Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PASANG SURUT


Metode Admiralty

Disusun oleh:
Khalif Keninggan
26050118140100
Oseanografi C

Koordinator Mata Kuliah Pasang Surut:


Ir. Warsito Atmodjo, M.Si
NIP. 19590328 198902 1 001
Tim Asisten:
Ayuk Milasari 26050117130046
Syakirah Nadhifah Rizqi S. 26050117120021
Dimas Maulana Ikhsan 26050117120027
Devita Ningrum 26050117120035
Afif Arwin Egaputra 26050117130043
Fajar Ridwan Alaydrus 26050117130047
Azizah Anis Ashilah 26050117130053
Laras Febri Yuliastini 26050117130055
Akbar Nurrahman Putra 26050117130059
Ryan Akhmal Hidayat 26050117140010
Sigit Pandu Jatmiko 26050117140027
Galeh Kholis Pambudi 26050117140037
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pasang surut atau merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.Pasang surut laut
merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun
gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Salah satu metode yang di gunakan untuk mengolah data pasang surut adalah metode
admiralty yang pada prinsipnya adalah dengan menghitung dua konstanta harmonik yaitu
amplitudo dan kelambatan phasa. Metode ini memabntu menentukan tipe pasang surut di
suatu perairan dengan menghitung komponen dari pasang surut tersebut. Dalam dunia
oseanografi menentukan tipe suatu pasang surut penting untuk dilakukan, karen bebagai
manfaat yang didapatkan dari informasi pasang surut tersebut. Informasi pasang surut dapat
digunakan untuk menegetahui apakah suatu pantai ocok untuk diajdikan daerah pelabuhan,
atau membuat bangunan pantai di daerah pantai tersebut.

I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pasang surut dengan
metode Admiralty.
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonik serta mengetahui tipe pasang
surut di suatu perairan.

I.3 Manfaat
1. Mahasiswa telah dapat memahami cara pengolahan data pasang surut denga metode
Admiralty
2. Mahasiswa telah dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui tipe
pasang surut di suatu perairan
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pasang Surut


