Anda di halaman 1dari 12

ARUS LAUT DAN KARAKTERISTIKNYA

A. Definisi
Arus merupakan gerakan yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus
permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yang berhembus di permukaan laut. selain itu topografi
muka air laut juga turut mempengaruhi gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat
diamati dengan menggunakan satelit Altimetri Jason1. Dengan bantuan data dari satelit ini, maka dapat
dipetakan pola dari pergerakan arus laut permukaan secara global.
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat lain. Arus laut terjadi
dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari
matahari. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula
perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan
angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua
fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama
yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan
dan pendinginan air laut.
B. Arus Permukaan
Arus permukaan merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh
tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, maupun oleh gerakan bergelombang panjang, misalnya
pasang surut. Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus dilapisan permukaan sangat banyak ditentukan
oleh angin. Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angina (Nontji, 1993).
Sirkulasi dari arus laut terbagi atas dua kategori yaitu sirkulasi di permukaan laut (surface
circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or deep circulation). Arus pada sirkulasi di
permukaan laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di dalam laut
didominasi oleh arus termohalin. Arus termohalin timbul sebagai akibat adanya perbedaan densitas
karena berubahnya suhu dan salinitas massa air laut. Perlu diingat bahwa arus termohalin dapat pula
terjadi di permukaan laut demikian juga dengan arus yang ditimbulkan oleh angin dapat terjadi hingga
dasar laut. Sirkulasi yang digerakan oleh angin terbatas pada gerakan horisontal dari lapisan atas air
laut. Berbeda dengan sirkulasi yang digerakan angin secara horisontal, sirkulasi termohalin mempunyai
komponen gerakan vertikal dan merupakan agen dari pencampuran massa air di lapisan dalam (Nining,
2002).
Arus memainkan peranan penting dalam memodifikasi cuaca dan iklim dunia (DUXBURY et
al, 2002). Di Atlantik Utara, aliran arus yang relatif panas di sekitar Islandia dan Semenanjung
Skandinavia membuat pelabuhan dari es meskipun pada musim dingin dan membuat udara di daerah
tersebut menjadi lebih hangat dibanding daerah lain pada lintang yang sama. Di Samudera Pasifik arus
Kuroshio yang panas yang mengalir ke arah utara di pantai timur Kepulauan Jepang memainkan
peranan yang sama di daerah ekuator Pulau Aleutian. Sebaliknya, arus dingin seperti arus Labrador dan
arus California menyebabkan udara panas di atasnya menjadi dingin dan menimbulkan kabut laut
(MATTHIAS et al., 1994).
Arus permukaan laut umumnya digerakan oleh stress angin yang bekerja pada permukaan laut.
Angin cenderung mendorong lapisan air di permukaan laut dalam arah gerakan angin. Tetapi karena
pengaruh rotasi bumi atau pengaruh gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi
dibelokan ke arah kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah kiri di belahan bumi selatan.
Jadi angin dari selatan (di belahan bumi utara) akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah timur
laut. Arus yang dibangkitkan angin ini kecepatannya berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan
arahnya berlawanan dengan arah arus di permukaan.
Pada kedalaman yang cukup besar antara 500 - 2000 m, kecepatan arus yang ditimbulkan angin
ini menjadi nol. Kedalaman dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut kedalaman tanpa gerakan
atau kedalaman Ekman. Perubahan arah dan kecepatan arus terhadap kedalaman menimbulkan suatu

transpor massa air yang arahnya tegak lurus ke arah kanan arah angin di belahan bumi utara dan ke
arah kiri di belahan bumi selatan. Transpor massa air ini juga disebut sebagai transpor Ekman.
Pengetahuan tentang transpor Ekman ini dapat digunakan untuk menjelaskan mekanisme
timbulnya fenomena laut yang dikenal dengan nama "upwelling dan downwelling, Upwelling adalah
naiknya air dingin dari lapisan dalam ke permukaan laut sedangkan downwelling merupakan turunnya
air permukaan laut ke lapisan lebih dalam. Upwelling memperbesar jumlah plankton di laut, karenanya
daerah upwelling merupakan daerah perikanan yang kaya.
Upwelling terjadi karena adanya kekosongan massa di lapisan permukaan dan harus diganti
oleh massa air di lapisan dalam. Downwelling terjadi karena adanya penumpukan massa di lapisan
permukaan yang harus di alirkan ke lapisan dalam. Mekanisme terbentuknya upwelling diperlihatkan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Angin yang menimbulkan upwelling di belahan bumi utara


