Anda di halaman 1dari 11

KAPITA SELEKTA

SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI


Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus
DARI TUMBUHAN MANGROVE
Rhizopora mucronata,Avicennia officinalis,
dan Avicennia marina

Shintya Rani (20130240004)


Mahmiah, S.Si., M.Si. (0701098101)

JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas Kapita Selekta dengan mengambil judul
Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antibakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus
Aureus Dari Tumbuhan Mangrove Rhizopora mucronata, Avicennia officinalis, Dan
Avicennia marina.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan dari
beberapa pihak. Maka dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan doa, moril dan materiil. Kepada ibu
Mahmiah, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
serta kepada seluruh dosen penguji yang telah memberikan kritik Dan saran yang
membangun sehingga tersusun makalah Kapita Selekta ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi para pembaca.

Surabaya, 17 November 2015

Penulis

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

1.

Pendahuluan
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan

fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air
pasang dan surut. Tanaman mangrove berperan dalam melindungi garis pantai dari
erosi, gelombang laut dan angin topan. Selain itu tanaman mangrove juga dapat
digunakan sebagai sumber pangan, papan dan obat-obatan. Parthasarathy et al.
(2009) dalam Tarman (2013) menyatakan bahwa produk bahan alam misalnya
metabolit sekunder, baik senyawa murni maupun dalam bentuk ekstrak, memiliki
peluang untuk dikembangkan dalam dunia pengobatan.
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan oleh
tumbuhan sebagai mekanisme perlindungan diri dari faktor lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan kemotaksonomi, tanaman mangrove diketahui dalam tanaman
tersebut mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder seperti golongan
fenolat, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Mahmiah 2013). Bhimba et al (2010)
mengatakan bahwa tanaman mangrove sendiri kaya akan steroid, triterpenoid,
saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin.
Secara etnobotani, masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan mangrove
sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare. Salah satu tanaman bakau yang
dimanfaatkan adalah tanaman bakau hitam Rhizopora mucronata (Tarman dkk,
2013). Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
seperti bakteri, virus, dan parasit lainnya, namun penyebab utamanya adalah
bakteri. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogenik
penyebab diare. Berdasarkan penelitian Ravikumar et al (2010), tumbuhan
mangrove Avicennia marina berpotensi sebagai antibakteri. Menurut Bhimba et al
(2010) terdapat komponen aktif anti bakteri pada tumbuhan mangrove Avicennia
officinalis yang mampu melemahkan bakteri patogenik.
Melihat potensi dari senyawa bahan alami tersebut, sangat disayangkan
bahwa masyarakat belum bisa memanfaatkan bahan alam yang dimiliki. Maka dari
itu tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui senyawa metabolit senyawa
metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan mangrove, manfaatnya sebagai
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dan
mengetahui tumbuhan mangrove jenis apakah yang paling baik digunakan sebagai
antibakteri berdasarkan zona hambatnya. Metodologi yang akan dilakukan untuk

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

mencapai tujuan tersebut adalah: (1) preparasi sampel; (2) ekstraksi senyawa aktif;
(3) skrining fitokimia; (4) uji antibakteri dengan agar well diffusion.

2.

Metode Penelitian

2.1.

Lokasi Pengambilan Sampel


Sampel tumbuhan mangrove yang digunakan diambil dari berbagai lokasi

sebagai berikut:
1.

Rhizopora mucronata yang diperoleh dari kawasan hutan bakau Angke


Kapuk, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (Tarman dkk, 2013).

2.

Avicennia officinalis yang diperoleh dari hutan mangrove Paringipettai,


Chidambaram, Tamilnadu, India (Bhimba et al, 2010).

3.

Avicennia

marina

diperoleh

dari

hutan

mangrove

Pivacharam,

Tamilnadu, India (Ravikumar et al, 2010).


2.2.