Pasang surut merupakan suatu kejadian fenomena alam proses terjadinya naik
turun air laut, yang di sebabkan oleh gaya tarik benda langit. seperti matahari,
bulan dan bumi. Meskipun massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari akan
tetapi jarak bulan ke bumi lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi. Oleh karena itu
pengaruh gaya tarik bulanke bumi lebih besar bila dibandingkan dengan pengaruh gaya
tarik matahari terhadap bumi. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari. Pergerakan muka air laut ini membentuk garis
pantai itu dan selalu berubah ubah bergantung kepada waktu (Nikentari, 2017).
Pasang surut air laut merupakan salah satu fenomena yang terjadi di laut dan memiliki
dampak yang cukup besar. Pasang surut air laut adalah peristiwa perubahan tinggi dan
rendahnya permukaan laut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda-benda astronomi, yaitu
matahari dan bulan. Beberapa kejadian merugikan yang dapat diakibatkan oleh pasang surut
air laut diantaranya adalah karamnya kapal-kapal besar ketika terjadi surut, meluapnya air laut
ke jalan sehingga mengakibatkan banjir ketika terjadi air pasang. Dampak pasang surut yang
sangat hebat ini, maka pengetahuan tentang pasang surut harus lebih baik lagi. Pasang surut
mempunyai komponen dan tipe yang dapat dieplajari(Novitasari,2018)
II.2 Gaya Pembangkit Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut
terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar
perairan. Suatu perairan pasti memiliki tipe pasang surut, dan tipe tesebut berbeda
berdasarkan lokasi dan kondisi dari perairan tersebut(Pariwono, 1989).
Menurut Triatmodjo (1999), gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik bumi, bulan dan matahari. Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut
menyebabkan sistem bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan. Sistem ini beredar bersama-
sama sekeliling sumbu perputaran bersama. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak
atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Data pasang surut
juga berupa pasang tertinggi dan pasang terendah.
II.3 Tipe Pasang Surut
Terdapat empat jenis tipe pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal), campuran
condong ke harian ganda (mixed tides) dan campuran condong ke harian tunggal (prevailing
diurnal). Dalam sebulan variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis
terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan
konfigurasi lantai samudera Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut
setiapharinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut(Pariwono, 1989).
Pasang surut dibagi menjadi empat. Pertama adalah pasang surut harian tunggal, yaitu
pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu ahri. Kedua
adalah pasang surut harian ganda. Pasang surut ini terjadi dua kali pasang dan dua kali sururt
dalam satu hari. Ketiga adalah pasang surut campuran condong harian tunggal. Tipe ini
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu.
Keempat adalah Pasang surut campuran condong harian ganda. Pasang sururt ini merupakan
Pasang surut yang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan
waktu yang berbeda(Triatmodjo,1999).
II.4 Elevasi Muka Air Rencana
Perencanaan palabuhan diperlukan data pengamatan pasang surut minimal selama 15 hari
yang digunakan untuk menentukan elevasi muka air rencana. Pengamatan tersebut telah
cukup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan pasang perbani. Elevasi
muka air laut rencana merupakan parameter yang sangat penting di dalam perencanaan
bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa parameter yaitu
pasang surut, tsunami, wave setup, wind setup, dan kenaikan muka air karena perubahan suhu
global. Elevasi ini membantu menentukan tipe dari pasang surut(Triatmodjo, 1999).
Mengingat elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai
pedoman di dalam perancangan suatu pelabuhan. Menurut Triatmodjo (1999) beberapa
elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Muka air tinggi (high water level HWL), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air
pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level LWL), kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air
tinggi selama periode 18,6 tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 18,6 tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
II.5 Formzhal
Menurut Wicaksono (2016),Formzahl adalah bilangan untuk menentukan tipe pasang
surut, menggunakan rumus :
F = {A(K1) + A(O1)} / {A(M2) + A(S2)}
Keterangan :
F : bilangan Formzahl
O1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama disebabkan oleh gaya Tarik bulan
K1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
dan matahari
M2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik
matahari

Menurut Wicaksono (2016), Tipe pasang surut ditentukan oleh bilangan Formzahl (F)
yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas. Jika bilangan
Formzahl yang diperoleh adalah:

0 < F< 0,25       :     tipe pasang surut harian ganda


0,26 < F <1,50  :     tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda
1,50 < F <3,00  :     tipe pasang surut campuran condong ke harian tunggal
F > 3,00           :     tipe pasang surut harian tunggal 
Pembagain tipe ini menggunakan perhitungan formzhal, dimana perhitungan Formhal
membutuhkan komponen-komponen pasang surut yang didapatkan melalui metode admiralty.
II.6 Metode Admiralty
Metode admiralty digunakan untuk menghitungdua konstanta harmonik dari data
pasang surut yang ada. Dalam metode admiralti harus mencari nilai amplitude dan phasa
sesaat dari masing – masing komponen. Perhitungan admiralti dimulai dengan melakukan
yang disebut proses harian, yakni menyusun kombinasi dari tinggi muka air laut perjam dari
setiap hari pengamatan. Metode admiralti membedakan ke 9 komponen yang akan dihitung
berdasarkan kecepatan sudutnya ke dalam 4 kelompok yang masing – masing beranggotakan
(S2, K2, K1 dan P1), (M2, MS4, dan O1), (N2) dan (M4).Analisa data secara umum dibagi atas
beberapa bagian bedasarkan jenis data yang digunakan dalam perhitungan dan kajian data.
Analisa data pasang dilakukan dengan menggunakan Metode Admiralty untuk memperoleh
nilai konstanta harmonik pasang yang meliputi Amplitudo (A) cm, M2, S2, K1, O1, N2, K2,
P1, M4, MS4, mengetahui tipe pasang surut berdasarkan nilai Formzahl, MSL, HHWL dan
LLWL(Poerbandono dan Djunarsjah, 2005)
Metode Admiralty permukaan air laut rata-rata diperoleh dengan menghitung konstanta-
konstanta pasut. Dari data pasang surut lapangan yang telah diolah dengan menggunakan
metode Admiralty, dapat digunakan untuk peralaman pasang surut, yang merupakan lanjutan
dari metode Admiralty. Setelah didapatkan nilai peramalan, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan nilai MSL yang didapatkan dari rata-rata peramalan tiap bulan. Data pasang
sururt didapatkan dengan mebngabil data di suatu perairan selama 15 hari, 1 tahun, atau 19
tahun. Semakin lama mengambil data maka perhitungan semakin banyak tetapi keakuratan
semakin tinggi. Penentuan nilai dari komponen pasang sururt dilakukan dalam selang awaktu
per 19 tahun(Guntara, 2017).
III. MATERI DAN METODE

