Anda di halaman 1dari 10

STUDI PEMETAAN ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI

PERAIRAN PANTAI SADENG YOGYAKARTA DENGAN


MEMANFAATKAN PARAMETER PERSEBARAN SUHU PERMUKAAN
LAUT BERDASARKAN DATA CITRA SATELIT AQUA MODIS

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh:
Alayya Eka Putri
26010315130066

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) oleh sebagian besar

nelayan Indonesia selama ini masih menggunakan cara-cara tradisional yaitu

dengan menggunakan rasi bintang, insting, pengalaman, serta informasi dari

nelayan lain. Kurangnya informasi daerah penangkapan ikan merupakan salah

satu kendala dalam operasi penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan akan

menjadi lebih efektif dan efisien apabila daerah penangkapan ikan dapat diduga

terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas penangkapan. Menurut pernyataan

Prahasta dalam Louhenapessy dan Waas (2009), identifikasi daerah penangkapan

ikan spesies tertentu, dan peruntukan lainnya, dapat ditentukan menggunakan

Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG didefinisikan sebagai suatu kesatuan

formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berhubungan

dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi.

Daerah penangkapan ikan dapat diprediksi dari parameter suhu permukaan

laut, penyebaran klorofil-a dan arus. Suhu merupakan parameter lingkungan yang

berguna dalam mempelajari proses-proses fisik, kimia, dan biologi yang terjadi di

laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat digunakan untuk

mengindentifikasi parameter-parameter laut seperti arus, upwelling dan front

(Nontji, 1993 dalam Insanu et al., 2013). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu

dilakukan pemetaan persebaran suhu permukaan laut sebagai penentu daerah

penangkapan ikan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penangkapan serta

memaksimalkan hasil tangkapan nelayan di perairan Pantai Sadeng, Yogyakarta.

1
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi perikanan yang cukup besar

dengan garis pantai sepanjang 113 km. Daerah yang memiliki potensi perikanan

tangkap yang perlu dikembangkan yaitu Kabupaten Gunungkidul. Salah satu

sentra perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Gunungkidul adalah Pantai

Sadeng. Hal ini diperkuat oleh Rahmi et al. (2013), yang menyatakan bahwa

perairan di Gunungkidul yang memberikan kontribusi hasil perikanan pada tahun

2012 antara lain Pantai Nampu, Pantai Siung, Pantai Ngandong, Pantai Gesing,

Pantai Drini, Pantai Ngrenehan, Pantai Baron dan Pantai Sadeng. Hasil tangkapan

paling banyak berasal dari Pantai Sadeng, hal ini disebabkan karena Pantai

Sadeng sudah memiliki armada penangkapan yang lebih banyak dan sudah

dilengkapi dengan TPI yang lebih besar.

1.2. Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:

1. Mengidentifikasi Suhu Permukaan Laut untuk pembuatan peta

Zona Potensi Penangkapan Ikan; dan

2. Membuat peta prakiraan zona potensi penangkapan ikan

1.3. Manfaat

Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:

1. Mahasiswa mampu membuat peta Zona Potensi Penangkapan Ikan dengan

menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) sesuai

dengan kondisi oseografi pada suatu perairan.

2
2. Peta yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai informasi kepada nelayan,

pelaku industri perikanan, serta pemerintah setempat mengenai kondisi

daerah penangkapan ikan.

1.4. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini akan dilaksanakan selama 2 minggu

pada bulan November 2017 dan bertempat di Parangtritis Geomaritime Science

Park (PGSP) - Badan Informasi Geospasial (BIG) yang beralamat di Jl.

Parangtritis, Parangtritis, Kec. Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

55772.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Penginderaan Jauh dan SIG

Menurut Hamuna et al. (2015), penginderaan jauh merupakan suatu teknik

yang dapat diaplikasikan untuk pengamatan parameter oseanografi perairan

seperti Suhu Permukaan Laut (SPL) baik secara spasial maupun temporal. Sensor

satelit penginderan jauh mendeteksi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan

oleh permukaan laut untuk melihat fenomena sebaran SPL. Menurut Graham

(2005) dalam Panjaitan (2009), satelit Aqua MODIS adalah satelit ilmu

pengetahuan tentang bumi yang dimiliki oleh NASA yang mempunyai misi

mengumpulkan informasi tentang siklus air di bumi, termasuk penguapan dari

samudera, awan, presipitasi, kelembaban tanah, serta salju yang menutupi daratan.

