Anda di halaman 1dari 30

PREDIKSI UPWELLING DAN DOWNWELLING

DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

OLEH:
SHINTYA RANI

130240004

RETNO AMALINA H

130240011

EMMY WOELANSARI

130240021

JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014

I.

PENDAHULUAN

1.

Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan

horizontal sehingga menuju keseimbangannya atau gerakan air yang sangat


luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan
mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan
densitas atau pergrakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain arah angin perbedaan tekanan air, perbedaan
densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut , arus
permukaan, upwelling, dan downwelling.
Adapun jenis-jenis arus dibedakan mnjadi 2 bagian, yaitu:
1. Berdasarkan penyebab terjadinya:

Arus ekman: arus yang dipengaruhi oleh angin.


Arus termohaline : arus yang dipengaruhi oleh densitas dan

gravitasi.
Arus pasut :arus yang dipengaruhi oleh pasut.
Arus geostropik : arus yang dipengaruhi oleh gradient

tekanan mendatar dan gaya Coriolis.


Wind driven current: arus yang dipengaruhi oleh pola
pergerakan angindan terjadi pada lapisan permukaan.

2. Berdasarkan kedalaman:

Arus permukaan: terjadi pada beberapa ratus meter dari


permukaan bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi

oleh pola sebaran angin.


Arus dalam : terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah
pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan
membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.

Selain angin, arus juga dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu:

Bentuk sekitarnya topografi, dasar lautan dan pulau-pulau yang ada.


Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa

daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang ke
empat. Batas- batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup
dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan.

Gaya Coriolis dan arus ekman


Gaya coriollis memengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini

akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya Coriollis
juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang
kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya
kedalaman suatu perairan.
2.

Upwelling dan Downwelling


Upwelling merupakan gerak vertikal arus laut dari dasar laut yang

memiliki temperatur yang dingin serta kaya akan nutrisi, ke arah


permukaan laut. Downwelling merupakan gerak vertikal dari permukaan
laut yang hangat ke arah bawah yang membawa kandungan senyawa
oksigen.
Gerakan vertikal adalah gerakan arus yang dapat terjadi didasar laut
terjadi akibat gerakan angin, Bebrapa faktor yang menyebabkan gerakan
upwelling dan downwelling :

Baik upwelling maupun downwelling (sinking) disebabkan oleh

angin yang bertiup di atas lautan.


Upwelling maupun sinking pada pantai terjadi bila angin bertiup

sejajar dengan garis pantai.


Jika gerakan air mengarah ke laut, air dari bawah (100-200 m) akan

naik menggantikan air di dekat pantai.


Air upwelling dikenal dari kandungan O2 yang rendah, namun kaya
akan nutrient terlarut, fosfat dan nitrat untuk mendukung
pertumbuhan plankton. Contoh di area Peru-Chili, di mana
upwelling menyumbangkan 20% dari produksi ikan.

Upwelling juga terjadi di laut terbuka dekat ekuator, disebabkan

perubahan arah angin akibat efek Coriolis di ekuator.


Arus yang digerakkan angin barat yang kemudian dibelokkan ke
utara di bumi utara dan ke selatan di bumi selatan mengakibatkan
divergensi sehingga terjadi kekosongan massa air. Akibatnya massa

air dari bawah akan naik.


Downwelling terjadi jika air permukaan bergerak menuju pantai.
Efeknya tidak sebesar upwelling.
Keuntungan dari proses upwelling dan downwelling di lautan adalah

arus downwelling dapat membawa senyawa gas yang diperlukan makhluk


hidup di bawah laut untuk tetap hidup. Sebaliknya, upwelling dapat
membawa nutrisi - nutrisi yang dapat menjadi makanan bagi rantai
makanandi lautan. Arus downwelling dan upwelling yang ekstrim dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit turbin bagi tenaga potensial air yang
digerakkan oleh kekuatan arus serta perbedaan temperatur yang ekstrim.
Kerugian dari proses upwelling dan downwelling di lautan adalah
arus upwelling dan arus downwelling yang terlalu ekstrim dapat
merugikan kelangsungan hidup bagi suatu habitat ekosistem.

