Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

MODUL 6
ARUS PASANG SURUT

Oleh:
Syifa Fauziah 26050120130105 Osenografi A

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Deera Herdi Mardhiyah 26050119130067
Ahmad Fai’q Indra Susilo 26050119130057
Ebenezer Michael Dave 26050119130119
Riyanti Maharani Ilyas 26050119120014
Siti Hamidah 26050119120018
Petrik Siano Okta Prima L. 26050119130125
Ferancha Retika 26050119130049
Riska Widyah Ningrum 26050119120002
Salma Nabila Khairunnisa 26050119130063
Ramadoni Khirtin 26050119130079
Eka Salma Afifah Putri 26050119120010
Arij Kemala Yasmin R. 26050119140144
Amalia Sekar A. 26050119130135
Kurnia Fajar Hidayat 26050119130104

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan
Modul 6 : Arus Pasang Surut

No Keterangan Nilai

1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi Metode

4 Hasil

5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar pustaka

Total

Semarang, 12 November 2021

Asisten Praktikan

Ferancha Retika Syifa Fauziah


26050119130049 26050120130105

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara maritim dengan kondisi laut lebih luas
dibandingkan daratan. Laut tersusun atas berbagai komponen dan juga terjadi
berbagai dinamika di dalamnya. Salah satu dinamika yang sering terjadi di laut
yaitu adanya arus. Arus adalah Gerakan air yang luas dan terjadi di seluruh lautan
di dunia. Arus sendiri memiliki manfaat seperti menentukan arah pelayaran.
Sebagai mahasiswa oseanografi penting untuk memahami proses-proses yang
terjadi di lautan, terutama arus. Proses terjadinya arus, menganalisa arus,
membuat model arus, menghitung arus, dan sebagainya, penting untuk dikertahui.
Tujuannya untuk memanfaatkan arus sebagai sumber energi atau daerah
penangkapan ikan. Hal tersebut membawa manfaat banyak terhadap kehidupan
manusia. Selain itu, pentingnya kemampuan menganalisa juga penting untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya arus.
Mengingat pentingnya arus untuk dikaji maka dilakukanlah praktikum arus
laut. Praktikum arus di modul keenam akan membahas mengenai arus pasang
surut. Di mana arus pasang surut tersebut terjadi atas faktor utama pasang surut
yang terjadi di laut. Selain itu, terdapat juga faktor lainnya yang mana dapat
mempengaruhi dinamika laut. Tidak hanya itu, tetapi juga berdampak bagi
mahluk hidup di dalamanya.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menggunakan Software MIKE 21 dalam membuat gambaran kecepatan
arus di Perairan Jepara
2. Mengkaji kecepatan dan arah arus pasang surut yangtelah diramalkan
dengan software MIKE 21 di Perairan Jepara
3. Menganalisis kaitan kecepatan arus dengan kejadian pasang surut.

1.3 Manfaat Praktikum


1. Mengerti meggunakan Software MIKE 21 dalam membuat gambaran
kecepatan arus di Perairan Jepara.
2. Memahami kecepatan dan arah arus pasang surut yangtelah diramalkan
dengan software MIKE 21 di Perairan Jepara
3. Mampu menganalisis kaitan kecepatan arus dengan kejadian pasang
surut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arus Pasang Surut


Menurut Respati et al. (2020), menyatakan bahwa arus dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu arus pasang surut dan arus residu (non pasang surut). Arus pasang
surut ini biasanya disebut sebagai arus pasut yang dipengaruhi oleh pergerakan
pasang surut laut. Selain itu, arus pasang surut juga dapat didefinisikan sebagai
arus yang diakibatkan oleh pergerakan badan air yang horisontal menuju dan
menjauhi pantai. Pergerakan ini juga diiringi dengan perubahan naik turunnya
muka laut. Perubahan naik turun muka laut disebabkan oleh gaya-gaya
pembangkit pasang surut. Kecepatan arus pasang surut maksimum dan minimum
dipengaruhi oleh perbedaan tinggi elevasi saat air tinggi atau air rendah.
Menurut Efendi et al. (2013), menyatakan bahwa terjadinya arus pasut cukup
dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (flood) dan surut
(ebb). Proses terjadinya arus pasut terjadi pada waktu gelombang pasut merambat
mendekati perairan dangkal seperti muara sungai, teluk dan satu bangunan lepas
pantai, maka badan air di kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan
lepas. Pada daerah-daerah dengan arus pasang surut relatif kuat, maka gaya tarik
dan gesekan pada dasar laut akan menghasilkan satu potongan arus yang vertikal
dan resultan turbulensi dapat menyebabkan bercampurnya lapisan air di bagian
bawah secara vertikal. Pada daerah lain dengan arus pasang surut lebih lemah,
proses pencampuran yang terjadi lebih sedikit, dengan demikian maka lapisan-
lapisan air dengan kepadatan berbeda akan terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah
kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas
didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dengan kepadatan
air pada setiap sisi batas.