Menurut Rastuti et al. (2015), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah

suatu sistem berbasis komputer untuk menangkap, menyimpan, mengecek,

mengintegrasikan, memanipulasi, dan men-display data dengan peta digital. SIG

sudah digunakan secara luas untuk mengakses informasi tentang suatu lokasi.

Keputusan yang diambil khususnya yang berkaitan dengan aspek

keruangan/spasial. Pada penelitian ini, digunakan teknologi SIG untuk deskripsi

lokasi potensi wilayah. Syofyan et al. (2009), menyatakan bahwa salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk menentukan kesesuaian daerah penangkapan tersebut

dengan memanfaatkan teknologi SIG. SIG adalah sistem yang dapat mendukung

pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi

lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi

tersebut.

4
2.2. Parameter Oseanografi

2.2.1. Suhu

Menurut Robinson dalam Panjaitan (2009), salah satu parameter

oseanografi yang mencirikan massa air di lautan adalah suhu perairan. Suhu

permukaan laut mempunyai hubungan erat dengan keadaan lapisan air laut yang

berada di bawahnya, sehingga data suhu permukaan laut dapat digunakan untuk

menafsirkan fenomena-fenomena yang terjadi laut seperti front (pertemuan dua

massa air yang berbeda), arus, upwelling, sebaran suhu permukaan laut secara

horizontal, dan aktifitas biologi. Patty (2013), berpendapat bahwa bervariasi nilai

suhu yang terjadi di perairan, mengindikasikan bahwa nilai suhu di perairan

dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain cuaca, angin dan arus. Perubahan

pola arus yang mendadak juga dapat menurunkan nilai suhu air.

2.2.2. Thermal front

Daerah front merupakan salah satu proses oseanografi yang juga

mempengaruhi kelimpahan dan distribusi ikan, dimana terjadi pertemuan antara

dua massa air berbeda yang dapat diidentifikasi dari suhu massa air tersebut.

Front penting dalam produktivitas perairan laut karena cenderung membawa air

yang relatif dingin dan kaya akan nutrien. Kombinasi dari suhu dan peningkatan

kandungan hara yang timbul dari percampuran ini akan meningkatkan

produktivitas plankton. Plankton merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan

kecil, sehingga terdapat banyak ikan kecil yang tinggal di daerah tersebut. Hal ini

menyebabkan terbentuknya suatu rantai makanan yang memungkinkan adanya

kehidupan ikan besar, sehingga daerah tersebut dapat dijadikan sebagai daerah

penangkapan ikan (Angraeni et al., 2014).

5
2.2.3. Upwelling

Proses upwelling adalah suatu proses dimana massa air didorong ke arah

atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter yang terjadi sepanjang pantai

barat di banyak benua. Aliran lapisan permukaan air yang menjauhi pantai

mengakibatkan massa air yang berasal dari lapisan dalam akan naik menggantikan

kekosongan tempat ini. Massa air yang naik kaya akan larutan nutrien seperti

nitrat dan fosfat, karena itu cenderung mengandung banyak fitoplankton, maka

area-area upwelling merupakan suatu tempat yang subur bagi populasi ikan

(Hutabarat dan Evans, 1984). Menurut An’nisaa et al. (2013), prediksi daerah

potensial upwelling dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya

ditemukan suhu permukaan laut (SPL) yang lebih rendah dari sekitarnya dan

relatif tingginya konsentrasi klorofil-a.

2.3. Daerah Penangkapan Ikan

Menurut Ridha et al. (2013), habitat alami ikan sangat dipengaruhi oleh

kondisi atau parameter oseanografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas,

klorofil-a, kecepatan arus dan sebagainya. Keberadaan ikan pelagis kecil lebih

ditentukan oleh habitat dengan posisi pertemuan klorofil-a dan suhu optimal,

dibandingkan dengan parameter oseanografi lainnya, sehingga faktor penentu

keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan

suatu daerah penangkapan ikan yang layak untuk dapat dilakukan operasi

penangkapan ikan. Sebenarnya teknologi penginderaan jauh bisa dimanfaatkan

untuk lebih mengoptimalkan penangkapan yaitu dengan menganalisis data citra

penginderaan jauh dengan SPL sebagai fenomena oseanografi dalam persebaran

hubungannya dengan upwelling.