A. DESKRIPSI STUDI
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di perairan barat Sumatera pada 98
19 5.74 dan 1 1 37.18. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 1
berikut:

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Perairan Barat Sumatera


2. Kondisi Fisik
Wilayah perairan barat Sumatera dan merupakan perairan yang
unik karena letak geografisnya yang terletak di antara benua Asia dan
Australia. Di wilayah ini terjadi suatu sistem pola angin yang disebut
sistem angin muson Australia-Asia. Terjadinya angin muson ini karena
terjadi perbedaan tekanan udara antara massa Benua Asia dan
Australia. Pada bulan Desember-Februari di belahan bumi utara terjadi
musim dingin sedangkan di belahan bumi selatan terjadi musim panas
sehingga terjadi pusat tekanan tinggi di Benua Asia dan pusat tekanan
rendah di Benua Australia. Hal ini menyebabkan angin berhembus
dari Benua Asia menuju ke Australia. Angin ini pada wilayah selatan
katulistiwa dikenal sebagai Angin Muson Barat Laut (Northwest

Monsoon). Sebaliknya pada bulan Juli-Agustus berhembus Angin


Muson Tenggara (Southeast Monsoon) (Wyrtki, 1961).
Perubahan pola angin muson tersebut menyebabkan di wilayah
tersebut dikenal dua pola musim yaitu Musim Timur pada saat terjadi
Angin Muson Tenggara dan Musim Barat pada saat bertiup Angin
Muson Barat Laut. Selain kedua sistem muson tersebut, ada pula
musim transisi yang dikenal juga dengan Musim Peralihan. Musim
Peralihan I terjadi pada bulan Maret sampai Mei dan Musim Peralihan
II terjadi pada bulan September sampai November. Musim Peralihan I
adalah periode saat Muson Barat Laut hendak digantikan oleh Muson
Tenggara, dan Musim Peralihan II adalah periode saat Muson
Tenggara hendak digantikan oleh Muson Barat Laut (Prawirowardoyo,
1996). Pada periode transisi ini arah angin sudah tidak menentu dan
kekuatan angin pada umumnya lemah. Adanya pergantian arah muson
dua kali dalam setahun dan mencapai puncaknya pada bulan-bulan
tertentu menyebabkan pola sirkulasi massa air di lautan juga turut
berubah arah. Perubahan arah ini menjadi ciri sirkulasi massa air di
perairan Indonesia dan sekitarnya (Wyrtki, 1961). Letak geografis
perairan barat Sumatera yang berada pada sistem angin muson
menyebabkan kondisi oseanografis perairan ini dipengaruhi sistem
angin muson itu (Wyrtki, 1961; Purba et al., 1997), serta dipengaruhi
oleh perubahan iklim global seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole
Mode (Meyers, 1996; Saji et al., 1999; Shinoda, 2004).
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan:
a) WR PLOT untuk menentukan pola arah angin dan arus.
b) Citra Google Earth, Global Mapper 13, Photoshop,
Photoscape, dan AutoCAD untuk pembuatan peta lokasi.
c) Citra satelit NOAA untuk mendapatkan data temperature,
salinitas, dan klorofil.
d) SeaDAS 7.1 untuk mengolah data temperature, salinitas, dan
klorofil.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pola Angin dan Arus
a) Januari
Pada gambar 2 menunjukkan pola angin dan arus
bulan januari. Angin berhembus dari segala arah, namun
kecepatan dominan 1-4 knots yang ditunjukkan oleh warna
biru. Dari arah utara, timur laut, dan barat kecepatannya
berkisar 1-4 knots saja, sedangkan dari arah timur, tenggara,
selatan, barat daya, dan barat laut terdapat variati kecepatan
angin yaitu 4-7 knots. Sedangkan di arah selatan, dan
tenggara terdapat variasi kecepatan 7-11 knots