III.1 Materi
Hari : Kamis, 12 Maret 2020
Waktu : 16.00 WIB – 18.00 WIB
Tempat : Gedung Auditorium, fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang

III.2 Metode
a. Skema 1
Skema I yang disusun berdasarkan tanggal pegamatan dan tanggal standart
GMT. Data mentah yang ada dimasukkan ke dalam skema I lalu dikalikan dengan 100.
Dimana arah ke kanan menunjukkan waktu pengamatan dari pukul 00.00 sampai 23.00,

b. Skema 2
Pengisian data pada skema II ini dapat diisi dengan mengalikan nilai pengamatan
yang ada pada Skema I dengan harga pengali pada Tabel Bantuan untuk setiap hari
pengamatan . Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1, maka
lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1
dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) dibawah kolom X1,Y1,X2,Y2,X4, dan Y4.
Begitu pula dengan yang bertanda negative (-).
c. Skema 3
Kolom – kolom pada skema III, setiap kolom pada kolom-kolom skema-III
merupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom – kolom pada skema-IIUntuk Xo
(+) merupakan penjumlahan antara X1 (+) dengan X1 (-) tanpa melihat tanda (+) dan
(-) .X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 merupakan penjumlahan tanda (+) dan (-) pada skema
II, untuk mengatasi hasilnya tidak ada negative maka harus ditambahkan dengan 2000.

d. Skema 4
Kolom pada skema IV dapat dikerjakan apabila skema-III telah diselesaikan.
Setelah itu, dapat menggunakan bantuan dari Tabel Bantuan. Arti indeks pada skema-
IV Indeks 00 untuk X berarti Xoo, Xo pada skema-III dan indeks 0 pada daftar 2 Indeks
00 untuk y,berarti Yoo,Yo pada skema-III dan indeks 0 pada daftar 2. Contoh: Harga X oo
yang disikan untuk kolom x (tambahan) adalah penjumlahan harga Xo dari skema-III
yang telah dikalikan dengan faktor pengali dari daftar 2 kolom 0, perkalian dilakukan
baris per baris. Untuk baris ke 2 ke kolom 0 dari daftar 2, factor 29 menunjukan
beberapa kali harus dikurangi dengan factor bilangan tambahan dalam hal ini 2000
begitu pengisian diskema-IV.
e. Skema 5
Untuk perhitungan kelompok hitungan 5 mencari nilai X00, X10, selisih X12 dan Y1b,
selisih X13 dan Y1c, X20, selisih X22 dan Y2b, selisih X23 dan Y2c, selisih X42 dan Y4b dan
selisih X44 dan Y4d.