Arus laut dapat juga terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain. Perbedaan tekanan ini terjadi sebagai hasil adanya variasi densitas air laut dan slope
permukaan laut. Densitas air laut bervariasi dengan suhu dan salinitas. Air tawar yang hangat adalah
ringan, sementara air laut yang dingin adalah berat. Pada kedalaman yang besar (di bawah 2000 m),
densitas air laut hampir uniform (konstan) jadi variasi densitas umumnya terbatas pada lapisan dekat
dengan permukaan.
Arus laut yang bergerak di permukaan terdapat juga arus yang bergerak di lapisan dalam.
Sirkulasi ini dikenal dengan nama sirkulasi "termohalin". Arus di lapisan dalam ini bergerak lebih
lambat daripada arus permukaan, namun arus ini memainkan peranan yang penting dalam pertukaran
massa air di laut. Arus yang dingin dan berat tenggelam sampai kedalaman yang cukup besar di lintang
tinggi di Lautan Atlantik Utara dan bergerak 2 mil di bawah permukaan menyebar ke arah selatan
melintasi ekuator : sebagai akibatnya air di lapisan dalam daerah tropik menjadi sangat dingin. Pada
saat yang sama, air dingin dan berat juga tenggelam di Laut Wedlle di dekat benua Antartika dan
bergerak ke arah utara sebagai air lapisan dasar (bottom water). Air dingin yang tenggelam inilah yang
membawa oksigen jauh ke dalam laut, yang memungkinkan adanya kehidupan bahkan sampai ke dasar
laut. Air daerah kutub yang tenggelam dan kemudian bergerak ke arah utara atau selatan dapat
diibaratkan sebagai "paru-paru laut" karena mereka memperbaharui kandungan oksigen di lapisan
dalam (MATTHIAS et al., 1994). Sirkulasi arus di lapisan dalam diperlihatkan pada Gambar 2

Gambar 2. Sirkulasi arus di lapisan dalam (sirkulasi termohalin)

C. Analisa Pola Pergerakan Arus Laut Permukaan


Dari hasil pemodelan arus laut permukaan dari tahun 2002-2009 diketahui bahwa :
Arus yang bergerak dari Benua Asia menuju ke Benua Australia, dikarenakan pengaruh angin
muson barat, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan Desember-Februari.
Arus yang bergerak dari Benua Australia menuju ke Benua Asia, dikarenakan pengaruh angin
muson timur, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan Juni-Agustus. Di samping
itu ada masa pancaroba yakni masa peralihan pergantian antara angina muson barat menuju angin
muson timur ataupun sebaliknya.

D. Analisa Karakteristik Arus Laut Permukaan Perairan Indonesia


Dari tabel kecepatan arus laut diatas diketahui bahwa, kecepatan arus laut yang kuat rata-rata
berada pada posisi lintang 0,250 LU yakni di sekitar garis khatulistiwa. Sedangkan rata-rata kecepatan
arus yang lemah berada di perairan yang jauh dari garis khatulistiwa. Untuk tahun 2002 kecepatan arus
rata-rata sebesar 475,2 cm/detik.Arus terkuat berada di perairan Selat Karimata, sedangkan kecepatan
arus yang lemah berada di perairan sekitar sebelah selatan Irian Jaya. Pada tahun 2003, arus terkuat
berada di Laut Maluku, arus terlemah berada di Sekitar Laut Sulawesi, sedangkan rata-rata kecepatan
arusnya adalah 496,3 cm/detik . Tahun 2004, arus terkuat berada di sekitar sebelah barat pulau
Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, arus terlemah di sekitar Laut Flores.
Untuk rata-rata kecepatan arusnya adalah 481,4 cm/detik.
Untuk tahun 2005, arus terkuat terletak di Laut Maluku, terlemah berada di perairan sekitar
Pulau Jawa, dan kecepatan rata-ratanya sebesar 468,5 cm/detik. Pada tahun 2006, arus terkuat berada di
sekitar sebelah barat pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, arus terlemah

