Anda di halaman 1dari 4

ESSN : E1I015018

Jurnal Kelautan Vol.1 No.1 Hal 1-5

Sejarah Penginderaan Jauh Dalam Dunia Kelautan


Oleh :

Galank Fadqul Janarkho 1) dan Yar Johan, S.Pi., M.Si 2)


1. Mahasiswa Ilmu Kelautan Unversitas Bengkulu
2. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu
*knalag0048@gmail.com

ABSTRAK
Penginderaan jauh merupakan suatu tehnik dan ilmu teknologi dan seni yang
dikembangkan untuk penelitian dan penganalisis informasi tentang bumi dari jauh dari
objek atau tidak bersentuhan langsung dengan yang diteliti. Penginderaan jauh mulai
dikembangkan pada abad 19 dan pada saat itu digunakan untuk kepentingan militer saja.
Penginderaan jauh sangat bermanfaat dalam pengaplikasian di lapangan karena dapat
mengefisiensi waktu, biaya dan tenaga dalam melakukan penelitian. Data yang
didapatkan melalui SIG juga meliliki keberagaman yang dapat digunakan sebaga acuan
dalam praktikum di lapangan dan analisis data pembanding.
Kata Kunci : Penginderaan Jauh, kegunaan, SIG, Praktikum.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah suatu Negara yang mempunyai wilayah


maritime yang sangat luas dan terbesar di dunia. Negara Indonesia disebut juga
Negara kepulauan karena Negara Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang
terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dari pulau yang sangat kecil
hingga pulau yang besar. Memiliki wilayah yang didominasi oleh laut dan pulau
yang bertaburan didalamnya membuat tantangan tersendiri untuk dapat
memaksimalkan pembangunan dan pemanfaatan dalam sektor kelautan yang
berbeda dair Negara continent(benua).

Pembangunan dalam sector Negara maritin Indonesia ditujukan untuk


mencapai kemakmuran dan perdamaian masyarakat Indonesia secara merata.
Yang secara langsung ikut andil dalam pula dalam kemakmuran masyarakat di
dunia. Total luas wilayah laut idi Indonesia 5.9 Juta KM2, 3.2 Juta KM2 Perairan
territorial dan 2.7 Juta KM2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif. Terdiri dari pulau
besar dan pulau kecil yang kruang lebih sejumlah 17.504 pulau.

Dalam perkembangan era teknologi yang canggih sekelas inderaja


memang sengatkah diperlukan di berbagai Negara di dunia. DI Indonesia yang
mempunyai kompleksitas bentukan lahan, bentang alam, maupun kekayaan
tambang dan laut yang sangat sekali dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil dari
yang diperoleh. Kurangnya ketersediaan alat dan sumber daya manusia yang
tentunya sangat dibutuhkan agar ketersediaan daya yang dibutuhkan bisa
terpenuhi.

SEJARAH PENGINDERAAN JAUH

Teknik penginderaan jauh sebenarnya sudah lama digunakan, yaitu


setelah ditemukan. Percobaan pemotretan dari udara pernah dilakukan oleh
seniman foto asal perancis bernama Gaspard Felix Tournachon atau lebih
dikenal Felix Nadar (1858) yang memotret daerah Bievne dari ketinggian 80
meter dengan bantuan dari balon udara dan ternyata cara ini digunakan untuk
membuat peta penggunaan lahan dan peta morfologi daerah Perancis
(Baharudin, 2009).

Setelah dari tahun itu, mulailah kegiatan penginderaan jauh mulai


dikembangkan. Pada tahun 1871, Sullivan bersama dengan letnan G.M. Wheller
meneliti daerah barat daya Amerika Serikat untuk geologi dan pemetaan
pertambangan dan diteliti kembali oleh G.M.Wheller yang memotret wilayah San
Fransisco dengan layang-layang setelah kejadian bencana gempa bumi yang
melanda daerah tersebut pada tahun 1903. Pada tahun yang sama pada 1903,
pesawat udara baru ditemukan dan uji coba berhasil dilakukan namun
pemotretan dengan wahana pesawat terbang baru dimiliki pada tahun 1909
diatas Centovelli, Italia dengan pilotnya bernama Wilbur Weight (Kusumiwidagyo,
2008).