Gambar 2. Pola angin dan arus pada Januari


Kendati demikian, arus dominan mengarah ke timur
dengan kecepatan 0,5 hingga 2,1 cm/s dengan presentase
20%, kemudian 14% dengan kecepatan 2.1 hingga 3,6,
bahkan terdapat 8% dengan kecepatan 3.6 hingga 5.7 cm/s
meskipun hembusan angin dari barat termasuk lemah.
Hembusan angin yang cukup dominan dari arah tenggara
menghasilkan arus dengan kecepatan 0.5 hingga 3.5 cm/s.
Arus yang dihasilkan oleh hembusan angin dari timur justru
lebih kuat, yaitu berkisar 0.5 hingga 5.7 knots. Kecepatan
minimum angin dan arus pada bulan Januari adalah 0,08
knots dan 0,05 sm/s. Kecepatan maksimum 7,82 knots dan
5,29 cm/s. Kecepatan rata-rata 2,48 knots dan 1,97 cm/s.

b) Febuari
Kecepatan arus pada bulan febuari cukup unik dan
bervariasi. Arus ke arah timur memiliki kecepatan mulai 0,5
hingga lebih dari 11 cm/s namun kecepatan arus masih
didominasi dengan kecepatan 2.1 hingga 3.6 cm/s dengan
kecepatan angin dari arah barat 4 hingga 11 knots yang
terjadi sekitar 8%. Angin barat daya yang memiliki
kecepatan 1-21 knotsyang cukup sering terjadi hanya
menghasilkan arus sekitar 1% namun dengan kecepatan >11
knots.

Angin dominan 11-17 knots dari arah tenggara

menghasilkan arus yang cukup variatif kearah barat laut


yang bahkan mencapai kecepatan >11 knots.

Gambar 3. Pola angin dan arus Febuari

Arus paling dominan dalam bulan ini ke arah barat


bahkan memliki kecepatan 11 knots, namun hanya berasal
dari hembusan angin dengan kecepatan 1-4 knots dari timur.
Kecepatan minimum angin dan arus pada bulan ini adalah
0,02 knots dan 0,34 sm/s. Kecepatan maksimum 10,15
knots dan 42,02 cm/s. Kecepatan rata-rata 3,30 knots dan
8,54 cm/s.
c) Maret
Hembusan

angin

dari

selatan

yang

cukup

mendominasi, bahkan 4%nya mencapai 11-17 knots tidak


menghasilkan arus ke utasa sama sekali, hal tersebut sema
dengan arus yang berhambus dari utara.

Gambar 4. Pola angin dan arus Maret


Pada bulan ini terdapat 1% angin yang berhembus
dari timur dengan kecepatan 1-4 knots menghasilkan arus
8,8 cm/s sebanyak 16% pada bulan ini. Arus dominan yang
terjadi pada bulan ini ke arah timur dengan varian kecepatan
0,5-2,1 cm/s dengan dominasi pada kecepatan 2,1-8,8 cm/s.
Kecepatan arus tersebut dihasilkan oleh angin barat antara 1
hingga 7 knots. Kecepatan minimum angin dan arus pada
bulan ini adalah 0,16 knots dan 0,06 sm/s. Kecepatan
maksimum 8,46 knots dan 10,82 cm/s. Kecepatan rata-rata
3,01 knots dan 3,38 cm/s.

d) April
Angin berhembus dari segala penjuru, namun
sebanyak 17% angin pada bulan ini mencapai 21 knots
berasal dari barat menghasilkan arus dominan ke arah timur
yang mencapai kecepatan 11 cm/s. Akan tetapi arus barat
yang mendominari sekitar 22% memiliki kecepatan
mencapai >11 knots dihasilkan oleh angin timur yang hanya
terjadi 5% dengan kecepatan 1-11 knots.

