Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

MODUL 3
ARUS PERMUKAAN

Oleh:
Theodorus Karel Elang 26050119130084 Ose B
Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002
Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan
Modul 3 : Arus PERMUKAAN
No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total 87

Semarang, 19 Maret 2021

Asisten Praktikan

Fransiska Krisna W. N. P. Theodorus Karel Elang Mahardhika


26050118130072 26050119130084

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arus laut merupakan perpindahan air laut dari suatu tempat ke tempat lain, Tenaga utama
yang menghasilkan arus di permukaan laut adalah angin, sedangkan gaya yang menghasilkan
arus di dasar laut disebabkan oleh perbedaan massa jenis air laut. Arus laut dapat terjadi di
samudra yang melintasi samudra (sepanjang arus samudra) atau di perairan pesisir (arus samudra
pesisir). Arus samudra juga dapat didefinisikan sebagai arus yang terus menerus atau terus
menerus di sepanjang jalur tertentu di lautan. Aliran dapat terjadi di permukaan atau dalam.
Alirannya bisa tegak lurus atau sejajar dengan permukaan. Sirkulasi air dalam gerakan massal ini
dapat diklasifikasikan sebagai angin penggerak atau danau garam panas. Aliran air asin panas
memiliki komponen vertikal yang signifikan dan menjelaskan pencampuran penuh gumpalan air
laut dalam.
HYCOM (Hybrid Coordinate Ocean Model) adalah proyek multi-agensi yang dibuat oleh
NOPP. Hycom digunakan sebagai bagian dari Eksperimen Asimilasi Data Laut Global (GODAE)
untuk mengembangkan, mengevaluasi, dan memodelkan data osiloskop (seperti arus laut).
Tujuan produksi Hycom dari GODAE adalah untuk memberikan gambar tiga dimensi lautan
secara real time dengan menggunakan resolusi halus. Hycom juga dapat digunakan untuk
memberikan kondisi bersyarat untuk model pesisir dan regional, dan memberikan kondisi batas
untuk model prediksi samudra dan atmosfer global yang diproses oleh komunitas oseanografi.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara mendownload dan mengolah data Hycom
2. Mahasiswa mengetahui pola arus permukaan berdasarkan musim
3. Mahasiswa mengetahui angina yang berlaku pada penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hycom
Menurut Anzaria dkk (2018), HYCOM adalah ocean model yang menggunakan
persamaan yang sederhana. HYCOM terdiri dari 5 persamaan, yaitu 2 persamaan untuk
komponen kecepatan horizontal, persamaan kontiunitas massa, dan 2 persamaan untuk variabel
termodinamika, seperti salinitas dan suhu atau salinitas dan densitas Persamaan model ditulis
dalam koordinat x,y,s, seperti di dalam persamaan 6 hingga 8 di mana s adalah koordinat vertikal
yang tidak ditentukan. Dari hasil validasi ocean model HYCOM menggunakan data observasi
ditahun yang sama diperoleh hasil bahwa ocean model HYCOM memiliki korelasi yang tinggi
terhadap data pasang surut observasi. Pendekatan dilakukan adalah menggunakan ocean model
dengan menggunakan data seperti arus, temperatur, dan salinitas. Nilai sea surface height (SSH)
yang dihasilkan dari ocean model kemudian dirata-ratakan menghasilkan MSL. MSL kemudian
ditambahkan dengan selisih antara MDT geodetik dengan MDT ocean model
The Hybrid Coordinate Ocean Model (HYCOM) adalah model numerik yang berbasis
koordinat isopycnic di laut terbuka, kemudian berangsur kembali ke koordinat sigma di wilayah
pantai dan di wilayah punggungan, lalu menjadi koordinat linier di perairan dangkal dan perairan
yang homogen. HYbrid Coordinate Ocean Model (HYCOM) adalah model umum sirkulasi laut
yang menggunakan persamaan laut dasar dan primitif yang merupakan hasil pengembangan dari
Miami IsopycnicCoordinate Ocean Model (MICOM). HYCOM dirancang untuk
mempertahankan kelebihan dari sistem koordinat vertikal secara isopycnic sebanyak mungkin di
laut lepas secara bertingkat, dan berubah menjadi layer koordinat berdasarkan tekanan di lapisan
campuran, dan juga transformasi untuk sistem koordinat vertikal yang mengikuti pola topografi
di daerah sekitar pesisir. (Anzaria et al 2018)
2.2 Arus Permukaan
Dinamika arus permukaan wilayah perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor
peralihan musim (monsoon). Selain faktor muson, pengaruh geostropik merupakan faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya arus permukaan laut Indonesia. Pergerakan arus permukaan juga
berkaitan dengan kelerengan topografi muka air laut. Prinsip penentuan arus geostropik dari data
satelit altimeter didasarkan pada kemiringan permukaan laut relative terhadap geoi. Akurasi
pengukuran altimetri terhadap arus permukaan geostropik pernah dilakukan dengan
menggunakan Air ExpendableBathythermographs yang digunakan untuk mengukur temperature
sebagai fungsi kedalaman. (Tomascik et al, 1997)
Menurut aliran air permukaan, pergerakan horizontal air pada kolom air permukaan
disebabkan oleh sirkulasi air laut yang disebabkan oleh angin di permukaan laut. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya arus air permukaan antara lain faktor geomagnetik,
topografi dasar laut, gaya Coriolis dan arus Ekman, perbedaan massa jenis monsun dan laut.
(Wyrtki , 1961)