KOMPONEN S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
X00 = 44598.80 44598.80
X10 = 2608.60 2608.60 -208.69
X12 - Y1b = -15442.60 -1080.98 308.85 -15442.60 -21197.37
X13 - Y1c = -9523.50
X20 = 3847.80 -307.82 3847.80 -115.43
60563.90 60563.90 908.46 5329.62 1211.28 -3512.71 -2119.74
X23 - Y2c = -14136.10 848.17 -14136.10
X42 - Y4b = -224.20 -17.94 -224.20
V X44 - Y4D = 33.90 33.90 2.71

f. Skema 6
Untuk perhitungan kelompok hitungan 6 mencari nilai Y10, jumlah Y12 dan X1b,
jumlah Y13 dan X1c Y20, jumlah Y22 dan X2b, jumlah Y23 dan X2c, jumlah Y42 dan
X4d dan jumlah Y44 dan X4d
Y10 = 3327.00 3327.00 -266.16
Y12 + X1b = 10996.80 769.78 -219.94 10996.80 329.90
Y13 + X1c = -9796.10
Y20 = 7280.40 -582.43 7280.40 -218.41
Y22 + X2b = 69960.70 69960.70 1049.41 4935.70 -3987.76 -5946.66
Y23 + X2c = 4935.70 -296.14
Y42 + X4b = -2773.50 -83.21 -27.74 -2773.50
VI Y44 + X4d = -36.20 -36.20 -2.90

g. Skema 7 dan 8
Pengolahan data pada Skema VII dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai
P,V’,V’’,V’’’,dan p yang dapat dilihat pada Tabel Bantuan yang ada dan nilai f dan w
yang diperoleh dari interpolasi yang dapat dilihat dari Daftar 10 yang diberi asisten.
a) Untuk V:PR cos r dan VI : PR sin r masing-masing adalah penjumlahan semua bilangan
pada kolom – kolom Skema V (Tabel 8) untuk masing – masing kolom dan penjumlahan
semua bilangan pada kolom – kolom Skema VI untuk masing – masing kolom.
b) Untuk PR dapat dicari dengan rumus :

c)Untuk P didapat dari daftar 3a sesuai dengan masing – masing komponen (apabila tidak ada
dikosongkan)
d)Untuk nilai u,w,f,V,V’,V’’,V’’’ dan p diperoleh dari table konstanta
e)Untuk nilai r diperoleh dari r arctan PR sin rPR cos r, sedangkan untuk harga nya dilihat
dari tanda pada masing – masing kuadran.
f) Untuk g ditentukan dari : g = V + u + w + p + r
g) Untuk nx360 ditentukan tiap komponen adalah 360.
h) Untuk (1+W) ,A,f,,w,dan g pada komponen yang masih kosong dapat dikerjakan setelah
skema-VIII telah diisi
Pengolahan data untuk Skema VIII dapat dilakukan dengan menginterpolasi nilai V+u untuk
S2 dan MS4, nilai 2V+u untuk K1 dan nilai M2-N2 untuk N2. Skema VIII dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
 Untuk menghitung (1+W) dan w untuk S2 dan MS4
 Untuk menghitung (1+W) dan w untuk K1
 Untuk menghitung (1+W) dan w untuk N2
KOMPONEN S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
V : PR cos r 44598.80 60005.32 4756.26 -8921.91 4128.73 -19163.99 33.90 -23538.59
VI : PR sin r 0.00 69768.70 8329.81 4717.29 3107.06 6742.88 -63.94 -8393.15
PR 44598.80 92023.42 9592.07 10092.24 5167.23 20315.64 72.37 24990.20
Daftar 3a : P 696 559 448 566 439 565 507 535
Daftar 5 : f 0 1.02 1 1.02 0.96 0.94 1.0173 1.02
VII : 1+W 0 1.00 1.26 V63 1.25 1 1 1.26
: V 0 269.43 0.00 131.37 19.24 250.20 178.87 269.43
Daftar 9 : u 0 -1.91 0.00 -1.91 -8.43 10.73 -3.81 -1.91
VIII : w 0 0.00 -4.77 11.80 -12.24 0.00 0.00 -4.77
Daftar 3a : p 0 333 345 327 173 160 307 318
Daftar 4 : r 0 49.90 0.99 274.84 147.03 326.46 #VALUE! 250.49
Jumlah = g 0 650.43 341.22 743.10 318.59 747.39 #VALUE! 831.24
n x 360° 0 360 0 720 0 720 #VALUE! 720
PR:((Px f x(1+W)) = A 64.08 161.83 17.05 #VALUE! 9.78 38.41 0.14 36.57
VII g° 0.00 290.43 341.22 23.10 318.59 27.39 #VALUE! 111.24