Gambar 5. Pola angin dan arus April


Angin selatan yang sering terjadi justru hanya
menghasilkan arus yang sangat sedikit. Arus ke arah barat
laut yang dihasilkan oleh angin tenggara dengan kecepatan
1-11 knots menghasilkan arus hingga 11 cm/s. Kecepatan
minimum angin dan arus pada bulan ini adalah 0,12 knots
dan 0,04 sm/s. Kecepatan maksimum 11,86 knots dan 46,67
cm/s. Kecepatan rata-rata 3,26 knots dan 4,78 cm/s.

e) Mei
Angin dengan kecepatan >11 knots berasal dari arah
selatan. Namun, arus banyak terjadi ke arah timur yang
terjadi hamper 95% yang dihasilkan oleh angin barat 1-7
knots dengan kecepatan arus >11 cm/s. Pada bulan ini arus
tenggara terjadi karena angin dari barat laut dengan
kecepatan 1-11 knots yang cukup banyak terjadi dalam
bulan ini. Kecepatan minimum angin dan arus pada bulan
ini adalah 0,08 knots dan 0,43 sm/s. Kecepatan maksimum
18,46 knots dan 95 cm/s. Kecepatan rata-rata 3,04 knots dan
11,50 cm/s.

Gambar 6. Pola angin dan arus Mei


f) Juni
Arus yang terjadi pada bulan ini memiliki kecepatan
yang tinggi yaitu >11 knots ke arah timur terjadi hampi 98%
pada bulan ini yang dihasilkan oleh angin barat dengan
kecepatan 1-17 knots. Angin dari barat laut yang terjadi
hamper

50%

dengan

kecepatan

1-21

knots

hanya

menghasilkan arus sebanyak 2% namun dengan keceepatan


>11 knots.

Gambar 7. Pola angin dan arus Juni


Kecepatan minimum angin dan arus pada bulan ini
adalah 0,07 knots dan 7,43 sm/s. Kecepatan maksimum
9,97 knots dan 28,15 cm/s. Kecepatan rata-rata 3,59 knots
dan 15,67 cm/s.
g) Juli
Pada bulan ini, arus hamper 95% mengarah ke timur
dengan kecepatan 5,7 hingga > 11cm/s dengan kecepatan
angin 1-17 knots.

Gambar 8. Pola angin dan arus Juli


Angin barat laut yang memiliki kecepatan yang sama
menghasilkan arus dengan kecepatan yang sama e arah
tenggara

meskipun hanya 6% terjadi pada bulan ini.

Kecepatan minimum angin dan arus pada bulan ini adalah


0,09 knots dan 1,53 sm/s. Kecepatan maksimum 7,87 knots

dan 31,76 cm/s. Kecepatan rata-rata 2,74 knots dan 15,32


cm/s.
h) Agustus
Arus yang terjadi dalam Agustus ini seluruhnya
mengarah ke timur dengan kecepatan 0,5 hingga 11 cm/s.
Namun, 60% didominasi kecepatan >11 cm/s dengan arah
angin dari barat yang memiliki kecepatan 1-17 knots. Angin
yang erasal dari arah lain tidak menghasilkan arus.

Gambar 9. Pola angin dan arus Agustus


Kecepatan minimum angin dan arus pada bulan ini
adalah 0,07 knots dan 0,27 sm/s. Kecepatan maksimum 8,5
knots dan 30,8 cm/s. Kecepatan rata-rata 2,99 knots dan
12,18 cm/s.
i) September
Hampir 90% arus pada bulan ini ke arah timur dengan
kecepatan 2,1 hingga >11 cm/s. Sedangkan 10% nya ke
arah tenggara dengan kecepatan 5,7 hingga 11 cm/s.

Gambar 10. Pola angin dan arus September


Angin juga berhembus dari segala arah, namun hanya
angin barat laut dan barat yang menghasilkan arus.
Kecepatan angin dan arus minimum pada bulan ini adalah
0,14 knots dan 1,83 cm/s. Kecepatan maksimumnya 7,9
knots dan 29,3 sm/s. Kecepatan rata-rata 2,94 knots dan
11,18 cm/s.
j) Oktober
Pada bulan ini lebih banyak angin dengan kekuatan 411 knots, tapi angin dari barat laut ada yang mencapai 11-17
knots. Arus tenggara dengan kecepatan 0,5-3,6 cm/s hanya
terjadi 15% dalam bulan ini, lebih sering terjadi arus timur
dengan kecepatan dominan >11 cm/s.