Bahan dan Alat


Bahan utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun mangrove

Rhizopora

mucronata, daun Avicennia officinalis, serta bunga dan kulit batang

Avicennia marina.
Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah larutan methanol, air,
etanol, petroleum eter, aseton, dan etil asetat. Bahan-bahan yang digunakan untuk
analisis kimia dan biologi meliputi H2SO4 2 N, pereaksi Wagner, pereaksi Meyer,
pereaksi Dragendorf , larutan FeCl3 1%, CHCl3, larutan anhidra asam asetat, larutan
H2SO4, serbuk Mg, larutan amil alkohol, HCl 2 N, etanol, larutan FeCl3 5%, media
nutrient agar (NA), nutrient broth (NB), media mueller hinton agar (MHA), akuades,
bakteri uji berupa bakteri E. coli dan S. aureus, silika G60 F254, dan eluen kloroform
dan metanol (6:4).
Analisis laboratoris dalam penelitian ini menggunakan peralatan yang
meliputi timbangan analitik (Max 410 g and HF400), blender, Soxhlet, vacuum rotary
evaporator (Heidolph VV 2000), vortex, oven (Yamato DV 41), autoklaf (Yamato SM
52 Autoclave), spektrofotometer (UV Vis RS 2500), laminar air flow (Thermo
Scientific 1300 Series A2), inkubator (Thermolyne type 42000 Incubator), dan
sterilisasi kering (Yamato SH 62).
2.3.

Preparasi dan Ekstraksi Sampel


Bahan baku mangrove R. mucronata, A. officinalis, A.marina dicuci terlebih

dahulu dengan air steril kemudian dikeringkan dalam suhu ruangan selama 10 hari.

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

Setelah itu sampel dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan dengan blender hingga
menjadi bentuk serbuk. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air agar tidak
mengganggu proses skrining. Selama proses pengeringan juga tidak boleh terkena
paparan sinar matahari langsung agar kandungan senyawanya tidak rusak atau
hilang.
Sampel yang telah kering diekstrak dengan berbagai pelarut organik yang
berbeda. Untuk sampel R. mucronata diekstrak dengan pelarut metanol dan air.
Sampel A. officinalis diekstrak menggunakan etanol, petroleum eter, aseton,
methanol, dan etil asetat. Sampel

bunga dan kulit batang A. marina diekstrak

menggunakan etanol. Namun ketiganya diekstrak degan metode yang sama yaitu
dengan metode Soxhlet. Proses ekstraksi dilakukan dalam Soxhlet hingga larutan
menjadi jernih, yang menandakan simplisia terekstrak sempurna. Setelah itu ekstrak
yang diperoleh disaring dengan kertas saring. Kemudian pelarut dievaporasi
menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 40C.
2.4.

Skrining Fitokimia Berbagai Bagian Tumbuhan Mangrove


Ekstrak kasar yang telah disaring diuji menggunakan reagen-reagen yang

spesifik terhadap golongan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang meliputi


golongan senyawa fenolat (reagen FeCl3), alkaloid (reagen dragendrof), terpenoid,
dan steroid (reagen meyer). Dari hasil skrining fitokimia tersebut diketahui bahwa
sampel R.stylosa memiliki komponen aktif senyawa berdasarkan golongan metabolit
sekundernya. (Permatasari dkk, 2014)
2.5.

Uji Antibakteri Escherichia coli Terhadap Berbagai Sampel


Uji aktivitas antibakteri Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus aureus

(S. aureus), dilakukan melalui uji sensitifitas antibakteri dengan menggunakan


metode sumur agar (agar well diffusion) sehingga didapatkan zona hambat dari
setiap ekstrak.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1.

Preparasi dan Ekstraksi Sampel


Ekstrak

daun

mangrove

R.

mucronata

dengan

ekstrak

metanol

menghasilkan warna hijau kehitaman dan berbentuk pasta, sedangkan ekstrak air
berwarna coklat kehitaman dan menggumpal, kemudian ekstrak dievaporasi untuk
memisahkan dengan pelarutnya. Dari berbagai pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak daun A. officinalis, ekstrak etil asetat menghasilkan ekstrak yang

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

sempurna sehingga ekstrak etil asetat yang dipakai untuk tahapan selanjutnya.
Untuk bunga dan kulit batang dari A. marina yang telah dihaluskan dilarutkan dalam
1 liter 95% etanol dan campuran air dengan metode rembesan. Setelah itu disaring
menggunakan kertas Whatmann untuk mendapatkan ekstraknya saja.
3.2.

Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia yang ditunjukkan dalam Tabel 1 bahwa dari ketiga

jenis mangrove yang di uji mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder.