berada di Laut Sulawesi, dan rata-rata arusnya sebesar 553,2 cm/detik. Tahun 2007, rata-rata kecepatan
arusnya sebesar 513,4 cm/detik, dengan arus terkuat adalah di sekitar sebelah utara Irian Jaya yang
berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik bagian Utara. dan terlemah berada di perairan sekitar
selatan Pulau Jawa. Pada tahun 2008, arus terkuat ada sekitar sebelah barat pulau Sumatera yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, terlemah ada di perairan sekitar selatan Pulau Jawa,
dengan rata-rata kecepatan arus tahun 2008 sebesar 482,5 cm/detik. Analisa pada tahun 2009, rata-rata
kecepatan arus lautnya adalah 465,3 cm/detik,arus terkuat di sekitar sebelah barat pulau Sumatera yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan arus terlemah berada di Selat Sunda yakni sekitar
sebelah barat laut Pulau Jawa.
E. Pola Arus Saat Pasang Surut (Purnama)
Pola arus pada kondisi surut menuju pasang saat purnama menunjukan bahwa dominan arus
bergerak dari arah timur laut menuju ke arah barat daya dengan kecepatan berkisar antara 0,0003
m/detik. Di sisi Barat Pulau Parang pola dan kecepatan arus pada kondisi ini dipengaruhi oleh arus dari
perairan Pulau Kembar yang berbelok menuju ke selatan, sedangkan pada sisi Timur Pulau Parang arus
pada kondisi ini dipengaruhi oleh arus dari perairan Pulau Bengkoang yang terus menuju keselatan dan
berbelok menuju barat daya di sekitar Pulau Kumbang. Kondisi pasang tertinggi saat pasang purnama,
pola arus dominan bergerak dari arah Barat menuju ke arah Timur Laut dengan kecepatan 0,0023
m/detik. pembentukan pola arus ini karena pengaruh arus dari Pulau Kembar. Kondisi pasang menuju
surut saat pasang purnama arus dominan bergerak dari arah Selatan menuju ke arah Utara dengan
kecepatan arus 0,0005 m/detik, pola arus ini terbentuk karena pengarus arus dari Pulau Nyamuk.
Kondisi surut terendah saat pasang purnama, arah arus dominan bergerak dari Tenggara yang menuju
ke arah Barat Laut dengan kecepatan 0,0035 m/detik. pembentukan arus ini di pengaruhi oleh arus
yang bergerak dari Pulau Karimunjawa menuju ke Pulau Parang.

Gambar 3. Arah arus pada saat pasang


F. Pola Arus Saat Pasang Surut (Perbani)
Pada kondisi surut menuju pasang perbani, arus dominan bergerak dari arah Timur laut yang
kemudian berbelok ke selatan Pada sisi Timur Pulau Parang kemudian pada sisi Barat Pulau Parang
arus yang dominan dari timur bergerak berbelok menuju ke barat, arus dalam kondisi ini memiliki
kecepatan 0,0021 m/detik. Pola arus ini terbentuk oleh arus yang bergerak dari Pulau Karimunjawa.
Pada kondisi pasang tertinggi saat perbani arus dominan bergerak dari arah Barat menuju ke arah
Timur dengan kecepatan 0,0027 m/detik. pola arus ini terbentuk karena pengaruh arus dari Pulau
Kembar. Pada kondisi pasang menuju surut saat pasang perbani arus bergerak dari arah Barat menuju
ke arah Timur. Dari sisi barat Pulau Parang arus bergerak menuju ke arah tenggara yang kemudian
setelah sampai pada sebelah selatan Pulau Parang arah arus mulai berbelok arah menuju ke timur
kecepatan arus tersebut adalah 0,0023 m/detik. Pembentukan arus tersebut terjadi karena pengaruh arus
dari Pulau Kembar dan Pulau Kumbang. arah Timur dengan kecepatan antara 0,0011 m/detik.
Pembentukan arus tersebut terjadi karena pengaruh arus dari Pulau Kembar.