Gambar 10. Pola angin dan arus Oktober

Kecepatan angin dan arus minimum pada bulan ini adalah


0,12 knots dan 0,86 cm/s. Kecepatan maksimumnya 8,77
knots dan 36,01 sm/s. Kecepatan rata-rata 2,54 knots dan
9,17 cm/s.
k) November
Arus timur 80% memiliki kecepatan 0,5->11 cm/s,
30% sisana memiliki kecepatan 5,7-8,8 cm/s dengan angin
dari barat yang terjadi sekitar 6% dengan kecepatan 1-17
knots. Angin selatan yang terjadi 28% dalam bulan ini
menghasilkan arus di utara sangat kecil, hal ini sama
dengan yang terjadi pada angin timur dan arus barat.

Gambar 10. Pola angin dan arus November


Angin dari barat daya dengan kecepatan 1-21 knots yang
didominasioleh angin berkekuatan 4-7 knots menghasilkan
arus timur laut 0,5-3,6 cm/s namun hanya terjadi sekitar 5%
dalam bulan ini. Kecepatan angin dan arus minimum pada
bulan ini adalah 0,05 knots dan 0,13 cm/s. Kecepatan
maksimumnya 9,1 knots dan 17,77 sm/s. Kecepatan ratarata 3,06 knots dan 5,17 cm/s.

l) Desember
Arus pada bulan ini cukup kompleks. Arus barat
dengan varian 0,5 hingga >11 cm/s berasal dari angin timur
yang memiliki kecepatan 1-11 knots. Arus barat laut yang
memiliki varian yang sama, namun di dominasi kecepatan
0,5-2,1 dihasilkan angin tenggara yang varian kecepatannya
mencapai 17 knots. Angin tenggara hamper sama dengan
angin selatan, namun di angin selatan ada sedikit angin
dengan kecepatan 17-21 knot yang menghasilkan arus utara
dengan kecepatan 3,6-5,7 cm/s. Kecepatan angin dan arus
minimum pada bulan ini adalah 0,04 knots dan 0,1 cm/s.
Kecepatan maksimumnya 10,27 knots dan 42,81 sm/s.
Kecepatan rata-rata 3,67 knots dan 3,49 cm/s.

2. Sebaran Temperatur
Sebaran temperatur ditunjukkan pada gambar 14 yang
diambil dari citra satelit NOAA. Pada bulan Desember hingga Febuari
yang termasuk dalam musim barat, temperature naik secara signifikan
mulai dari 30C, 31C, lalu 32C. Kemudian memasuki bulan maret
hingga musim peralihan I, tidak terjadi perubahan, temperature tetap
pada angka 32C. Pada buan juni,temperatur mengalami penurunan
2C menjadi 30C yang kemudian pada bulan selanjutnya naik
kembali menjadi 32C. Pada Agustus musim timur hingga peralihan II
pada bulan oktober temperatur menjadi 30C. Memasuki bulan

November, temperatur mengalami penurunan yang cukup signifikan


hingga 28C. Apabila di rata-rata, temperatur pada tahun 2013
berkisar 30,75C.

Gambar 14. Sebaran Temperatur Tahun 2013

3. Sebaran Salinitas
Salinitas pada bulan Januari hingga Maret di lokasi penelitian
adalah 33 psu, lalu mengalami peningkatan menjadi 33,5 psu pada
bulan april hingga mei. Pada saat bulan Juni hingga agustus, kadar
salinitas cukup tinggi, meningkat 0,5 psu dari sebelumnya menjadi 34
psu. Bulan September hingga November salinitas cenderung
mengalami penurunan yang sebelumnya 34 psu menjad 33,5 psu, 33
psu, lalu 32,5 psu. Pada bulan Desember naik cukup banyak menadi
34 psu.