Pemanfaatan citra inderaja sudah banyak digunakan pada perang dunia


ke 1 dan ke 2, yang pada saat itu inderaja sangatlah berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu misi pertempuran. Pada tahun 1920, foto udara
sudah mulai digunakan oleh ahli geologi dalam bidang perminyakan dan
dibentuklah perusahaan Aerial Survey yang menangani masalah pemotretan
dari udara beserta pemetaannya. Pada tahun 1922, Marconi menemukan radar
yang digunakan untuk mendeteksi objek. Era perkembangan inderaja yang
spektakuler dimulai saat ditemukannya roket yang membawa setelit ke luar
angkasa dengan nama TIRUS (Television and Infrared Observetion Satellite)
pada tahun 1960. Satelit ini ialah satelit tak berawak yang khusus untuk
pengembangan satelit (Jaya, 1997).

Sejak tahu 1970-an diluncurkannya berbagai satelit antara lain G.T.5 dan
G.T.7 GEMINI yang menghasilkan foto yang baik untuk kajian geografis dan
oseanologi dan pada tahun ini dibentuknya LAPAN (Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional). LAPAN telah terlibat dalam inderaja sejak awal tahun 1970
dan menjalani beberapa tahap perkembangan antara lain tahap Investigasi
(1972-1978), Pengkajian (1983-1991) dan Operasional (1993-sekarang). Pada
tahun ini 1972, ERTS -1 (Earth Resources Tecnology Sattelite -1) yang kemudian
disebut LANDSAT -1(Land Satelite -1) diluncurkan. Kemudian tahun berganti
tahun banyak satelit yang diluncurkan dengan berbagai keperluan termasuk
dalam penginderaan jauh.

PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh atau inderaja adalah pengukuran atau akuisisi data


daru sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak bersentuhan
secara fisik dengan objek tersebut atau akuisisi data dari sebuah objek atau
sebuah fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh. Contohnya yaitu pengamatan
cuaca menggunakan satellite, memonitor janin bayi dengan ultrasonik dan
wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Menurut Lindgen dalam
Somantri, Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi, dan seni yang
dikembangkan untuk perolehan dan penganalisis informasi tentang bumi, dapat
berupa informasi yang berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dari
bumi (Somantri, 2008).
Konsep dasar penginderaan jauh terdiri atas beberapa element yaitu
sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan bumi,
sensor, system pengolahan data dan berbagai pengguna data (Danuri,1996).

Susilo (1994) mengatakan bahwa Indonesia saat ini memasuki era pra
operasionalisasi penginderaan jauh dengan sasaran menjadikan inderaja suatu
industry jasa teknologi tinggi di Indonesia.
penggunaan Inderaja meningkat pesat pada empat dasawarsa terakhir dengan
dilandasi beberapa alasan, antara lain :

1. Citra Inderaja merupakan gambaran yang terekam oleh sensor untuk


menggambarkan karakteristik suatu relasi antara lain reflektansi dengan
nilai fisik objek tersebut.
2. Karakteristik objek yang tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra,
sehingga diwujudkan pengenalan objek. Misalnya, terumbu karang,
vegetasi mangrove, tambak dan lain-lain.
3. Mencakup data yang luas sehingga dapat menjangkau daerah yang
terkecil atau terpencil.

Interpretasi citra adalah mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
menidentifikasi objek dan menilai arti penting objek tersebut. Dalam pengenalan
objek tersebut, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan yaitu deteksi,
identifikasi dan analisis (Lillesand, dkk. 1990).

