Dosen Pengampu:
Dr. rer. Nat. Mutiara Rachmat Putri, S. Si, M. Si.
Faizal Ade Rahmahuddin Abdullah, S. Si, M. Si.
Asisten:
Muhammad Riza
22418006
Oleh:
Patrick Aditya Sulistyo
12916032
DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
4.2.1 Peluruhan............................................................................................................... 22
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TEORI DASAR
Peluruhan adalah proses kimia dari suatu zat atau unsur yang tanda-tandanya dapat dilihat dari
berkurangnya konsentarsi zat tersebut. Persamaan umum:
𝑑𝐶
= −𝑘𝐶
𝑑𝑡
Dalam perumusan diatas, dapat kita ketahui mengandung tanda negative yang berarti
konsentrasi suatu unsur kimia yang berkurang dengan bertambahnya waktu. Suatu perubahan
konsentrasi unsur kimia terhadap waktu dipengaruhi oleh suatu koefisian peluruahn suatu unsur.
Adveksi didefinisikan sebagai transport dari suatu zat. Yang di transport merupakan sifat-sifat
dari zat tersebut. Sebagian besar zat yang mengalami adveksi merupakan fluida. Adveksi ini
berbeda dengan peluruhan biasa karena adveksi juga memperhitungkan sifat fisis fluidanya, seperti
kecepatan. Selama proses adveksi, fluida mentransport kuantitas yang dijaga konstan. Gerakan
fluida digambarkan secara matematis sebagai medan vektor, dan bahan yang diangkut
digambarkan dalam skalar dalam ruang dan waktu. Adveksi di zat cair, utamanya dipengaruhi
oleh arus yang memiliki kecepatan tersendiri. Dalam satu dimensi persmaan adveksi adalah sebagi
berikut :
𝜕𝐶 𝜕𝐶
= −𝑢
𝜕𝑡 𝜕𝑥
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zata dalam pelarut yang berpindah dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Adanya perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan
disebut gradient konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan di mana perpindahan molekul tetap terjadi
walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Faktor yang mempengaruhi kecepatan distibusi adalah
ukuran dari partikel, luas suatu area, jarak, ketebalan membrane, dan temperature. Persamaan
umum proses difusi satu dimensi adalah sebagai berikut:
𝜕𝐶 𝜕 2𝐶
= 𝐴𝐷 2
𝜕𝑡 𝜕𝑥
2
dengan C merupakan suatu variable konsetvatif, misalnya adalah konsentrasi polutan atau limbah.
Konsentrasi polutan atau limbah ini terdistriusi dalam ruang dan waktu Persaman adveksi-difusi
dua dimensi dapat dituliskan seperti berikut:
𝜕𝐶 𝜕𝐶 𝜕 2𝐶 𝜕 2𝐶
= −𝑣𝑥 + 𝐷𝑥 2 + 𝐷𝑦 2
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦
Untuk mendikritisasi persamaan tersebut, kita harus memisahkan satu persatu dari persamaan
adveksi dan difusi. Dengan menggunakan metode eksplisit duffort frankle, persamaannya dapat
dituliskan sebagi berikut:
Dengan memisalkan,
Persamaan metode beda hingga duffort frankle dapat dikatakan stabil mutlak atau dengan kata
lain tidak terdapat syarat kestabilan, sehingga memiliki solusi berhingga untuk setiap ∆x, ∆y, dan
∆z yang digunakan. Selain itu juga persamaan metode beda hingga duffort frankle dapat dikatakan
konsisten terhadap persamaan differensial parsialnya.
3
BAB III
METODOLOGI
C = 100 kg/m3
k = 0,003
u = 0,05 m/s
Ad = 0,05 m2/s
P = 1000 m
L = 100 m
- kecepatan sungai dan koefisien difusi arah x dan y konstan selama simulasi
4
𝜕2𝐶 𝜕2𝐶
- Syarat batas berlaku . =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
5
Gambar 3. 2 Diagram Alir Model Adveksi-Difusi 2 Dimensi Metode Duffort-Frankel
6
Gambar 3. 3 Diagram Alir Model Adveksi-Difusi 2 Dimensi Metode Upstream-FTCS
7
3.3 Skrip Program
8
9
Gambar 3. 5 Skrip Program Model Adveksi-Difusi 2 Dimensi Metode Duffort-Frankel
10
Gambar 3. 6 Skrip Program Model Adveksi-Difusi 2 Dimensi Metode Upstream-FTCS
11
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Model Peluruhan
12
Gambar 4. 2 Gambar Peluruhan Polutan Untuk Koefisien Peluruhan 0.001
1 2
13
3 4
5 6
7 8
14
9 10
11 12
15
13 14
15 16
17 18
16
19 20
21 22
23 24
17
4.1.3 Model adveksi-difusi 2 dimensi metode Upstream-FTCS
1 2
3 4
18
5 6
7 8
9 10
19
11 12
13 14
15 16
20
17 18
19 20
21 22
21
23 24
22
Pemodelan tersebut diselesaikan dengan menggunakan 2 macam metode, yaitu dengan
persamaan metode beda hingga Duffort-Frankel dan metode upstream-FTCS.