Gambar 15. Sebaran Salinitas Tahun 2013

Rata-rata salinitas pada tahun 2013 senilai 30.58 psu. Bila


dilihat, salinitas di setiap bulannya lebih tinggi dari nilai salinitas ratarata.
4. Sebaran Klorofil
Musim peralihan II bulan November hingga pertengahan
musim barat di bulan febuari memiliki tingkat konsentrasi klorofil 0,3
mg m-3.

Gambar 16. Sebaran Klorofil Tahun 2013

Memasuki akhir musim barat hingga akhir peralihan II,


konsentrasi klorofil turun menjadi 0,28 mg m-3. Setelah mengalami
penurunan, bulan berikutnya hingga oktober rata-rata klorofil
meningkat drastis menjadi 0,45 mg m-3. Sebaran klorofil rata-rata
bulan ini adalah 0,35 mg m-3.
5. Prediksi Upwelling dan Downwelling
a) Januari
Pada pertengahan musim barat bulan Januari, temperatur
nya adalah 31C, lebih tinggi 0,25C dari temperatur rata-rata
30,75C. dengan salinitas 33 psu dan sebaran klorofil 0,3 mg m -3
lebih rendah dari rata-rata. Dengan data tersebut, diduga pada
bulan januari terjadi downwelling.

Gambar 17. Peta Prediksi Terjadinya Downwelling


Bulan Januari
Arah arus pada bulan ini juga mendukung praduga
terjadinya downwelling. Arus mengarah ke barat yang berarti
menjauhi daratan atau pantai.

b) Febuari
Temperatur pada bulan ini meningkat 1C dibandingkan
dengan bulan sebelumnya menjadi 32C. Untuk data salinitas
dan sebaran klorofil tidak mengalami perubahan, tetap pada 33
psu dan 0,3 mg m-3. Arah arus juga cenderung ke arah barat
menjauhi pantai.

Gambar 18. Peta Prediksi Terjadinya Downwelling


Bulan Febuari
c) Maret
Beralih ke bulan maret, pada bulan ini memiliki temperatur
yang cukup tinggi yaitu 32C. Masih sama dengan bulan
sebelumnya, salinitas bulan pada bulan ini 33 psu. Sebaran
klorofil pada bulan ini juga mengalami penurunan yang cukup
drastis dari nilai rata-rata 0,35 mg m-3 menjadi 0,28 mg m-3. Hal
tersebut ditunjukkan pada gambar 18 berikut:

Gambar 19. Peta Prediksi Terjadinya Downwelling Bulan Maret


Arus pada bulan ini juga mengarah ke timur yang berarti
mendekati pantai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bulan
maret terjadi downwelling.
d) April

Gambar 20. Peta Prediksi Upwelling Downwelling Bulan April

Memasuki musim peralihan I temperatur masih tinggi 32C.


Sedangkan untuk kadar salinitas mengalami peningkatan
menjadi 33,5 psu, namun sebaran klorofil masih rendah di titik
0,28 mg m-3. Diduga terjadi downwelling pada bulan april ini,
karena arus juga mengarah ke timur mendekati pantai.
e) Mei
Pada bulan mei tidak terjadi perubahan pada nilai
temperatur, salinitas, dan klorofil, masih sama seperti bulan
sebelumnya temperatur masih tinggi 32C. Salinitasnya 33,5
psu, dan sebaran klorofil masih rendah di titik 0,28 mg m -3.
Meskipun terjadi perubahan, perubahan tersebut tidak terlalu
signifikan. Sama halnya dengan arah arus yang masih ke arah
timur mendekati daratan sehingga pada bulan ini memiliki
praduga yang sama seperti bulan sebelumnya yaitu terjadi
downwelling

Gambar 21. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Mei
f) Juni

Temperatur pada bulan juni mengalami penurunan menjadi


30C dan salinitas mengalami peningkatan menjadi 34 psu dan
diikuti naiknya kadar klorofil menjadi 0,45 mg m -3. Nilai tersebut
juga lebih tinggi dari nilai rata-rata. Meskipun data memenuhi
untuk terjadinya upwelling namun arah arus tidak memenuhi
untuk terjadinya upwelling. Sehingga tidak terjadi upwelling
maupun downwelling.