FUNGSI PENGINDERAAN JAUH PADA SEKTOR KELAUTAN

Sistem penginderaan jauh yang sesuai dengan tujuan penerapannya,


maka perlu memahami adanya konsep resolusi. Resolusi sangat menentukan
kerincian objek, sifat signatur spektial, periode ulang untuk memonitoring dan
tampilan datanya. Pemanfaatan sumber daya pesisir dan kelautan tersebut
belum optimal dikarenakan ketidaktahuan akan potensi dari masing-masing
pulau yang dimiliki Indonesia, dengan hadirnya penginderaan jauh SIG yang
diharapkan mampu membantu mengawali potensi yang ada. Beberapa hasil
penemuan dari pemanfaatan teknologi SIG dalam sektor kelautan antara lain :
1. Pemetaan, identifikasi dan inrentasi sumber daya pesisir laut dengan
melakukan kegiatan inrentasi yang berguna untuk mengetahui jenis, letak
dan nilai ekonomis sumberdaya, inventarisasi dilakukan dengan cara
pemetaan pulau dan identif sumberdaya yang ada dengan teknologi
penginderaan jauh dan atau survey lapangan.
2. Menyesuaikan pemanfaatan pesisir dan pengembangan budidaya laut.
Dengan kepemilikan lautan dan pulau yang memiliki karakter tesendiri,
mengandung potensi hasil laut lainnya. Maka dilakukan pembudidayaan
yang tepat. Informasi yang berkaitan erat dengan data SIG mengenai
anomali suhu, permukaan laut, prediksi cuaca, pertukaran antara udara
dengan permukaan laut.
3. Memonitoring ekosistem pesisir dan laut. Pembangunan pada beberapa
sector kelautan dari daerah pesisir maupun sampai ke lautan lepas itu
sendiri. Tentu memberikan efek terhadap lingkungan dalam bentuk
kerusakan atau kehilangan ekosistem tertentu. Perubahan yang terjadi
inilah perlu dilakukan pengamatan sejauh mana terjadinya perubahan
sehingga dilakukan penanganan yang tepat (Harahap, 2012).
Pemanfaatan data penginderaan jauh dan SIG telah banyak dilakukan dalam
kaitannya dengan wilayah pesisir dan lautan khususnya sekor perikanan dan
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan seperti aplikasi penginderaan jauh untuk
memberikan informasi zona potensi penangkapan ikan (ZPPI). Kesesuaian lahan
perairan untuk kegiatan bubidaya kaut dan pariwisata bahari (Syah, 2010).

KESIMPULAN

Penginderaan jauh sebenarnya sudah sangat lama diaplikasikan, yaitu


pada abad 19 sejak ditemukannya balon udara dan melakukan potret foto dari
udara untuk membuat peta pemetaan lahan dan lingkungan sekitar. Setelah itu
mulailah penginderaan jauh tersebut dikembangkan dalam dunia kemiliteran
pada masa perang dunia 1 dan 2. Dalam dunia modern saat ini penginderaan
jauh sangat berguna dalam suatu penelitian terhadap pertambangan dan sumber
daya laut dan mulai meluncurkan satelit ke luar angkasa.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin. 2009. Pemanfaatan Inderaja dan Sistem Informasi Geografis Dalam


Lahan Kritis. Jurnal Petani.6(1):83-89

Danuri,dkk. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif


Negara Indonesia. Jurnal Platax. 1(2):52-82

Harahap,Yanuarsyah. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk


Zonasi Jalur Penangkapan Ikan di Perairan Kalimantan Barat. Jurnal Akuatika.
3(1)

Jaya,N.S. 1997.Penginderaan Jauh Satelit Kehutanan. Edisi I. IPB Press. Bogor

Kompasiana. 2013. Perkembangan teknologi penginderaan jauh.


http://www.kompasiana.com/lapan.co.id /perkembangan-teknologi-penginderaan-
jauh. Diakses tanggal 26 semptember pukul 21.13

Kusumowidahdo,mulyadi,dkk. 2008. Penginderaan Jauh dan interpretasi Citra.


UNS dan LAPAN. Semarang

Lillesand, Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

Somantri, Lili. 2008. Pemnfaatan teknik penginderaan jauh unutk


mengidentifikasi kerentanan dan resiko banjir. Jurnal GEA.8(2):11-28

Syah, F.A. 2010. Penginderaan jauh dan aplikasi diwilayah pesisir dan lautan.
Jurnal Kelautan. 3(1) : 43-82

Anda mungkin juga menyukai