Tanin sebagai salah satu senyawa metabolit sekunder yang ada pada semua
ekstrak ketiga jenis mangrove. Kehadiran alkaloid juga terdapat pada ketiga jenis
mangrove meskipun hanya pada ekstrak tertentu. Pada ekstrak air R. mucronata
dan pada bagian kulit batang A. marina tidak ditemukan adanya alkaloid. Senyawa
flavonoid hanya terdapat pada ekstrak mangrove R. mucronata dan A. officinalis.
Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, tanin, flavonoid, dan glukosa diduga
dapat bermanfaat sebagai antibakteri (Fennel et al, 2004 dalam Ravikumar et al,
2010).
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Berbagai Jenis Mangrove
Ekstrak
Metabolit
Sekunder

R. mucronata

A. officinalis

A. marina

A. marina

(daun)

(daun)

(bunga)

(kulit batang)

Metanol

Air

Etil asetat

Alkaloid

Tanin

Saponin

Fenolat

Flavonoid

Steroid

Triterpenoid

3.3.

Etanol

Uji Antibakteri Berbagai Tumbuhan Mangrove


Uji antibakteri terhadap ekstrak berbagai tumbuhan mangrove dilakukan

dengan metode agar well diffusion (metode sumur agar) menghasilkan grafik seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut, dianalisis bahwa
air tidak mempunyai aktivitas antibakteri karena ekstrak air berbeda dari pelarut

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

lainnya yang mempunyai banyak komponen yang dapat berinteraksi secara


antagonistik dalam mengikat bahan aktif. Davis dan Stout (1971) dalam Ravikumar
et al (2010) menyatakan bahwa ketentuan kekuatan antibiotik antibakteri yaitu
sangat kuat untuk zona hambat 20 mm atau lebih, kuat untuk zona hambat 10-20
mm, sedang untuk zona hambat 5-10 mm, dan lemah untuk daerah hambat kurang
dari 5 mm.
1.

Rhizophora mucronata

Sumber: Tarman dkk, 2013


Gambar 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air:
sumur; 2 mg/sumur;

0,5 mg/sumur;

1 mg/

kloramfenikol

Pada Gambar 2 zona hambat pada bakteri E. coli berkisar antara 510 mm
dengan konsentrasi 0,5 mg/sumur, 1 mg/ sumur, dan 2 mg/sumur. Hal ini
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri sedang pada ekstrak methanol terhadap
bakteri E. coli.

Sumber: Tarman dkk, 2013


Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol:
sumur;

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

2 mg/sumur;

0,5 mg/sumur; 1 mg/

kloramfenikol

Pada grafik zona hambat bakteri S. aureus, nilai zona hambat yang
didapatkan adalah 812 mm dengan konsentrasi sumur yang sama. Lebih tinggi jika
dibandingkan dengan E. coli. Uji yang dilakukan 2 mg/sumur menghasilkan zona
hambat 12 mm yang berarti aktivitas antibakterinya termasuk dalam kategori kuat,
sedangkan untuk uji dengan 0,5 mg/sumur dan 1 mg/sumur masih termasuk dalam
kategori sedang.
2.

Avicennia officinalis
Berdasarkan hasil dari tahap sebelumnya, pada saat ekstraksi sampel hanya

ekstrak dari etil asetat saja yang terekstrak sempurna sehingga

pada tahap

selanjutnya hingga uji antibakteri ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etil asetat.
Berikut hasil uji antibakteri daun A. officinalis seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Antibakteri daun A. Officinalis
Diameter Zona Hambat (mm)
No

Bakteri
15 L

25 L

50 L

E. coli

10

10

13

S. aureus

11

Sumber: Bhimba et al, 2010


Dengan volume ekstrak 15 L dan 20 L pada bakteri E. coli dan S.aureus
menghasilkan diameter zona hambat di bawah 10 mm yang berarti aktivitas
antibakteri pada daun A. officinalis termasuk dalam kategori sedang. Namun
dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 50 L menghasilkan aktivitas antibakteri
dengan kategori kuat. Pada E. coli dihasilkan zona hambat 13 mm sedangkan S.
aureus 11 mm.
3.