2.3 Karakteristik Arus di Indonesia


Menurut Wyrtki (1961), karakteristik arus laut disetiap lapisan kedalaman memiliki pola
arus dengan kecepatan yang berkurang seiring denganbertambahnya kedalaman sampai
mendekati dasar yang disebabkan oleh gaya gesekan dengan arah arusrotasi yang menyababkan
terjadinya pembelokan.disimpulkan bahwa karakteristik arus laut bulan Juli, September, dan
Desember dipengaruhi oleh pasangsurut, namun lebih didominasi angin. Kecepatan arus
mengalami pengurangan seiring denganbertambahnya kedalaman sampai mendekati
dasar.Kecepatan arus maksimum terjadi saat kondisi surut menuju pasang bulan Desember
dikedalaman 1 m dari permukaan laut, yaitu sebesar 2,120 m/det dengan daya yang dihasilkan
mencapai4883,165 W/m2 dan terletak pada koordinat 2°46'22"LS 107°23'49"BT. Kecepatan
tersebut tidak terus menerus karena hanya terjadi pada bulan Desember (musim barat).
Di Indonesia sendiri, karakteristik arusnya memperlihatkan bahwa kecepatan arus menguat
pada musim timur dan melamah pada musim barat meskipun terdapat anomali sebagai akibat dari
kejadian El-Nino dan La-Nina. Aliran arus konsisten mengarah ke tenggara dan selatan sepanjang
tahun meski terjadi pembelokan ke utara yang diduga akibat dari propagasi Gelombang Kelvin
dan gerakan kompensasi terhadap kontinyutas. Dengan hembusan dan turbulensi yang terbentuk
selama pelepasan panas dari laut, laju pelepasan suhu daratan lebih lambat daripada laju
pelepasan suhu internal samudra. Karena perbedaan tekanan atmosfer yang ekstrim, udara panas
mengalir dari laut ke darat. (Tomascik et al, 1997).

2.4 Monsoon
Musim hujan merupakan fenomena perubahan iklim ekstrim yang terjadi akibat perubahan
ekstrim tekanan di benua India dan Samudera Hindia. Perubahan tekanan udara ini akan
menimbulkan angin kencang dari laut lepas menuju benua India (jet effect). Perubahan atmosfer
yang menyebabkan monsun disebabkan oleh perubahan tekanan atmosfer yang disebabkan oleh
perubahan laju pemanasan dan pendinginan rata-rata. Akibatnya, terjadi perbedaan yang sangat
besar antara suhu pedalaman dan siklus lautan terdekat. Perbedaan tingkat pemanasan udara
tersebut disebabkan oleh pelepasan panas secara vertikal dari laut melalui lapisan campuran pada
kedalaman sekitar 50 meter (Rusmayadi dan salawati, 2017).
Seiring dengan tiupan angin dan turbulensi yang terbentuk pada saat pelepasan panas dari
dalam lautan, pelepasan suhu didaratan berjalan lambat bila dibandingkan dengan kecepatan
pelepasan suhu dari dalam lautan. Sehingga terjadi pergerakan udara panas dari lautan menuju ke
daratan akibat perbedaan tekanan atmosfer yang sangat ekstrim. Dampak terjadinya monsoon
selama musim panas adalah terjadinya udara bertekanan tinggi (ditunjukkan oleh gejala angin
kecang dan ribut) yang bergerak ke arah utara dan menghasilkan hujan deras diatas daratan India.
Selama musim hujan, terjadi fenomena yang terbalik, monsoon menyebabkan terjadinya
kekeringan di daratan India (Tomascik et al 1997).