2.2. Gaya Pembangkit Arus Laut


Menurut Azis (2006), menyatakan bahwa arus laut adalah gerakan massa air
dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di
laut. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal
dari matahari. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi
menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan
ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk
menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling
berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama
yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak
samanya pemanasan dan pendinginan air laut.
Menurut Ismail (2012), menyatakan bahwa fenomena pasang surut laut dapat
membangkitkan arus laut yang dikenal dengan sebutan arus pasang surut atau arus
pasut. Pasang surut laut merupakan fenomena naik turunnya muka laut secara
periodik yang terjadi di seluruh belahan bumi. Pasang surut terjadi akibat adanya
gaya pembangkit pasang surut yang utamanya berasal dari matahari dan bulan.
Kecepatan arus pasang surut biasanya berubah-ubah secara periodik dalam suatu
selang waktu tertentu atau sering disebut dalam satu siklus pasang surut sehingga
arus pasang surut dapat diramalkan. Pengetahuan tentang karakteristik pasang
surut dan arus laut yang dibangkitkan oleh pasang surut sangat perlu dilakukan
untuk kepentingan navigasi pelabuhan, perencanaan dan pembangunan wilayah
pesisir serta pembangunan struktur bangunan pantai.

2.3.Gaya Pembangkit Pasang Surut


Menurut Fadilah et al. (2014), menyatakan bahwa pasang surut adalah
perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang, dan benda angkasa
lainnya yang diakibatkan oleh aksi gravitasi benda-benda di luar materi itu berada.
Pasang surut merupakan fluktuasi muka air laut akibat gaya tarik benda-benda di
langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut bumi. Gaya tarik
menarik antara bumi dan bulan menyebabkan sistem bumi-bulan menjadi satu
sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama
(common axis of revolution). Massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari
tetapi jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat sehingga pengaruh gaya tarik bulan
terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik
bulan yang memengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari.
Menurut Pasomba et al. (2019), gejala pasang surut terjadi akibat gaya
pembangkit pasang surut. Hal tersebut terjadi karena adanya gerakan bulan dan
matahari terhadap bumi. Terdapat tiga gerakan utama dalam peristiwa pasang
surut. Tiga gerakan utama tersebut sebagai berikut:
a. Revolusi bulan terhadap bumi dengan orbit berbentuk elips dan memerlukan
waktu selama 29,5 hari untuk menyelesaikan revolusinya.
b. Revolusi bumi terhadap matahari dengan orbit berbentuk elips dan
memerlukan periode selama 365,25 hari untuk menyelesaikan revolusinya.
c. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri dengan waktu 24 jam yang
diperlukan dalam berputar.