Avicennia marina
Bagian tumbuhan A. marina yang diambil untuk diuji adalah bunga dan kulit

batang dengan pelarut etanol. Hasil uji antibakteri A. Marina diketahui zona hambat
ekstrak etanol bunga A. marina terhadap bakteri E. coli adalah 6,60,35 mm dengan
16 kali uji coba. Aktivitas antibakteri dengan nilai tersebut termasuk dalam kategori
sedang. Berbeda dengan bunga, aktivitas antibakteri ekstrak kulit batang termasuk
dalam kategori sangat kuat karena memiliki zona hambat 220,68 mm dengan dua
kali uji coba. Hasil tersebut ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

Tabel 3. Hasil Uji Antibakteri bunga dan kulit batang A. Marina


Avicennia marina

Bakteri Uji

Bunga

Kulit Batang

E. coli

6,60,35 (n=16)

S. aerus

220,68 (n=2)

Sumber: Ravikumar et al, 2010


3.4.

Perbandingan Uji Antibakteri Berbagai Tumbuhan Mangrove


Setelah dilakukan uji aktivitas antibakteri seperti yang telah dijelaskan diatas,

maka dapat dibuat sebuah perbandingan hasil aktivitas antibakteri dari berbagai
tumbuhan mangrove terhadap bakteri dan dapat diketahui tumbuhan mangrove
jenis apa yang memiliki aktivitas antibakteri terbaik terhadap bakteri. Terhadap
bakteri E. coli daya hambat tumbuhan mangrove A. officinalis>R. mucronata>A.
marina. Untuk daya hambat terhadap bakteri S. aureus, tumbuhan mangrove A.
marina>R. mucronata>A. officinalis. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel
4 berikut ini:
Tabel 4. Hasil Uji Antibakteri Berbagai Jenis Tumbuhan Mangrove
Jenis Mangrove

Ekstrak

R. mucronata(daun)

metanol
air

A. officinalis (daun)

4.

etil
asetat

Daya Hambat Terhadap Bakteri(mm)


E. coli

S.aureus

5-10

8-12

10-13

8-11

A. marina (kulit batang)

etanol

21,32-22,68

A. marina (bunga)

etanol

6,25-6,95

Kesimpulan
Setelah dilakukan berbagai uji seperti yang telah dilakukan diatas didapatkan

kesimpulan yaitu:
1.

Terdapat aktivitas antibakteri pada daun Rhizopora mucronata, daun


Avicennia officinalis, bunga Avicennia marina dan kulit batang Avicennia
marina.

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

2.

Aktivitas antibakteri diakibatkan adanya senyawa metabolit sekunder dalam


tumbuhan mangrove antara lain: alkaloid, tanin, saponin, fenolat, flavonoid,
dan steroid.

3.

Mangrove Avicennia officinalis memiliki aktivitas antibakteri paling baik


terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan Avicennia marina memiliki
aktivitas antibakteri paling baik terhadap bakteri Escherichia coli.

5.

Daftar Pustaka

Bhimba V., Meenupriya J., Joel E. L., Naveena D. E., Kumar S., Thangraj M. 2010.
Antibacterial Activity and Characterization of Secondary Metabolities Isolated
from Mangrove Plant Avicennia officinalis. Asian Pasific Journal of Tropical
Medicine 412-420 544-546.
Mahmiah. 2013. Kajian Awal Fitokimia Mangrove Rhizophora mucronata Dari Pantai
Timur Surabaya (PAMURBAYA). Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional
Tahunan IX ISOI ISBN: 978-602-18153-1-1. Mataram. 355 360.
Permatasari I. N., Rani S., Fauzan R. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Batang
Mangrove Rhizophora Stylosa Sebagai Bahan Alami Pembuatan Tabir
Surya. Prosiding Seminar Nasional Kelautan X Universitas Hang Tuah
ISBN: 978-602-71063-1-4. Surabaya. C2-24 C2-31
Ravikumar S., Gnanadesigan M., Suganthi P., Ramalakshmi A. 2010. Antibacterial
Potential of Chosen Mangrove Plants Against Isolated Urinary Tract
Infectious Bacterial Pathogens. International Journal of Medicine and
Medical Sciences 2:3 94-99.
Tarman K., Purwaningsih S., Negara A. A. A. P. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak
daun bakau hitam (Rhizophora mucronata) Terhadap Bakteri Penyebab
Diare. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 16:3 249-258.

MAKALAH KAPITA SELEKTA


Shintya Rani, Mahmiah

Anda mungkin juga menyukai