Dapat dilihat Gambar 4.3 merupakan hasil dari model adveksi-difusi 2 dimensi yang
diselesaikan dengan metode Duffort Frankel, dimana sumbu x menunjukkan panjang sungai
dalam meter, sumbu y menujukkan lebar sungai dalam meter, dan warna pada gambar
menunjukkan besarnya konsentrasi (bisa dilihat dari legenda gambar). Dapat dilihat dari
gambar tersebut bahwa polutan bergerak ke kanan, namun selain bergerak ke kanan juga
polutan menyebar ke sisi atas dan bawah. Polutan bergerak ke arah kanan karena adanya
pengaruh kecepatan ke arah sumbu x positif, sedangkan polutan menyebar karena adanya
pengaruh koefisien difusi. Dapat diihat juga bahwa semakin ke kanan atau dapat dikatakan
seiring bertambahnya waktu polutan semakin berkurang dan dari metode ini dapat dilihat juga
bahwa polutan benar-benar hilang pada gambar nomor 18. Lalu Dapat dilihat Gambar 4.4
merupakan hasil dari model adveksi-difusi 2 dimensi yang diselesaikan dengan metode
upstream-FTCS, dimana sumbu x menunjukkan panjang sungai dalam meter, sumbu y
menujukkan lebar sungai dalam meter, dan warna pada gambar menunjukkan besarnya
konsentrasi (bisa dilihat dari legenda gambar). Dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa
polutan bergerak ke kanan, namun selain bergerak ke kanan juga polutan menyebar ke sisi atas
dan bawah. Polutan bergerak ke arah kanan karena adanya pengaruh kecepatan ke arah sumbu
x positif, sedangkan polutan menyebar karena adanya pengaruh koefisien difusi. Dapat diihat
juga bahwa semakin ke kanan atau dapat dikatakan seiring bertambahnya waktu polutan
semakin berkurang dan dari metode ini dapat dilihat juga bahwa polutan benar-benar hilang
pada gambar nomor 19.
Bila kita lihat secara sekilas, baik yang diselesaikan dengan menggunakan metode
Duffort-Frankel maupun metode upstream-FTCS hamper sama atau tidak jauh berbeda.
Namun bila dibandingkan tetap ada perbedaan antara kedua metode tersebut. Dapat dilihat bila
diselesaikan dengan menggunakan metode Duffort-Frankel konsentrasi polutan lebih cepat
habis, karena dengan menggunakan metode ini polutan sudah hilang pada gambar ke-18,
sedangkan bila menggunakan metode upstream-FTCS polutan baru benar-benar hilang pada
gambar ke-19. Namun penyelesaian menggunakan metode Duffort-Frankel juga memiliki
kelemahan, yaitu penyebarannya tidak merata. Dapat dilihat dari Gambar 4.3 bahwa
persebaran polutan terbatas di sumbu y pada lebar sungai 80 meter, sedangkan dengan
23
menggunakan metode upstream-FTCS persebarannya terjadi secara menyeluruh. Namun hal
ini juga dapat terjadi selain mungkin karena adanya kesalahan metode, bisa juga karena adanya
kesalahan dalam menetapkan atau membuat syarat batas pada program yang dibuat.
24
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Semakin bertambahnya waktu konsentarsi semakin berkurang.
2. Semakin besar koefisien peluruhan polutan akan semakin cepat meluruh.
3. Polutan bergerak mengikuti arah dari kecepatan yang dominan, bila u positif polutan akan
bergerak ke arah sumbu x positif dan sebaliknya,.
4. Penyebaran polutan dipengruhi oleh koefisien difusinya.
5. Semakin besar kecepatan dan koefisien difusi, polutan akan semakin cepat bergerak dan
menyebar.
6. Polutan pada model adveksi-difusi 2 dimensi yang diselesaikan dengan metode Duffort-
Frankle lebih cepat hilang/habis.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
1. Skrip dapat dikembangkan lagi agar hasilnya lebih baik lagi dan dapat lebih praktis.
2. Praktikan harus lebih teliti dalam membuat program, seperti dalam membuat nilai awal dan
menetapkan syarat batas, agar hasil yang didapat lebih baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Riza, Muhammad. 2019. Modul V Praktikum Pemodelan Oseanoografi I: Peluruhan dan Adveksi-
Difusi 2 Dimensi. Bandung: Program Studi Oseanografi. Institut Teknologi Bandung.
Chandra, R., 2011, Analisis Stabilitas Metode Forward Time-Centre Space (FTCS) dan Law-
Wendroff pada Simulasi Penyelesaian Persamaan Adveksi, Skripsi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Setiawan I., dan Widowa., Solusi Analitik Persamaan Transport Dan Distribusi Amoniak. Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro
Tandian N.P., Suwono A., dan Winarto, Penerapan Model Up Wind, Eksponensial, dan Central
Difference Pada Metoda Analisa Sub Buluh, Lab Termodinamika, KPP-IR, Institiut Teknologi
Bandung
26