2.5 Kondisi Oseanografi Perairan Arafura


Menurut Sadhotomo dan Suprapto (2013), Laut Arafura secara geografis merupakan
perairan yang berbatasan dengan perairan Australia. Sebagian besar dari perairan ini merupakan
bagian dari Dangkalan Sahul. Berbagai jenis ikan demersal laut dalam menempati perairan ini.
Jenisjenis kakap merah (Lutjanus sp) umumnya menempati perairan dengan kedalaman 50-180 m
dan merupakan sasaran penangkapan perikanan rawai dasar dan trawl ikan. Laut Arafura
merupakan bagian dari perairan Indonesia yang letaknya secara langsung berbatasan dengan
Lautan Hindia. Laut Arafura merupakan perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 m.
Laut Arafura terutama pada lapisan permukaan sangat dipengaruhi oleh pola tiupan angin muson
yang bertiup. Perubahan arah dan kekuatan angin yang bertiup di atas perairan mengakibatkan
terjadinya perubahan dinamika di dalam perairan tersebut. Kuatnya angin muson mengakibatkan
meningkatnya transpor Ekman, percampuran vertikal, dan tingginya bahang yang hilang akibat
evaporasi sepanjang musim panas, sehingga mengakibatkan terjadinya pendinginan suhu
permukaan perairan, dan sebaliknya bila angin menjadi lemah dimana percampuran vertikal
massa air akan lemah dan bahang yang hilang melalui evaporasi menjadi berkurang. Keadaan ini
berdampak terhadap tingginya suhu permukaan perairan.
III. MATERI DAN METODE

3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Sabtu, 3 April 2021
Waktu : 13.00 WIB - selesai
Tempat : Daring via platform Microsoft Teams

3.1.2 Alat dan Bahan


Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Gambar Fungsi
.
1. Laptop Sebagai alat untuk
mengoperasikan program
ODV, Excel dan ArcGIS

2. Software Excel Program untuk memilah


data dari ODV

3. SoftwareODV Program aplikasi untuk


mengekstrak data
HYCOM
4. Software ArcGIS Program aplikasi untuk
mengolah data dari ODV
dan Excel.

5. Data Digunakan pada software


ODV untuk diolah arus
yang terjadi

3.2 Metode
1. Masuk ke halaman hycom.org.
2 Klik pada tab ‘data server’ maka akan menuju halaman data server

3 Scroll down kemudian klik pada ncss.hycom.org – NetCDF Subset Service (NCSS) Access

6. 4 Akan terbuka halaman baru, kemudian cari folder GOFS 3.0 kemudian klik pada
tanggal yang sesuai ketentuan Data yang akan di download adalah data tahun 2018 maka
pilih 2018 Data, dan klik pada All Data at 00Z. Selanjutnya muncul halaman berikut, klik
pada bagian Access 2.NetcdfSubset
:http://ncss.hycom.org/thredds/ncss/grid/GLBa0.08/expt_90.9/2018

7. Cheklist pada bagian with velocity kotak ‘u’ dan ‘v’. Kemudian uncheklist pada ‘Disable
horizontal subsetting’ pilih koordinat. Pada Choose Time Subset pilih Single Time dan
ketikan ‘2018-11-01T00:00:00Z’. Kemudian ketik 2 pada Vertical Stide dan Cheklist
pada Add Lat/Lon variables
8. Klik Submit

9. Data sudah ter-download dengan nama file 2011.nc


10. Buka ODV

11. Klik Open dan masukan file .nc yang sesuai ditentukan

12. Klik Next sampai muncul tombol Finish

13. Export ODV Spreadsheet


14. Buka excel dan open file .txt yang telah di export dari ODV. Block Baris 1 – 9 dan Delete.
Hapus kolom yang lain selain Longitude, Latitude, U, V, dan tanggal. Klik filter, klik
tanda pana kebawah disamping judul kolom, Uncheclist all data, lalu checklist blank.
Delete Row kolom longitude dan lattitude,. Klik Filter kembali, sehingga data sudah
terfilter. File di Save sebagai 97-2003 Excel. Lakukan pada tiap tanggal pada tiap
bulannya.