w dan (1+W), S2 , MS4 M2 , O1 , M4 : W = 0 ; w = 0


K1 : V 19.24 S2 : f = 1 ; V, u = 0
VII
K1 : u 64.00 N 2, MS4 : f, u sama dengan M 2
Jumlah V+u 83.24 M4 : f = ( f M2 ) ²
S2 : w/f -5.31 V = ( V M2 ) x 2
Daftar 10
S2 : W/f 0.28 u = ( u M2 ) x 2
Daftar 5 K2 : f 0.90 MS4 : V = V M2
w -4.77 K2 : A = A S2 x 0.27
W 0.26 g = g S2
1 + W 1.26 P1 : A = A K1 x 0.33
w dan (1+W) utk K1 g = g K1
K1 : 2V 38.47
VII
K1 : u -8.43 w dan (1+W), S2 , MS4
Jumlah 2V + u 30.05 80 -6.6 0.284
K1 : wf -11.81 90 -2.6 0.284
Daftar 10
K1 : Wf 0.24
Daftar 5 K1 : f 0.96 w dan (1+W) utk K1
w -12.24 20 -9.6 0.271
W 0.25 30 -11.8 0.239
1 + W 1.25
w dan (1+W) utk N2 w dan (1+W) utk N2
M2 : 3V 808.30
VII
N2 : 2V 262.73
Selisih M 2 - N2 545.57
N2 : w 11.80
Daftar 10
N2 : 1+W 0.74
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty
Tabel 1 Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty
KOMPONEN S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
V : PR cos r 44598.80 60005.32 4756.26 -8921.91 4128.73 -19163.99 33.90 -23538.59
VI : PR sin r 0.00 69768.70 8329.81 4717.29 3107.06 6742.88 -63.94 -8393.15
PR 44598.80 92023.42 9592.07 10092.24 5167.23 20315.64 72.37 24990.20
Daftar 3a : P 696 559 448 566 439 565 507 535
Daftar 5 : f 0 1.02 1 1.02 0.96 0.94 1.0173 1.02
VII : 1+W 0 1.00 1.26 V63 1.25 1 1 1.26
: V 0 269.43 0.00 131.37 19.24 250.20 178.87 269.43
Daftar 9 : u 0 -1.91 0.00 -1.91 -8.43 10.73 -3.81 -1.91
VIII : w 0 0.00 -4.77 11.80 -12.24 0.00 0.00 -4.77
Daftar 3a : p 0 333 345 327 173 160 307 318
Daftar 4 : r 0 49.90 0.99 274.84 147.03 326.46 #VALUE! 250.49
Jumlah = g 0 650.43 341.22 743.10 318.59 747.39 #VALUE! 831.24
n x 360° 0 360 0 720 0 720 #VALUE! 720
PR:((Px f x(1+W)) = A 64.08 161.83 17.05 #VALUE! 9.78 38.41 0.14 36.57
VII g° 0.00 290.43 341.22 23.10 318.59 27.39 #VALUE! 111.24

IV.1.2 Nilai MSL, HWS, LWS dan Formzahl pada bulan October
Tabel 2 Nilai MSL, HWS, LWS, dan Formzahl pada bulan October
HASIL TERAKHIR
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS 4 K2 P1
A cm 64.08 161.83 17.05 #VALUE! 9.78 38.41 0.14 36.57 0.00 0.00
g° 0.00 290.43 341.22 23.10 318.59 27.39 #VALUE! 111.24 0.00 0.00