Gambar 4. Grafik Pasang Surut

Gambar 5. Pola rata-rata arus pada saat pasang maksimum

Gambar 6. Pola rata-rata arus pada saat pasang menuju surut menengah

Gambar 7. Pola rata-rata arus saat surut minimum

Gambar 8. Pola rata-rata arus pada saat pasang surut menuju pasang menengah
G. Hubungan Arus Laut Dan Sedimen Dasar Dengan Kondisi Terumbu Karang
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara arus laut, sedimen dengan
kondisi terumbu karang yang ada di pulau Parang di setiap stasiun. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan (Sukarno et al., 1983) yaitu Pergerakan air atau arus diperlukan untuk ketersediaan nutrien
dan oksigen agar karang terhindar dari timbunan endapan dan kotoran. Arus sangat bermanfaat untuk
pemindahan nutrien, larva, oksigen, dan sedimen. Selain itu kecepatan air dan turbulensi juga memiliki
pengaruh kuat terhadap morfologi umum dan komposisi taksonomi dari ekosistem terumbu karang
(Tomascik et al., 1997).
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi arus
Menurut Wibsono (2010) besar kecilnya arus disebabkan oleh berbagai faktor yakni tiupan
angin musim, suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah dan kecepatan angin. Tiupan angin
musim ini juga akan menimbulkan arus yang dinamakan arus musim. Indonesia dikenal dengan 2
musim yakni musim barat dan musim timur dimana siklus perubahan tiap musim ditandai dengan
adanya perubahan tekanan udara sehingga menimbulkan arah tiupan angina yang berbeda pula.
Kecepatan angina dapat menimbulkan gaya gesek dipermukaan laut. Selain itu kecepatan arus
dipengaruhi oleh gaya koriolis. Efek ini timbul akibat gerak rotasi bumi dan posisi bumi dalam
mengitari matahari, serta berperan dalam menentukan arus arah. Perbedaan densitas merupakan faktor
yang mempengaruhi kecepatan arus. Arus ini bersama dengan drift current membentuk arus umum atau
horizontal. Arus yang timbul sebagai akibat dari perbedaan suhu dan salinitas mengontrol distribusi
suhu dan salinitas di samudera. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya arus adalah angina,
perbedaan permukaan air laut, perbedaan temperature, perbedaan salinitas, pasang surut dan bentuk
pantai.
Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan
angina itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman
perairan sampai pada akhirnya angina tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Suardi 2006
dalam Fitriani 2011).
I. Macam-macam arus
Menurut Gross (1990) arus dibedakan menjadi 4 golongan:
1. Arus Ekman yaitu arus yang disebabkan oleh gesekan angin dan bergerak spiral di laut dalam.
2. Arus pasang surut yaitu arus yang disebabkan oleh adanya gaya pemabangkit pasang surut umunya
benda-benda langit seperti bulsan dan matahari.
3. Arus Thermohaline yaitu arus yang disebabkan oleh gradien atau kemiringan atau perbedaan
densitas air laut.

4. Arus Geostrofik yaitu arus yang disebabkan karena terjadinya kesetimbangan antara gaya gradien
tekanan mendatar dengan gaya koriolis pada dua gradient densitas yang berbeda.
J. Manfaat Arus
Dalam pemanfaatannya, arus dibedakan berdasarkan tujuannya:
1. Dalam bidang perikanan: arus mempengaruhi gerakan plankton (fitoplankton). Ikan biasanya
banyak berkumpul di tempat-tempat yang banyak planktonnya sehingga informasi mengenai arus
dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tempat-tempat berkumpul berbagai jenis ikan bagi para
nelayan.
2. Dalam bidang Pariwisata Olahraga: arus dapat digunakan dalam menyelam, lomba perahu layar dan
masih banyak lain yang memperhitungkan factor gerakan air laut.
3. Dalam bidang Budidaya : Bagi para petani yang bergerak dalam bidang pertanian arus juga sangat
diperlukan. Sebagai contoh para pembudidaya rumput laut, budidaya kerang, mutiara dan lain-lain),
jika tidak memperhitungkan gerakan air laut, maka hasil pertaniannya akan terbawa hanyut oleh air
laut sehingga akan mengalami gagal panen.
Menurut Pond dan Pickard (1983), gerakan massa air terjadi karena resultan dari berbagai
macam gaya yang bekerja pada kolom massa air yang memiliki suatu percepatan dan dipengaruhi gaya
gravitasi. Arus laut merupakan bergeraknya massa air laut. Arus laut dapat terjadi akibat adanya gaya
pembangkit arus yang bekerja baik pada lapisan antar muka air-udara ataupun pada badan air seperti
angin, rotasi bumi, beda salinitas dan temperatur, dan gaya gravitasi bulan. Kedalaman perairan dan
bentuk garis pantai akan mempengaruhi arah dan kecepatan arus (Anonim,2010).
Pond dan Packard (1983) mengklarifikasi gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, antara
lain gerakan dorongan angin. Angin adalah faktor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan
oleh angina mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang
dibangkitkan oleh angina memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak
berpengaruh sama sekali. Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang
memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus
di laut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada peramukaan
laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut
dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat dan
Susanna, 2003).
Angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan upwelling dan downwelling di
daerah-daerah tertentu. Proses upwelling yaitu suatu proses massa air yang didorong keatas dari
kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air permukaan
mengakibatkan kekosongan dibagian atas sehingga air yang berasal dari bawah menggantikan
kekosongan yang berada di atas. Air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer
sehingga kandungan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu air
dipermukaan lainnya.
K. Pengaruh Arus Terhadap Keberadaan Air
Arus sangat berpengaruh dalam penyebaran ikan, laevastu dan Hayes (1981) menyatakan
hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan
pelagis dan spawning ground (daerah penyebaran) ke nursery ground (daerah pembesaran) dan ke
feeding ground (tempat mencari makan). Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat
orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami ; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus
pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung
mempengaruhi pengelompokan makanan, atau factor lain yang membatasinya (suhu), arus
mempengaruhi lingkungan alami ikan, maka secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan ikan
tertentu, dan sebagai pembatas distribusi geografisnya.

Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus,
dengan cara mengarahkan dirinya secara langsung pada pergerakan arus. Arus tersebut akan
mempengaruhi organ ikan yang disebut, linea lateralis yang fungsinya sebagai mechanoreseptor yang
terletak pada garis mendatar dikedua sisi tubuh ikan. Hal ini dikarenakan mechanoreseptor adalah
organ reseptor yang ada pada organisme ikan yang berfungsi memberikan informasi mengenai
perubahan mekanis dalam lingkungan. Seperti gerakan, tegangan, atau tekanan. Biasanya gerakan ikan
selalu mengarah menuju arus (Reddy, 1993).
L. Pengaruh arus terhadap penyebaran ikan
Arus sangat berpengaruh terhadap penyebaran ikan, Laevastu dan Hayes (1982) menyatakan bahwa :
1.
Penyebaran ikan oleh arus mengalihkan telur dan anak-anak ikan dari spawning ground (daerah
pemijahan) ke nursery ground (daerah pembesaran) dank e feeding ground (tempat mencari
makan)
2.
Migrasi ikan dewasa dapat disebabkan oleh arus sebagai alat orientasi ikan dan sebagai pola rute
alami;
3.
Tingkah laku diurnal ikan dapat disebabkan oleh arus, khususnya arus pasang surut;
4.
Arus dapat secara langsung mempengaruhi pengelompokan makanan atau factor lain yang
membatasinya (suhu);
5.
Arus juga mempengaruhi lingkungan alami ikan, dengan demikian secara tidak langsung
mempengaruhi kelimpaha ikan tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya.
M. Arlindo
Arlindo merupakan transport massa air dan Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia yang
melewati perairan Indonesia. Keistimewaan Arlindo adalah karena massa air di Samudera Pasifk
Ekuator Barat memiliki suhu yang tinggi dan salinitas yang rendah daripada massa air di Samudera
Hindia. Jadi ketika memasuki Samudera Hidia massa airnya hangat dan lebih tawar. Arlindo mengalir
80 persen melalui Selat Makassaw sebagai jalur utama dan kemudian terpisah 25 persen masuk ke Laut
Flores, Banda, dan keluar di Selat Ombai dan Laut Timor menuju Samudera Hindia. Dari Samudera
Hindia diteruskan ke Afrika melalui Indian South Equatorial Curent dan bergabung dengan Arus
Agulhas di sekitar Afrika Selatan menuju Samudera Atlantik. Jadi transport Arlindo bisa mencapai
10.000 km dari Selat Lombok (Gordon, 2000).
Sistem arus yang menjadi perantara dua samudera besar ini menjadi elemen penting dalam
sistem global iklim dunia dan sirkulasi termohalin. Arlindo juga sangat berperan dalam sirkulasi
regional sekitar ekuatorial Pasifik barat dan Samudera Hindia bagain timur dan dalam sirkulasi laut
global (Gordon, 1986; Schmitz 1995).
Selat Lombok merupakan saluran terpenting Arlindo di bagian selatan Indonesia yang terletak
antara Pulau Bali dan Lombok. Selat Lombok merupakan sebuah kanal dimana kecepatan arusnya
besar, bukan saja karena Arlindo tapi juga karena bentuk geometrinya, yaitu adanya sill dibagian
selatan selat yang berinteraksi dengan arus pasut.
Kedalaman perairan Selat Lombok berkisar antara 800 m sampai 1000 m, kecuali dibagian
selatan dimana terdapat pulau kecil Nusa Penida yang membagi selat menjadi dua kanal. Kanal arah
barat, Selat Bandung, lebih dangkal dengan kedalaman lenih kurang 100 m. Kanal arah timur lebih
dalam dan memilik sebuah sill yang membentang arah timur-barat sepanjang dasar dengan kedalaman
puncak sill sekitar 250 m. Kondisi oseanografi Selat Lombok yang kompleks ini melatarbelakangi
dilakukannya studi profil vertikal kecepatan arus dan suhu untuk mengamati keberadaan Arlindo yang
melalui Selat Lombok.
N. Variabilitas Kecepatan Arus
Hasil perekaman mooring Lombok West (LW) dan Lombok East (LE) dibagian baat dan timur
Selat Lombok pada tahun 2004-2005 menunjukkan pergerakan arus dominan ke arah utara dan selatan.
Kecepatan arus dilokasi mooring LW di permukaan maksimum 1,5 m/det yang bergerak menuju
selatan bulan Mei 2004 (Musim Peralihan I). Sedangkan kecepatan arus di lokasi mooring LE