2.4.Software MIKE
2.4.1. Modul Hidrodinamika MIKE
Menurut Dewi et al. (2018) menyatakan bahwa pada tahun 1992, Danish
Hydrodynamic Institute (DHI) mulai membuat MIKE 21. MIKE 21 merupakan
program komputer untuk mensimulasikan proses fisik, kimia, dan biologi yang
meliputi aliran permukaan dalam bentuk dua dimensi. Verifikasi arus model
MIKE 21 dengan arus pasang surut mendapatkan nilai MRE (Mean Relative
Error) dengan rata-rata sebesar 33,75%. Tetapi verifikasi model masih dapat
diterima jika nilai MRE dalam batas 40%. Hal ini yang menjadikan simulasi
model hidrodinamika 2D menggunakan MIKE 21 bisa dikatakan mampu
menggambarkan kondisi hidrodinamika pada wilayah penelitian. Hidrodinamika
sendiri merupakan ilmu yang mempelajari gerak aliran dari fluida, dan
mempunyai tiga persamaan dimana diambil dari persamaan momentum,
kontinuitas dan energi.
Menurut Nugroho et al. (2016), menyatakan bahwa model hidrodinamika
pada MIKE 21 HD adalah sistem model numerik secara umum. Di mana
berfungsi untuk memodelkan simulasi muka air dan aliran yang berada di estuari,
teluk dan pantai. Model ini bisa mensimulasikan aliran dua dimensi tidak
langgeng di dalam fluida satu lapisan (secara vertikal homogen) maupun dalam
aliran tiga dimensi. Modul hidrodinamika MIKE 21 HD adalah modul dasar yang
terdapat pada program MIKE 21 model aliran (flow model). Persamaan konversi
massa dan momentum mampu ditulis dalam persamaan kasus 2D pada aliran
perairan dangkal
2.4.2. Persamaan Pembangun
Menurut Hiwari dan Subiyanto (2020), menyatakan bahwa diskritasi
persamaan pembangunan dalam geogrophical dan ruang spectral menggunakan
metode cellcentered finite volume. Pada dommain geographical digunakan
unstructured mesh. Integrasi waktu dengan pendekatan langkah fractional dengan
metode multi-sequence untuk perhitungan penjalaran wave action. Persamaan
pembangun dapat dijelaskan dengan persamaan berikut. Persamaan Kontinuitas
dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :

Menurut Mahardika et al. (2015), menyatakan bahwa model


hidrodinamika dibuat dengan MIKE21. Pada Mike 21 digunakan modul Flow
Model FM. Tujuannya untuk mengetahui pola pergerakan arus. Pola pergerakan
arus yang diperoleh didasarkan data. Persamaan model yang digunakan, selain
persamaan kontiunitas adalah sebagai berikut:

2.4.3. Mesh Generator, Tide Prediction of Height, Flow Model FM.


Menurut Amirullah et al. (2014), menyatakan bahwa MIKE 21 adalah
program aplikasi teknik profesional dengan model untuk 2D. Model aliran FM
adalah salah satu model dari perangkat lunak MIKE 21. Model Aliran FM dengan
perangkat lunak MIKE 21 bertujuan untuk memungkinkan representasi yang
efisien dan efektif dari pola arus laut dalam air. Digunakan sehubungan dengan
pengiriman. Setelah data survei dangkal diperoleh, ditambahkan ke generator
mesh. Di Mike Zero, bidang dan batas diimplementasikan dengan melakukan
interpolasi tanpa kendala.
Menurut Syahputra dan Nugraha (2016), menyatakan bahwa salah satu
cara untuk memprediksi pasut atau prakiraan pasut adalah dengan terlebih dahulu
menganalisis harmonik pasut. Untuk mendapatkan komponen pasut yang
harmonis, perlu dilakukan penguraian fluktuasi muka air yang diakibatkan oleh
pasut menjadi komponen-komponen harmonis tersebut. Besaran yang diperoleh
merupakan amplitudo dan fasa masing-masing komponen pasang surut. Prakiraan
pasang surut atau prakiraan pasang surut dipengaruhi oleh yang menyeret Bumi
dengan benda-benda angkasa. Semakin dekat Bumi dengan benda langit, semakin
tinggi garis pada gambar. Metode untuk mendeskripsikan komponen pasang surut
adalah yang menggunakan metode analisis pasut harmonik, dan yang
menggunakan metode kuadrat terkecil untuk regresi data.

2.5. Kondisi Oseanografi di Perairan Jepara


Menurut Ranadipura (2019), menyatakan bahwa Jepara terdapat pada bagian
utara dari provinsi Jawa Tengah. Jepara merupakan kabupaten di Jawa Tengah
yang berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan Utara. Kondisi perairan di Jepara
seperti arus, didominasi oleh arus pasang surut. Terjadinya pasang surut di
Perairan Jepara menjadi penyebab adanya arus bolak-balik. Kecepatan arus pada
saat purnama lebih cepat dibandingkan saat perbani. Kecepatan arus semakin
cepat seiring dekat dengan permukaan.
Menurut Bonauli et al. (2016), menyatakan bahwa tipe pasang surut dpaat
ditentukan melalui arus harmonic. Melalui Analisa arus harmonic maka akan
diperoleh nilai fan tipe dari pasang surut. Apabila diketahui karakteristik arus
harmonic dan elevasi harmonic di wilayah perairan, maka komponen arus
harmonic akan diketahui pula. Melalui komponennya maka diketahui interaksi
antara pembentuk pasang surutnya. Hal tersebut dapat membantu dalam
pengelolaan lingkungan dan bangunan pantai. Sehingga mampu memberikan
suatu informasi dan dapat mengoptimalkannnya.
III. MATERI DAN METODE