15. Kemudian olah data pada ArcGis.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pola Arus Permukaan Bulan Februari

4.1.2 Pola Arus Permukaan Bulan Mei


4.1.3 Pola Arus Permukaan Bulan Agustus

4.1.4 Pola Arus Permukaan Bulan November

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pola Arus Permukaan Bulan Februari
Arus permukaan merupakan arus yang lebih banyak dipengaruhi oleh angin untuk
penggeraknya. Pada praktikum modul 3 ini dilaksanakan praktikum dengan data dari HYCOM
yang digunakan merupakan arus permukaan. Dari hasil yang didapat dari pada Bulan Februari
ini, arus yang terjadi di perairan Arafura rata – rata bergerak ke arah selatan. Terlihat dari
perairan Perairan Arafura arah arus perairannya terlihat menuju ke selatan. Tetapi hanya pada
daerah perairan di sekitar Perairan Arafura arah arus cenderung ke arah timur dan memiliki
kecepatan yang kecil. Pada bulan Februari angin yang bertiup masih termasuk angin monson
Barat atau musim barat yang mana angin bertiup dari arah barat menuju timur. Tetapi ada hal
yang berbeda dari seharusnya karena pada angin muson barat arah angin bergerak dari timur ke
barat. Sehingga arah arus yang seharusnya terjadi menurut teori bergerak dari barat ke timur
terjadi pertabrakkan antar arus.
4.2.2 Pola Arus Permukaan Bulan Mei
Arus permukaan merupakan arus yang lebih banyak dipengaruhi oleh angin untuk
penggeraknya. Pada praktikum modul 3 ini dilaksanakan praktikum dengan data dari HYCOM
yang digunakan merupakan arus permukaan. Pada bulan Mei angin yang bertiup masih termasuk
angin monson Barat. Tetapi ada hal yang berbeda dari seharusnya karena pada angin muson barat
arah angin bergerak dari timur ke barat. Sehingga arah arus yang seharusnya terjadi menurut
teori bergerak dari barat ke timur terjadi pertubrukan antar arus. Pada daerah bagian barat
perairan Arafura terlihat bahwa kondisi arus pada daerah tersebut cukup lemah, sedangkan pada
bagian timur laut ke timur pulau Arafura memiliki arus yang berkecepatan lebih tinggi daripada
arus pada bagian barat. Hal ini dapat menyebabkan arus yang seharusnya bergerak kearah timur
dibelokkan oleh hal ini menuju kearah utara maupun selatan sehingga menuju kearah timur laut
maupun tenggara.

4.2.3 Pola Arus Permukaan Bulan Agustus


Dari hasil yang didapat dari pada bulan Agustus ini, arus yang terjadi di perairan Arafura
didominasi ke arah barat, dimana pada musim angina Muson Timur angin berhembus dari timur
menujur barat. Namun tidak semua arus pada perairan Arafura mengarah kebarat, namun
berdasarkan teori bahwa angina Muson Timur bergerak dari timur menuju barat dapat dibuktikan
pada output peta yang dihasilkan. Dimana semua arus bergerak dari timur yang menuju ke sekitar
arah kiri, didominasi oleh barat dan ada juga yang bergerak menuju barat laut maupun barat daya.
Pada dasarnya perbedaan arah arus ini juga disebabkan adanya daratan, dapatr dilihat pada timur
pulau Aru, arah arus seakan “memutar” sehingga adanya arah arus menuju barat laut dan barat
daya. Pada daerah bagian barat perairan Arafura terlihat bahwa kondisi arus pada daerah tersebut
cukup lemah, sedangkan pada bagian timur laut ke timur pulau Arafura memiliki arus yang
berkecepatan relatif lebih tinggi daripada arus pada bagian timur.