dipermukaan pada bulan yang sama dengan besarnya 0,75 m/det ke arah selatan dan 0,4 m/det ke arah
utara.
Dipermukaan faktor yang mempengaruhi fluktuasi kecepatan arus adalah pengaruh kecepatan
angin monsun. Kecepatan angin komponen-v di 900-1300 BT dan 50 LU-150 LS menunjukkan arah ke
utara pada bulan Maret yang menyebabkan arus balik ke utara pada bulan tersebut.
Pada kedalam 100 m terlihat pergerakan arus dominan ke selatan dengan kecepatan maksimum
terjadi pada bulan April dengan besar 0,8 m/det untuk mooring LW dan 0,7 m/det mooring LE. Arus
balik ke utara maksimum sebesar 0,8 m/det pada mooring LW dan mooring LE sebesar 0,6 m/det
hanya terjadi pada Mei sampai awal Juni dan November/Desember. Pengaruh permukaan pada
kedalaman 100 m mulai tidak terlihat. Kecepatan arus komponen-v memiliki pola yang dominan ke
arah selatan sampai kedalaman 250 m. Sedangkan dibawah kedalaman ini(lenih besar 250 m) pola arus
tidak beraturan lagi, pola arus menunjukkan pergerakan ke utara-selatan dan kekuatannya sangat kecil
mendekati nol.
Hal ini dapat dilihat dari profil vertikal kecepatan arus pada beberapa musim, dimana terlihat
bahwa kecepatan arus memiliki pola beraturan sampai kedalaman 250. Adanya arus balik ke utara
bulan Mei/Juni 2004 dan November/Desember 2004 pada kedalaman dibawah permukaan
diindikasikan adanya intrusi gelombang Kelvin dari Samudera Hindia yang masuk lewat Selat Lombok
(Syamsudin, 2004). Kekuatan gelombang Kelvin pada Musim Peralihan I lebih kuat daripada Musim
Pearlihan II (Sprintall.et..al 2000).
O. Variabilitas Arus
Variabilitas dan profil vertikal suhu menunjukkan bahwa suhu di kedua lokasi mooring
memiliki nilai yang berbeda dimana suhu di lokasi mooring bagian timur lebih hanagt dari lokasi
mooring bagian barat. Hal ini disebabkan lokasi mooring bagian timur dipenagruhi oleh massa air yang
lebih hangat dari Samudera Pasifik sedangkan mooring bagian barat lebih dipengrauhi oleh massa air
dari Samudera Hindia. Suhu terhangat terjadi pada musim peralihan I yaitu Mei. Massa air hangat ini
berasal dari massa air South Java Current yang dibawa oleh gelombang Kelvin masuk menuju Selat
Lombok.
P. Pengaruh Pasang Surut Pada pergerakan arus permukaan di teluk manado
Pergerakan masa air atau dikenal dengan arus merupakan fenomena yang sangat kompleks.hal
ini berkaitan dengan besarnya variasi dari faktor-faktor pengontrol terjadinya arus di perairan(Davis
Jr.1972). Namun demikian pemahaman, tentang arus di perairan adalah yang sangat penting dalam
kegiatan pemanaatan dan pengelolaan.
Demikian juga halnya dengan kawasan perairan teluk manado. Pemahaman tentang pola
pergerakan arus dikawasaan perairan ini merupakan hal yang penting. Secara aktual kawasan teluk
manado setiap hari sarat oleh berbagai kegiatan dengan berbagai kepentingan. Pemahaman tentang arus
diperairan ini bukan saja sangat penting dari sisi pengelolaan,tetapi juga memiliki peran yang sangat
besar dipandang dari sisi keamanan pemanaatan kawasan perairan. Kajian terhadap pola yang
dihubungkan dengan proses pasang surut (pasut) merupakan hal penting dilakukan. Khususnya pada
perairan teluk. Menurut triatmodjo (1999) diperairan tertutup dan semi tertutup seperti teluk. Pasut
merupakan gaya penggerak utama sirkulasi masa airnya. Dahuri dkk. (2001) menjelaskan arus yang
disebabkan oleh pasut dapat mencapai kecepatan 2 knot(sekitar 1m/det).dan arahnya akan berbalik
180 dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan sifat pasutnya.
Tipe pasut diperairan,bergantung pada kondisi perubahan kedalaman perairan atau geomorologi
pantai setempat. Secara kuantitatif,tipe pasut suatu perairan ditentukan oleh misbah antara amplitudo
unsur-unsur pasut tunggal utama dengan unsur-unsur pasut ganda utama (pariwono 1989).
Dewasa ini,arus pasut pada kawasan perairan tertentu seringkali diestimasi berdasarkan model
yang didetermasi dari momponen harmonik pasut perairan. Model yang terbentuk pada akhirnya agak
sulit diterapkan pada kawasan perairan bersangkutan,karena kompleksnya faktor-faktor pengontrol arus
yang ada. Strahler dan strahler (1989).