3.1.Materi
Hari, Tanggal : Jumat, 05 dan 12 November 2021
Waktu : 19.00-21.00 WIB
Tempat : Jl. Gondang Timur IV, Tembalang, Semarang

3.2.Metode
3.2.1. Pre-Processing Model
3.2.1.1.ArcGis
1. Melakukan add data bartimetri dan garis pantai.

2. Mengklik kanan pada layers lalu pilih properties. Memilih WGS 1984
pada coordinate system
3. Mengklik catalaog lalu pada folder yang kita inginkan megklik kanan pilih
new lalu Shape.shp. kemudian, beri nama batas dan ganti ke polygon lalu
pilih edit dan memilih WGS 1984 dan ok.

4. Mengklik edit => start editing => create feature =>mengklik batas =>
polygon.
5. Mengklik trace untuk menggambar polygon dan end point arc segment
untuk membentuk gambar seperti busur. Setelah itu, save editing dan stop
editing.

6. Melakukan arc toolbox => data management tools => features => feature
vertice to point.

7. Melakukan input features dengan layers batas dan save nama batas 1.
8. Melakukan add xy coordinate (Data Management) pada layer batas 1 dan
lakukan pula pada batimetri.

9. Mengklik file dan memilih save untuk menyimpan file.

9.1.1.1.Excel
1. Melakukan open file batasss.dbf, batimetri.dbf, dan batasss 1.bdf.
2. Pada excel batasss 1 dan batimetri hapus keterangan pada batas 1 dan
rapihkan excel.

3. Melakukan save dengan type text (Tab delimited), begitupun pada excel
batimetri.
9.1.1.2.TXT dan XYZ
1. Pada file batasss1 dan batimetri dilakukan pengubahan dari txt menjadi
xyz. Melakukannya dengan cara membuka file kemudian save dalam type
all file.

9.1.2. Processing Model


9.1.2.1.MESH
1. Membuka mike zero, mengklik file pada pojok kiri, lalu pada new file
memilih MIKE zero dan memilih Mesh Generation(.mdf) lalu OK.
2. Memilihi LONG/ LAT pada workepace orojection dan mengklik OK.

3. Mengklik data, memilih import boundary lalu memilih file batas 1. Xyz

4. Memilihi add all vertice to one arc pada Arc definition


5. Mengklik zoom pada ujung pertemuan garis boundary dan garis batas
pantai dan pastikan terdapat satu titik biru di setiap ujungnya.

6. Memilih Arc Redistribution pada garis pantai teluk dan ganti nilai menjadi
400 lalu begitupun pada garis boundary menganti dengan nilai 150

7. Mengklik kanan pada garis batas pantai, lalu pada Arc Property mengisi
angka 0 untuk Start node Attribute, 1 untuk arc attribute, dan 1 untuk End
mode atribute. Sedangkan pada garis boundary, 1 untuk Start node
Attribute, 2 untuk arc attribute, dan 0 untuk End mode atribute.
8. Mengklik Data lalu memilih Import Scatter Data dan pilih file
batimetri_kendal.xyz.

9. Mengklik menu mesh lalu memilih mesh generation lalu mengklik


generate dan close

10. Mengklik mesh lalu pilih interpolate dan start


11. Mengklik mesh lalu pilih mesh smoothing dan klik ok

12. Mengklik mesh lalu pilih export mesh dan save.

13. Simpan project


9.1.2.2.Tide Prediction of Height
1. Memilih menu File=>New=>File => MIKE 21 => MIKE 21
Toolbox=>OK

2. Memiilih Tide Prediction of Heights Pada Tidal, kemudian pada consistent


description lalu buka lokasi software lalu memilih yang 0.5

3. Mengisi General Parameters, Prediction Period, dan Start Date


berdasarkan ketentuan dan mengklik Next
4. Pada Line Series Output, mengklik mesh file (.mesh) dan memilih mesh
jepara sipo dan klik open.

