data gelombang dan angin dari BMKG digunakan untuk menampilkan

informasi arah dan kecepatan angin serta tinggi gelombang laut yang

dimaksudkan sebagai panduan keselamatan bagi nelayan. Data respon balik

dikirimkan setiap bulannya dari pihak pelabuhan yang menerima PPDPI

digunakan untuk lebih meningkatkan akurasi penentuan daerah tangkapan ikan.

3.2. Metode Distribusi PPDPI


Ketiga jenis PPDPI yang dihasilkan BPOL dapat diakses melalui website di

http://www.bpol.litbang.kkp.go.id. Selain itu, media surat elektronik dan

pengiriman faksimili juga digunakan untuk pendistribusian PPDPI. Saat ini,

bekerjasama dengan Pusdatin, BPOL sedang mengembangkan distribusi


PPDPI melalui media layanan pesan singkat, sehingga mudah diakses kapan

saja oleh para nelayan.

4. Hasil dan Diskusi


Balai Penelitian dan Observasi Laut menghasilkan Peta Prakiraan Daerah

Penangkapan Ikan yang meliput seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Ada 3 jenis peta yang dihasilkan, yakni PPDPI Nasional, Laut

Sawu, dan Pelabuhan Perikanan (http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/peta-pdpi,

akses 26 Juli 2012).

per by Jatisworo & Murdiman


Periode penerbitan PPDPI Nasional adalah tiga kali dalam seminggu, yakni

setiap Senin, Rabu, dan Jum’at. PPDPI Nasional meliput wilayah-wilayah yang

pembagiannya berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera;

Sulawesi; Maluku dan Papua; Kalimantan; dan Jawa, Bali, Nusa Tenggara.

per by Jatisworo & Murdiman

PPDPI Pelabuhan Perikanan


Gambar dan Laut
2. Liputan Sawu PDPPI Nasional
Wilayah
(http://www.bpol.litbang.kkp.go.id, akses 2 Juni 2012)
Untuk jenis PPDPI Pelabuhan Perikanan, wilayah yang diliput adalah PPN

Kejawanan, PPN Pemangkat, PPN Pengambengan dan PPP Muncar, PPN


Ternate dan Bitung, PPS Belawan, PPS Cilacap, PPN Ambon, PPN Pelabuhan

Ratu, PPN Sungai Liat, PPP Tamperan (Pacitan), serta wilayah perairan Bali

Utara dan Bali Timur. Sedangkan dalam rangka mendukung kegiatan

IPTEKMAS pada Juni 2009, BPOL mulai menerbitkan PPDPI untuk wilayah

perairan Laut Sawu. PPDPI Pelabuhan Perikanan dan Laut Sawu diterbitkan

setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu.

Semua jenis PPDPI yang dihasilkan BPOL dapat diakses melalui website

http://www.bpol.litbang.kkp.go.id. Pengiriman melalui faksimili dan surat

elektronik dapat dilakukan jika ada permintaan khusus, baik dari instansi

maupun perusahaan penangkapan ikan dan nelayan, kepada BPOL. Akses

informasi melalui layanan pesan singkat sedang dalam tahap pengembangan

oleh BPOL dan Pusdatin, namun untuk saat ini dapat digunakan dengan cara

per by Jatisworo & Murdiman


ketik IKAN dan kirim ke nomor 0878 8632 0200. Informasi yang diterima

melalui layanan pesan singkat adalah informasi daerah potensi ikan dari PPDPI

Nasional.

Manfaat langsung PPDPI telah dapat dirasakan oleh nelayan yang

menggunakan. Cerita sukses mengenai pemanfaatan PPDPI dapat dilihat pada

pemaparan yang diakses dari website BPOL berikut ini:

Cerita sukses pemanfaatan Peta Potensi Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI)

kembali terdengar santer dari Kabupaten Indramayu. Sebelumnya pemanfaatan

PPDPI mengantarkan Bapak Haji Cartisa menjadi pengusaha penangkapan

ikan yang sangat mapan dengan armada kapal berjumlah lebih dari 30 unit

dengan kapasitas masing-masing kapal lebih dari 30 GT. Kini PPDPI kembali
mengulang suksesnya mengantarkan seorang nelayan menjadi pengusaha yang

berkembang pesat. Adalah bapak Rusmadi, seorang nelayan yang pada dua

tahun belakangan mengalami perkembangan sangat pesat. Berawal dari

ketertarikannya terhadap kesuksesan Haji Cartisa, Rusmadi yang saat itu hanya

memiliki kapal kecil dengan kapasitas dibawah 30 GT berusaha mencari tahu

rahasia dibalik usaha Haji Cartisa. Hal inilah yang mengantarkan Rusmadi

untuk mengikuti langkah dan teknik penangkapan ikan memanfaatkan PPDPI

yang diproduksi dan dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Observasi Laut.