6
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Parangritis

Geomaritime Science Park ini adalah:

1. Laptop untuk mengoperasikan software;

2. Software SeaDAS untuk mengolah data citra MODIS;

3. ArcGIS untuk proses klasifikasi dan layouting peta;

4. Hardisk Eksternal untuk menyimpan dan memindahkan data;

5. Kamera untuk dokumentasi; dan

6. Alat tulis untuk pencatatan data.

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Parangritis Geomaritime Science Park ini adalah:

1. Citra satelit Aqua dengan sensor MODIS (Moderate Resolution Imaging

Spectrometer) untuk analisis zona potensi penangkapan ikan; dan

2. Data suhu permukaan laut perairan Pantai Sadeng, Yogyakarta

3.2. Metode

Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Parangtritis Geomaritime Science Park

dilaksanakan dengan menggunakan metode survei deskriptif. Metode yang

digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan tentang Studi Pemetaan Daerah Potensi

7
Perikanan dengan Aqua MODIS di Parangtritis Geomaritime Science Park adalah

sebagai berikut:

3.2.1. Metode Pengambilan Data

a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari citra satelit Aqua MODIS.
b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang sudah tersedia di web yang

diperoleh dari suatu lembaga yang berhubungan dengan penginderaan

jauh.

3.2.2. Prosedur Praktek Kerja Lapangan

Prosedur pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di

Parangtritis Geomaritime Science Park adalah sebagai berikut:

a. Ekstraksi informasi harian untuk parameter suhu permukaan laut yang

berbasis pada data Aqua MODIS;


b. Koreksi geometrik data citra menggunakan software SeaDAS;
c. Mengolah data yang sudah diproyeksi menggunakan software ArcGIS

untuk proses klasifikasi dan layouting peta potensi persebaran suhu;


d. Membuat layout suhu permukaan laut; dan
e. Membuat peta zona potensial penangkapan ikan.

DAFTAR PUSTAKA

8
Angraeni, N.I. Rezkyanti, Safruddin, dan M. Zainuddin. 2014. Analisis Spasial
dan Temporal Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan
Thermal Front Pada Musim Peralihan di Perairan Teluk Bone. J. IPTEKS
PSP. 1(1): 20 – 27.

An’nisaa, Muallimah, Ankiq Taufiqurohman, Titin Herawati, dan A. R. Tisiana


Dwi. 2013. Penetuan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Berdasarkan
Hasil Model Laut di Perairan Timur Laut Jawa, Selatan Selat Makassar
dan Laut Flores. Jurnal Perikanan Kelautan. 4(4): 265-276.

Hamuna, Baigo, Yunus P. Paulangan, dan Lisiard Dimara. 2015. Kajian Suhu
Permukaan Laut Menggunakan Data Satelit Aqua MODIS di Perairan
Jayapura, Papua. Jurnal Depik. 4(3): 160-167.

Hutabarat, S dan M.Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. UI. Jakarta

Insanu, R. Khairil, H.H. Handayani dan Bangun M. Sukojo. 2013. Analisis


Pemetaan Zona Penangkapan Ikan (Fishing Ground) dengan
Menggunakan Citra Satelit Terra Modis dan Parameter Oseanografi. 1-13.

Louhenapessy, D. dan H.J.D. Waas. 2009. Aplikasi Teknologi Remote Sensing


Satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Memetakan Klorofil-
A Fitoplankton. J. TRITON. 5(1): 41 – 52.

Panjaitan, R. J. A. 2009. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu Permukaan


Laut dari Citra Satelit Aqua MODIS serta Hubungannya dengan Hasil
Tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali. [Skripsi]. Departemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 72 hlm.

Patty, A.I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan OksigenTerlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. J. Ilmiah Platax. 1(3): 150.

Rahmi TA, Nurani TW, Wahyuningrum PI. 2013. Usaha perikanan Tangkap Skala
Kecil di Sadeng, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Amanisal,
PSP FPIK Unpatti-Ambon. l2(2): 40– 45.

Rastuti., L.A Abdillah dan E.P Agustini. 2015. Sistem Informasi Geografis
Potensi Wilayah Kabupaten Banyuasin Berbasis Web. Student Colloquium
Sistem Informasi & Teknik Informatika (SC-SITI).

Syofyan, I., R. Jhonerie, dan Kasman A. R. 2009. Aplikasi Sistem Informasi


Geografis dalam Penentuan Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Gombang
di Perairan Selat Bengkalis Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis
Propinsi Riau. J. Perikanan dan Kelautan.14(2): 129.

Anda mungkin juga menyukai