5. Menyimpan data dengan nama pasut jepara lalu save

6. Pada status, file location dihubungkan ke folder arus pasut, kemudian klik
execute dan finish.
9.1.2.3.Flow Model FM
1. Klik File, pilih New pilih File . kemudian pada MIKE 21 pilih Flow
Model FM lalu OK

2. Mengklik Domain, lalu select data dan input Mesh jepara sipo lalu Open

3. Pada Time, ubah no of time steps menjadi 3600 dan step interval 360 serta
simulation date berdasarkan ketentuan.
4. Pada Boundary Conditions, mengklik code 2. Pada type pilih specified
level, pada format pilih varying in time and along boundary lalu pada data
file dan item pilih data pasut jepara dan ok.

5. Pada Output memilih new output, pada edit mengklik go to. Pada output
specification pilih output format area series dan pada output file beri nama
arus jepara. Pada output item, Checklist pada Additional variabels yaitu
Current speed dan Current direction.
6. Save terlebih dahulu project lalu mengklik run dan pilih start simulation
hingga proses 100% dan tulisan normal.

9.1.3. Pas-Processing Model


9.1.3.1.Penyimpanan Hasil Model
1. Untuk menampilkan arah arus, klik view lalu pilih vector dan isoline.
2. Pada vector options isi angka 3 pada length of longest vector dan checklist
plot reference vector.

3. Mengklik panah bawah pada surface elevation untuk melihat


penggambaran yang lain. Selain itu, mengklik play forward untuk melihat
time step.
9.1.3.2.Time Series
1. Memilih position of time series. Lalu klik pada setiap kedalaman yang
berbeda, pada titik terakhir klik dua kali.