Rusmadi sangat meyakini akurasi PPDPI yang dikirimkan oleh BPOL dua kali

seminggu melalui internet, dan kemudian didistribusikan oleh Dinas Kelautan

dan Perikanan Indramayu melalui SMS Center. Dengan masa hari layar kapal

± 45 hari dalam sekali trip, maka informasi PPDPI menjadi sangat berharga

per by Jatisworo & Murdiman


bagi para punggawa kapal yang sedang di tengah laut. Dengan panduan lokasi

daerah potensial penangkapan ikan tersebut, maka biaya operasional kapal dan

waktu tempuh menuju lokasi penangkapan menjadi sangat efektif dan efisien.

Kondisi inilah yang oleh Rusmadi diyakini menjadi musim panen ikan

sepanjang tahun tanpa ada musim paceklik. Dengan omzet perolehan ikan yang

tidak kurang dari 200 juta rupiah setiap mendarat, maka usaha penangkapan

ikan Rusmadi meningkat pesat, sehingga saat ini sudah bisa menambah 1 unit

kapal tangkap. Bisa dibayangkan berapa penghasilan bersih Rusmadi jika biaya

operasional sekali layar adalah 45 juta.

Rusmadi menuturkan bahwa dengan kondisi usahanya yang demikian

menjanjikan, maka dirinya berani berharap banyak untuk bisa memberikan


pendidikan yang lebih baik kepada anaknya sampai memperoleh jenjang

pendidikan yang tinggi. Rusmadi juga sudah merencanakan untuk menunaikan

ibadah Haji sebagai kewajiban dan ungkapan rasa sukur atas rejeki yang

diterimanya.

Sebagai informasi, operasional PPDPI di Kabupaten Indramayu sudah berjalan

dengan cukup sistematis. Distribusi PPDPI dilakukan dengan berbagai cara

yang memudahkan nelayan untuk mendapatkan lokasi potensial penangkapan

ikan dengan tepat waktu. Setiap harinya seorang operator akan mengunduh

informasi PPDPI dari website BPOL di http://www.bpol.litbang.kkp.go.id

kemudian memasukan tabel lokasi potensial tersebut ke SMS center. Informasi

selanjutnya akan disebarkan melalui SMS secara otomatis kepada pengguna

yang telah terdaftar. Sebagai pendukung, informasi juga ditampilkan sebagai

per by Jatisworo & Murdiman


running text melalui papan pengumuman yang dipasang di tempat tempat

strategis baik di halaman kantor dinas maupun di pelabuhan-pelabuhan

perikanan.

Secara swadaya kelompok nelayan rutin mengadakan pertemuan untuk

membahas dan mengkomunikasikan pemanfaatan PPDPI kepada kelompoknya

maupun kepada kelompok lain. Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Indramayu pun turut mendukung dengan mengadakan talkshow di

sebuah stasiun radio untuk mengabarkan kesuksesan penggunaan PPDPI

tersebut.

Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Indramayu menyampaikan

agar program PPDPI ini bisa terus berjalan dan berkembang sehingga
memberikan manfaat yang lebih banyak kepada masyarakat. Disampaikan juga

agar Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa memberikan dukungan yang

lebih banyak terhadap operasionalnya.

Gambar 3. Running-text Informasi Daerah Penangkapan Ikan di Dinas


Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu (foto oleh Denny Wijaya
Kusuma)

Cerita sukses ini telah sampai ke Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip

per by Jatisworo & Murdiman


Sutardjo. Pada 25 Februari 2012 di Pelabuhan Pendaratan Ikan Eretan Wetan,

Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, beliau meresmikan SMS

Centre Informasi Daerah Penangkapan Ikan (IDPI). Informasi pada IDPI

adalah informasi PPDPI yang dikembangkan dan didistribusikan oleh BPOL

serta diinformasikan sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Berikut alur distribusi PPDPI di Indramayu:


- Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mengunduh PPDPI

melalui website BPOL;

- Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu memiliki

Laboratorium IDPI (Informasi Daerah Penangkapan Ikan), dengan operator

khusus yang akan mendistribusikan Informasi PPDPI tersebut kepada

nelayan;
- Operator IDPI bertugas menkonversi posisi lintang dan bujur lokasi potensi

ikan dari PPDPI;

- Lokasi potensi ikan tersebut kemudian dikirimkan operator melalui SMS

Center dan running-text IDPI.

(http://www.bpol.litbang.kkp.go.id, akses 26 Juli 2012, dengan perubahan)

Sebagai validasi hasil prakiraan daerah potensi ikan, BPOL meminta kepada

beberapa pelabuhan perikanan untuk mengirimkan data respon balik. Data

yang diminta adalah data hasil tangkapan nelayan berbasis koordinat lintang

dan bujur. Diharapkan dengan adanya data respon balik, BPOL dapat

meningkatkan validasi PPDPI di masa mendatang.

per by Jatisworo & Murdiman

Gambar 4. Contoh Tabel Respon Balik Peta Prakiraan Daerah Penangkapan


Ikan (Tim Penyusun, 2010)
5. Kesimpulan dan Saran
Dari pemaparan pada sub-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan dan saran

sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan
a. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) dihasilkan oleh

Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL);

b. PPDPI meliput seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. PPDPI dapat diakses setiap hari melalui website

http://www.bpol.litbang.kkp.go.id;

d. PPDPI dapat diperoleh melalui surat elektronik dan faksimili jika ada

permintaan khusus dari pengguna kepada BPOL;

e. Akses informasi PPDPI melalui layanan pesan singkat masih dalam

tahap pengembangan oleh BPOL dan Pusdatin, namun saat ini sudah

per by Jatisworo & Murdiman


dapat diakses melalui nomor (sementara) 0815 8966 008;

f. Nelayan sangat antusias untuk memanfaatkan PPDPI karena sudah

mengetahui manfaatnya bagi efektifitas dan efisiensi penangkapan

ikan;

g. Nelayan di Kabupaten Indramayu yang memanfaatkan PPDPI

meningkat pendapatannya dalam sekali melaut.

5.2. Saran
a. PPDPI membutuhkan respon balik dari para pengguna untuk

meningkatkan akurasi prakiraan daerah potensi ikan yang dihasilkan;

b. Integrasi lembaga pemerintah penghasil peta prakiraan daerah potensi

ikan diperlukan dalam pengembangan PPDPI, baik dari segi akurasi

dan sistem yang digunakan.


Daftar Pustaka
Balai Penelitian dan Observasi Laut. Akses pada 26 Juli 2012 dari
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id.

Dishidros. 2011. SIDE SCAN SONAR Teknologi Penginderaan Bawah Laut.


Akses pada 26 Juli 2012 dari http://www.dishidros.go.id/hidrografi/174-side-
scan-sonar-teknologi-penginderaan-bawah-laut.html.

Indian National Centre for Ocean Information Services. Akses pada 3 Oktober
2012 http://www.incois.gov.in/Incois/marine_fisheries_main.jsp

Jatisworo, Dinarika et al. 2010. Laporan Kegiatan Operasional:


Operasionalisasi Stasiun Bumi Penerima Dara Satelit Oseanografi.
Jembrana: Balai Riset dan Observasi Kelautan.

Jatisworo, Dinarika. 2010. The Album Map of Potential Fsihing Ground


Prediction – Bilingual Edition. Jembrana: Balai Riset dan Observasi
Kelautan.

MODIS Web. Akses pada 2 Oktober 2012 dari http://www.modis.gsfc.nasa.gov.

Realino, et al. 2007. Pola Kesuburan Perairan Indonesia. Jembrana: Balai Riset
dan Observasi Kelautan.

per by Jatisworo & Murdiman


Robinson, Ian S. 2010. Discovering the Ocean from Space: The unique
applications of satellite oceanography. Chichester: Springer.

Saitoh, Sei-Ichi et al. 2011. Some Operational Uses of Satellite Remote Sensing
and Marine GIS for Sustainable Fisheries and Aquaculture. Japan.

Shixing, Han. 1992. Remote Sensing in China Fisheries. China.

Wikantika K. dan Fajri L., editor. 2012. Bunga Rampai Penginderaan Jauh
Indonesia – Pengembangan Sistem Penjejak Ikan nan Cerdas (Intelligent
Fish Tracker) dengan Pendekatan Integrasi Expert Systems, Remote Sensing,
dan GIS Model. Bandung: Pusat Penginderaan Jauh ITB.

Yamanaka, Ichiro. 1982. Application of Satellite Remote Sensing to Fishery


Studies in Japan. Japan.

Yan, Jihui. 2004. China’s HY-1A Ocean Satellite and Its Application. China.
Biografi Penulis
Dinarika Jatisworo
Lahir pada 16 Mei 1985 di Solo, putri dari pasangan
Edhi Sumaryoto dan Lina Chabibi ini besar di
Yogyakarta. Menamatkan SD, SMP, dan SMA di
Yogyakarta. Pada 2003 diterima di Jurusan Kartografi
dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada. Lulus dengan predikat cumlaude pada
tahun 2008, dengan skripsi mengenai transportasi
daerah perkotaan Yogyakarta. Pada 2009 mulai bekerja
di Balai Penelitian dan Observasi Laut. Pada 2010 mulai menjabat sebagai
Koordinator Operasional Stasiun Bumi dan PPDPI.

Ari Murdimanto
Lahir di Jakarta pada 23 Februari 1986. Menamatkan
SD, SMP, dan SMA di Tangerang. Pada 2003 diterima
di Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas

per by Jatisworo & Murdiman Geografi, Universitas Gadjah Mada. Lulus pada 2008
dengan skripsi mengenai tingkat kemacetan rute Trans
Jogja. Pada 2009 sampai 2010 bekerja di konsultan
lingkungan Sekala sebagai RS/GIS officer dan terlibat
dalam pemetaan partisipatif di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sejak
2011 mulai bekerja di Balai Penelitian dan Observasi Laut sebagai operator
stasiun bumi dan PPDPI.

Anda mungkin juga menyukai