Gambar 22. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Juni
g) Juli
Sebaran salinitas, dan klorofil pada bulan ini tidak
mengalami perubahan dari bulan Juni. Namun temperatur
mengalami peningkatan menjadi 32C. arus juga menunjukkan
ke arah timur mendekati pantai, sehingga diduga pada bulan
ini tidak terjadi fenomena upwelling maupun downwelling.

Gambar 23. Peta Prediksi Terjadinya Downwelling dan


Upwelling Bulan Juli
h) Agustus
Pada bulan Agustus temperatur pada bulan ini mengalami
penurunan dari temperatur di bulan sebelumnya 32C menjadi
30C. Nilai tersebut juga lebih rendah bila dibandingkan dengan
temperatur rata-rata yaitu 30,75C. Kemudian diperkuat dengan
salinitas yang lebih tinggi dari rata-rata yang hanya 30,58 psu,
pada bulan ini memiliki kadar salinitas 34 psu. Terakhir adalah
sebaran klorofil memiliki warna hijau muda yang menandakan
kadar klorofilnya tinggi yaitu 0,45 mg m-3. Meskipun data
memenuhi untuk terjadinya upwelling namun arah arus tidak
memenuhi untuk terjadinya upwelling.sehingga tidak terjadi
upwelling maupun downwelling.

Gambar 24. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Agustus
i) September
Temperatur pada bulan ini masih tetap 30C. Salinitas pada
bulan September menunjukkan angka 3,35 psu. Klorofilnya masih
sama pada bulan agustus yaitu 0,45 mg m-3. berdasarkan data
tersebut pada bulan September terjadi upwelling. Meskipun data
memenuhi untuk terjadinya upwelling namun arah arus tidak
memenuhi untuk terjadinya upwelling.sehingga tidak terjadi
upwelling maupun downwelling.

Gambar 25. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan September
j) Oktober
Pada bulan ini tidak terjadi perubahan pada temperatur.
Namun pada salinitas terjadi penurunan menjadi 33 psu dan
klorofil tetap 0,45 mg m-3. Meskipun data memenuhi untuk
terjadinya upwelling namun arah arus tidak memenuhi untuk
terjadinya upwelling.sehingga tidak terjadi upwelling maupun
downwelling.

Gambar 26. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Oktober
k) November
Pada bulan November temperatur turun menjadi 28C dan
salinitasnya tetap 33 psu. Klorofilnya juga mengalami penurunan
menjadi 0,3 mg m-3. Karena kadar klorofil lebih rendah dari ratarata, maka tidak dapat disimpulkan apakah terjadi upwelling atau
downwelling. Diduga pada bulan ini tidak terjadi upwelling
maupun downwelling.

Gambar 27. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Oktober
l) Desember
Temperatur pada bulan ini mengalami peningkatan
dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 30C namun masih
lebih rendah dibandingnkan nilai rata-ratanya, sedangkan
untuk salinitas mengalami kenaikan yang cukup signifikan
menjadi 34 psu. Untuk sebaran klorofilnya 0,3 mg m -3. Arus
pada bulan ini juga mendukung terjadinya upwelling yaitu
menjauhi pantai. Sehingga diduga terjadi upwelling pada bulan
desember ini.

Gambar 28. Peta Prediksi Terjadinya Upwelling dan


Downwelling Bulan Oktober

C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat disimpulkan
bahwa di perairan barat Sumatera terjadi upwelling pada bulan
Desember dan terjadi downwelling pada bulan Januari hingga Mei.
Sedangkan pada bulan Juni hingga November tidak terjadi upwelling
maupun downwelling.

D. DAFTAR PUSTAKA
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-gerakanvertikal.html?m=1 [Diakses pada 14 Mei 2015]
http://www.oceancolour.gscf.nasa.gov

Anda mungkin juga menyukai