4.2.4 Pola Arus Permukaan Bulan November


Dari hasil yang didapat dari pada Bulan November ini, arus yang terjadi di perairan Arafura
bergerak ke segala arah, rata – rata bergerak ke arah timur. Pada bulan November angin yang
bertiup masih termasuk angin muson Timur. Sehingga ada hal yang berbeda dari seharusnya
karena pada angin muson timur, arah angin bergerak dari timur ke barat akan tetapi ada beberapa
yang terjadi sebaliknya. Sehingga arah arus yang seharusnya terjadi menurut teori bergerak dari
timur ke barat terjadi pertubrukan antar arus.
IV.1.1 Perbedaan Pola Arus Antar Bulan
Pola arus antar bulan terbagi akibat angin Muson. Pada bulan Februari dan Mei ini pola
arus permukaan mayoritas dipengaruhi oleh angin muson barat yang dimana berhembus ke barat.
Sedangkan pada Bulan Agustus dan November 2018 angin muson muncul dan bergerak kearah
timur sehingga disebut angin muson timur yang menyebabkan arus bergerak kearah timur. Secara
keseluruhan pada bulan Februari dan Mei arus permukaan mayoritas sudah searah dengan
pergerakan angin muson barat dimana arusnya bergerak ke arah barat dan timur, dan pada bulan
Agustus dan November sesuai angin muson timur dimana pergerakan arusnya menuju kearah
timur. Namun pada bulan Agustus arah bergerak rata menurut arah utara sehingga perlu
dilakukan pengkajian ulang Oleh karena itu perbandingan dari seluruh tipe pola arus dari bulan
Februari, Mei, Agustus hingga November sudah sesuai dengan pola angin muson yang juga
terjadi di Indonesia yang dimana pada bulan Oktober hingga April merupakan saat terjadinya
angin muson barat dan bulan April hingga Oktober terjadi angin muson april. Untuk gaya-gaya
lain yang dapat mempengaruhi arah dari arus bisa saja disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya
coriolis hingga pengaruh benda-benda langit seperti matahari dan bulan yang dapat menyebabkan
adanya pasang surut sehingga bisa menyebabkan adanya arus pasang surut.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Mendownload data HYCOM dapat dilakukan dari web HYCOM yaitu www.hycom.org, data
HYCOM ini dapat diolah dengan beberapa aplikasi seperti ODV, Sea DAS, Excel, ArcGIS dan
lain – lain yang support untuk nc file.
2. Saat musim bergerak ke arah timur, musim barat menggerakkan aliran air permukaan ke arah
timur. Pada musim timur, saat angin bergerak dari timur ke barat, arus permukaan bergerak ke
barat.
3. Pada bulan Februari dan Mei ini pola arus permukaan mayoritas dipengaruhi oleh angin
muson barat yang dimana berhembus ke barat. Sedangkan pada Bulan Agustus dan November
2018 angin muson muncul dan bergerak kearah timur sehingga disebut angin muson timur yang
menyebabkan arus bergerak kearah timur

5.2 Saran
1. Praktikum lebih efisien guna menghemat penggunaan kuota internet
2. Video tutor yang diberikan cukup jelas dan dapat dimengerti sehingga tidak ditemukan kendala
saat pengerjaan.
3. Pemberian materi saat praktikum jelas dan dapat dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Anzaria, Febie. Dessy Apriyanti, Rustandi Poerawiardi, dan Dyah Pangastuti. 2018. Penentuan
Mean Dynamic Topography (MDT) Di Stasiun Pasut Untuk Meneliti Konsistensi Geoid
EGM2008 Terhadap Data Ocean Model Hycom Di Kalimantan. Prodi Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Rusmayadi, Gusti. Umi, Salawati. 2017. Pengguanaan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial (Pls)
Untuk Mengatasi Kolinieritas Dan Pemanfaatannya Untuk Prediksi Curah Hujan
Monson Berdasarkan Data GCM (Global Circulation Model). Jurnal Agroscientiae, 16(3).
Sadhotomo, Bambang dan Suprapto. 2013. Interaksi Antar Trawl Dan Rawai Dasar Pada
Perikanan Kakap Merah (Lutjanus Malabaricus) Di Laut Timor Dan Arafura.. Jurnal
Antar Trawl dan Rawai Dasar. 19(2):89-95
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa, 1997 a. The Ecology of the Indonesian
Seas. Part One. The Ecology of Indonesian Series. Vol. VII. Periplus Editions (HK) Ltd
Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps
Inst. of Oceanography La jolla, Calif

Anda mungkin juga menyukai