Formzal 0.269 MSL 64.08

4.1.3 Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Labuhan, Banten bulan October
Grafik 1 Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Labuhan,Banten bulan October

GRAFIK PASANG SURUT CAMPURAN CONDONG HARIAN GANDA DI


LABUHAN BANTEN
Khalif Keninggan_26050118140100
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
9/22/2019 10/2/2019 10/12/2019 10/22/2019 11/1/2019

MSL HWS LWS ELEVASI


IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty
Komponen pasang surut ada 9 yaitu M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2 dan P1. Komponen
pasut dapat dianalisa dengan metode ini (Admiralty) dengan dasar bahwa pasang surut yang
terjadi adalah superposisi atau penjumlahan dari berbagai komponen pasut, karena tipe pasang
surut yang terjadi di suatu wilayah dipengaruhi oleh semua komponen tersebut dan tidak bisa
hanya oleh salah satu komponen saja. Sehingga suatu wilayah yang komponen pasang
surutnya berbeda dengan wilayah lain maka akan memiliki tipe pasang surut yang berbeda
pula. Sifat pasang surut tersebut periodik, maka ia dapat diramalkan. Peramalan pasang surut,
diperlukan komponen amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut.
Masing – masing dari komponen tetrsebut memiliki nilai yang berbeda, berikut nilai dari
masing-masing kompnonennya :M2 = 161,83
S2 = 17.05
N2 = 70.79
K1 = 9.78
O1 = 38.41
M4 = 0.14
MS4= 36.57
K2 = 0
P1 = 0
Komponen pasut dapat dianalisa dengan metode admiralty dengan dasar bahwa pasang surut
yang terjadi adalah superposisi atau penjumlahan dari berbagai komponen pasut, karena sifat
pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Peramalan pasang surut, diperlukan
komponen amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut.
IV.2.2 Nilai MSL, HWS, LWS dan Formzahl pada bulan Oktober
Data yang digunakan dalam pengolahan data menggunakan metode Admiralty
merupakan data pengamatan pasang surut yang dilakukan pada bulan Januari 2016. Dengan
menggunakan metode Admiralty, dapat mengetahui nilai Formzahl dari suatu pasang surut,
dimana nilai Formzahl ini digunakan untuk menentukan tipe pasang surut yang ada di suatu
wilayah perairan. Nilai Formzahl yang diperoleh dengan menggunakan metode Admiralty
sebesar 0.269 yang menunjukan bahwa pada klasifikasi 0.25 < F ≤ 1.5 Pasang surut tipe
campuran condong harian ganda tipe pasang surut yang terjadi .Tipe pasang surut campuran
condong ke ganda dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan
tinggi dan periode yang sangat berbeda. Selain untuk mengetahui nilai Formzahl, dengan
menggunakan metode Admiralty dapat mengetahui elevasi muka air rencana dengan
menghitung komponen-komponen harmonik pasang surut, seperti M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4,
K2 dan P1. Nilai Z0, HHWL, MHWL, MSL, MLWL dan LLWL diperoleh berdasarkan
perhitungan antar komponen pasang surut yang sudah diketahui berdasarkan skema
sebelumnya. Nilai dari MSL, HHWL dan LLWL dicari untuk membantu menginterpretasikan
data pasang surut yang sudah dihitung ke dalam grafik pasang surut pada bulan Oktober 2019.
IV.2.3 Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Labuhan,Banten bulan October
Data yang saya olah adalah data pasut bulan Oktober 2020, yang dianalisis dengan
metode Admiralty 31 hari dan hasilnya dirata-rata sehingga hasil akhirnya akan diketahui
komponen-komponen pembangkit pasang surut di perairan Semarang yang dapat digunakan
untuk megetahui nilai MSL, LLWL, HHWL, dan tipe pasang surut.
Grafik terlihat jelas fase neap tide dan spring tide dimana pada fase neap tide terjadi
pasang perbani artinya terdapat selisih elevasi muka air pada saat pasang dan surut yang kecil.
Hal tersebut dikarenakan gaya tarik menarik antara bumi dengan benda-benda astronomi
rendah dimana posisi bulan, bumi, dan matahari berada pada satu garis lurus. Dari grafik
terlihat fase neap tide terjadi 2x pada bulan Oktober Selain itu juga terdapat fase spring tide
yaitu terjadi pasang purnama artinya terdapat elevasi pada saat pasang dan surut yang besar
hal tersebut dikarenakan gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda astronomi tinggi
dimana posisi bulan, bumi, dan matahari tegak lurus. Dari grafik terlihat fase spring tide
terjadi 2x pada bulan Oktober. Pada grafik didapat nilai MSL sebesar 64.08 cm, namun untuk
hasil perhitungan HWS didapatkan nilai 135 cm dan untuk nilai LLWL pada grafik
didapatkan nilai 0 cm.
V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Metode Admiralty dapat digunakan untuk mencari nilai muka air rerata, muka air
tertinggi, muka air terendah, dan tipe pasang surut berdasarkan perhitungan
komponen-komponen pasang surut