2. Kemudian akan muncul time series dan grafiknya.


IV. HASIL

4.1. Hasil
4.1.1. U Velocity

Gambar 1. Grafik U Velocity Time Step 52

Gambar 2. Grafik U Velocity Time Step 25


4.1.2. V Velocity

Gambar 3. Grafik V Velocity Time Step 44

Gambar 4. Grafik V Velocity Time Step 20


4.1.3. Current Speed

Gambar 5. Grafik Current Speed Time Step 85

Gambar 6. Grafik Velocit Current Speed Time Step 20


4.1.4. Current Direction

Gambar 7. Grafik Current Direction Time Step 7

Gambar 8. Grafik Current Direction Time Step 5


4.1.5. Surface Elevation

Gambar 9. Grafik Surface Elevation Time Step 1

Gambar 10. Grafik Surface Elevation Time Step 21


4.1.6. Hasil Time Series

Gambar 10. Grafik Hasil Time Series

4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini mengolah data dari Perairan Jepara melalui Mike21.
Aplikasi ini digunakan untuk menganalisa pasang surut air laut. Perairan Jepara
terletak di Perairan Utara, Jawa. Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai
pasang surut air laut di daerah Jepara. Data yang digunakan adalah data pasang
surut periode 1 Mei 2024, 16 Mei 2024, dan Perairan Jepara. Secara umum arus
pasang surut di perairan Jepara bergerak dari timur laut ke barat daya dengan
kecepatan sedang. Hal ini terjadi karena angin dipengaruhi oleh Angin Musim
Timur. Pengaruh angin, pasang surut, dan limpasan sungai umumnya
menyebabkan arus pantai. Kekuatan pasang surut aliran sungai, kondisi cuaca,
komposisi garis pantai, kedalaman air, dan medan merupakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi siklus air pantai. Secara umum, arus adalah arus massa air
yang disebabkan oleh angin, perbedaan kerapatan laut atau pergerakan pasang
surut. Saat angin dan arus keluar meningkat, arus pantai meningkat. Gaya pasang
surut dapat menghasilkan tsunami yang periodenya sebanding dengan GPP.
Karena pembentukan gelombang faktor lain perlu dipertimbangkan selain GPP.
Faktor-faktor tersebut adalah kedalaman dan permukaan bumi, efek rotasi bumi
(gaya coriolis), dan gesekan dasar rotasi bumi yang dapat mengarahkan kembali
semua objek yang bergerak di permukaan bumi (efek coriolis) berbelok ke kanan
di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan. Efek ini tidak terjadi di
khatulistiwa, tetapi meningkat dengan garis lintang, mencapai hingga di kedua
kutub. Ukurannya juga tergantung pada kecepatan di mana objek bergerak.
Dari hasil prakiraan dapat dilihat bahwa keadaan arus daerah Jepara saat ini
memiliki kecepatan horizontal maksimum yang dapat dilihat dari kecepatan U.
Time step 52 memiliki rentang kecepatan arus tertinggi above-0,016 m / s, yang
ditandai dengan warna merah, dan time step 25 memiliki rentang kecepatan arus
rendah berkisar below-00,00 m/s, yang ditandai dengan warna ungu. Untuk
kecepatan V, rentang kecepatan arus pada step 40 adalah 0,00-0,002 m / s,
kecepatan maksimum ditampilkan dalam warna oranye, dan kecepatan pada step
22 adalah -0,040- -0,060 m/s, dengan nilai minimum. Untuk kecepatan arus,
kecepatan arus time step 85 adalah 0,048-0,052 m/s, nilai tertinggi ditunjukkan
dengan warna oranye dan pada time step 20 adalah below-0,01 m/s merupakan
nilai minimum yang ditjukkan dengan warna ungu gelap. Untuk arah arus,
langkah waktu 7 memiliki arah arus above-0,060 derajat dan merupakan nilai
tertinggi direpresentasikan dengan warna oranye, sedangkan pada time step 5
memiliki arah below-0,04 derajat yang ditandai dengan warna ungu gelap. Dalam
kasus elevasi permukaan, elevasi Time Step 1 adalah above - -0,015 yang
merupakan nilai tertinggi ditunjukkan dengan warna oranye. Elevasi saat langkah
waktu 21 adalah below -0,00m yang menunjukkan nilai terendah.
Merujuk pada hasil yang ditunjukkan dalam video maka dapat dilihat bahwa
perbedaan warna mewakili perbedaan ketinggian antara badan air ini. Area yang
terus meningkat ditandai dengan warna merah. Di perairan rendah, permukaannya
ditandai hijau dan kemudian berubah menjadi biru dan ungu. Pada ketinggian,
pola arus disebabkan oleh badan air yang mengalir dari atas ke bawah yang
disebabkan oleh pasang surut air laut. Pasang surut membawa air dari laut ke
perairan pesisir, dan perairan saat surut membawa air dari perairan pesisir ke laut
lepas. Ini didasarkan pada faktor kedalaman. Dari data yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa kecepatan arus minimal 4.444 arus terjadi pada saat pasang
atau surut. Arus pasang surut maksimum, di sisi lain, terjadi pada tingkat air
rendah atau pasang surut MSL tinggi.
Melalui pengolahan data dengan program MIKE 21, terdapat model aliran di
wilayah Jepara. Arus yang dimodelkan berlaku selama 16 hari yaitu dari 1 Mei
2024 hingga 16 Mei 2024. Pola arus yang dihasilkan di perairan Jepara diketahui
bergerak bolak-balik. Hal ini dikarenakan arus yang dihasilkan di perairan Jepara
merupakan arus pasang surut, dan pergerakan arah dan kecepatan arus
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Arus yang dihasilkan oleh perairan jepara
dipengaruhi oleh pasang surut karena permukaan air laut terus berubah karena
pergerakan pasang surut. Dari model, Anda juga dapat menggunakan kartu waktu
seri model untuk mengidentifikasi level pasang tertinggi dan terendah. Grafik
menunjukkan hari dan waktu kualitas air yang dimodelkan. Mengetahui pola arus
pasang surut dapat diketahui pemetaan sedimen. Salah satu masalah yang sering
ditemui di pelabuhan adalah sedimen. volume yang berlebihan di suatu daerah
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi. Volume yang
berlebihan di sekitar pelabuhan dan galangan kapal dapat mengurangi kedalaman
dermaga. The membatasi kapal yang hanya mengandalkan pasang surut, dan
membatasi kapal berlabuh dan kargo dari kapal harus bergantian masuk dan
keluar dari port.
V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan
1. Software MIKE 21 sapat digunakan dalam membuat gambaran kecepatan
arus di Perairan Jepara. Gambaran tersebut berupa pola arus yang disertai
dengan kecepatannya dan ditunjukkan dalam video time-laps 15 hari yaitu
tanggal 1-16 Mei 2024.
2. Kecepatan dan arah arus pasang surut yang telah diramalkan melalui
software MIKE 21 di Perairan Jepara, menunjukkan pola arus maju mundur
yang disebabkan oleh pasang surut.
3. Kaitan kecepatan arus dengan kejadian pasang surut dapat diketahui
melalui software MIKE 21 yang menunjukkan pesebaran atau distribusi
massa air. Arah distribusi massa air tersebut ditunjukkan melalui sebuah
vector gerak arus. Besarnya pasang surut merupakan factor utama yang
mempengaruhi kecepatan arus.