Mendeskripsikan hubungan antara arus yang terbentuk dengan proses pasut yang terjadi.oleh
sebab itu, dalam studi ini, arus yang terbentuk dikawasan perairan teluk manado secara deskriptif
disajikan untuk dapat dilihat karakternya saat air sedang bergerak pasang dan surut.
Menurut Davis Jr (1972),tekhnik pengukuran arus langsung diperairan dipisahkan pada dua
katagori, yaitu metode eularian dan metode langrangian. Metode eularian adalah metode pengukuran
arus yang dilakukan melewati satu titik geografis. Sedangkan metode langrangian dilaksanakan dengan
cara mengikuti dan mengawasi pergerakan benda apung.
Arus dengan kecepatan yang lemah, baik pada saat sedang bergerak pasang mauoun surut, umumnya
terukur pada kawasan yang dekat dengan garis pantai. Hal ini kemungkinan karena ada kaitanya
dengan gesekan dengan dasar perairan.
Pada ruang-ruang dekat garis pantai, pergerakan arus umumnya berada dalam pola yang relatif
acak. Berbeda halnya dengan pergerakan arus yang terjadi pada ruang ditengah dikawasan teluk. Pada
ruang-ruang bagian tengah,arus memiliki pola tertentu dalam pergerakannya.
Saat air bergerak pasang, arus masuk membawa massa air yang relatif sempit tadi. Walaupun ruang
masuknya tidak begitu luas (bila dilihat dari permukaan) tetapi pergerakan arus pasut membawa massa
air yang besar. Hal ini dikarenakan pergerakan arus pasut membawa massa air sampai dengan kolom
dibawahnya. Berbeda dengan arus yang dibangkitkan oleh angin umumnya hanya pada permukaan air
saja. Massa air yang besar dibawa oleh arus pasut,mengakibatkan pada ruang lainnya dikawasan teluk
mengalirkan air keluar. Hal tersebut tampak pada ruang dibagian selatan dan utara teluk manado.
Sebaliknya saat air sedang surut,massa air dalam jumlah yang besar dengan cepat bergerak
keluar dari teluk. Keadaan ini mengakibatkan pada ruang bagian utara dan selatan perairan teluk
manado arus bergerak ke kawasan teluk. Arus yang bergerak memasuki kawasan teluk dari ruang sisi
utara dan selatan ini membawa massa air untuk mengisi kekosongan akibat banyaknya massa air yang
keluar.
Hal ini menjadi penjelasan terhadap proses pergerakan arus pada ruang sisi utara dan selatan
yang tampak agak kontras. Saat pasang, pada kedua sisi itu arus bergerak keluar dari teluk,sebaliknya
pada arus surut bergerak masuk dari kedua sisi tersebut. Dengan demikian, kondisi batimetri di teluk
manado mengakibatkan arus pasut yang masuk saat masuk dan keluar saat surut hanya terjadi pada
ruang sempit dimulut teluk. Arus pasut seperti ini oleh Pugh (1987) digolongkan sebagai arus tipe
bolak balik atau reversing current dan terkadang juga disebut rectilinier current.
Q. Vektor Arus
Data arus laut terdiri dari besaran kecepatan dan arah arus. Kecepatan arus ditunjukkan oleh vektor
dengan panjang vektor yang menunjukkan besaran kecepatan arus dan sudut yang dibentuk oleh vektor
merupakan arah pergerakkan arus. Vektor arus yang terjadi cenderung bersifat bolak surut. Scatter plot
menunjukkan adanya pola ellips yang menggambarkan dominasi arus pasang surut pada daerah
penelitian. Gambar scatter menunjukkan bahwa arus bergerak ke arah Barat Laut dan Tenggara.