2. Nilai komponen harmonik yang dimiliki oleh pasang surut yaitu M2 = 161.83, S2
=17.05, N2 = 70.79, K1 = 9.78 , K2 = 0 O1 = 38.41, P1 = 0, M4 = 0.14. dan MS4 =
36.57 dan tipe pasang surut pada perairan Labuhan Banten pada bulan oktober yaitu
pasang surut campuran condong ke harian ganda.
V.2 Saran
1.Sebaiknya saat Praktikum, asisten tidak langsung mendiktekan rumus dari masing-
masing komponen saat pengerjaan di excel
2.Sebaikya data pasang surut diperbaharui dan lokasi nya diganti
DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, Warsito. 2020. Analisis Pasang Surut pada Saat Bulan Penuh Menggunakan Metode
Admiralty. Jurnal Oseanografi, 4(6): 216-228.
Atmodjo, Warsito. 2020. Pasang Surut Bagian Indonesia Timur. Semarang: Undip Press.
Guntara, Otto. Gentur Handoyo, Jarot marwoto.2017. Peramalan Pasang Surut di Pelabuhan
Perikanan Pantai Teluk Saleh Sumbawa. Jurnal Oseanografi vol 6(4)

Nikentari, Nerfita, Hendra Kurniawan, Nola Ritha, Denny Kurniawan.2018. Optimasi Jarigan
Syaraf Tiruan Backpropagation dengan Partikel Swarm Optimization untuk Prediksi
Pasang Surut air Laut. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer vol 5(5)
Novitasari, D.C.R., F, Febrianti, F.Setiawan.2018. Analisis Kecepatan Angin pada Pasang
Surut Air Laut dengan Menggunakan Algoritma Forward-Backward dalam Hidden
Markov Model di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Sains
Matematika dan Statistika, Vol. 4(1)
Pariwono, J.I. 1989. Kondisi Pasang Surut di Indonesia. Kursus Pasang Surut. P3O-LIPI:
Jakarta.

Poerbandono dan Djunarsjah, Eka. 2005. Survey Hidrografi. Bandung. PT Refika Aditama

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta. Beta Offset.

Wicaksono, Pulung Puji, Gentur Handoyo, Warsito Atmodjo.2016. Analisis Pasang Surut
dengan Metode Admiralty dan Auto Regressive Integrated Moving Average di
Perairan Pantai Widuri Kabupaten Pemalang. Jurnal Oseanografi Vol 5(4)

Anda mungkin juga menyukai