5.2.Saran
1. Sebaiknya praktikum dilaksanakan offline
2. Sebaiknya praktikum disertai banyak literatur
3. Sebaiknya praktikum dilaksanakan tepat waktu dan disiplin
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, A. N., D. N. Sugianto dan E. Indrayanti. 2014. Kajian Pola Arus Laut
Dengan Pendekatan Model Hidrodinamika Dua Dimensi Untuk
Pengembangan Pelabuhan Kota Tegal. Jurnal Oseanografi., 3(4): 671 – 682
Azis, M. F. 2006. Gerak Air di Laut. Jurnal Oseana., 31(4). 9-21.
Bonauli, M., M. Helmi dan W. S. Pranowo. 2016. Analisis Karakteristik Arus
Harmonik Akibat Pasang Surut di Perairan Teluk Awur Kabupaten Jepara.
Jurnal Oseanografi., 5(1): 1 – 10.
Dewi, R.C., O.S. Hakim, dan E.L Siadari. 2018. Pemodelan MIKE21 Dalam
Kejadian Banjir Rob Menjelang Gerhana Bulan di Pesisir Semarang. Jurnal
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika., 5(3): 1-7.
Efendi, S. S., D. Karmen, dan P. Y. Perdana. 2013. Efektivitas Struktur Penahan
Pasir Dalam Perubahan Arus di Perairan Pantai Nusa Dua Bali. Kolokium
Hasil Litbang Sumber Daya Air. 1-10.
Fadilah, Suripin, dan D. P. Sasongko. 2014. Menentukan Tipe Pasang Surut dan
Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah
Menggunakan Metode Admiralty. Maspari Journal., 6(1): 1-12.
Hiwari, H. dan Subiyanto. 2020. Pemodelan Arus Permukaan Laut Selat Lembeh,
Sulawesi Utara Menggunakan Aplikasi MIKE 21. Jurnal Akuatek., 1(2):84-
93.
Ismail, M. F. A. 2012. Simulasi Numeris Arus Pasang Surut di Perairan Cirebon.
Jurnal Akuatika, 3(1): 1-10.
Mahardika, R. W., A. Ismanto, dan Purwanto. 2015. Studi Perbandingan Simulasi
Model Flow Model FM dan Adcirc Terhadap Pola Arus Pasut Perairan
Teluk Lembar Lombok. Jurnal Oseanografi., 4(1):206-214.
Nugroho, Adam Rus., Akhwady, Rudhy., Netakaryanto, Dimas., & Yahya,
Fahrul. 2016. Studi Model Distribusi Pencemaran di Pantai Utara Jawa
Tengah Menggunakan Model MIKE 21 ECOLab. Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan. 8(2): 89-100.
Pasomba, T., M. I. Jasin, dan T. Jansen. 2019. Analisis Pasang Surut pada Daerah
Pantai Tobololo Kelurahan Tobololo Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.
Jurnal Sipil Statik., 7(11): 1515-1526.
Ranadipura, A., D. Nugroho., W. Atmodjo., A. A. D. Suryoputro., P. Subardjo
dan R. Widiaratih. 2019. Pola Arus di Perairan Kabupaten Jepara., 1(1) 1 –
13.
Respati, A. F., G. Diansyah dan A, Agussalim. 2020. Analisis Data Arus Pasang
Surut dan Arus Non Pasang Surut di Sebagian Selat Bangka. Maspari
Journal. 12(1): 25-32.
Syahputra, H. dan R. B. A. Nugraha. 2016. Analisis Perbandingan Akurasi Model
Prediksi Pasang Surut: Studi Kasus di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa
Tenggara Timur. Maspari Journal., 8(2): 119 – 126.

Anda mungkin juga menyukai