Gambar 9. Vektor Plot (a) dan Scatter Plot (b)

Arus pasang surut diperoleh dari analisa harmonik arus lapangan. Setelah didapat amplitudo
dan fasa maka dapat ketahui arus pasang surutnya. Gambar 4 menunjukkan vektor arus pasang surut.

Gambar 10. Grafik Perbandingan Arus Pasang Surut dan Pasang Surut a) Grafik Arus Pasang
Surut b) Pasang Surut
Arus pasang surut menunjukkan bahwa kecenderungan arus hanya bergerak pada arah Barat
Laut dan Tenggara. Besaran kecepatan berkisar pada 0.02 0.29 m/s (Gambar 5(a)). Pada Current
Rose (Gambar 5(b)) terlihat bahwa arah Barat Laut, Tenggara, dan selatan sangat mendominasi besaran
arus pasang surut, sedangakan arah lainnya bervariasi bernilai nol. Tabel 6 menunjukkan besar
kecepatan arus pasang surut yang dimominasi antara 0.18 0.22 m/det .

DAFTAR PUSTAKA
Aryono, M., Purwanto., Ismanto., Rina. Kajian Potensi Energi Arus Laut Di Perairan Selat Antara
Pulau Kandang Balak dan Pulau Kandang Lunik, Selat Sunda. Jurnal Oseanografi Universitas
Diponegoro. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 230 235.
Aziz, M. Furqon.2006.Gerak Air di Laut.
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%284%299-21.pdf (Diakses
tanggal 19 Oktober 2014 pukul 16.35 WIB)
Ekayogiharso., Munasik., Budi I. Studi Arus Laut Dan Sedimen Dasar Dalam Hubungannya Dengan
Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa
Tengah. Jurnal Oseanografi Universitas Diponegoro. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014,
Halaman 181-190.
Ismail,M.Furqon Aziz dan Taufiqurohman Ankiq. 2012. Simulasi Numeris Arus Pasang Surut di
Perairan Cirebon. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Sumedang
Leksono,A., Atmodjo W., Maslukah L. Studi Arus Laut Pada Musim Barat di Perairan Pantai Kota
Cirebon. Jurnal Oseanografi Universitas Diponegoro. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013,
Halaman 206-213.
Lizalidiawati. 2010. Profil Vertikal Kecepatan Arus dan Suhu di Selat Lombok. Jurusan Fisika FMIPA,
Universitas Bengkulu, Bengkulu
Nugroho,D., Agus. Studi Pola Sirkulasi Arus Laut di Perairan Pantai Provinsi Sumatera Barat. Jurnal
Oseanografi Universitas Diponegoro. Volume 12, Nomor 2, Tahun 2007, Halaman 79 92.
Rampengan Koyke R.2009.Pengaruh Pasang Surut pada Pergerakan Arus Permukaan di Teluk
Manado.http://repo.unsrat.ac.id/153/1/Pengaruh_Pasang_Surut_Pada_Pergerakan_Arus_Permu
kaan_Di_Teluk_Manado.pdf (Diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 15.35 WIB)
Surbakti, heron.2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi,
Sumatera Selatan.http://eprints.unsri.ac.id/585/1/v15-no1-d-2-heron-%2835-39%29-JPS.pdf
(Diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 17.00 WIB)
Widyastuti, rahma,dkk. Pemodelan Pola Arus Laut Permukaan di Perairan Indonesia Menggunakan
Data Satelit Altimetri Jason-1. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12517Paper.pdf (Diakses tanggal 19 Oktober 2014 pukul 15.30 WIB)
Yuningsih, ai dan Masduki, achmad. 2010. Potensi Energi Arus Laut Untuk Pembangkit Tenaga Listrik
Di Kawasan Pesisir Flores Timur, Ntt.
http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt31/jurnal/Juni_2_final.pdf (Diakses tanggal 19
Oktober 2014 pukul 10.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai