Anda di halaman 1dari 291

BUNGA RAMPAI

Ekspedisi Jala Citra I - 2021


AURORA

i
Ekspedisi Jala Citra I - 2021 “AURORA”
PUSHIDROSAL

PENANGGUNG JAWAB
Laksamana Madya TNI Dr. Agung Prasetiawan, M.A.P

PENGARAH
Laksda TNI Budi Purwanto, S.T.,M.M.
Laksma TNI Dyan Primana Sobaruddin, M.Sc.
Kolonel Laut (E) Dr. Yanuar Handwiono

TIM PENYUSUN
Kolonel Laut (P) Dr. Oke Dwiyana Pribadi
Letkol Laut (P) Dr. Dian Adrianto, S.Si., M.Si.
Letkol Laut (KH) Moh. Qisthi Amarona, S.T., M.Tr. Hanla
Letkol Laut (KH) Dikdik Satria Mulyadi, S.Si., M.T., M.Tr. Hanla
Mayor Laut (P) Alin Abimanyu, S.T.
Kapten Laut (KH) Candrasa Surya Dharma, S.Si., M.Sc.
Febrian Fitryanik, S.T., M.Eng

FOTOGRAFER
Serda TTU Prastiyo
Koptu MER Fatoni Abdul Rozaq

DESAIN
Dodi Mawardi dan tim

ii
TESTIMONI

“Wujud nyata sinergi dan kolaborasi putra putri terbaik bangsa serta
merupakan bukti kemandirian dalam riset dan penelitian kelautan guna
mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.”
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P., Panglima TNI

“Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, ekspedisi Jala Citra


I - 2021 Aurora merupakan sebuah upaya penting untuk memahami
kekayaan dan sumber daya kelautan yang terkandung di negeri ini.”
Retno L.P. Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

“Ekspedisi Jala Citra I 2021 – AURORA adalah Jati Diri dan Pijakan
bagi Bangsa dan Negara Indonesia untuk merajut masa depan yang
Gemilang.”
Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

“Ekspedisi dan penelitian ini sangat bermanfaat untuk kemajuan sektor


kelautan, demikian halnya dengan sektor transportasi laut. Melalui
karya ini dapat terpetakan potensi dan tantangan sehingga relevan
menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan serta penyelenggaraan
transportasi laut di Indonesia. Sukses selalu untuk TNI Angkatan Laut
Republik Indonesia, bersama-sama kita kawal Republik ini menjadi
Poros Maritim Dunia.”
Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan

i
Kita tahu bahwa laut kita begitu luas dan semua itu kita dapatkan karena
dua hal penting. Pertama, secara geografis kita memang bangsa yang
besar sehingga secara alami, laut kita pun sangat luas. Kedua, kekuatan
diplomasi para pendahulu kita yang mumpuni dalam mengubah wajah
hukum laut dunia sehingga dengan itu Indonesia memiliki hak atas
ruang laut yang semakin luas.
Tugas utama bangsa kita saat ini adalah mengelola laut yang luas
itu untuk dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Langkah pertama dalam mengelola adalah mengenal dengan baik
laut kita. Itulah relevansi dari Ekspedisi Jala Citra “Aurora” yang
dilakukan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) tahun
2021 ini. Melalui ekspedisi ini bangsa kita sedang tekun meningkatkan
pemahaman akan ruang dan dasar laut sehingga semakin mudah bagi
kita untuk melakukan pengelolaan.

Atas nama Universitas Gadjah Mada, saya mengucapkan selamat atas


keberhasilan Ekspedisi Jala Citra “Aurora” yang kisahnya tertuang
dalam buku ini. Ekspedisi ini juga telah melibatkan peneliti dan
akademisi yang berkompeten di bidangnya. UGM senang dan bangga
karena civitas akademikanya telah menjadi bagian dari sejarah penting
ini. Semoga kita makin dekat dengan laut, makin sejahtera karena
kekayaan alam di laut dan makin peduli akan kelestariannya. Jalesveva
jayamahe, di laut kita jaya!
Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng.
Rektor Universitas Gadjah Mada

“Kolaborasi yang membanggakan untuk menghasilkan karya penelitian


unggul yang relevan dengan persoalan bangsa sekaligus diakui dunia.“
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., Rektor ITB

ii
Ekspedisi Jala Citra I – Aurora yang diinisiasi oleh TNI AL, dalam hal
ini adalah Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), merupakan
suatu kegiatan kolaborasi riset yang sangat baik dalam bidang hidrografi
dan eksplorasi laut. Karakteristik laut dan keanekaragaman hayati laut
merupakan suatu fenomena alam yang perlu diungkapkan melalui
suatu pendekatan ilmiah dalam suatu ekspedisi yang dilengkapi dengan
teknologi alat yang akurat dan memadai.
Luaran yang dihasilkan dari ekspedisi ini akan menjadi dasar informasi
yang baik mencakup data oseanografi, karakteristik geografi laut, dan
sumberdaya laut guna menilai potensi laut dan sumberdaya perikanan
Indonesia. Relevansi Ekspedisi Jala Citra I – Aurora sangat erat dengan
pengembangan industri maritim 4.0 yang mendukung kepentingan
Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kelautan. Jayalah
Laut kita dan jayalah Negeri Maritim Indonesia.
Prof. Dr. Arif Satria, Rektor IPB University

iii
BUKU INI DIPERSEMBAHKAN
UNTUK BANGSA DAN NEGARA

INDONESIA

iv
Daftar Isi

Kata Sambutan.....................................................................................ix
Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Yudo Margono.....................................................................

Kata Pengantar .....................................................................................xi


Komandan Pushidrosal
Laksamana Madya TNI Agung Prasetiawan.................................................

Pendefinisian Sumber Gempa dan Gunungapi Bawah Laut di Laut


Halmahera Melalui Survei Hidrografi.............................................1
Hadi Tjahyanto SIP, Panglima TNI
Irwan Meilano, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB

Strengthening Synergies in Maritime Research to Support the Reali-


zation of Indonesia as a Global Maritime Fulcrum .....................7
Yudo Margono, Admiral, Chief, Indonesian Navy
Poerbandono, Associate Professor, Lecturer, Bandung Institute of Technology

Ekspedisi Jala Citra 2021 AURORA, Mengawal Kedaulatan Wilayah


Maritim Indonesia Timur...................................................................15
Ahmadi Heri Purwono, I Made Andi Arsana,
M. Iqbal Taftazani, Leni S Heliani

Fitur dan Morfologi Dasar Laut........................................................27


Mustafa Hanafi, Puslitbang Geologi Kelautan, Kem ESDM

Penelitian Gunung Bawah Laut dengan Batimetri, Anomali


Gaya Berat & Anomali Magnetik.....................................................35
Gabriella Alodia, Institut Teknologi Bandung

Jala Citra I-2021 “Aurora” Expedition: Revealing Multiple-Decades’


Mysteries of the Eastern Indonesian Waters..................................49
Agung Prasetiawan, Vice Admiral, Indonesian Hydro-oceanographic Centre
Gabriella Alodia, Lecturer, Bandung Institute of Technology
Poerbandono, Associate Professor, Bandung Institute of Technology

Gelombang Internal & Percampuran Massa Air...........................57


Adi Purwandana, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

v
Akustik Kelautan dan Penginderaan Jauh untuk
Perikanan Tangkap..............................................................................73
Marthin Matulessy, Universitas Papua Manokwari Papua Barat

Kedaulatan Pangan Maritim dalam Penguatan Gerbang Pasifik Nu-


santara di Wilayah Perairan Laut Halmahera dan Sekitarnya....81
Yudo Margono, Triyono, Agung Tri Prasetyo

On the integration of data from Satellite-Derived Bathymetry, drone


LiDAR topography, and Single-Beam Echosounder launched from
Unmanned Surface Vehicle for depicting intertidal zone of an outer
island: A preliminary results on a case study from Yiew Island, east of
Halmahera.............................................................................................123
Yanuar Handwiono, Captain, Security & Cooperation Assistant, Indonesian
Naval Hydro-Oceanographic Center
Poerbandono, Associate Professor, Lecturer, Bandung Institute of Technology

Hidrografi untuk Keselamatan Pelayaran.......................................133


Letkol Laut (KH) Dikdik Satria Mulyadi, Pushidrosal
Mayor Laut (P) Alin Abimanyu, Pushidrosal

Klasifikasi Dasar Perairan Laut Halmahera....................................139


Steven Solikin, IPB

Pendeteksian Objek Bawah Air Menggunakan Single-Beam


Echosounder di Laut Halmahera........................................................147
Angga Dwinovantyo, Pusat Riset Laut Dalam - Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN)

Analisis Datum Vertikal & Karakteristik Gelombang Permukaan


159
Dian Adrianto, Pushidrosal

Karakteristik Kolom Air dan Pencampuran Massa Air Sekitar


Gunung Bawah Laut di Perairan Laut Halmahera........................167
Fiolenta Marpaung, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) – OR Pengka-
jian dan Penerapan Teknologi

Analisa dan Prediksi Cuaca Kelautan dengan AWS Airmar......179


Arditho Bramandika Putra, BMKG

vi
Pulau Yiew.............................................................................................187
Jefry Bemba

Ketahanan Sosial dalam Pengelolaan Ekowisata Bahari di Tengah


Pandemi Covid-19 di Kabupaten Raja Ampat...............................199
Prisca Kiki Wulandari, Universitas Gadjah Mada
Armaidy Armawi, Universitas Gadjah Mada
Dyan Primana Sobaruddin, Universitas Gadjah Mada

Akuisisi Data Topografi dengan Drone Lidar dan Batimetri.....215


Geotronix Pratama Indonesia

Ringkasan Kegiatan Survei................................................................223


Stanislaus Ariyanto & Nada Geraldine, PT Hidronav Tehnikatama

Meneliti Aktivitas Gunung dengan Data CTD, MBES, Marine Mag-


netometer, SBP, dan Sampel Air.......................................................235
Kristianto, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Identifikasi Fitur Gunung Bawah Laut dan Aktivitasnya...........237


Rina Zuraida, Pusat Survei Geologi

Batuan dan Sedimen Permukaan Gunung Laut Selat Manipa .. 243


Fareza Sasongko Yuwono, Pusat Riset Laut Dalam, BRIN

Koreksi Data Pemeruman di Laut Lepas Menggunakan GPS Tide


(Studi Kasus Survei Batimetri di Selat Manipa)............................255
Anom Puji Hascaryo dan Aditya Prayoga, Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL

Tim Peneliti...........................................................................................265

Indeks.....................................................................................................273

vii
viii
Kata Sambutan
Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat


Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat-Nyalah
buku “Ekspedisi Jala Citra 1 – 2021
Aurora” dapat hadir di hadapan pem-
baca sekalian. Buku ini disusun untuk
menyampaikan hasil dari ekspedisi
dan penelitian yang telah dilaksanakan
oleh KRI Spica 934 beserta seluruh tim
peneliti terbaik dari kementerian lem-
baga, akademisi dan organisasi profesi
terkait selama lebih dari 2 bulan mulai
dari tanggal 3 Agustus sampai dengan
12 Oktober 2021.
Dengan mengusung tema
“Mengungkap Sumber Daya Kelautan
di Wilayah Perairan Halmahera dan Papua Dalam Rangka Mewujudkan
Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia” terdapat suatu kebanggaan
yang luar biasa dengan tercapainya misi ekpedisi Jala Citra 1 – 2021
“Aurora” dengan aman dan sukses, yang mana indonesia telah
menunjukkan kepada dunia bahwa dengan adanya kolaborasi antara
TNI AL dalam hal ini Pushidrosal bersama kementerian lembaga,
akademisi dan organisasi profesi terkait pada tingkat nasional secara
nyata mampu menyelenggarakan kegiatan riset dan penelitian kelautan
secara mandiri tanpa bantuan dari negara lain, dan juga salah satu
pencapaian spektakuler dari ekspedisi ini adalah dengan ditemukannya
suatu fitur bawah laut baru yang diduga kuat adalah suatu bentukan

ix
dari gunung bawah laut, dengan adanya penemuan ini telah membuka
suatu jendela peluang baru di bidang penelitian dan pemanfaatan
sumber daya kelautan di Indonesia.
Ekspedisi Jala Citra 1 - 2021 “Aurora” mengambil momentum emas
dari hari hidrografi dunia yang ke-100 pada tanggal 21 Juni 2021 den-
gan tema “One Hundred Years of International Cooperation In Hydrogra-
phy” membuktikan eksistensi dan perjalanan panjang peran hidrografi
di berbagai bidang strategis. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk men-
sosialisasikan dan mewujudnyatakan peran TNI dalam hal ini TNI AL
dalam mendukung cita-cita bangsa Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Sehingga diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan
kembali ekspedisi kelautan yang dilaksanakan untuk mengeksplorasi
sumber daya kelautan Indonesia oleh putra putri bangsa indonesia.
Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan partisipasi semua
pihak dalam penyiapan dan pelaksanaan ekspedisi, serta penyusunan
buku ini, khususnya kepada pihak kementerian, lembaga negara, uni-
versitas dan organisasi profesi terkait dan berharap kerja sama, saran
serta masukan untuk lebih mempertajam dan mengembangkan kegia-
tan ekspedisi ini ke depannya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta mem-
berikan petunjuk, kekuatan dan perlindungan kepada kita sekalian da-
lam menjalankan pengabdian kepada bangsa dan negara.

JALACITRA PRAJAYODHA,
JALESVEVA JAYAMAHE

Jakarta, 18 Oktober 2021


Kepala Staf Angkatan Laut,

Yudo Margono, S.E., M.M..


Laksamana TNI

x
Kata Pengantar
Komandan Pushidrosal
Laksamana Madya TNI Dr. Agung Prasetiawan, MAP

Pelaksanaan Ekspedisi Aurora 2021, be-


rawal dari laporan Berita Pelaut Indone-
sia (BPI) Nomor 11/152 Tahun 1955 yang
menyebutkan adanya kemungkinan per-
tumbuhan yang cepat di bawah air den-
gan radius 15 mil laut, membentang dari
129o 07,9’ bt – 1o 00’ lu dan 129o 54’ bt – 0o
18’ lu, dan BPI Nomor 26/206 Tahun 1959
yang menjelaskan adanya fitur bawah laut
yang mendidih dengan radius 1 nautikal
mil, terletak 12 mil menuju 90o dari Yiew.
Kedua BPI tersebut sudah berumur sangat
lama dan perlu mendapatkan pembaruan
data untuk dapat memperbarui informasi batimetri yang dapat mendu-
kung peningkatan keselamatan pelayaran di perairan Halmahera.
Ekspedisi Aurora merupakan satu-satunya kegiatan survei pe-
metaan di Pushidrosal yang berbentuk ekspedisi dan bertujuan untuk
meneliti lebih lanjut hasil data yang diperoleh untuk membangkitkan
kembali kegiatan ekspedisi di Indonesia dan mewujudkan cita-cita In-
donesia sebagai poros maritim dunia melalui hasil penelitian dari da-
ta-data batimetri, oseanografi, dan meteorologi yang dilaksanakan pas-
ca kegiatan ekspedisi Aurora.
Beberapa hasil penelitian batimetri yang dilaksanakan mengguna-
kan perangkat MBES menghasilkan citra fitur bawah laut yang sangat
jelas berupa, gunung bawah laut, tinggian maupun cekungan. Gosong
Aurora sebagai salah satu fitur bawah laut di lokasi penelitian yang
namanya diambil sebagai nama ekspedisi juga dapat digambarkan se-

xi
cara jelas dari hasil pengolahan data batimetri. Selain itu, sebaran se-
dimen bawah laut yang didapatkan dengan menggunakan teknik ham-
bur balik akustik dari data Singlebeam Echosounder (SBES) dan MBES,
menghasilkan gambaran umum yang cukup akurat setelah divalidasi
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel grab sampling pada
wilayah fitur bawah laut di puncak gunung bawah laut. Kondisi fisis
oseanografi juga memiliki stratifikasi yang cukup menarik, dengan di-
temukannya massa air dari Samudera Pasifik Selatan, hal ini sering di-
temukan pada survei yang berbatasan dengan samudera besar lainnya
di Indonesia. Hasil penelitian ini lebih lanjut akan dipresentasikan pada
forum seminar internasional di Pushidrosal.
Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
setiap pihak yang telah ikut serta mensukseskan kegiatan Ekspedisi
Jala Citra – I 2021 “Aurora”, khususnya kepada para peneliti, dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau Badan Riset dan Inovasi
Nasional, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Institut
Teknologi Bandung, Universitas Khairun Ternate, Universitas Papua,
PT. Geotronix, dan PT. Hidronav. Saya berharap publikasi ini dapat
menambah khasanah ilmu dan pengetahuan bagi TNI/TNI AL, dan
masyarakat mengenai kondisi batimetri dan sekilas tentang kehidupan
biota di laut dalam serta memberikan inspirasi mengenai kelanjutan
eksplorasi laut pada umumnya dan laut dalam pada khususnya
mengingat terbatasnya pengetahuan kita mengenai perairan laut kita
yang sangat luas. Semoga bermanfaat.

JALACITRA PRAJAYODHA,
JALESVEVA JAYAMAHE

Jakarta, 18 Oktober 2021


Komandan Pushidrosal,

Dr. Agung Prasetiawan, M.A.P.


Laksamana Madya TNI

xii
Pendefinisian Sumber Gempa dan
Gunungapi Bawah Laut di Laut
Halmahera Melalui Survei Hidrografi
Hadi Tjahyanto SIP, Panglima TNI
Irwan Meilano, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB

Preface Pendahuluan

Indonesia Timur terletak di Lempeng Australia


pertemuan empat lempeng aktif, mensubduksi di bagian selatan
yaitu Lempeng Australia, Lempeng Jawa hingga Pulau Seram dan
Pasifik, Lempeng Laut Filipina, menghasilkan zona subduksi
dan Blok Sunda (Lempeng Eurasia) yang kemudian berubah menjadi
yang menyebabkan kawasan ini zona kolisi di selatan Pulau Timor
memiliki kondisi tektonik yang (Nusa Tenggara) hingga Pulau
sangat kompleks (Hamilton, Seram (Laut Banda) (Koulali dkk,
1979). Pulau Halmahera dan 2016). Adanya transisi dari zona
wilayah sekitar telah mengalami subduksi ke zona kolisi di Selatan
berbagai kejadian gempa tsunami ini disebabkan oleh perubahaan
yang merusak seperti tahun struktur Lempeng Australia yang
1673, 1846,1858, 1859 dan 1968 ada di Selatan Indonesia, yaitu
(Utsu. 2002). Untuk memahami lempeng samudera di Selatan Jawa
potensi gempa dan tsunami akibat dan lempeng benua di Selatan
longsoran gunung bawah bawah Nusa Tenggara (Hall dkk, 2007).
laut di Halmera yang tinggi Pengamatan seismik refleksi,
perlu dilakukan survei hidrografi refraksi dan profil gravitasi
presisi. mengungkapkan overthrusting

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 1


yang meluas dari kompleks akresi ke cekungan sedimen busur depan
dari busur Sangihe dan Halmahera yang berdekatan dan merupakan
konsekuensi dari tumbukan antara lempeng Eurasia dan Laut Filipina (
gambar 2) (Socquet dkk, 2006)

Kondisi tektonik yang kompleks ini menyebabkan wilayah


Indonesia Halmahera memiliki struktur geologi, baik sesar maupun
subduksi, yang cukup banyak dan bervariasi, yang berasosiasi potensi
bencana tinggi akibat gempabumi dan longsoran/letusan gunung
bawah laut yang bisa diikuti dengan tsunami (Gambar 2).

Gambar 1. Kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia Timur

2 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Pentingnya Survei keanekaragaman hayati dan
spesies di sekitarnya mereka dapat
Hidrografi Presisi
menjadi hotspot keanekaragaman
hayati predator di laut terbuka (
Dengan kondisi tektonik Morato et al., 2010), rumah bagi
yang sangat kompleks ini, wilayah spesies rekayasa habitat seperti
Indonesia Timur, khususnya karang air dingin (Tracey et al.,
daerah sekitar Pulau Halmahera, 2011). Tetapi longsoran gunung
diprakirakan menyimpan potensi bawah laut bisa mengakibatkan
bahaya gempabumi yang cukup tsunami.
besar. Beberapa kejadian gempa Untuk mengurangi dampak
yang diikuti tsunami yang tercatat bencana gempabumi, letusan
pada Katalog Utsu (2002) adalah gunung bawah laut yang
tsunami tahun 1846 yang diakibat bisa diikuti dengan tsunami
oleh gempa Magnitudo 7, serta diperlukan analisis risiko bencana,
tsunami 1858 yang diakibatkan yang berdasarkan pemahaman
oleh gempa dengan Magnitudo sumber gempa yang baik. Survei
7.4. hidrografi-bathimetri presisi
Selain sumber gempa dan yang dilakukan di Teluk Palu
tsunami, wilayah Halmahera telah berhasil mengidentifikasi
juga kaya dengan gunung bawah. sumber gempa dan tsunami Palu
Definisi gunung bawah laut yaitu 2018 (Frederik dkk, 2019). Survei
sebagai fitur kerucut alami yang hidrografi sejenis perlu dilakukan
menjulang lebih dari 1000m di di wilayah Indonesia Timur
atas dasar laut sekitarnya (IHO, khususnya sekitar Halmahera
2008). Gunung bawah laut adalah untuk mengidentifikasi sumber
habitat laut yang penting, mereka Gempa, Tsunami dan Letusan atau
menyediakan jalur untuk produksi longsoran gunung bawah laut.
lokal (seringkali meningkatkan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 3


Gambar 2. Lokasi gunungapi dan kegempaan di sekitar Halmahera

4 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Referensi

Hall, R., Clements, B., Smyth, H.R., Cottam, M.A., (2007). Jakarta A New
Interpretation of Java’s Structure, Proceedings, Indonesian Petro-
leum Association, Thirty-First Annual Convention and Exhibition

International Hydrographic Organization (2008) Standardization of un-


dersea feature names: Guidelines proposal form terminology, 4th
edition. International Hydrographic Organization and International
Oceanographic Commission, 206 International Hydrographic Bu-
reau, Monaco, 32 pp.

Koulali, A., Susilo, S., McClusky, S., Meilano, I., Cummins, P., Tregoning,
P., Lister, G., Efendi, J. and Syafi’i, M.A., (2016). Crustal strain par-
titioning and the associated earthquake hazard in the eastern Sun-
da-Banda Arc. Geophysical Research Letters, 43 (5), pp. 1943-1949

Morato T, Hoyle SD, Allain V, Nicol SJ. (2010). Seamounts Are Hotspots
of Pelagic Biodiversity in the Open Ocean. Proc Nat Acad Sci 107:
9707–11. https://doi.org/10.1073/pnas.0910290107.

Socquet, A., Simons, W., Vigny, C., McCaffrey, R., Subarya, C., Sarsito,
D., Ambrosius, B., dan Spakman, W. (2006) : Microblock rotations
and fault coupling in SE Asia triple junction (Sulawesi, Indonesia)
from GPS and earthquake slip vector data, Journal of Geophysical
Research, 111, B08409

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 5


Tracey DM, Rowden AA, Mackay KA, Compton T (2011) Habitat-Form-
ing Cold-Water Corals Show Affinity for Seamounts in the New Zea-
land Region. Mar Ecol Prog Ser 430: 1–22. https://doi.org/10.3354/
meps09164. Tsukamoto K (2006) Oceanic biology: spawning of
eels near a seamount. Nature 439.7079: 929-929. https://doi.
org/10.1038/439929a.

Utsu, T., (2002), A list of deadly earthquakes in the World: 1500-2000, in


International Handbook of Earthquake and Engineering Seismolo-
gy Part A, edited by Lee, W.K., Kanamori, H., Jennings, P.C., and
Kisslinger, C., pp. 691-717, Academic Press, San Diego.

6 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Strengthening Synergies in Maritime
Research to Support the Realization of
Indonesia as a Global Maritime Fulcrum

Yudo Margono, Admiral, Chief, Indonesian Navy


Poerbandono, Associate Professor, Lecturer, Bandung Institute of Technology

Preface to year since the 1990s validates


the statements and predictions of

T
many economists and academia
his article is prepared to
that the 21st century would be
summon further collabo-
the maritime century. Realizing
rative missions among na-
the fact that Indonesia is the
tional stakeholders particularly in
world’s largest archipelagic state,
revealing knowledge from Indo-
envisioning to become a maritime
nesia’s ocean territory. The Jala Ci-
nation is an inevitable yet expedient
tra-I 2021 “Aurora” Expedition has
destiny. To add more evidence,
proven its impact in convincing all
global statistics confirm that
contributing parties to acquire in-
there is a very strong correlation
valuable scientific assets through
between the increasing magnitude
ocean exploration. The presence of
of seaborne trade and the growth
reliable information and in-depth
of gross domestic product. It is
knowledge exploited from Indo-
hence plausible to ensure the
nesia’s ocean territory would as-
connectivity of marine transport
sure data-driven decision making
sustained by sturdy maritime
in naval defence and in-turn secur-
security. The two leading elements
ing effective execution of maritime
of support to global ocean trade,
policy.
that are: connectivity of marine
transport and marine security,
Introduction are apparently among the pillars
fortifying the vision of maritime
axes.
The ever-increasing volume Since it was exposed to an
of global ocean trade from year international summit in 2014 by

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 7


President Joko Widodo, the vision knowledge exploited from the
towards Indonesia as a global Indonesian ocean territory. In this
maritime fulcrum commences instance it is very relevant to attempt
consecutive reactions, indicating a serious effort in designing and
optimism and abundance of operating a novel naval expedition
ideas. Stakeholders from private, towards least investigated
community, and governmental but strategic area within the
sectors start making considerable Indonesian ocean territory. Equal
actions according to quite a wide level of knowledge of determining
spectrum of interpretation. One characteristics among different
after the other, priorities and geographic locations throughout
options are discussed: what to start the archipelago must be ensured.
what from where. Studies conclude Apparently, the eastern part of
that, Indonesia’s naval capabilities Indonesian water is still to-date
are in reality weaker than that of considered least researched.
smaller powers of the southeast of
Asia. This is a very clear opposing
fact in contrast to the obligatory A Flash Look-Back in
demand in strengthening maritime to Indonesia’s Maritime
security being one of pillars for the Expedition
vison of global maritime axes. It
is the purpose of the launching a
scientific maritime expedition by The Marine Resource
the Indonesian navy to contribute Evaluation and Planning (MREP)
to a real action addressing the project in the 1990s could
need for a stronger proficiency of probably be the most notable
maritime power. Indonesia’s ocean expedition
It is believed that naval ever accomplished. The MREP
capabilities begin with discoveries project itself was commenced
made in science and technology. in 1992 and was completed in
Science shall base the development 1998. The project has been a very
of mature technology for transition successful endeavour in acquiring
to naval acquisition. Data-driven not only fundamental marine data
decision making in naval defence for mapping purposes, but also
and in-turn maritime policy will discovering exotic species and
only be possible with presence of exceptional geographic features
reliable information and in-depth previously unknown. As many as

8 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


12 project areas were accomplished. “Aurora” Expedition, would have
The project areas are entailing been a historical event obliging
regions for two primary purposes: multiple missions awaited by many
special marine areas and marine of the national stakeholders. It is
and coastal management areas. piloting an action not only to reveal

Figure 1: Completed areas of study within the framework of


Indonesia’s Marine Resource Evaluation and Planning Project
(MREP) in 1992-1998 across mostly the eastern parts of Indonesia’s
ocean territory (Source: Asian Development Bank 2001)

Figure 1 exhibits the areas of study the very many unknowns in the
within the framework of MREP, least investigated east Indonesian
leaving the north of Halmahera seas, but also an initiative of
unexplored. collaboration in national ocean
Deciding to launch a research. From the navy side, the
dedicated operation of a hydro- expedition is a manifestation of
oceanographic survey vessel to the its contribution towards realizing
Halmahera Sea, i.e. Jala Citra-I 2021 Indonesia as a global maritime

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 9


fulcrum by strengthening naval To name one, the Dutch Siboga
capabilities through research. expedition to Malay Archipelago
To the national stakeholders, between 1899 and 1900 is an
in particular researcher and exemplary interest. A report
academia involved in the mission, released later in 1950 featured that
this is seen as a great opportunity Siboga expedition was the first
to explore competitive findings for scientific mission exploring around
an impactful outcome, in terms the eastern region of Indonesian
of both national relevance and waters, including the east of the
international impacts. Halmahera Island.
The quest to reveal the
underwater features around the
Halmahera sea and selected domain of investigation
the Expedition: Their has been motivated by the long
Strategic Importance unknown underwater danger
published in a notice to mariner
in 1949. In the notice, seafarer is
Whilst most of the western warned of heavy seas around the
part of Indonesian seas are east of Halmahera.
well explored, the sea around In 1955, an amendment on
Halmahera Island is left primeval. the notice was released still with
This is due to the fact that the an identical message (Figure 2).
western part of Indonesian seas Later on, in 1959, an updated
is typically shallow and well notice declaring an intense boiling
connected to major natural of water towards sea bottom in
resources, i.e. Natuna sea, Java sea, the Halmahera sea was published.
and global marine transportation It spotted a location between the
hub, i.e. Malacca strait. Little Yiew island and the Aurora shoal
interest is put towards the eastern east of the Halmahera Island.
part of Indonesia even without Revealing the unknown
the fact that the region is deeper underwater features that has been
in bathymetry and less connected. reported for multiple decades
Actually, the area around the around the Halmahera sea is
Halmahera sea has long been among the noble motivation of
magnetizing a particular attention. the Jala Citra-I 2021 “Aurora”
Expedition.

10 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Figure 2: Notice to mariner about warned of heavy seas around the
east of Halmahera in 1955 and updated notice declaring an intense
boiling of water towards sea bottom in the Halmahera sea in 1959

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 11


Beyond the fact that the east of Closing remarks
Halmahera is home to one of a
kind subsea feature, the region it-
It is again here to highlight
self is part of a profound area due
that the Jala Citra-I 2021 “Aurora”
to its role in various aspects.
Expedition is a mission of multiple
The most essential to name
strategic benefits. Evidence that a
is that the Yiew island (0°43′39″N,
national initiative for multi-sectoral
129°8′30″E) in the east of
collaboration on a competitive
Halmahera, is one of Indonesia’s
ocean research is demonstrated.
outer island, bordering with Palau
Still, works are underway. World-
at the north. It hence implies a very
class scientific discoveries are
sound sovereignty content among
awaited through the expected
the goals of the expedition.
academic publication in the very
The other aspects motivating
near future. The corresponding
the selection of the expedition
results and findings will be of a
area are for marine transportation
strong baseline in the progression of
safety and scientific purposes.
strengthening of naval capabilities
Despite the fact that it is a primary
in improving navigation safety and
national sea lane, the hydrography
knowledgeability of the domain
of the Halmahera Sea has not been
being investigated.
well surveyed. The latest known
survey mission was between
1911 and 1928, thus making it a Acknowledgment
hazardous area for navigation.
For scientific purposes, the The authors acknowledge the
expedition is of a magnificent value contribution of all parties involved
considering that the Halmahera in the organization, preparation,
region is within the vicinity the only operation, and participation of Jala
case of a bidirectional subduction Citra-I 2021 “Aurora” Expedition.
of two oceanic basins in an active
arc-arc collision (Hall 1986).

12 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Reference

Asian Development Bank (2001). Marine Resource Evaluation and Plan-


ning Project in Indonesia. Project Completion Report.

Hall R (1987). Plate boundary evolution in the Halmahera region, Indo-


nesia. Tectonophysics 144 337-352.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 13


Readings

Buerger C (2015). What is maritime security? Marine Policy 53 159-164.

Cambier JPC (1873). Rapport over Tidoreesch-Halmahera. Taal-, Land- en


Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 19de Deel,3de/4de Afl., [3e
Volgreeks, 7e Deel] 240-266.

Cribb R, Ford M (2009). Indonesia beyond the water’s edge: Managing an


archipelagic state. ISEAS Publishing. Singapore.

Ekawati JD (2016). Indonesia’s global maritime axis askew. The Australian


Institute of International Affairs. Canberra.

Manggala PU (2015). Rethinking Indonesia’s global maritime axis. The Ja-


karta Post. Jakarta.

Shekhar V, Liow JC (2014). Indonesia as a maritime power: Jokowi’s vision,


strategies, and obstacles ahead. The Brookings Institution. Washing-
ton.

Tydeman GF (1900). The Dutch “Siboga” Expedition to the Malay Ar-


chipelago. The Geographical Journal 16(5). 549-552.

Weber M, de Beaufort LF (1050). Siboga-expeditie. EJ Brill. Leiden.

14 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Ekspedisi Jala Citra 2021 AURORA,
Mengawal Kedaulatan Wilayah
Maritim Indonesia Timur
Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono1, I Made Andi Arsana2,3,4,
M. Iqbal Taftazani2,5, Leni S Heliani2,3,4

Pendahuluan Pulau Halmahera di barat, Waigeo


dan Papua di timur, serta Laut
Seram di selatan (International
Indonesia merupakan negara
Hydrographic Organization, 1953).
kepulauan yang terdiri dari sekitar
Terletak di antara Kepulauan
17.504 pulau dengan panjang garis
Maluku dan Papua, menjadikan
pantai kurang lebih 81.000 km, dan
perairan tersebut memiliki
70% dari wilayahnya merupakan
keanekaragaman hayati dan
perairan laut (Kurniawan &
kekayaan alam yang tinggi.
Khotimah, 2016; Rudyanto,
Perairan laut Halmahera
2004). Perairan laut Indonesia
merupakan wilayah produksi
merupakan sumber daya yang
perikanan yang sangat potensial di
penting bagi perekonomian
antaranya ikan pelagis besar, ikan
nasional, salah satunya wilayah
pelagis kecil dan ikan demersal.
perairan Indonesia bagian Timur
Selain ikan, laut dan wilayah
yaitu wilayah Laut Halmahera -
Kepulauan sekitar Halmahera
Papua. Pusat laut ini terletak di
memiliki potensi pertambangan
1°LS dan 129 BT dan berbatasan
dan energi yang luar biasa.
dengan Samudra Pasifik di utara,

1. Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Republik Indonesia


2. Program Studi Doktor Ilmu Teknik Geomatika, Universitas Gadjah
Mada
3. Pusat Kajian Pemetaan dan Pengelolaan Batas (PATLAS), Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada
4. Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi Kelautan, Universitas
Gadjah Mada
5. Program Studi D-IV Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Sekolah
Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 15


Wilayah Kepulauan Maluku bervariasi dan wilayah perairan
merupakan penyumbang terbesar timur-selatan yang relatif landai
pertambangan nikel di Indonesia disebabkan oleh pulau-pulau
dengan cadangan nikel 39% dan yang terlihat ‘terhubung’ dengan
tembaga sebesar 92,48% dari total wilayah Papua Barat. Meski
nasional (Sosilowati dkk., 2017). demikian, pada isobath 400
Secara umum arus di perairan meter, Pulau Halmahera tidak
sekitar Maluku Utara dipengaruhi tersambung dengan wilayah
oleh pergerakan massa air dari Papua Barat. Secara ekologis
Samudra Pasifik. Di sebelah barat terdapat perbedaan flora dan
Pulau Halmahera dan utara Pulau fauna antara Kawasan ekologis
Bacan, arus bergerak ke arah Maluku Utara dengan Papua dan
utara karena efek “Coriolis”, yang Sulawesi, yang secara imajiner
dalam hal ini, arus dari Samudra masing-masing dipisahkan oleh
Pasifik akan menyusuri pantai garis Lydekker dan garis Weber
barat dengan intensitas lebih kuat (Purwanto & Mardiani, 2020).
dan bahkan membentuk pusaran Berdasarkan morfologi dasar
“Halmahera Eddy” di sebelah laut, Halmahera memperlihatkan
timur laut Pulau Halmahera. berbagai macam bentuk yang
Kecepatan arus tertinggi terjadi mencirikan sebuah zona transisi.
pada bulan Oktober dan terendah Sebagai contoh, kedalamnya
pada bulan April. Kondisi bervariasi dari 0 sampai sekitar
oseanografi di Perairan Halmahera 2000 m. Morfologi laut Halmahera
bersumber dari Pasifik Utara dan terbentuk sangat bervariasi dan
Pasifik Selatan. Hal tersebut dapat terisi oleh sedimen dalam yang
terlihat dari salinitasnya. Massa tipis. Daerah tinggian berbentuk
air yang berasal dari Pasifik Utara tonjolan-tonjolan seperti gosong,
mempunyai salinitas relatif rendah salah satunya gosong Aurora
dengan temperatur relatif tinggi. yang menjadi nama dari ekspedisi
Sedangkan massa air dari Pasifik Jala Citra 2021. Daerah yang
Selatan menunjukkan salinitas lebih dalam membentuk lembah
lebih tinggi dengan temperatur atau jurang yang dalam. Bentuk
lebih rendah (Pribadi dkk., 2021). yang bervariasi ini diakibatkan
Kondisi batimetri wilayah oleh tumbukan tiga lempeng
terbagi dua, yaitu sebelah utara antara Lempeng Australia
– barat Halmahera dengan dengan Lempeng Eurasia dan
kontur batimetri yang sangat Lempeng Pasifik yang masih terus

16 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


berlangsung, yang membentuk secara sungguh sehingga bisa
gunung api bawah laut gempa memberikan dampak nyata pada
bumi dan bencana ikutannya yaitu kesejahteraan rakyat.
tsunami.
Struktur geologis dan Posisi Geografis Laut
geomorfologis kawasan dasar
laut Halmahera yang dinamis
Halmahera
menghadirkan perubahan
topografis yang tinggi. Perubahan Laut Halmahera merupakan
yang tinggi ini memerlukan salah laut terluar Indonesia di
frekuensi survei dan pemetaan sebelah utara Provinsi Maluku
yang tinggi pula. Hal ini penting Utara dan Papua yang cukup
dilakukan untuk memastikan dekat posisinya dengan Negara
bahwa pemahaman terhadap Palau di sebelah utara dan juga
kawasan laut yang penting ini Negara Filipina di Barat Laut.
selalu mutakhir sehingga dapat Laut Halmahera merupakan
dilakukan perencanaan dan kawasan zona penangkapan ikan
pengambilan keputusan yang dan termasuk dalam Wilayah
tepat dan terarah. Oleh karena itu, Pengelolaan Perikanan (WPP)
ketersediaan data yang mutakhir Republik Indonesia 715 bersama
adalah kunci. dengan Teluk Tomini, Laut
Ekspedisi Jala Citra 2021 Maluku, Laut Seram, dan Teluk
yang diselenggarakan oleh TNI Berau. Ini merupakan salah satu
AL bekerja sama dengan berbagai dari sebelas WPP yang dikelola
instansi ini bertujuan untuk Indonesia di seluruh perairan, baik
melakukan survei terhadap data itu perairan kepulauan, perairan
kondisi potensi alam hayati dan pedalaman, laut teritorial maupun
fisik (oseanografi, batimetri, Zona Ekonomi Eksklusif yang
meteorologi) dan kebencanaan lebar maksimalnya mencapai jarak
terkini. Data dan informasi 200 mil laut dari garis pangkal
ini sangat diperlukan sebagai Indonesia.
dasar mengelola laut Halmahera Berdasarkan letak geografis
dengan segala potensi yang ada. Indonesia di Laut Halmahera,
Laut Halmahera adalah kawasan posisi relatifnya terhadap Palau dan
yang kaya akan ikan. Dalam Filipina serta ketentuan UNCLOS
pengelolaanya, perlu diperhatikan
prosesnya dan dipertimbangkan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 17


akan hak atas zona maritim, Filipina pada tahun 2014 namun
maka Indonesia merupakan belum menetapkan batas landas
tetangga bagi kedua negara ini kontinen dan saat ini sedang
di sekitar Laut Halmahera. Jarak dirundingkan. Dengan Palau,
antara Indonesia dan Palau serta terdapat potensi tumpang tindih
Indonesia dan Filipina yang tidak klaim ZEE dan landas kontinen
lebih dari dua kali 200 mil laut sehingga perlu adanya delimitasi
menyebabkan terjadinya tumpang batas maritim. Hingga saat tulisan
tindih ZEE dan landas kontinen ini dibuat, Indonesia dan Palau
yang memerlukan penetapan/ belum menuntaskan penetapan
delimitasi batas maritim. Selain itu, batas maritim, baik untuk
di dalam kawasan Laut Halmahera ZEE maupun landas kontinen.
terdapat pulau dan karang yang Singkatnya, belum ada perjanjian
dimiliki oleh Negara Palau, yaitu batas antara Indonesia dan Palau
Karang Tobi dan Karang Helen. pada wilayah Laut Halmahera ini.
Keduanya merupakan fitur Dari aspek posisinya yang
geografis penting bagi Palau dalam strategis, Laut Halmahera juga
menetapkan hak zona maritim, memiliki makna penting dalam
termasuk dalam penetapan batas konteks kedaulatan dan hak
maritim dengan Indonesia. berdaulat Indonesia. Pertama, Laut
Halmahera merupakan lokasi bagi
Halmahera dan beberapa pulau terluar yang sangat
penting maknanya bagi penetapan
Kedaulatan serta Hak titik dasar yang membentuk
Berdaulat Maritim garis pangkal kepulauan. Garis
Indonesia pangkal kepulauan ini sangat
penting artinya bagi pengukuran
batas terluar zona maritim sesuai
Mengingat lokasinya yang
dengan ketentuan Konvensi PBB
berada di kawasan terluar
tentang Hukum Laut atau United
Indonesia dan berbatasan dengan
Nations Convention on the Law
negara tetangga, makna Laut
of the Sea (UNCLOS). Kedua, di
Halmahera menjadi penting
sekitar Laut Halmahera, Indonesia
bagi kedaulatan dan hak
bertetangga dengan Filipina dan
berdaulat Indonesia. Dalam hal
Palau. Penetapan garis batas
batas maritim, Indonesia telah
antara Indonesia dan kedua negara
menetapkan batas ZEE dengan
tersebut akan dipengaruhi oleh

18 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


keberadaan titik dasar dan garis Pasal 5. Kedua, garis pangkal
pangkal Indonesia di kawasan lurus, disebutkan dalam UNCLOS
tersebut. Dengan demikian, data 1982 Pasal 7. Garis pangkal lurus
dan informasi terkait titik dasar dan ini memungkinkan suatu negara
garis pangkal di Laut Halmahera pantai menarik garis lurus yang
menjadi sangat penting. menghubungkan gugusan pulau
Indonesia sudah diakui secara (the fringe islands) di dekat pantai
hukum oleh dunia sebagai negara dan tidak mengikuti lekukan
kepulauan yang tertuang dalam bentuk pantainya. Terdapat
UNCLOS. Hal tersebut dimulai aturan-aturan yang detail
dari perjuangan Indonesia yang mengatur garis pangkal lurus ini.
dimulai dari Deklarasi Djuanda Ketiga, garis pangkal kepulauan.
tahun 1957. Djuanda Kartawidjaja Garis pangkal ini secara detail
adalah Perdana Menteri Indonesia dijelaskan di UNCLOS 1982
ke-10, yang mendeklarasikan pada Pasal 47. Garis pangkal ini
bahwa laut Indonesia dan termasuk memungkinkan menarik garis
laut di sekitarnya, di antara dan lurus yang menghubungkan
di dalam kepulauan Indonesia pulau-pulau terluar suatu negara
menjadi satu kesatuan wilayah kepulauan, dengan jarak antar
NKRI. Deklarasi ini selanjutnya titik pangkalnya sejauh 100 mil
menjadi perdebatan panjang dan laut, atau bisa mencapai 125 mil
akhirnya menjadi salah satu pasal laut dengan aturan tertentu terkait
yang diakui PBB dalam UNCLOS jarak total garis pangkal yang
1982. Negara kepulauan memiliki mengelilingi suatu pulau terluar
keistimewaan dalam penentuan (United Nations, 1982).
garis pangkalnya. Garis pangkal Karena pengakuan adanya
ini menjadi acuan dalam negara kepulauan, maka garis
menentukan wilayah kedaulatan pangkal yang digunakan oleh
dan hak berdaulat suatu negara Indonesia adalah garis pangkal
atas wilayah maritimnya. kepulauan. Garis pangkal ini
Terdapat sedikitnya tiga jenis menghubungkan titik-titik pangkal
garis pangkal di dalam UNCLOS pada pulau terluar Indonesia.
1982. Pertama, garis pangkal Adapun sebaran koordinat titik
normal, dimana garis pangkal pangkal yang menghubungkan
ini secara normal mengikuti garis pangkal kepulauan
bentuk pantainya. Garis pangkal Indonesia diatur dalam Peraturan
ini tersebut pada UNCLOS 1982 Pemerintah (PP) Republik

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 19


Indonesia Nomor 38 Tahun Indonesia. Hal ini yang kemudian
2002. Peraturan Pemerintah ini menjadi dasar bagi penyerahan
mengatur mengenai garis pangkal informasi (deposit) koordinat
yang digunakan oleh Indonesia geografis titik dasar Indonesia ke
sebagai acuan dalam penentuan PBB tahun 2009.
zona maritimnya. Dalam lampiran Sebagaimana disebutkan pada
PP disebutkan sejumlah titik bagian sebelumnya, ekspedisi Jala
pangkal, koordinat titik, nama titik, Citra 2021 AURORA mengambil
jarak ke titik pangkal berikutnya, lokasi di sebelah selatan Laut
skala peta, dan datum geodesi Halmahera, khususnya pada area
yang digunakan (Arsana, 2007; Gosong Aurora. Lokasi ini terletak
Pemerintah Republik Indonesia, di antara titik pangkal TD.063
2002). Pada tahun 2008, PP tentang di Pulau Yiew dan titik pangkal
titik dasar dan garis pangkal ini TD.065 di Pulau Moff (Pulau
disempurnakan dengan Peraturan Budd), seperti disajikan pada
Pemerintah Nomor 37 tahun 2008 gambar berikut.
yang melengkapi dan merevisi
titik dasar dan garis pangkal

Gambar 1. Lokasi Ekspedisi Jala Citra 2021 Aurora (dilingkari biru)

20 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Dari Gambar 1 bisa dilihat terkait jarak yang diukur dari
pentingnya peran titik-titik dasar garis pangkalnya. Laut teritorial
dan garis pangkal Indonesia diukur sejauh 12 mil laut dari
di sekitar Laut Halmahera, garis pangkalnya. Zona tambahan
khususnya di Gosong Aurora. diukur sejauh 24 mil laut dari
Misalnya, di situ ada titik dasar 065 garis pangkal, dan zona ekonomi
dan 066 yang berada pada kawasan eksklusif diukur sejauh 200 mil
terluar sehingga perannya sangat laut dari garis pangkal. Selain itu
penting dalam menetapkan terdapat landas kontinen yang
batas terluar zona maritim serta berupa dasar laut dan tanah di
dalam menetapkan batas maritim bawahnya sejauh 200 mil laut dari
dengan Palau. Luasnya ruang garis pangkal, atau dalam kondisi
laut yang bisa diklaim Indonesia khusus dapat mencapai hingga
dan posisi batas maritim antara 350 mil laut.
Indonesia dan Palau, secara teknis Dari masing-masing zona
dipengaruhi oleh posisi titik dasar maritim tersebut terdapat dua
dan garis pangkal Indonesia di macam hak kedaulatan atas
kawasan tersebut. Oleh karena itu, wilayah lautnya, yaitu kedaulatan
pelaksanaan survei yang terkait penuh (sovereignty) dan hak
erat dengan pendefinisian atau berdaulat (sovereign rights). Pada
pemeliharaan titik dasar yang laut teritorial berlaku kedaulatan
membentuk garis pangkal adalah penuh. Kedaulatan penuh pada
langkah vital. laut teritorial ini berarti suatu
Keberadaan titik-titik dasar negara berhak untuk menguasai,
yang menghubungkan garis mengatur, dan mengelola kawasan
pangkal suatu negara menjadi sejauh 12 mil laut dari garis
hal yang sangat vital karena akan pangkalnya yang meliputi laut,
menentukan kedaulatan maritim dasar laut, dan kawasan udara
suatu negara. Sebuah negara di atasnya. Negara lain tidak
pantai memiliki kedaulatan dan diizinkan melintas kecuali seizin
hak berdaulat atas wilayah lautnya dari negara yang menguasainya.
dalam beberapa zona maritim. Pada zona maritim selain laut
Zona maritim tersebut antara lain teritorial berlaku hak berdaulat,
laut teritorial, zona tambahan, zona dimana negara berhak untuk
ekonomi eksklusif, dan landas mengambil, dan mengelola
kontinen. Setiap zona maritim sumber daya di dalamnya. Kapal
memiliki ketentuan tertentu asing diizinkan berlayar di atasnya

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 21


dan tanpa melakukan aktivitas Penutup
lain selain berlayar.
Indonesia sebagai negara
● Tugas dan Fungsi TNI-AL
kepulauan memiliki kedaulatan
Terkait Batas Maritim
maritim yang sangat luas,
Berdasar pada UU no 34 tahun
meliputi kedaulatan penuh pada
2004 tentang Tentara nasional
laut teritorial sejauh 12 mil laut
Indonesia, telah ditetapkan
dari garis pangkal kepulauan,
tugas pokok TNI salah satunya
dan hak berdaulat pada zona
adalah mengamankan wilayah
tambahan, zona ekonomi eksklusif
perbatasan, berupa segala upaya,
dan landas kontinen sejauh 200
pekerjaan, dan kegiatan untuk
mil laut, serta ekstensi landas
menjamin tegaknya kedaulatan
kontinen hingga sejauh 350 mil
negara, keutuhan wilayah, dan
laut. Namun dalam beberapa
keselamatan bangsa di wilayah
segmen zona maritim baik di laut
perbatasan dengan negara lain
teritorial, ataupun di zona ekonomi
dari segala bentuk ancaman
eksklusif masih terdapat tumpang
dan pelanggaran. Pelaksanaan
tindih klaim dengan negara lain.
pengamanan untuk wilayah batas
Seperti pada lokasi Ekspedisi
maritim menjadi tugas pokok
Jala Citra 2021 Aurora, di Laut
dari TNI AL, seperti dijabarkan
Halmahera, masih beum terdapat
detail pada pasal 9, yaitu a).
kesepakatan batas pada zona
melaksanakan tugas TNI matra
ekonomi eksklusif dengan Palau.
laut di bidang pertahanan; b).
Meskipun perundingan sudah
menegakkan hukum dan menjaga
berjalan agak lama, sampai tulisan
keamanan di wilayah laut
ini dibuat, belum ada kesepakatan
yurisdiksi nasional sesuai dengan
Indonesia dengan kedua negara
ketentuan hukum nasional dan
tersebut. Sampai tulisan ini dibuat,
hukum internasional yang telah
Pemerintah Indonesia tetap
diratifikasi; c). melaksanakan
melakukan perundingan dengan
tugas diplomasi Angkatan laut
kedua negara dengan lokasi
dalam rangka mendukung
bergantian (bertukar negara).

22 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


kebijakan politik luar negeri yang Papua dengan salah satu titik
ditetapkan oleh pemerintah; d). pangkal terletak di Pulau Yiew
melaksanakan tugas TNI dalam terletak pada posisi perbatasan
pembangunan dan pengembangan yang sangat penting. Diperlukan
kekuatan matra laut; serta e). pengkinian data wilaayh
melaksanakan pemberdayaan perbatasan kelautan yang berupa
wilayah pertahanan laut; posisi titik pangkal, batimetri,
oseanografi, meteorologi dan
● Kesimpulan potensi sumberdaya alam, dalam
Ekspedisi Jala Citra I rangka memastikan kesejahteraan
AURORA memiliki peran penting rakyat dan kedaulatan wilayah
untuk mengungkap potensi Indonesia.
SDA Perairan Indonesia Timur
yang berperan sangat strategis ● Saran
sebagai wilayah perbatasan Telah dilakukan ekspedisi
Indonesia dengan berbagai negara Jala Citra I AURORA di wilayah
tetangga. Indonesia sebagai Indonesia Timur yang memikili
negara kepulauan memiliki hak potensi SDA yang sangat luar
untuk menetapkan batas maritim biasa besar dan nilai strategis
meliputi laut teritorial selebar 12 sebagai wilayah perbatasan
mil laut, zona tambahan selebar 24 dengan berbagai negara tetangga,
mil laut, Zona Ekonomi Eksklusif kedepan yang perlu dilakuan
(ZEE) selebar 200 mil laut dan adalah:
landas kontinen yang lebarnya bisa 1. Perluasan wilayah cakupan
lebih dari 200 mil laut. Penetapan ekspedisi untuk senantiasa
didasarkan pada titik pangkal meningkatkan pengetahuan
dan agris pangkal kepulauan. kita terkait potensi SDA dan
Penetapan berbagai batas maritime strategis wilayah Indonesia
negara pantai, menyebabkan Timur
tumpeng tindih zona maritime. 2. Memperluas kerjasama antar
Berdasar pada penetapan ruang berbagai pihak bidang kelau-
laut maksimal 200 mil, Indonesia tan, baik TNI-AL, KKP, LIPI,
berbatasan dengan 10 negara, Perguruan Tinggi, dan para
yaitu India, Thailand, Malaysia, pihak swasta dalam rangka
Singapura, Vietnam, Filipina, mengembangkan pengeta-
Palau, Papua Nugini, Australia huan, data dan informasi ke-
dan Timor Leste. Laut Halmaher- lautan, dan memperluas ke-

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 23


manfaatan dari pengetahuan, jaga, dan beberapa wilayah
data dan informasi kelautan batas maritim yang masih da-
untuk peningkatan kesejahter- lam proses kesepakatan dan
aan dan kedaulatan Republik diajukan perluasannya yang
Indonesia perlu dikawal pelaksanaan
3. Indonesia sebagai nega- dan hasilnya, sehingga dapat
ra kepulauan memiliki ba- digunakan sebesar-besarnya
tas maritim dengan berbagai untuk untuk peningkatan kes-
negara tetangga yang telah ejahteraan dan kedaulatan Re-
disepakati sehingga perlu di- publik Indonesia

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2020). Produksi dan Nilai Produksi Perikanan


Tangkap di Laut Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Penangkapan
di Provinsi Maluku Utara (Ton), 2018-2020. Diambil dari https://
malut.bps.go.id/indicator/56/192/1/produksi-dan-nilai-produk-
si-perikanan-tangkap-di-laut-menurut-kabupaten-kota-dan-je-
nis-penangkapan-di-provinsi-maluku-utara.html
International Hydrographic Organization. (1953). Limits of Oceans and
Seas (3 ed.).
Jolo, A. Y., & Gautama, R. S. (2018). PENGELOLAAN DAN PEMAN-
FAATAN SUMBER DAYA MINERAL BERWAWASAN LINGKUN-
GAN (Studi Kasus Kabupaten Halmahera Utara). Techno: Jurnal Pe-
nelitian, 7(01), 128. https://doi.org/10.33387/tk.v7i01.355

24 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Kurniawan, R., & Khotimah, M. K. (2016). Ocean Wave Characteristics
in Indonesian Waters for Sea Transportation Safety and Planning.
IPTEK The Journal for Technology and Science, 26(1). https://doi.
org/10.12962/j20882033.v26i1.767
Majelis Guru Besar ITB. (2010). Mengelola Risiko Bencana di Negara
Maritim Indonesia. Institut Teknologi Bandung.
Masinu, A. La, Yustesia, A., & Suwardi, S. (2018). Sistem Tektonik dan
Implikasinya terhadap Gempa Bumi di Pulau Halmahera. Jurnal
Pendidikan Geografi, 23(1), 20–29. https://doi.org/10.17977/um-
017v23i12018p020
Pribadi, O. D., Adrianto, D., Amaron, M. Q., Mulyadi, D. S., Abimanyu,
A., Dharma, C. S., & Susanta, F. F. (2021). Ekspedisi Jala Citra I - 2021
“AURORA.” Pusat Hidro - Oseanografi TNI Angkatan Laut.
Purwanto, & Mardiani, S. R. (Ed.). (2020). Status Sumberdaya Ikan dan
Perikanan Kakap dan Kerapu Di Perairan Laut Sekitar Pulau Halma-
hera Provinsi Maluku Utara Serta Alternatif Strategi Pengelolaann-
ya. Jakarta: USAID Sustainable Ecosystem Advanced (USAID SEA).
Rudyanto, A. (2004). Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumber-
daya Pesisir dan Laut, (September), 1–8.
Sosilowati, Nababan, M. ., Wahyudi, R., Mahendra, Z., Massudi, W., &
Utami, S. (2017). Sinkroniasai Program dan Pembiayaan Pembangu-
nan Jangka Pendek 2018-2020 Kepualauan Maluku dan Papua. Pu-
sat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR,
Badan Pengembangan Infrastrukutr Wilayah, Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Wilayah,. Diambil dari http://bpiw.
pu.go.id/uploads/publication/attachment/Buku_1MalukuPapua.
pdf
Suhanda, D. (2021). Pengaruh Musim Terhadap Distribusi Temperatur,
Salinitas Dan Densitas Di Laut Halmahera. Jurnal Riset Kelautan
Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar), 3(1), 1.
https://doi.org/10.30649/jrkt.v3i1.49

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 25


Tangke, U., Karuwal, J. C., Zainuddin, M., & Mallawa, A. (2015). Sebaran
Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Pengaruhnya Terhadap Hasil
Tangkapan Yellowfin Tuna (Thunnus Albacares) Di Perairan Laut
Halmahera Bagian Selatan. Jurnal Ipteks PSP, 2(3), 248–260.
United Nations. (1982). United Nations Convention on the Law of the Sea.
Arsana, I. M. A. (2007). Batas Maritim Antarnegara Sebuah Tinjauan
Teknis dan Yuridis. Gadjah Mada University Press.
Pemerintah Republik Indonesia. (2002). PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG
DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANG-
KAL KEPULAUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONE-
SIA.

26 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Fitur dan Morfologi Dasar Laut

Mustafa Hanafi
Puslitbang Geologi Kelautan, Kem ESDM

Abstrak ran kedalaman dengan metode


Multi Beam Echosounding, pen-

K
egiatan ekspedisi Jala Cit- gukuran geomagnet, pengukuran
ra I 2021 “Aurora” antara arus dengan metode Accoustic Dop-
lain Penelitian Hidrogra- pler Current Profiler (ADCP), pen-
fi, Penelitian Batimetri dan Fitur gukuran Conductivity Temperature
Bawah Laut, Penelitian Oseano- and Depth (CTD), pengukuran Sub
grafi serta Penelitian Meteorologi Bottom Profiling dan Video bawah
Maritim. Salah satu tujuan pene- laut atau Remotely Operated Vehicle
litian ini adalah untuk memper- (ROV). Hasil ekspedisi pada area
barui data batimetri yang sudah etape I untuk hidrografi dan fitur
ada dan melaksanakan pencarian bawah laut belum diemukan spot
fitur baru yang diduga sebagai kedangkalan yang membahaya-
gunung bawah laut dan mencari kan pelayaran dan fitur gunung
beberapa spot area yang memba- bawah laut, namun pada area tam-
hayakan navigasi dan pelayaran bahan pada jarak lk 10 mil laut di
serta fitur-fitur dasar laut lainnya sebelah utaranya ditemukan berb-
serta penamaannya yang akan agai fitur bawah laut adanya ting-
dieksplorasi selama ekspedisi, gian pada kedalaman 680m den-
yang saat terdapat pada Belanda gan radius lk 8km dan 780m serta
tahun 1929 PLI No.402 dan BAC dugaan gunung bawah laut pada
No. 3922 yang mencakup Wilay- kedalaman 393m dengan radius lk
ah Laut Halmahera dan Papua. 3 km.
Pada ekspedisi ini kegiatan yang
dilakukan antara lain penguku- Kata Kunci: Fitur bawah laut.”Au-
rora”

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 27


Latar Belakang Spica-934
Pada kegiatan ekspedisi ini
antara lain Penelitian Hidrografi,
Ekspedisi Jala Citra 1 - 2021
Penelitian Batimetri dan Fitur
“Aurora”, ini dalam rangka
Bawah Laut, Penelitian
memperingati hari Hidrografi
Oseanografi serta Penelitian
dunia ke 100 tahun, merupakan
Meteorologi Maritim. Salah satu
kegiatan yang bertujuan untuk
tujuan penelitian ini adalah untuk
mensosialisasikan peran
memperbarui data batimetri,
Pushidrosal sebagai Lembaga
memperbarui dan melaksanakan
hidrografi nasional yang tergabung
pemetaan fitur bawah laut yang
dalam organisasi hidrografi dunia.
akan dieksplorasi selama
Kegiatan ini dilaksanakan
ekspedisi, yang saat ini tampak
di perairan Halamahera Maluku
pada PLI No.402 (gambar 1.) yang
utara menggunakan KRI Spica-
mencakup Wilayah Laut
934 yang merupakan kolaborasi
Halmahera dan Papua, dan juga
antara peneliti dari Pushidrosal
melaksanakan penelitian kelautan
dan peneliti dari Kementerian/
lainnya seperti pemetaan pulau
Lembaga terkait, serta beberapa
Hiew yang merupakan terluar di
Perguruan Tinggi nasional,
Perairan Halmahera.
menggunakan peralatan survei
dan pemetaan yang ada di KRI

Gambar 1. Fitur Bawah Laut Sebagai Bahaya Navigasi dan Pelayaran,


(Sumber: PLI No.402 dan BAC No.3922)

28 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Indonesia terletak di cincin dan morfologi dasar laut serta
api Pasifik, dan berada pada bidang keilmuan lainnya dengan
pertemuan 3 (tiga) lempeng, landasan wawasan nusantara yang
yaitu lempeng Filipina, Lempeng dapat mendukung keselamatan
Australia dan Lempeng Pasifik. pelayaran, perlindungan
Perairan Halmahera berada pada lingkungan laut dan kepentingan
ujung pertemuan ketiga lempeng maritim lainnya dengan
tersebut di wilayah Indonesia. memperoleh target area fitur
Kondisi tersebut memiliki potensi dasar laut yang diduga sebagai
terbentuknya bentukan fitur bawah gunung bawah laut dan fitur lain
laut yang dapat membahayakan yg merupakan kedangkalan dan
aktifitas navigasi, yang dapat spot bahaya navigasi
mengganggu keamanan berlayar
jika tidak dipetakan dengan Metodologi
baik lokasi terbarunya, melalui
kegiatan Ekspedisi Jala Citra 1 -
2021 “Aurora”, diharapkan dapat a) Akuisisi data
dilaksanakan pembaruan data Kegiatan yang dilakukan
untuk memperbarui fitur bawah pada area ekspedisi antara lain
laut yang sudah ada sejak tahun pengukuran kedalaman dengan
1955. MBES EM-302 untuk mengetahui
kondisi morfologi dasar laut,
pengukuran geomagnet G-882
Tujuan Cesium untuk mengetahui
intensitas kondisi batuan di
daerah ekspedisi., pengukuran
Tujuan dari Ekspedisi Jala
arus dengan ADCP, pengukuran
Citra 1 - 2021 “Aurora” ini adalah
CTD dan pengukuran Sub Bottom
untuk memperbarui khazanah
Profiling ES 2000.
pengetahuan tentang kondisi
Pengukuran ROV belum dilak-
perairan Laut Halmahera dari
sanakan karena ada trable alatnya.
bidang Hidrografi, Oseanografi

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 29


Gambar 2. Lokasi Area Etape I dan tambahan

Pada gambar 2
memperlihatkan lokasi ekspedisi morfologi dasar laut yang dicapai,
etape I belum ditemukan kemudian dilakukan pengukuran
object gunung bawah laut Sub Bottom Profiling (SBP) untuk
dan spot kedangkalan seperti mengetahui kondisi lapisan
diinformasikan pada peta sedimen atau batuan, pengukuran
sebelumnya, sehingga berdasarkan Conductivity Temperatur Depth
data kontur kedalaman dari (CTD). Pada Gambar 3,
GEBCO, area ekspedisi dilakukan memperlihatkan Rekaman Sub
pada area tambahan yang baru Bottom Profiling pada area fitur
yang terletak disebelah utaranya. dasar laut dengan kedalaman 393m
Setelah diperoleh hasil pada puncak morfologi dan kaki
pengukuran pada lokasi yang lerengnya pada kedalaman >1000m
diindikasikan sebagai fitur atau

Gambar 3. Fitur dasar laut pada


b) Analisis data lokasi area tambahan etape 1.

30 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Analisis data hasil pengukuran Untuk aquisisi data Sub Bottom
kedalaman dengan Multibeam Profiling dilakukann oleh Peneliti
dilakukan oleh crew KRI Spica dari Industri Maritim Hidronav
934 untuk mendapatkan hasil peta untuk mendapatkan gambaran
morfologi daerah ekspedisi dan kondisi lapisan sedimen,
profil fitur yang diduga sebagai khususnya didaerah yang diduga
gunung bawah laut. Sedangkan sebagai gunung bawah laut
analisa hasil pengukuran dengan menggunakan software
magnet laut dilakukan dengan Sonawiz.
menggunakan software Matlab.

Gambar 4. Kontur looping dari data Multibeam dan data anomali


magnetik

Pada gambar 4 di atas, analisis data anomali magnetik


data batimetri dari multibeam pada area dugaan gunung bawah
echosounder mengindikasikan laut menunjukkan nilai anomali
adanya kontur looping pada aera magnetik yang menandakan
dugaan gunung bawah laut dengan adanya batuan dengan
nilai kedalaman terdangkal 393m kemagnetan tinggi
dan terdalam >1000
Hasil pengukuran dan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 31


Temuan Awal an yaitu bentukan gunung bawah
laut pada kedalaman 393m da kali
lerenganya > 1000m, fitur ini mer-
Dari analisa data Multbeam Echo-
upakan dugaan gunung bawah
sounder, magnet dan Sub Bottom
laut yan memperlihatkan adanya
Profiling diperoleh morfologi atau
bentukan menyerupai gunung.
fitur dasar laut pada area tambah-

Gambar 5. Profil fitur dasar laut pada kedalaman 393 meter

Dari data Seismik dapat


dianalisis bahwa fitur di daerah endapan material dan puncak
tersebut diduga sebagai fitur atau ketinggian yang meruncing pada
morfologi dasar laut tipe gunung arah ke barat laut, sedangkan pada
bawah laut dengan ketinggian > arah tenggara diduga adanya
600 m dan radius kaki lerengnya 3 aliran sedimen turun kebawah.
km
Potongan melintang fitur dasar
laut pada gambar 5 adalah dugaan Evaluasi Temuan
gunung bawah laut dengan adanya
dugaan aliran material papadan Evaluasi ini dimaksudkan
sisi kiri mengarah ke barat laut untuk lebih meyakinkan hasil
dan pada sisi kanan agak curam temuan awal fitur dasar laut
keaeah tenggara. Pada arah barat dugaan gunung bawah laut pada
lau diduga adanya sedimen lunak area ekspedisi Jala Citra I 2021
dan keras serta dugaan adanya “Aurora” yang sudah dilakukan

32 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


pada Etape I, dalam hal ini Rekomendasi
pada tanggal 1 September 2021
Pushidrosal mengundang Badang
Untuk lebih meyakinkan
Geologi kementerian ESDM
pada temuan gunung bawah laut,
termasuk didalamnya Pusat
rekomendasi untuk dilakukan
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
pada etape 2 adalah sebagai
Geologi (PVMBG).
berikut:
Pada Rekomendasi
- Pengukuran CTD pada dataran
hasil kegiatan Etape I, agar
bentukan gunung bawah laut,
etape berikutnya melakukan
dan pada kaki lerenganya se-
pengukuran CTD dan ROV pada
hingga dapat diperloeh per-
lokasi fitur dugaan gunung bawah
bandingan temperaurnya.
laut untuk mendapatkan gambaran
- Pengukuran ROV pada sekitar
dataran sulfur. buble dan aliran
bentukan gunung bawah laut
lava, diperoleh informasi bahwa
untuk mengetahui adanya ak-
pada kedalaman lebih kurang 331
tivitas gunung seperti adanya
meter kondisi air diatas lokasi
aliaran material, datatan sulfur
fitur masih terang dan setelah
yg diperlihatkan adaya gelem-
ROV diturunkan lagi pada posisi
bung atau keluarnya gas.
yang lebih dalam lagi, kondisinya
Kedua pengukuran ini
sekitar 60 meter lagi kearah dasar
sudah dilaksanakan, sehingga
laut, kondisinya adalah gelap dan
rekomendasi yang belum
arusnya kencang, informasi dari
dilakukan yaitu Pengambilan
kegiatan tim Etape 2 bahwa hal ini
contoh sedimen dengan Gravity Core
karena ada arus arlindo yang terjadi
(GC) pada dataran fitur gunung
dilokasi tersebut. Selain itu hasil
bawah laut untuk mengetahui jenis
pengukuran temperatur dengan
dan kandungan sedimen/batuan
CTD juga tidak menunjukkan
serta analisa umurnya (dating)
perubahan yang terlalu siginifikan
untuk memperkirakan umur
dengan di atasnya
batuan dan korelasinya terhadap
kondisi struktur geologinya.
Informasi dari kegiatan tim Etape
2 kemungkinan agak sulit untuk
melakukan pengambilan sample
sedimen walaupun dengan Grab
Sampler

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 33


Daftar Pustaka

1. Pushidrosal TNI-AL, TOR Peringatan hari Hidrografi Dunia, 2021,


Ekspedisi Jala Citra I - 2021 “Aurora”
2. Puslitbang Geologi Kelautan kem ESDM, 2015, Laporan Pemeta-
an Geologi dan Geofisika bersistem Lembar Peta 2715 dan 2716
Peraiaran Waigeo dan Papua Barat.
3. Triarso E, Permana H, Arief Troa, R & Prihantono J, 2013, Analisis
Morfostruktur dan Tomografi untuk Identifikasi Keterdapatan Akti-
vitas Hidrotermal bawah laut di kawasan Perairan Halmahera.

34 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Penelitian Gunung
Bawah Laut dengan
Batimetri, Anomali
Gabriella Alodia Gaya Berat & Anomali
Institut Teknologi Bandung Magnetik

Abstrak

P
enelitian gunung bawah laut menggunakan metode-metode
geofisika seperti anomali gaya berat dan anomali magnetik se-
bagai penunjang survei menggunakan Multi-beam Echosounder
(MBES) masih belum lazim dilakukan di Perairan Indonesia. Melalui
Ekspedisi Jala Citra-I 2021 “Aurora” Etape 1 (15-21 Agustus 2021), telah
ditemukan setidaknya satu fitur yang diduga kuat merupakan gunung
bawah laut berdasarkan data-data survei menggunakan MBES dan
magnetometer. Analisis geomorfometri dari data multibeam bathymetry
menunjukkan adanya fitur dengan rerata kelerengan sebesar 45° den-
gan nilai kelerengan tertinggi melebihi nilai 60°.

Di samping itu, hasil pengolahan anomali magnetik menunjukkan in-


dikasi adanya batuan vulkanik pada area fitur yang diduga sebagai
gunung bawah laut tersebut. Selain dari pengolahan data berdasarkan
hasil survei lapangan, desktop study untuk mendukung proses indika-
si fitur gunung bawah laut turut dilakukan menggunakan data anom-
ali gaya berat dan batimetri global di sepanjang ekspedisi. Hasil dari
desktop study ini dituangkan dalam bentuk lajur lintas-laut. Pada lajur
tersebut ditemukan tiga fitur bawah laut yang diindikasikan sebagai
tinggian/gunung bawah laut. Laporan ini akan membahas proses iden-
tifikasi gunung bawah laut hasil survei serta proses indikasi keberadaan
gunung bawah laut menggunakan data global yang telah dilaksanakan.

Kata Kunci:
Gunung bawah laut, multibeam bathymetry, geomorfometri, anomali magne-
tik, anomali gaya berat

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 35


Latar Belakang

Gunung bawah laut merupakan fitur yang menarik untuk diteliti, uta-
manya untuk kebutuhan keselamatan pelayaran serta observasi pem-
bentukan morfologi dasar laut. gunung yang masih terekspos di dasar
laut pada umumnya dapat terlihat dari citra multibeam echosounder
(MBES). Lebih lanjut, berbagai analisis marine geomorphometry meng-
gunakan fitur-fitur geographic information system (GIS) dapat dilaku-
kan untuk mempertajam analisis morfologi pada fitur tersebut (e.g., Le-
cours et al., 2016).
Bagaimanapun, MBES memiliki keterbatasan dalam pendefinisian
sifat-sifat fisik batuan bawah laut, utamanya yang terkait dengan jenis
batuan hingga aktivitas di bawah kerak samudera pada area yang ber-
sangkutan. Selain itu, jika bagian-bagian dari sebuah gunung bawah
laut telah tertutup oleh sedimen, nilai kedalaman yang didapatkan dari
survei batimetri belum tentu benar-benar dapat mendeteksi keberadaan
gunung api bawah laut tersebut secara lengkap.
Sifat-sifat fisik batuan serta variasinya dapat diamati melalui si-
fat-sifat magnetik serta variasi sebaran massa jenis yang dapat diamati
menggunakan data anomali gaya berat. Salah satu penelitian geofisika
gunung bawah laut secara komprehensif dilakukan oleh Tontini et al.
(2010) di Marsili seamount, yang berlokasi di southern Tyrrhenian Sea
(Italia).
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode survei multi-
beam bathymetry, gaya berat, dan magnetik secara simultan menggu-
nakan kapal R/V Universitasis dengan area survei yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Dapat dilihat bahwa lajur survei dibuat sangat rapat (<
1 km) untuk mendapatkan bukti fisik dari gunung bawah laut tersebut
secara mendetil.
Hasil pengamatan anomali magnetik dapat dilihat pada Gambar
2a. Pengamatan anomali magnetik ini menunjukkan adanya anomali
magnetik yang tinggi di sekitar area yang diindikasi sebagai gunung
bawah laut dengan sebuah cekungan di pertengahan, yang dianalisis
sebagai pertanda adanya magma chamber atau aktivitas magmatik.
Pengamatan ini dilengkapi oleh hasil analisis anomali Bougu-

36 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 1. Keadaan geologi di Marsili Basin beserta
lajur survei multibeam bathymetry, gaya berat, serta
magnetik yang dilakukan secara simultan. Dikutip
dari Tontini et al. (2010).
er (Gambar 2b) yang menunjukkan adanya defisit massa jenis di area
yang sama. Defisit massa jenis tersebut juga dianalisis sebagai pertanda
adanya magma aktif, dengan dasar bahwa magma aktif memiliki massa
jenis lebih rendah dibanding batuan sekitarnya.
Data multibeam bathymetry ditunjukkan pada Gambar 2c sebagai
pembanding. Berdasarkan studi pustaka, studi dan analisis geofisika
gunung bawah laut menggunakan metode anomali gaya berat dan
anomali magnetik ini belum pernah dilaksanakan di Perairan Indone-
sia.
Untuk itu, penemuan gunung laut dengan metode ini akan menja-
di sebuah kebaruan yang sangat berharga dan akan memajukan pene-
litian gunung bawah laut, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Hasil penelitian pendahuluan ini akan menjadi bekal yang


sangat berharga untuk kemudian dikembangkan menjadi tulisan
ilmiah yang diakui secara internasional.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 37


Gambar 2
Contoh hasil pengamatan gunung vulkanik bawah laut, dikutip dari
Tontini et al. (2010).

(a) Sinyal anomali magnetik. Batuan vulkanik memiliki anomali mag-


netik yang lebih tinggi dibanding batuan sedimen, sehingga akti-
vitas vulkanik bawah laut umumnya ditandai oleh sinyal anoma-
li magnetik yang relatif lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya.
Pada pusat area, terdapat anomali magnetik rendah yang menanda-
kan adanya magma chamber.
(b) Sinyal anomali gaya berat: Bouguer anomaly. Gunung bawah laut
yang masih aktif umumnya memiliki sinyal anomali Bouguer yang
lebih rendah dibanding sekitarnya, yang menandakan adanya akti-
vitas magmatik di bawah kerak bumi.
(c) Citra MBES gunung bawah laut yang masih terekspos ke permu-
kaan dasar laut.

38 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

• Mendeskripsikan sifat-sifat fisik fitur bawah laut, utamanya gunung


bawah laut (seamount), berdasarkan citra multibeam bathymetry serta
anomali magnetiknya.
• Menjelaskan fenomena tektonik dan magmatik yang terjadi di area
penelitian berdasarkan data lapangan serta studi pustaka.
• Mendukung proses indikasi fitur bawah laut, utamanya gunung
bawah laut, berdasarkan keberadaan data-data sekunder seperti ci-
tra seismic serta data anomali gaya berat dan data batimetri global.

Metodologi

a) Akuisisi data

Akuisisi data multibeam bathymetry dilakukan secara kontinu meng-


gunakan MBES EM302 dimulai saat lintas-laut dari Sorong, area sur-
vei Etape 1, hingga kembali ke Waisai (15-21 Agustus 2021). Pada saat
lintas laut dari area survei ke Waisai, kapal survei melintasi lajur yang
telah direncanakan melalui desktop study. Lajur ini dirancang berdasar-
kan adanya indikasi tinggian/gunung bawah laut di sepanjang lintasan
tersebut. Penjelasan mengenai perancangan lintasan ini akan dipapar-
kan pada Bagian 3c. Akusisi data multibeam bathymetry sepenuhnya
dilakukan oleh Departemen Survei dan Pemetaan KRI Spica 934.
Akuisisi data magnetik dilakukan menggunakan G-882 Marine
Magnetometer secara simultan dengan akusisi data multibeam bathym-
etry pada tanggal 19-20 Agustus 2021. Survei dilaksanakan hanya pada
pagi hingga sore hari (daylight operation), untuk menghindari resiko ke-
hilangan alat.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 39


b) Analisis data

Data pointcloud (*.xyz) dari akuisisi multibeam bathymetry pada area


yang diidentifikasi sebagai gunung bawah laut diinterpolasi menggu-
nakan kombinasi dari fungsi-fungsi blockmean, surface, nearneighbor, grd-
clip, dan grdmath pada perangkat lunak GMT 5.4.5 (Generic Mapping
Tools: https://www.generic-mapping-tools.org/). Resolusi data hasil
interpolasi ini adalah 10 m dan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Model 3-dimensi fitur yang diidentifikasi sebagai gunung


bawah laut. Rerata kelerengan di sekitar fitur adalah 45°.

Data hasil interpolasi tersebut kemudian dianalisis menggunakan


metode geomorfometri menggunakan fitur-fitur standar pada QGIS
2.18.24 (https://www.qgis.org/en/site/) seperti curvature, slope, dan
aspect untuk memperjelas garis-garis batas fitur (feature edges) serta
menghitung nilai dan arah kelerengannya. Perbandingan data batime-
tri dengan hasil analisis geomorfometri yang disebutkan dapat dilihat

40 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


pada Gambar 4.

Gambar 4
Data multibeam bathymetry beserta analisis geomorfometrinya. (a) Data
kedalaman fitur dari citra multibeam bathymetry. (b) Kelerengan fitur, atau
slope. Dapat dilihat bahwa terdapat cukup banyak area dengan kemirin-
gan tinggi (>60°). Rerata kelerengan pada sisi terluar fitur adalah 45°. (c)
Kelengkungan fitur, atau curvature.
Melalui fungsi ini, tekstur fitur secara garis besar dapat terlihat.
(d) Azimuth, yang didapatkan melalui fungsi aspect. Dapat dilihat
bahwa fitur kelerengan di sekitar fitur tersebut bersifat omnidirectional.
Jika dibandingkan dengan kelerengan pada Gambar 4b, dapat dilihat
bahwa terjadi perubahan azimuth yang signifikan pada area-area yang
memiliki nilai kelerengan tinggi.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 41


Gambar 5 Pola hasil pengolahan survei anomali magnetik secara ke-
seluruhan. Kotak biru menunjukkan area investigasi fitur gunung
bawah laut yang akan dijelaskan lebih lanjut pada Gambar 6.

Data magnetik yang didapatkan dari magnetometer ditrans-


formasikan menjadi data anomali magnetik relatif terhadap model
IGRF2020 menggunakan Matlab script package yang disusun oleh Maurice
Tivey (http://deeptow.whoi.edu/download.html). IGRF merupakan
kependekan dari International Geomagnetic Reference Field, yang
merupakan sebuah model matematis dari kemagnetan Bumi beserta
pergeseran tahunannya.
Data anomali magnetik hasil pengolahan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5 dan Gambar 6. Khususnya pada Gambar 6, dapat di-
lihat bahwa area yang terindikasi sebagai gunung bawah laut juga
ditandai dengan pola anomali magnetik yang sesuai dengan pola
standar anomali magnetik dari sebuah sumber yang memiliki daya
magnetisasi tinggi di area sekitar ekuator (Gambar 7).

42 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Pola magnetik tersebut menandakan dugaan kuat adanya batuan
vulkanik di area survei tersebut, sehingga dugaan bahwa fitur tersebut
merupakan gunung bawah laut menjadi semakin kuat.

Gambar 6 Perbandingan hasil pengolahan anomali magnetik dan bati-


metri pada fitur yang diidentifikasi sebagai gunung bawah laut.
(a) Profil melintang batimetri dan anomali magnetik fitur dengan arah
barat laut-tenggara. Dapat dilihat bahwa pusat fitur bertampalan
dengan titik anomali magnetik terendah.
(b) Batimetri fitur bawah laut.
(c) Anomali magnetik fitur bawah laut.
(d) Anomali magnetik fitur bawah laut yang ditampalkan dengan kon-
tur batimetri pada Gambar 6b. Dapat dilihat bahwa kedua hasil ola-

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 43


han saling bertampal.

Gambar 7 Perbedaan pola magnetisasi di area kutub dan ekuator


magnetik. Ciri khas pola dipole batuan/material yang memiliki daya
magnetisasi tingi di sekitar ekuator ditandai dengan adanya anomali
magnetik rendah yang diapit oleh dua anomali magnetik tinggi. Pola
ini sangat mirip dengan yang ditemukan pada fitur yang diindikasi
sebagai gunung bawah laut (Gambar 6).

c) Desktop study

Selain melaksanakan survei multibeam bathymetry dan anomali magne-


tik di area investigasi, dilakukan pula desktop study bersama dengan Tim
Peneliti Etape 1 untuk mendukung indikasi adanya gunung bawah laut
di sekitar area survei. Indikasi keberadaan gunung bawah laut pertama
kali didapatkan dari data sekunder P3GL. Berdasarkan data sekunder
tersebut, dilakukan analisis menggunakan data anomali gaya berat free-
air global (Sandwell et al., 2014) serta data batimetri multi-resolusi glob-
al (Ryan et al., 2009) di sekitar area yang berpotensi memiliki gunung

44 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


bawah laut. Koreksi batimetri terhadap data free-air dilakukan meng-
gunakan fungsi gravfft pada perangkat lunak GMT 5.4.5 untuk meng-
hasilkan data anomali Bouguer (Gambar 8).

Gambar 8 Ilustrasi pengolahan hasil survei/anomali free-air menjadi


anomali Bouguer. Anomali free-air pada kerak samudera umumnya
menggambarkan morfologi/batimetri akibat ekstremnya perbedaan
massa jenis air dan massa jenis batuan di kerak samudera. Korek-
si menggunakan data batimetri dilakukan untuk menghilangkan efek
perbedaan densitas tersebut sehingga anomali gaya berat yang terlihat
(anomali Bouguer) sudah menggambarkan anomali yang dideteksi dari
dasar laut.
Pada kerak samudera, anomali Bouguer rendah menandakan
adanya defisit massa jenis, yaitu menandakan adanya batuan/material
yang massa jenisnya lebih rendah dibanding area di sekitarnya. Ilustra-
si dimodifikasi dari Alodia (2021).
Data anomali Bouguer yang rendah pada kerak samudera utaman-
ya menandakan adanya defisit massa jenis, di mana defisit tersebut
dapat menandakan potensi adanya magma yang memiliki massa je-
nis lebih rendah relatif terhadap batuan di sekitarnya. Analisis ini juga
dilakukan pada area-area lain yang sudah terindikasi sebagai gunung
bawah laut, di antaranya di gunung bawah laut Emperor of China serta

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 45


gugusan gunung bawah laut Ibu Komba dan Abang Komba. Hasil per-
bandingan data-data yang diolah dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Perbandingan data batimetri global (Ryan et al., 2009), anom-


ali gaya berat free-air global (Sandwell et al., 2014), dan anomali gaya
berat Bouguer pada area yang diindikasi sebagai gunung bawah laut
di Perairan Halmahera (atas), gunung bawah laut Emperor of China,
dan gugusan gunung bawah laut Ibu Komba dan Abang Komba. Hasil
perhitungan anomali Bouguer pada ketiga fitur bawah laut tersebut sa-
ma-sama menandakan adanya defisit massa jenis.
Berdasarkan desktop study tersebut, sebuah lajur lintas-laut dibuat guna

46 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


melintasi area yang diduga merupakan gunung bawah laut menggunakan
multibeam echosounder secara kontinu. Hasil lintas- laut menunjukkan adan-
ya tiga fitur bawah laut lain di sepanjang lajur lintas-laut yang dapat diind-
ikasi sebagai tinggian/gunung bawah laut (Gambar 10).

Gambar 10 Tiga obyek tinggian/gunung bawah laut yang ditemukan


pada saat lintas-laut berdasarkan lajur yang ditentukan dari desktop
study. Sumber: Presentasi Paparan Inspeksi Opssurta Hidros di Perairan
Halmahera dan Ekspedisi Jala Citra-I 2021 “Aurora” oleh Komandan
KRI Spica 934.

Temuan Awal

Berdasarkan data multibeam bathymetry dan anomali magnetik, fitur


bawah laut yang ditemukan dapat diidentifikasi sebagai fitur gunung
bawah laut, dengan pertimbangan:

• Multibeam bathymetry mengindikasikan adanya fitur dengan keleren-


gan tinggi, relatif terhadap situasi sekitarnya.
• Pola anomali magnetik mencirikan adanya indikasi batuan dengan
daya magnetisasi tinggi (batuan vulkanik) dengan ciri khas model di-
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 47
pole di wilayah ekuator. Ditemukan pula adanya indikasi tiga fitur
tinggian/gunung bawah laut di sepanjang lajur lintas- laut dari loka-
si survei Etape 1 ke Waisai.

Rekomendasi

Berdasarkan temuan awal, diperlukan adanya pengamatan lanjut pada


fitur bawah laut yang ditemukan dengan metode:

• Pengamatan CTD dan ROV pada pusat fitur untuk observasi aktivi-
tas hidrotermal.
• Analisis hambur-balik (backscatter) dari raw data multibeam bathyme-
try untuk mengidentifikasi keberadaan batuan keras (hard rock) pada
fitur tersebut.

Selain itu, diperlukan adanya survei multibeam bathymetry, anomali


magnetik, serta pengamatan CTD di tiga area indikasi tinggian/gunung
bawah laut yang ditemukan pada saat lintas-laut Etape 1. Seluruh re-
komendasi tersebut telah diinformasikan kepada Tim Peneliti Etape 2.

Daftar Pustaka

Alodia, G., 2021. Gravity and magnetic signatures of different types of


spreading in the Atlantic: Characterisation of ocean-continent tran-
sition, University of Leeds, Leeds.
Lecours, V., Dolan, M.F.J., Micallef, A. and Lucieer, V.L., 2016. A review
of marine geomorphometry, the quantitative study of the seafloor.
Hydrology and Earth System Sciences, 20(8): 3207-3244.
Ryan, W.B.F., Carbotte, S.M., Coplan, J.O., O’Hara, S., Melkonian, A.,
Arko, R., Weissel, R.A., Ferrini, V., Goodwillie, A. and Nitsche, F.,
2009. Global multi-resolution topography synthesis. Geochemistry,
Geophysics, Geosystems, 10(3).
Sandwell, D.T., Müller, R.D., Smith, W.H.F., Garcia, E. and Francis, R.,
2014. New global marine gravity model from CryoSat-2 and Jason-1
reveals buried tectonic structure. Science, 346(6205): 65-67.
Tontini, C.F., Cocchi, L., Muccini, F., Carmisciano, C., Marani, M., Bon-
atti, E., Ligi, M. and Boschi, E., 2010. Potential-field modeling of col-
lapse-prone submarine volcanoes in the southern Tyrrhenian Sea
(Italy). Geophysical Research Letters, 37(3).

48 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Jala Citra I-2021 “Aurora” Expedition:
Revealing Multiple-Decades’ Mysteries
of the Eastern Indonesian Waters
Agung Prasetiawan, Vice Admiral, Indonesian Hydro-oceanographic Centre
Gabriella Alodia, Lecturer, Bandung Institute of Technology
Poerbandono, Associate Professor, Bandung Institute of Technology

Summary amongst a silty seabed. The find-


ing has been monumental for ad-

J
ala Citra I-2021 “Aurora” expe- vancing our knowledge of the In-
dition is a pioneering scientific donesian waters and the initative
survey to reveal a multiple-de- have sprouted a collaborative net-
cades’ mystery in the Eastern In- work among Indonesian marine
donesian Waters, covering east of scientists and stakeholders from
Halmahera and the Manipa Strait, multiple sectors.
west of Ambon Island. The expedi-
tion consists of various underwa- Background
ter surveys, including shipboard
multibeam bathymetry, magnetic The 3rd of August, 2021
anomaly, seabed sampling, and has been a historical day for
water column studies. Based on Indonesia’s ocean exploration.
several Notice to Mariners in the Although cargos and other
1950s, the expedition is initiated maritime operations are densifying
to uncover a reported underwater Indonesia’s sea lane on daily basis,
feature suspected as a submarine the launch of a dedicated operation
volcano, or a seamount. The ex- of a hydro-oceanic survey vessel
pedition have succeeded to iden- might be the first after more than
tify a conic seabed morphology two decades, since the completion
with physical evidences depict- of the Marine Resource Evaluation
ing the presence of volcanic rocks and Planning (MREP) project

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 49


in 1998. The launch operation Innovation Body (BRIN), Agency
itself is initiated, facilitated, and for Technology Application
funded entirely by the Indonesian (BPPT), Agency for Climate and
hydrographic authority, i.e., Pusat Meteorology (BMKG), Ministry
Hidro-oseanografi Angkatan of Energy and Mineral Resources
Laut (Pushidrosal). In addition to (ESDM), as well as universities,
the naval hydro-oceanographic being the Bandung Institute of
office’s scientists and crews, aboard Technology (ITB), Gadjah Mada
the operation are invited scientists University (UGM), Bogor Institute
and academics representing of Agriculture (IPB), Khairun
respectively governmental Ternate University (UKT), and
agencies, in this instance Papua University (UNIPA). The
the Indonesian Science and whole expedition lasts for about

Figure 1 The 12 navigational features soon to be updated from


the results of the Jalacitra-I 2021 “Aurora” Expedition. Amongst the 12
features are shoals (5, 10, 11), suspected underwater hazard area (1),
suspected seamount (2), shallow waters (3, 4, 7, 8, 9), conservation area
(12), the Yiew Island (6). The area has not been surveyed since 1928.

50 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


2 months with invited scientists was reported in 1949, stating
divided amongst four legs. The heavy seas for navigation. Another
whole hydro-oceanic survey is Notice to Mariners was reported
operated by the KRI Spica 934 in 1955, stating the presence of an
commander and crew. underwater hazard in the form of
boiling waters between the Yiew
Island and Aurora shoals. Based
The “Aurora” Expedition
on the compiled information

Figure 2 Launch ceremony of KRI Spica 934 for the Jala Citra I-2021
“Aurora” expedition.

in the area, there are at least 12


The expedition is named navigational features that needs
after a coral shoal situated in to be updated by the expedition
the Halmahera Sea, east of West (Figure 1). Further away from
Papua. Aurora Shoal is the closest the Halmahera Sea, an update of
identifiable feature on chart to a seabed features in the vicinity of
suspected underwater volcanic the Manipa Strait, west of Ambon,
activity. The first Notice to Mariners is also included in the expedition

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 51


to obtain information on the suspected volcanic activity, as
presence of another suspected well as identifying the presence of
underwater volcanic activity. This internal solitary waves that might
expedition is a continuation of the disrupt underwater navigation.
much earlier “Siboga” expedition The second leg is dedicated for
by the Dutch to the Malay obtaining oceanographic and
Achipelago (1899-1900), reported meteorological data, including
later in the 1950s, and recently temporal and spatial casts of water
featured in Hydro International properties observation. The third
2021. The expedition have been the leg is dedicated for a full-coverage
first scientific mission to explore bathymetric survey in the study
around the eastern region of the area. Finally, the fourth leg is carried
Indonesian waters, including east out away from the Halmahera
of Halmahera, where the Jala Citra Sea to obtain information from
I-2021 “Aurora” expedition is another suspected volcanic
addressed. activity in the Manipa Strait. The
whole expedition lasts for about 2
On a very clear day in Pondok months, with around 2 weeks of
Dayung naval base port, the expedition on each leg. The invited
Indonesian Chief of Navy officially scientists are divided amongst
launches KRI Spica 934 – the these legs, depending on their
second Indonesian navy hydro- scientific interest and expertise.
oceanographic auxiliary ship – The dedicated survey vessel,
for the Jala Citra I-2021 “Aurora” KRI Spica 934, was built in Nantes,
expedition (Figure 2). The launch France, and was launched in 2014.
involves the invited scientists, the It is equiped with state-of-the art
vessel crews, and witnessed by hydrographic, oceanographic, and
high ranked navy officers, as well geophysical survey equipments,
as representative leaders from including single beam and
invited agencies and universities. multibeam echosounder, side
The expedition is divided into scan sonar, sub-bottom profiler,
four legs. The first leg is dedicated magnetometer, ADCP, CTD,
for updating the nautical chart rosette water sampler, grab
of the target area, locating the sampler, and supported by a
reported underwater feature with

52 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


robust dynamic positioning in 2019, as well as multiple hydro-
system. The vessel is able to carry oceanographic surveys to update
out bathymetric surveys in waters Indonesia’s nautical map. The Jala
down to 7,000 m and marine citra I-2021 “Aurora” expedition
magnetic surveys down to 2,900 is their first ever experience to
m. The surveying and mapping carry out a dedicated scientific
department consists of highly survey with at least five scientists
trained personnel, specifically from different background and
in producing full-coverage expertise being onboard in each
bathymetric surface as well as leg. The expedition revealed many

operating various surveying of the ‘unseen’ features, both in the


equipments. The vessel crew Halmahera Sea and the Manipa
have experienced hydro-oceanic Strait, including the presence of
surveys for various purposes, a suspected seamount, internal
including the post-earthquake and solitary waves, as well temporal
tsunami survey in the Palu Bay in seawater characteristics data over
2018, the search for the cockpit voice the suspected seamount.
recorder (CVR) of the Lion Air crash

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 53


Notable findings 30 m. Seawater mixing is also
prominent, specifically above the
The first, second, and third seamount. It is also interesting
legs of the expedition is dedicated to observe the daily migration
for a full seabed survey in the of planktons in the study area,
Halmahera Sea. The main goal where an upward migration occur
of the survey is to validate the within the night time, increasing
reported underwater hazard in the the probability of capturing fishes
form of boiling waters between during this time of day. Meanwhile,
the Yiew Island and Aurora Shoal. in the Manipa strait, the final leg
Within the three legs, a conic of expedition has obtained a full-
underwater feature is identified in coverage multibeam bathymetry
proximity to the area reported in as well as magnetic anomaly lines
the 1955 Notice to Mariners. The of a suspected ancient caldera.
conic underwater feature is later Further study on these findings
identified as a seamount when the are currently undergoing and will
group of scientists found that the be published in notable scientific
acoustic backscatter and magnetic journals.
signature of the feature indicates
the presence of volcanic rocks. The Closing remarks
suspected seamount is around 3.6
km in diameter and 600 m in height The preliminary results of the
(Figure 3). The shallowest area of whole expedition is published in
the suspected seamount is around the 100th World Hydrography Day
393 m below the sea surface. Close International Seminar, hosted by
to the seamount is a high with Pushidrosal. The seminar invites
two peaks, one being around 685 scientists, experts, international
m below the sea surface and one hydro-oceanographic officers,
being around 580 m below the sea as well as the Secretary-General
surface. However, according to of IHO and the Director of the
the magnetic data, this high is not GEBCO Seabed 2030 Project. The
identified as a seamount. pioneering findings will be further
As for the water column, the studied by the scientists involved
expedition has identified areas in this expedition. Through this
with active internal solitary waves expedition, we have proven that
with the peak amplitude of around a nation-wide multidisciplinary

54 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


collaboration is possible to enhance
our knowledge and understanding
of our own waters. We hope that
the results of this expedition could
mark the first of many steps in
advancing and maximizing the use
of underwater survey technology
to obtain a robust information of
the Indonesian waters, not only
for safety of navigation purposes,
but also for the development of the
Indonesian maritime sector.

Reference

Alodia, G. (2021) Onboard Report Ek-


spedisi Jala Citra-I 2021 “Auro-
ra” Etape 1: Batimetri, anomali
gaya berat, dan anomali mag-
netik dasar laut.

Reading

Pushidrosal (2021) Buku Panduan


Ekspedisi Jala Citra-I 2021
“Aurora”

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 55


56 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Adi Purwandana, Ph.D Gelombang Internal &
Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI Percampuran Massa Air

Abstrak

P
erairan Nusantara merupakan surga bagi pembangkitan gelom-
bang internal akibat interaksi antara arus pasut barotropik den-
gan dinamika topografi yang kompleks. Keberadaan gelombang
internal di Perairan Halmahera sangat jarang bisa teramati melalui
pengamatan citra satelit. Ekspedisi Jala Citra Aurora Etape-1 ber-
hasil mengidentifikasi untuk pertama kalinya melalui pengukuran
in situ eksistensi gelombang internal di inlet passage Laut Halmahe-
ra. Identifikasi gelombang internal pada Etape-1 dilakukan dengan
menggunakan Echosounder singlebeam EA600 KRI Spica 934. Ditemukan
gelombang internal dengan amplitudo yang relatif signifikan (maksi-
mum ~30 m) pada kedalaman 40-200 m. Adapun estimasi percam-
puran air di inlet passage Laut Halmahera akan dilakukan dengan
menggunakan data CTD di Etape-2.

Kata Kunci: gelombang internal, percampuran massa air, arus lintas


Indonesia.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 57


Latar Belakang

Perairan Nusantara merupakan lokasi aktif gelombang pasut internal


dan perambatan paket- paket gelombang internal (internal wave) hasil
evolusi gelombang pasut internal (Kartadikaria et al., 2011; Koch-Lar-
rouy et al., 2010; Nagai and Hibiya, 2015; Purwandana et al., 2021;
Robertson and Ffield, 2005). Hingga saat ini studi karakteristik ge-
lombang internal di perairan Indonesia belum banyak dilakukan. Pa-
dahal, gelombang internal dapat memicu fluks vertikal-percampuran
di kolom air, terutama di wilayah pesisir. Mekanisme inilah yang
secara efektif mengontrol persebaran, resuspensi dan sedimentasi
(Bourgault et al., 2014). Studi pemetaan dan karakteristik gelombang
internal juga diperlukan, di antaranya untuk menilai dampaknya bagi
struktur bawah laut, seperti oil rigs (Osborne and Burch, 1980) dan
transportasi bawah air. Peristiwa kecelakaan Kapal Selam Nanggala
di perairan utara Bali menyisakan pertanyaan seputar dampak ge-
lombang internal bagi keselamatan transportasi bawah air (https://
www.abc.net.au/news/science/2021-05-01/indonesian- sunken-
submarine-internal-waves-what-do-we-know/100107196, https://
theconversation.com/what-are-internal-waves-that-possibly-sank-
the-indonesian-sub-if- youve-ever-suffered-plane-turbulence-youve-
been-inside-one-160172). Kendatipun belum ada kajian rinci yang men-
gonfirmasi resiko paparan gelombang internal bagi navigasi bawah
air, namun US Navy melaporkan resiko paparan gelombang inter-
nal ini bagi kapal selam pada tahun 1966 (https://apps.dtic.mil/
dtic/tr/fulltext/u2/632010.pdf).

Keberadaan gelombang internal tidak dapat dipisahkan dari stu-


di percampuran vertikal massa air, di mana gelombang pasut internal
merupakan faktor dominan yang mengontrol transformasi massa air
Pasifik di Indonesia.

58 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Kajian percampuran massa air di Indonesia pertama kali tahun
1998 di Laut Banda dengan pengukuran langsung melalui Program
ARLINDO Mixing (Alford et al., 1999); diikuti dengan ekspedisi INDO-
MIX pada tahun 2010 di sepanjang jalur timur Arlindo (Bouruet-Au-
bertot et al., 2018; Koch-Larrouy et al., 2015); lalu melalui pendekatan
pemodelan (Nagai and Hibiya, 2015; Nagai et al., 2017; Nugroho et al.,
2018); dan pendekatan analisis data historis CTD (Purwandana et al.,
2020b, 2020a). Beberapa kajian tersebut mengindikasikan bahwa fenom-
ena pasang-surut (pasut) internal (internal tides) merupakan kontributor
utama percampuran vertikal di perairan Nusantara.

Perairan Halmahera merupakan hotspot lokasi percampuran mas-


sa air Pasifik yang intensif sebelum memasuki interior perairan Indo-
nesia. Beberapa studi telah mengonfirmasi tingginya nilai percampu-
ran yang diidentifikasi dari nilai disipasi energi kinetik turbulen dan
difusivitas vertikal di dalam Laut Halmahera. Ekspedisi Jala Citra I
Aurora mengonsentrasikan kajian oseanografi di inlet passage massa air
Pasifik sebelum memasuki perairan Laut Halmahera. Dalam penelitian
ini, eksistensi dan karakteristik gelombang internal dipantau secara in
situ dengan menggunakan echosounder singlebeam yang terdapat pada
KRI Spica 934 Pushidros TNI AL. Di samping itu, dengan diukurnya
profil vertikal massa air, besarnya tingkat percampuran massa air Pa-
sifik sebelum memasuki Laut Halmahera juga akan dihitung, di mana
pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya difokuskan di Selat Gebe
dan interior Laut Halmahera.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan mengarakterisasi


keberadaan gelombang internal serta mengestimasi percampuran verti-
kal massa air di di Perairan Halmahera.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 59


Metodologi

a) Akuisisi data

Pengukuran dilakukan pada tanggal 15-21 Agustus 2021 di inlet


passage Laut Halmahera (Gambar 1). Akuisisi data untuk menangkap
fenomena gelombang internal dilakukan dengan menggunakan narrow
beam echosounder singlebeam EA600 Kongsberg berfrekuensi 50 kHz, yang
mencakup seluruh kedalaman kolom air. Adapun akuisi karakteristik
massa air (kedalaman, temperatur, salinitas) untuk menghitung
stratifikasi kolom air dan nilai percampuran massa air dilakukan dengan
data CTD Midas (Gambar 2).

b) Analisis data

Karakterisasi gelombang internal

Gelombang internal soliter terbentuk ketika gelombang internal


bertransformasi melalui proses nonlinear. Parameter intrinsik gelom-
bang internal dianalisis dengan mengikuti persamaan Korteweg-de
Vries (K-dV):

di mana η(x,t) adalah perpindahan maksimum vertikal isopiknal


gelombang mode-1 yang dihitung dari stratifikasi latar (Holloway et
al., 1997), x adalah jarak, dan t adalah waktu.

60 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Parameter α, β, and c1 adalah koefisien nonlinearitas, dispersi dan
kecepatan fase linear mode-1. Lebar dari gelombang diberikan sebagai
Δ2 = 12β/(αη0 ). Kecepatan fase Cp ditentukan dengan (c1 +αη0 /3).
Koefisien α, β ditentukan dari profil vertikal densitas (Holloway et al.,
1 9 9 7 ) :

Φ adalah struktur vertikal perpindahan amplitudo gelombang


mode-1 dan U adalah arus latar. Dalam penelitian ini U=0 mengingat
tidak diketahuinya arus latar secara kontinyu selama pengukuran.
Estimasi arus pseudo karakteristik gelombang internal lebih lanjut
akan dihitung mengikuti metode tak langsung oleh Cai et al. (2015)
dengan kondisi batas kinematik linier:

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 61


dengan w dan u berturut-turut adalah anomali kecepatan akibat akti-
vitas gelombang internal dalam arah vertikal dan horizontal.

Energetika gelombang internal dihitung per lembah gelombang


dengan menghitung gaya apung yang terasosiasi dengan perpindahan
isopiknal dengan mengintegrasikan densitas energi terhadap penam-

pang melintang vertikal (2L, H) gelombang internal. Densitas energi


potensial yang tersedia (available potential energy, APE) dinyatakan :

dengan 𝑁2(𝑧′) dan 𝜌(𝑧) adalah stratifikasi latar dan densitas poten-
sial. Adapun densitas energi kinetik gelombang internal dinyatakan:

62 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 1. Lokasi penelitian di Perairan Halmahera. Tanda + ada-
lah lokasi ditemukannya gelombang internal dengan amplitudo relatif
signifikan (>20 m).

Gambar 2. Profil vertikal: (a) temperatur potensial, (b) salinitas, (c)


anomali densitas, dan (d) stratifikasi (buoyancy frequency) di inlet
Laut Halmahera yang digunakan untuk mengarakterisasi gelombang
internal.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 63


Estimasi percampuran turbulen vertikal

Estimasi percampuran turbulen vertikal dilakukan dengan meng-


hitung nilai disipasi energi kinetik turbulen dengan Metode Thorpe
yang telah dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai disipasi
latar (Purwandana et al., 2020b) :

ketika ada pembalikan vertikal massa air

ketika tidak ada pembalikan


vertikal massa air

di mana LT adalah perpindahan skala Thorpe vertikal dan N adalah


frekuensi daya apung. 1×10-10 adalah tingkat disipasi minimum tipikal
yang diamati oleh pengukuran struktur mikro di daerah yang tenang,
Laut Banda (Alford et al., 1999; Bouruet-Aubertot et al., 2018; Koch-Lar-
rouy et al., 2015); ε0= 7×10-10 m2s-3 dan N0= 3 cph masing-masing ada-
lah disipasi kanonik Garret dan Munk (selanjutnya GM) dan frekuensi
daya apung kanonik, masing-masing; ε0(N2/N02 ) adalah tingkat disi-
pasi latar belakang GM hasil parameterisasi untuk gelombang internal
(Gregg, 1989) dengan mengasumsikan sesar lokal 𝑆210 setara dengan
sesar kanonik 𝑆2GM .

64 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Temuan

·● Ditemukan gelombang internal dengan amplitudo yang relatif sig-


nifikan (maksimum ~30 meter) di inlet Laut Halmahera (Gambar 3
dan Gambar 4). Pada Tabel 1 disajikan parameter fitting paket ge-
lombang internal yang terdeteksi tanggal 15 Agustus 2021 dengan
persamaan K-dV.

·● Gelombang internal dengan amplitudo yang relatif signifikan (>20


m) di inlet Laut Halmahera diduga merupakan hasil pembangkitan
akibat interaksi antara arus pasang-surut dengan dinamika topogra-
fi di sekitar Selat Gebe.

·● Kompleksitas topografi di inlet Laut Halmahera diduga juga menja-


di penyebab terbentuknya gelombang-gelombang internal dengan
frekuensi yang lebih tinggi (periode <10 menit; ~amplitudo rendah)
(Gambar 5).

·● Ketidakstabilan kolom air yang tinggi, yang diperlihatkan dengan


sering dijumpainya gelombang internal dengan frekuensi tinggi di
inlet Laut Halmahera (Gambar 6) mengindikasikan potensi percam-
puran yang relatif kuat di perairan ini.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 65


Tabel 1. Parameter-parameter yang digunakan untuk fitting
persamaan K-dV pada empat soliton pertama pada paket gelombang
internal yang terdeteksi pada tanggal 15 Agustus 2021 (Gambar 3).

Energy ( GJ m-1)
η0 (m) c1 (m s-1) α (s-1) β (m3 s-1) Cp (m s-1) Δ (m)
KE APE
30 1.72 -0.03 1.83×104 2.04 472 0.014 0.162
27 1.72 -0.04 1.83×104 2.10 436 0.011 0.129
18 1.72 -0.05 1.83×104 2.03 480 0.005 0.083
18 1.72 -0.04 1.83×104 1.97 533 0.005 0.107

Gambar 3. Penampakan paket gelombang internal dengan ampli-


tudo yang relatif signifikan (maksimum ~30 m) pada posisi: A, 129o
14.005 E; 0o 38.348 N. Kurva putus-putus adalah fit model gelombang
K-dV yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik gelombang
internal.

66 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 4. Penampakan gelombang internal dengan amplitudo yang
relatif signifikan (>20 m) pada posisi B, 129o 19.966 E; 0o 34.414 N.

Gambar 5. Penampakan gelombang internal dengan amplitudo <20 m


pada posisi: 129o 20.765 E; 0o 35.136 N (panel kiri); dan 129o 13.563 E;
0o 42.217 N (panel kanan).
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 67
Gambar 6. Penampakan gelombang internal dengan amplitudo >20 m
pada posisi: 129o 20.102 E; 0o 47.763 N yang disertai gelombang inter-
nal dengan frekuensi tinggi yang mengindikasikan ketidakstabilan
kolom air.

68 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Rekomendasi

Pemetaan kondisi bawah laut kaitannya dengan aktivitas gelom-


bang internal di perairan Nusantara masih sangat minim padahal
kajiannya sangat penting untuk mitigasi navigasi bawah air dan aspek
lingkungan. Keberadaannya pun mampu dideteksi dengan peralatan
standar oseanografi, yakni singlebeam echosounder. Ekspedisi Jala Citra
I Aurora Etape-1 menguatkan perlunya deteksi gelombang internal
secara in situ mengingat tidak terpantaunya gelombang internal dari
citra satelit bukan berarti tidak ada aktivitas gelombang internal di
dalamnya. Observasi lapangan juga secara pasti akan mampu men-
gidentifikasi karakteristik intrinsik (amplitudo, periode, panjang ge-
lombang, kecepatan propagasi, kecepatan horizontal dan vertikal serta
energetika) gelombang internal ini.

Kami merekomendasikan untuk mengoperasikan dan merekam


data singlebeam echosounder di seluruh KRI TNI AL untuk memetakan
dan memahami distribusi dan karakteristik internal wave di perai-
ran Nusantara, untuk keselamatan transportasi bawah air dan aspek
lingkungan. Secara teknis, penelitian karakterisasi gelombang internal
berbasis data observasi memerlukan pengoperasian secara kontinyu
peralatan standar, yakni: echosounder singlebeam, acoustic Doppler cur-
rent profiler (ADCP) dan CTD. Terjaganya kualitas data yang diakuisisi
sangat penting sehingga diperlukan pengoperasian dan maintenance se-
cara berkala peralatan riset tersebut.

Daftar Pustaka

Alford, M. H., Gregg, M. C., and Ilyas, M. (1999). Diapycnal mixing in the
Banda Sea: Results of the first microstructure measurements in the
Indonesian throughflow. Geophysical Research Letters, 26(17), 2741–
2744. https://doi.org/10.1029/1999GL002337
Bourgault, D., Morsilli, M., Richards, C., Neumeier, U., and Kelley, D. E.
(2014). Sediment resuspension and nepheloid layers induced by long
internal solitary waves shoaling orthogonally on uniform slopes.
Continental Shelf Research, 72, 21–33. https://doi.org/10.1016/j.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 69


csr.2013.10.019
Bouruet-Aubertot, P., Cuypers, Y., Ferron, B., Dausse, D., Ménage, O.,
Jaya, I., Olivier, M., and Atmadipoera, A. (2018). Contrasted turbu-
lence intensities in the Indonesian Throughflow: a challenge for pa-
rameterizing energy dissipation rate. Ocean Dynamics, 68(7), 1–75.
https://doi.org/10.1007/s10236-018-1159-3
Cai, S., Xu, J., Liu, J., Chen, Z., Xie, J., Li, J., and He, Y. (2015). Retriev-
al of the maximum horizontal current speed induced by ocean in-
ternal solitary waves from low resolution time series mooring data
based on the KdV theory. Ocean Engineering, 94, 88–93. https://doi.
org/10.1016/j.oceaneng.2014.11.023
Gregg, M. C. (1989). Scaling turbulent dissipation in the thermocline.
Journal of Geophysical Research: Oceans, 94(C7), 9686–9698. https://
doi.org/10.1029/JC094iC07p09686
Holloway, P. E., Pelinovsky, E., Talipova, T., and Barnes, B. (1997). A
Nonlinear Model of Internal Tide Transformation on the Austra-
lian North West Shelf. Journal of Physical Oceanography, 27, 871–
896. https://doi.org/10.1175/1520-0485(1997)027%3C0871:AN-
MOIT%3E2.0.CO;2
Kartadikaria, A. R., Miyazawa, Y., Varlamov, S. M., and Nadaoka, K.
(2011). Ocean circulation for the Indonesian seas driven by tides and
atmospheric forcings: Comparison to observational data. Journal of
Geophysical Research: Oceans, 116(9), 1–21. https://doi.org/10.1029/
2011JC007196
Koch-Larrouy, A., Atmadipoera, A., van Beek, P., Madec, G., Aucan, J.,
Lyard, F., Grelet, J., and Souhaut, M. (2015). Estimates of tidal mix-
ing in the Indonesian archipelago from multidisciplinary INDOMIX
in-situ data. Deep-Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers,

70 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


106, 136–153. https://doi.org/10.1016/j.dsr.2015.09.007
Koch-Larrouy, A., Lengaigne, M., Terray, P., Madec, G., and Masson, S.
(2010). Tidal mixing in the Indonesian seas and its effect on the trop-
ical climate system. Climate Dynamics, 34(6), 891–904. https://doi.
org/10.1007/s00382-009-0642-4
Nagai, T., and Hibiya, T. (2015). Internal tides and associated vertical
mixing in the Indonesian Archipelago. Journal of Geophysical Research
C: Oceans, 3373–3390. https://doi.org/10.1002/2014JC010592
Nagai, T., Hibiya, T., and Bouruet-Aubertot, P. (2017). Nonhydrostatic
Simulations of Tide-Induced Mixing in the Halmahera Sea: A Pos-
sible Role in the Transformation of the Indonesian Throughflow
Waters. Journal of Geophysical Research: Oceans, 122(11), 8933–8943.
https://doi.org/10.1002/2017JC013381
Nugroho, D., Koch-larrouy, A., Gaspar, P., Lyard, F., Re, G., and Tran-
chant, B. (2018). Modelling explicit tides in the Indonesian seas : An
important process for surface sea water properties. Marine Pollu-
tion Bulletin, (December 2016). https://doi.org/10.1016/j.marpol-
bul.2017.06.033
Osborne, A. R., and Burch, T. L. (1980). Internal solitons in the Anda-
man Sea. Science, 208(4443), 451–460. https://doi.org/10.1126/sci-
ence.208.4443.451
Purwandana, A., Cuypers, Y., and Bouruet-Aubertot, P. (2021). Obser-
vation of internal tides, nonlinear internal waves and mixing in the
Lombok Strait, Indonesia. Continental Shelf Research, 216. https://
doi.org/10.1016/j.csr.2021.104358
Purwandana, A., Cuypers, Y., Bouruet-Aubertot, P., Nagai, T., Hibiya,
T., and Atmadipoera, A. S. A. S. (2020a). Historical CTD dataset and

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 71


associated processed dissipation rate using an improved Thorpe
method in the Indonesian seas. Data in Brief, 30(April).https://doi.
org/10.1016/j.dib.2020.105519
Purwandana, A., Cuypers, Y., Bouruet-Aubertot, P., Nagai, T., Hibiya, T.,
and Atmadipoera, A. S. A. S. (2020b). Spatial structure of turbulent
mixing inferred from historical CTD datasets in the Indonesian seas.
Progress in Oceanography, 184, 102312. https://doi.org/10.1016/j.
pocean.2020.102312
Robertson, R., and Ffield, A. (2005). M2 Baroclinic Tides in the Indo-
nesian Seas. Oceanography, 18(4), 62–73. https://doi.org/10.5670/
oceanog.2005.06

72 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Akustik Kelautan
Marthin Matulessy, dan Penginderaan
S.Pi., M.Si Jauh untuk Perikanan
Universitas Papua Manokwari
Papua Barat Tangkap

Abstrak

P
enelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 bersamaan
dengan pelaksanaan Ekspedisi Jala Citra I Aurora, dengan tujuan
untuk melihat sebaran temporal dan spasial SPL (Suhu Permu-
kaan Laut) dan Klorofil-a di perairan Laut Halmahera dan Papua Barat
dan pengaruhnya terhadap penentuan DPI (Daerah Penangkapan Ikan)
khususnya daerah kajian Etape I, dengan menggunakan data lapangan
dan data citra yang dianalisis dengan analisis deskriptif, statistik dan
analisis sistim informasi geografis (SIG) sehingga hasil penelitian yang
didapat adalah sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klo-
rofil-a. Citra satelit bulan Agustus 2021 menunjukkan bahwa sebaran
suhu permukaan laut (SPL) di perairan Laut Halmahera berada pada
kisaran 27.9-32.2oC. Untuk kisaran nilai konsentrasi klorofil-a pada bu-
lan Agustus 2021 sebesar 0.08-0.93 mg/L. Hasil analisis menunjukkan
bahwa baik secara bersama-sama maupun secara individu kedua pa-
rameter oseanografi (SPL dan klorofil-a) sangat berpengaruh terhadap
penentuan DPI di Perairan Halmahera dan Papua Barat.

Kata Kunci: Klorofil-a, Suhu Permukaan Laut, Penginderaan Jauh,


Perairan Halmahera

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 73


Latar Belakang

Penginderaan Jauh (remote sensing) dapat digunakan untuk tujuan


spesifik dari data satelit yang diperoleh. Data satelit suhu permukaan
laut dan klorofil dapat digunakan untuk mengidentifikasi parameter
oseanografi yang berhubungan erat dengan kumpulan ikan atau habi-
tat ikan. Upaya dalam memprediksi daerah penangkapan ikan (fishing
ground) dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi fisika oseanografi
perairan. Populasi ikan yang hidup di perairan laut memiliki kisaran
suhu maupun klorofil-a yang optimum untuk kelangsungan hidupnya.
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui parameter oseanografi te-
rutama suhu dan klorofil-a optimum dari suatu spesies ikan di suatu
perairan, akan memudahkan kita menduga keberadaan kelompok ikan
dan dapat digunakan untuk tujuan penangkapan (eksploitasi).
Tangke, 2015 mengemukakan bahwa perairan laut Halmahera
terletak antara Propinsi Maluku Utara dan Propinsi Papua Barat den-
gan produksi perikanan yang sangat potensial diantaranya ikan pela-
gis besar, ikan pelagis kecil dan ikan demersal. Jenis ikan pelagis besar
yang dominan pada kegiatan perikanan tangkap adalah yellowfin tuna
(Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan tongkol (Eut-
hynnus affinis).

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sebaran temporal dan spa-


sial suhu permukaan laut dan klorofil-a diperairan laut Halmahera dan
pengaruhnya terhadap penentuan DPI (Daerah Penangkapan Ikan).
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara umum adalah mem-
berikan informasi mengenai daerah penangkapan ikan yang potensial
di perairan laut Halmahera dan Papua Barat.

74 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 bertempat di laut Halmahera
dan Papua Barat (Gambar 2). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit
kapal Survei KRI SPICA 934 milik TNI AL yang dilengkapi peralatan survei yang cukup
canggih di antaranya Singlebeam Echosounder, Multibeam Echosounder, CTD, ROV, Magne-
tometer, ADCP, SBP dan beberapa alat pendukung survei lainnya. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah peta topografi Indonesia dari BIG (Badan Informasi Geospasial)
sebagai acuan koreksi geometrik, citra satelit Aqua/Modis level 3 di-download dari data-
base NASA (http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov)dan ArcGIS 10.8.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Etape I)

Analisis Data

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 75


Citra yang dipilih untuk diolah adalah citra bulanan standar map
resolusi 4 km bulan Agustus 2021. Data sebaran SPL dan klorofil-a se-
cara horizontal dihitung menggunakan data citra SPL yang telah diko-
reksi baik secara atmosferik maupun geometrik, kemudian diinterpre-
tasikan berdasarkan karakteristik variasi menurut kenampakannya.
Data sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a diketahui dengan
melakukan analisis visual terhadap citra MODIS yang telah terkoreksi
dan ditampilkan dalam bentuk format gambar JPEG. Suhu Permukaan
Laut (SPL) dan klorofil-a pada perairan Halmahera dan Papua Barat
pada umumnya dan khususnya daerah Etape I dihitung dan dianalisis
dengan menggunakan software ArcGIS 10.8. Citra SPL selanjutnya di-
olah untuk mendapat konsentrasi di perairan laut Halmahera dan ke-
mudian diproyeksikan.

Temuan Awal

Gambar 2. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan halmahera dan Papua

Barat serta Lokasi Etape I

76 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3. Konsentrasi Klorofil-a di Perairan halmahera dan Papua
Barat serta Lokasi Etape I

Suhu Permukaan Laut


Sebaran suhu permukaan laut yang terjadi secara spasial dan tem-
poral di perairan Halmahera dan Papua Barat secara umum dipen-
garuh oleh pola musiman intraseasonal (1-3 bulan) maupun musiman
(12 bulan). Savitria et al (2013) dalam penelitiannya di Samudera Pasifik
bagian selatan menyatakan bahwa variasi suhu permukaan laut dipen-
garuhi juga oleh faktor meteorologi, selain itu variasi suhu permukaan
laut yang diperoleh di lokasi ekspedisi (perairan Halmahera dan Papua
Barat) hampir sama dengan variasi bulanan SPL di Samudera Pasifik
bagian selatan yang dilakukannya.
Variasi SPL yang tinggi di perairan laut Halmahera dikuatkan
juga oleh penelitian Kida dan Wijffels (2012), dimana faktor meteo-
rologi diantaranya kecepatan angin, suhu udara dan fluks panas yang
berubah-ubah mempengaruhi variasi SPL. Kisaran suhu permukaan
laut pada daerah kajian antara 27.90C-32.20C dengan rata-ratra sebesar
30.20C (Gambar 3). Selain faktor meteorologi, faktor lain yang bisa ber-
pengaruh adalah faktor oseanografi yang meliputi arus, pasang surut,
serta faktor lokal seperti topografi dasar laut maupun faktor meteoro-

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 77


logi seperti monsun, suhu udara, dan fluks panas. Secara spasial mon-
sun memainkan peranan dominan dalam variasi suhu permukaan laut,
Kida and Richard (2008).

Klorofil-a
Secara umum hasil analisis Citra satelit bulan Agustus 2021 terlihat
bahwa nilai konsentrasi klorofil-a pada perairan Halmahera dan papua
Barat berkisar dari 0.08-0.96 mg/m3. Pada daerah kajian atau Etape I,
konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran 0,13 – 0,31 mg/m3. Terlihat
pada Gambar 4 menunjukan pada bagian selatan dari jalur Etape I nilai
konsentrasinya cukup tinggi.
Konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan biasanya berbeda un-
tuk setiap musim. Dari hasil analisis terlihat bahwa tingkat konsentrasi
yang relatif tinggi ditemui di beberapa daerah pesisir. Nilai konsentra-
si tertinggi membentuk beberapa spot yang mendekati daerah pesisir
di pulau Halmahera bagian timur dan pesisir Kabupaten Raja Ampat
Papua Barat. Hal ini diduga adanya pengaruh masukan nutrien dari
daratan yang juga disebabkan tingkat curah hujan yang relatif tinggi.

78 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Rekomendasi

Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dengan Data


Kelimpahan Ikan serta Hasil Tangkapan Nelayan

Beberapa data yang perlu dilengkapi terkait dengan penentuan


Daerah Penangkapan Ikan antara lain Jumlah Tangkapan Nelayan per
Titik tangkapan. Hubungan antara ikan dengan lingkungan sangat-
lah kompleks karena pengaruh lingkungan pada ikan tergantung dari
kondisi ikan tersebut. Data kelimpahan Ikan bisa dianalisis menggu-
nakan metode Akustik dari data Single beam Echosounder yang diperoleh.
Data Scattering volume coefficient/strength (SV) sangat mendukung untuk
memberikan informasi terkait kelimpahan ikan dan Daerah Tangkapan
Ikan yang potensial.

Perhitungan Scattering Volume Coefficient/Strength (SV)

Scattering volume merupakan rasio antara intensitas suara yang


direfleksikan oleh suatu group single target yang berada pada suatu
volume air tertentu dan diukur pada jarak 1 meter dari kelompok target
yang bersangkutan dengan intensitas suara yang mengenai target (insi-
dent intensity). Perhitungannya dilakukan secara vertikal yaitu per stra-
ta kedalaman yang dibagi dengan selang 1 meter.   Semakin tinggi Nilai
SV maka semakin besar pula dugaan ukuran kelompok ikannya. Selain
itu densitas ikan menunjukkan banyak sedikitnya ikan terdeteksi yang
diukur oleh banyaknya target dalam 1m3 volume perairan.  Semakin
tinggi nilai densitas ikannya maka semakin tinggi kepadatan ikannya. 
Dari data Single beam sementara yang diolah, terlihat bahwa pada perai-
ran Halmahera memiliki kandungan ikan yang relatif banyak.
Keterbatasan Spesifikasi Komputer yang tinggi serta luasan area
penelitian yang besar membutuhkan waktu yang agak lama untuk
menganalisis data dengan metode akustik untuk memperoleh informa-
si terkait kelimpahan ikan,

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 79


Daftar Pustaka

Kida, S., and K. J. Richard, 2008.Seasonal SeaSurface Temperature Vari-


ability in The Indonesia Seas, J. Geophys. Res. 114, C06016, doi :
10.1029/2008JC005150.
Savitria, R.,Radjawane I. M., Mamengko F.Y.S., 2013. Variabilitas Suhu
Permukaan Laut di Perairan Raja Ampat. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Nasional Tahunan X ISOI 2013 11-12 November 2013. Ge-
dung II BPPT. Jakarta.
Tangke, U., Karuwal J.Ch., Zainussin, M., Sebaran Suhu Permukaan
Laut Dan Klorofil-A Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan
Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Di Perairan Laut Halmahera
Bagian Selatan. Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260
ISSN: 2355-729X.

80 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Kedaulatan Pangan Maritim dalam
Penguatan Gerbang Pasifik Nusantara
di Wilayah Perairan Laut Halmahera
dan Sekitarnya
Yudo Margono1, Triyono2, Agung Tri Prasetyo3

Abstrak dengan potensi perikanan yang


besar. Potensi perikanan ini belum

K
sepenuhnya bisa dimanfaatkan
edaulatan pangan menjadi
akibat terbatasanya kemampuan
kunci bagi bagi ketahanan
SDM, sarana-prasarana, dan akses
ekonomi suatu wilayah,
pemasaran.
terlebih wilayah terluar yang ber-
Kapasitas SDM, peningkatan
batasan langsung dengan negara
sarana dan prasarana serta
lain. Provinsi Maluku Utara memi-
konektivitas wilayah, jaminan
liki wilayah terluar Indonesia yang
kemanan dan kenyamanan
dilingkupi perairan, terutama Laut
di laut, dan akses pasar terus
Halmahera dan Samudera Pasifik
ditingkatkan. Kerjasama bilateral
dengan Zona Ekonomi Eksklusif
dan internasional diharapkan akan
(ZEE) yang berbatasan langsung
membuka pasar yang lebih luas.
dengan Laut Lepas (High Seas)

1. Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut


2. Perencana Madya, Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Peri-
kanan
3. Kepala Biro Humas dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 81


Pendahuluan gelombang tinggi, dan kenaikan
muka air laut akibat perubahan
iklim yang menyebabkan berbagai
Indonesia sebagai negara
kerusakan di darat, khususnya
kepulauan yang 2/3 bagiannya
pesisir. Laut berperan penting
adalah laut, selayaknya menjadikan
dalam siklus alami karbon di bumi,
menjadikan laut sebagai penopang
karena merupakan salah satu
kemakmuran bangsa. Sumberdaya
‘carbon sink’ dalam penyerapan
laut Indonesia masih begitu sedikit
karbon antropogenik sehingga
diungkap melalui penelitian²
berperan dalam mengurangi
kelautan, sumberdaya hayati
dampak perubahan iklim.
maupun non hayati laut yang
Kekayaan nusantara yang
ada di kolom air dan dasar laut,
berlimpah, menjadi incaran
maupun sumberdaya jasa maritim
bangsa-bangsa di dunia sejak
yang melindungi ekosistem
dahulu. Baik karena sumberdaya
di darat dan laut, jasa maritim
fisiknya maupun karena posisi
sebagai penghubung antar daratan
geostrategis dan geopolitik
melalui transportasi laut, maupun
terhadap tatanan maritim dunia.
jasa wisata kebaharian. Surga
Selain sebagai sentral yang
bawah laut dan ruang pesisir
menguntungkan secara politik
merupakan daya tarik wisata
regional dan internasional,
bahari utama di Indonesia. Sektor
posisi Indonesia sebagai negara
kelautan dan perikanan dapat
kepulauan merupakan kekuatan
menjadi odyssey to prosperity atau
bargaining Indonesia dalam
jalan bagi masyarakat Indonesia
percaturan politik dan ekonomi
menuju kemakmuran, sebab
antar bangsa. Potensi ekonomi dari
sektor perikanan merupakan
kekayaan laut yang tinggi ini tentu
salah satu sektor utama yang
menimbulkan rasa iri bangsa lain
akan menghantarkan Indonesia
yang berusaha untuk menikmati,
sebagai negara yang maju
baik secara legal melalui perjanjian
perekonomiannya pada tahun
kerja sama atau dilakukan secara
2030 (Suman, A., 2016).
ilegal dengan memanfaatan
Namun disamping potensi
kelengahan bangsa atas perairan
sumberdaya dan jasa maritim, laut
laut yang luas. Presiden Joko
memiliki potensi kebencanaan
Widodo (Jokowi) mengungkap
yang tak kalah besar yang menjadi
Indonesia baru mengisi 3 persen
ancaman bagi manusia. Badai,
pasar ikan dunia yang saat ini

82 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


nilainya sudah mencapai US$162 Indonesia Makmur sesuai prinsip
miliar (CNN, 01/09/2021). ekonomi biru. Keseimbangan
Eksploitasi kekayaan antara ekologi dan ekonomi sangat
laut secara ilegal dilakukan penting untuk menjaga semua
secara terang-terangan melalui aktivitas di dalamnya berjalan
pelanggaran batas wilayah berkesinambungan. Penangkapan
pengelolaan perikanan maupun terukur berarti semua kegiatan
dengan pemalsuan dokumen perikanan yang dilakukan di
perijinan. Perlindungan terhadap wilayah pengelolaan perikanan
kekayaan laut dan jasa maritim Indonesia, harus terukur secara
mutlak diperlukan, dengan saintifik potensi maupun hasilnya,
mengedepankan sinergi antar yang tujuannya untuk menjaga
stakesholder dan memperhatikan kesehatan perairan, serta memicu
distribusi sumberdaya secara pertumbuhan ekonomi dan
spasio-temporal. Tidak terkecuali menciptakan turunan ekonomi
di Indonesia bagian timur, potensi baru. Penangkapan ikan secara
perikanan pelagis yang besar, baik terukur akan menjadi cetak biru
di perairan pedalaman maupun pengelolaan sektor kelautan dan
perairan yang menghadap perikanan dalam kurun waktu
langsung dengan Samudera panjang hingga 25 tahun ke depan.
Pasifik masih belum banyak Melalui skema penangkapan
termanfaatkan oleh bangsa terukur ini, jumlah kapal dan alat
sendiri. Perkembangan ilmu dan tangkap yang dipakai nelayan
teknologi saat ini sudah mengarah nantinya diatur sesuai dengan
pada optimalisasi penangkapan potensi dan karakteristik tempat
ikan dengan memprediksi lokasi penangkapan supaya tidak terjadi
berkumpulnya ikan melalui over f is hing ( http s :/ / f inance.
analisis karakter oseanografi detik.com/berita-ekonomi-
berdasarkan hasil survei di bisnis/d-5652389/merancang-
lapangan maupun, terlebih, penangkapan-ikan-terukur-
dengan pemanfataan analisis citra untuk-indonesia-makmur/3).
satelit penginderaan jauh. Tulisan ini untuk
Dalam mengelola semua memberikan masukan terhadap
Wilayah Pengelolaan Perikanan, penguatan pembangunan
KKP tengah merancang konsep perikanan di wilayah Maluku
”Penangkapan Terukur” untuk Utara dan sekitarnya menuju

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 83


kedaulatan pangan maritim serta menjadi bahasan dalam penulisan karena
untuk memberikan perspektif pada dasarnya penataan ruang laut bertu-
implementasi hasil survei Expedisi juan mencapai kemakmuran bersama secara
Aurora, sehingga berdampak berkelanjutan dengan menghindari terjadin-
langsung pada peningkatan ya konflik kepentingan dalam pemanfaatan
kesejahteraan bangsa melalui ruang laut serta melindungi ekosistem laut
peningkatan ekonomi khususnya sebagai rumah dari sumberdaya ikan.
bidang kelautan dan perikanan. Data-data tersebut kemudian dianalisis
secara kualitatif menggunakan teknik anali-
sis SWOT, yaitu teknik merumuskan strate-
Metodologi gi kebijakan dengan mengidentifikasi berb-
agai faktor internal yang meliputi kekuatan
Analisis yang digunakan pada penu- (strenght) dan kelemahan (weakness) terha-
lisan paper ini adalah literature review dan dap faktor eksternal berupa peluang (oppor-
analisa statistik berdasarkan pada data tunity) dan ancaman (threats).
hasil analisis peneltian sebelumnya, data
perikanan tangkap KKP, dan wawancara
dengan pemangku kepentingan kebijakan.
Latar Belakang
Kompilasi data perikanan dilakukan terha-
dap data hasil tangkapan ikan pada setiap
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Re- 1. Sejarah Peran Kawasan
publik Indonesia (WPPNRI) dengan fokus Maluku Utara
penekanan pada WPPNRI 715 dan WPPNRI Pada masa perdagangan
717 dimana kedua WPPNRI tersebut mel- sebelum abad ke-19, terdapat 3
ingkupi perairan wilayah Provinsi Maluku jalur utama perdagangan maritim
Utara tempat digelarnya Ekspedisi Aurora di dunia (Nia N H Ridwan, 2020),
I. Data produksi penangkapan ikan di WP- yaitu (1) Jalur Sutra Maritim (maritime
PNRI tidak selalu sesuai dengan kondisi di silk road), yang menghubungkan
lapangan karena adanya pelanggaran peri- rute-rute Tiongkok dengan Asia
kanan berupa Illegal, Unregulated, and Unre- Tenggara, Kepulauan Indonesia,
ported Fishing (IUUF) sehingga data pelang- anak benua India, Semenanjung
garan perikanan yang terjadi juga mendapat Arab, Mesir, dan kemudian Eropa
perhatian. yang berkembang antara abad
ke-2 SM - 15 M dengan jalur laut
Tak kalah penting dari data kuantitat-
meliputi: Laut Cina Selatan, Selat
if diatas, penetapan fungsi kawasan dalam
Malaka, Samudera Hindia, Teluk
bentuk perencanaan tata ruang laut juga

84 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 1. Peta Jalur Kayu Manis (Sumber: spicydc.com)

Benggala, Laut Arab, Teluk Persia, menentu menyebabkan pola lalu


dan Laut Merah, (2) Jalur Rempah lintas tak pasti dibandingkan
(spice road) pada abad ke-15 dan 16 dengan di Samudera Hindia
yang dipelopori oleh bangsa Eropa (Chaudury, 1936), sehingga
dalam mencari rempah, di sisi lain pelayaran di Maluku Utara lebih
pelaut-pelaut nusantara mampu didominiasi pelayaran pantai
berlayar hingga ke benua lain di antar pulau. Pelayaran dari
dunia, dan (3) Jalur Kayu Manis Tidore ke Halmahera Timur dan
(Cinnamon Road), catatan dari Pliny Kepulauan Raja Ampat tidaklah
(23/24 M - 79 M menyimpulkan mudah mengingat kondisi wilayah
bahwa kayumanis (Cinnamomum iklim tropis dengan pola angin tak
verum) yang ditemukan di Arab, menentu.
Etiophia, Somalia, atau India Tidak hanya soal potensi
berasal dari Asia Tenggara dan rempah yang membuat Maluku,
pulau-pulau di Indonesia. khususnya Maluku Utara menjadi
Letak geografis Maluku Utara jalur pelayaran perdagangan;
yang menyebabkan kepulauan tetapi juga secara geografis wilayah
ini beriklim tropis dengan sistem Maluku Utara yang berbatasan
angin musim yang bertiup teratur langsung dengan kawasan Pasifik
dari utara atau selatan dengan membuat Morotai sangat strategis
arah yang berubah-ubah secara secara geopolitik selama Perang
bergantian tiap 6 bulan sekali. Asia Timur Raya atau Perang
Arah angin di perairan yang tidak Pasifik (Djafaar, 2005).

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 85


tuna sirip kuning pada umumnya
2. Potensi Ekonomi Sumber- tertangkap pada kisaran suhu
daya permukaan laut 28,0o - 30,5o C
Indonesia adalah dengan hasil tangkapan tertinggi
negeri maritim yang kaya berada pada kisaran 28,6 - 29,5oC.
sumberdaya alamnya. Terdapat Nilai suhu permukaan laut (SPL)
keanekaragaman hayati laut ini menurut FAO (2003) masih
lebih dari 450 spesies koral, 2.000 berada pada kisaran suhu yang
lbih spesies ikan (Mira Yustia, disukai ikan tuna sirip kuning,
et.al, 2021). Salah satu potensi yaitu 18 - 31o C. Selain suhu,
sumberdaya yang potensial adalah tangkapan ikan tuna sirip kuning
sumberdaya ikan dengan potensi berada pada perairan dengan
lestari 6,5 juta ton/tahun. Perairan kandungan klorofil-a 0,1 - 0,35 mg/
Maluku Utara merupakan salah m3 dengan tangkapan tertinggi
satu daerah potensial ikan pelagis pada kisaran 0,16 - 0,25 mg/m3.
besar khususnya ikan tuna. Potensi Faktor lain yang menjadi penanda
ini didukung oleh letak geografis kumpulan tuna adalah kecepatan
yang berbatasan langsung dengan arus kisaran 0,02 - 0,04 m/s dan
Samudera Pasifik, Laut Seram, salinitas 34,9o/oo.
Laut Maluku, Laut Halmahera, Akbar (2011) menemukan
dan Laut Banda yang merupakan bahwa ikan tuna sirip kuning
jalur masuk Arus Lintas Indonesia (yellow fin tuna) mampu beradaptasi
(KKP, 2011). Potensi ini belum terhadap perubahan lingkungan
banyak dieksploitasi karena yang terjadi, ditunjukkan oleh
keterbatasan berbagai sarana beragamnya tipe halotipe
dan prasarana sehingga status yang diperoleh dari penelitian
eksploitasinya masih hijau (under genetika ikan dengan teknik DNA
exploited). sequencing. Penelitiannya juga
Berbagai penelitian membuktikan bahwa populasi
telah dilakukan untuk dapat ikan di Maluku Utara dan Ambon
memprediksi musim panen ikan masih satu keturunan dan
sehingga penggunaan kapal bermigrasi dengan pola migrasi
dan alat penangkap ikan lebih pada lokasi yang sama.
efisien. Penelitian Tangke (2015) Dalam pengelolaan perikanan
menunjukkan bahwa pada Laut di Indonesia, sumberdaya ikan
Halmahera bagian selatan, ikan dikelompokkan menurut satuan
Wilayah Pengelolaan Perikanan

86 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


(WPP) yang terbagi dalam 11 WPP. menurut komposisinya, jenis
Peraturan Menteri Kelautan dan ikan yang tertangkap di WPP
Perikanan Nomor 18/PERMEN- didominasi oleh kelompok ikan
KP/2014 tentang Wilayah pelagis kecil sebesar 36% dan ikan

Gambar 2. Peta Wilayah Pengelolaan


Perikanan Negara Republik Indonesia

Pengelolaan Perikanan Negara pelagis besar sebesar 25%. Ikan


Republik Indonesia, kesebelas pelagis kecil ditemukan pada WPP
WPP (yang disebut WPP NRI) yang dipengaruhi oleh Samudera
yaitu : WPP NRI 511, WPP NRI Hindia dan Samudera Pasifik yaitu
512, WPP NRI 513, WPP NRI 711, WPP NRI 572, WPP NRI 715, WPP
WPP NRI 712, WPP NRI 713, WPP NRI 716, WPP NRI 717, dan WPP
NRI 714, WPP NRI 715, WPP NRI NRI 718. Dari 11 WPP, hanya WPP
716, WPP NRI 717, dan WPP NRI 717 yang belum diusahakan secara
718. penuh, sementara 10 WPP lainnya
Potensi sumberdaya ikan di sudah dalam status pemanfaatan
11 Wilayah Pengelolaan Perikanan yang berlebih. Karena Wilayah
adalah 9,931 juta ton per tahun Pengelolaan Perikanan tersebut
dengan potensi tertinggi sebesar diasumsikan sebagai satu unit stok,
1,992 juta ton (20%) ditemukan di dan oleh karena itu masing-masing
WPP 718 Laut Arafura. Sedangkan WPP itu harus dikelola secara

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 87


bersama oleh wilayah administrasi Cakalang) dan kelompok jenis
di seputarnya (Suman, A., 2016). ikan demersal sebesar 11.053 ton
Jumlah tangkapan (KKP, 2017).
diperbolehkan (JTB) atau total Untuk pelagis besar, Wijaya,
allowable catch (TAC) dari WPP et al, (2019) mengungkapkan
715, WPP 716 dan WPP 717 yang bahwa daerah penyebaran ikan
merupakan alokasi sumberdaya tuna dan cakalang di Indonesia
ikan bagi nelayan yang ber-fishing Bagian Timur meliputi Laut
base di Kabupaten Morotai dapat Banda, Laut Maluku, Laut Flores,
dihitung dengan menggunakan Laut Sulawesi, Samudera Hindia,
proporsi banyaknya nelayan Laut Halmahera, perairan utara
di Kabupaten Morotai dengan Aceh, barat Sumatera, selatan
banyaknya nelayan di WPP Jawa, utara Sulawesi, Teluk
715, WPP 716 dan WPP 717, Tomini, Teluk Cenderawasih, dan
yaitu didapatkan nilai sebesar Laut Arafura. Namun demikian,
5,31% dari JTB untuk nelayan kuota penangkapan ikan pelagis
Kabupaten Pulau Morotai. JTB besar merupakan ketetapan dari
untuk nelayan Kabupaten Pulau RFMO. UNCLOS 1982 pasal 64
Morotai ini didasarkan atas menekankan bahwa pemanfataan
estimasi perbandingan jumlah dan konservasi tuna di wilayah
nelayan. Kuota JTB untuk nelayan ZEE dan laut lepas dilakukan
Kabupaten Pulau Morotai melalui kerjasama international
berdasarkan potensi sumberdaya (RFMO). Hanya negara-negara
ikan di WPP 715, WPP 716, yang menjadi anggota RFMO
dan WPP 717 terbesar adalah saja yang boleh memanfaatkan
kelompok jenis ikan pelagis kecil tuna dan sejenisnya dan diatur
yaitu sebesar 42.161 ton, disusul oleh Resolusi atau CMM RFMO,
oleh kelompok jenis ikan pelagis sebagaimana ketetapan dalam
besar 11.117 ton (non Tuna dan UNIA 1995 pasal 171 yang

88 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 21 tahun 2009.

Tabel 1. Tingkat Pemanfaatan SDI di WPPNRI

Udang
Cumi - Demer- Ikan Pelagis Pelagis Rajun-
WPP Kepiting Lobster Pe-
cumi sal Karang Besar Kecil gan
naeid

WPP 571 0,62 0,33 0,34 0,52 0,83 1,00 1,30 0,93 1,59

WPP 572 0,39 0,57 0,33 0,95 0,50 0,18 0,93 0,49 1,53

WPP 573 1,11 0,39 1,09 1,06 1,50 0,28 0,61 0,98 1,70

WPP 711 1,84 0,61 1,53 0,93 1,41 1,09 0,54 1,18 0,53

WPP 712 2,02 0,83 1,22 0,63 0,38 0,70 1,36 0,65 1,11

WPP 713 1,19 0,96 1,27 1,13 1,23 0,83 1,40 0,73 0,52

WPP 714 1,00 0,58 0,76 0,78 0,44 1,55 1,73 0,77 0,39

WPP 715 1,86 0,22 0,34 0,97 0,88 1,19 1,32 0,98 0,78

WPP 716 1,42 0,45 1,45 0,63 0,48 0,38 0,75 0,50 0,50

WPP 717 1,09 0,39 0,91 1,00 0,70 0,87 1,04 1,21 0,46

WPP 718 1,28 0,67 1,07 0,99 0,51 0,85 0,97 0,77 0,86

Tabel 2. Status Pemanfaatan SDI di WPPNRI

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 89


Gambar 3. Grafik volume penangkapan ikan TTC di Provinsi Maluku
Utara (Sumber : https://statistik.kkp.go.id/home.php)

Berdasarkan grafik pada Kebijakan terbaru


Gambar 3 diatas, penangkapan Kementerian Kelautan dan
ikan di Provinsi Maluku Utara Perikanan dalam ekstraksi
(WPPNRI 715 dan WPPNRI 717) sumberdaya ikan adalah melalui
mengalami peningkatan dari Penangkapan Terukur. Kebijakan
waktu ke waktu, khususnya untuk Penangkapan Terukur dibangun
cakalang (catatan: data tahun atas pertimbangan ekologi dan
2020 masih sangat sementara). ekonomi. Area penangkapan
Kementerian Kelautan dan dibatasi berdasarkan WPPNRI
Perikanan (2019) mencatat bahwa sehingga jumlah ikan yang boleh
terdapat peluang tangkapan ditangkap adalah berdasarkan
Indonesia di laut lepas belum kuota volume produksi per
termanfaatkan padahal terdapat kelompok jenis ikan. Kebijakan
peluang penangkapan tuna 13.000 penangkapan berdasar kelompok
ton. jenis ikan hanya memperbolehkan

90 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


penangkapan dilakukan pada ilegal sumberdaya alam dan
musim penangkapan tertentu pencemaran lingkungan hidup,
dengan jumlah dan ukuran kapal serta aman dari ancaman
yang ditentukan dan alat tangkap internasional.
yang sesuai standar dan ramah Wijaya, et al. (2012)
lingkungan. Selain sebagai zona dalam Firdaus (2019) melalui
penangkapan, satuan WPPNRI penelitiannya membuktikan
juga dilengkapi dengan pelabuhan bahwa adanya indikasi
pendaratan/pembongkaran ikan perdagangan ikan tuna dan
dimana melalui pelabuhan ini cakalang yang dilakukan di tengah
proses suplai pasar domestik dan laut di perairan Indonesia untuk
ekspor ikan dilakukan sistem dijual langsung ke negara Filipina
kontrak dengan persyaratan dan sehingga produksi tangkapannya
jangka waktu tertentu. tidak tercatat pada pelabuhan
base kapal penangkapan tersebut
c. IUU Fishing yang berada di wilayah Indonesia.
Illegal, Unregulated, Unreported Praktek perdagangan di tengah
Fishing (IUU fishing) masih terjadi laut ini tentu dilakukan di perairan
secara luas karena Indonesia perbatasan antara kedua negara
belum mampu memperkuat yang boleh jadi tidak hanya
armada perikanan nasional dan dengan Filipina, tapi dengan
belum mampu mengawasi serta negara-negara lain, meskipun
mengendalikan lautnya secara penangkapan ikannya dilakukan
optimal. Padahal mengawasi di perairan di wilayah Indonesia,
dan mengendalikan laut untuk baik di ZEE maupun di perairan
melindungi sumberdaya pedalaman.
didalamnya adalah termasuk Samudera Pasifik merupakan
sebagai upaya pertahanan dan pintu masuk bagi kapal-kapal
keamanan negara agar tercipta ikan dari negara tetangga, seperti
perairan yang aman dari ancaman Filipina, Thailand, dan Taiwan.
pelanggaran wilayah, aman dari Kegiatan illegal fishing yang umum
bahaya navigasi pelayaran, aman terjadi di perairan tersebut adalah
dari eksploitasi dan eksplorasi penangkapan ikan tanpa izin,

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 91


penangkapan ikan dengan izin palsu, penangkapan ikan pada daerah
yang tidak sesuai dengan daerah yang diizinkan, dan penangkapan
ikan yang hasilnya tidak dilaporkan (Naim, 2010).

Tabel 3. Kapal Pelaku IUU Fishing yang Ditangkap 2005 - 2010

TAHUN KAPAL DITANGKAP


Kapal Ikan Indonesia Kapal Ikan Asing JUMLAH
2005 91 24 115
2006 83 49 132
2007 95 88 183
2008 119 124 243
2009 78 125 203
2010 24 159 183
TOTAL 490 569 1059
Sumber: Ditjen PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Tabel 4. Hasil Operasi Pengawasan Tahun 2012 - 2016 di Perairan Maluku Utara

Tahun Disidik Ditangkap Dikembalikan


AdHoc/Diproses Ditenggelamkan
KII KIA KII KIA KII KIA KII KIA
2012 63 - 11 - - - 52 -

2013 66 - 4 - - - 62 -
2014 49 3 3 1 - - 46 -
2015 45 - 10 - - - 35 -
2016 59 4 25 4 - 4 34 -
282 7 53 5 - 4 229 -
Catatan KII=Kapal Ikan Indonesia, KIA = Kapal Ikan Asing (Sumber : Satker PSDKP Ter-
nate, KKP

92 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 4. Produksi Perikanan Tangkap Pelagis Besar di WPPNRI 715
(Sumber: Susanti, et al, 2020

Secara prosentase dari tahun 2015 sampai dengan April 2018


penanganan tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah ZEEI
adalah 36% atau 247 kasus dari keseluruhan kasus pidana kelautan dan
perikanan, dengan rincian 2015 dari 198 kasus, 21% (43 kasus) yang
ditengarai di wilayah ZEEI, tahun 2016 dari 237 kasus, 53% (142 kasus
yang ditengarai di wilayah ZEEI), tahun 2017 dari 197 kasus 28% (56
kasus yang ditengarai di wilayah ZEEI), dan sampai April 2018 dari 52
kaus, 11% (6 kasus ditengarai di wilayah ZEEI) (Buynaw, I.R, 2019).

Tabel 5. Penanganan Kasus Tindak Pidana Perikanan di Wilayah ZEEI Berdasarkan Ben-
dera Kapal
Tahun 2015 2016 2017 2018
Timorleste 0 0 1 0
Tiongkok 0 1 0 0
Vietnam 12 81 52 6
Malaysia 3 23 0 0
Thailand 4 1 0 0
Philipina 8 29 33 35
Indonesia 16 7 2 0
Sumber: Ditjen PSDKP, 2019

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 93


perluasan kesempatan kerja
Dalam studi hubungan sekitarnya sehingga mampu
internasional, illegal fishing dapat menjadi jembatan kesenjangan
dikategorikan sebagai salah ekonomi.
satu bentuk transnational crime, Terkait dengan
karena dalam kegiatan ilegal pengembangan kawasan
tersebut terkandung beberapa kepulauan terluar yang
aspek sebagaimana tercakup berbatasan dengan negara lain,
dalam pengertian international sejak tahun 2009 pemerintah
crime ( Muhammad, S.V, 2012). telah mencanangkan program
Lebih lanjut diungkapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
bahwa penanganan illegal yang disusul kemudian dengan
fishing selain dilakukan melalui pengembangan Sentra Kelautan
jalur internasional juga melalui dan Perikanan Terpadu (SKPT) di
pendekatan bilateral. tahun 2015. Pengembangan suatu

KEK dilakukan atas pertimbangan
keunggulan geoekonomi dan
3. Pengembangan ekonomi sek- geostrategi dan berfungsi untuk
tor kelautan dan perikanan menampung kegiatan industri,
Potensi sumberdaya hayati ekspor, impor, dan kegiatan
dan non hayati di kawasan terluar ekonomi lain yang bernilai
Indonesia dapat menjadi penopang ekonomi tinggi dan daya saing
utama pertumbuhan ekonomi internasional (Mambu, S.J, et al,
kawasan perbatasan Indonesia. 2020).
Pengembangan ekonomi Pembangunan Kawasan
kawasan perbatasan bahkan akan Ekonomi Khusus Morotai
memiliki multiplier effect yang dikembangkan untuk pengolahan
luas terhadap kemajuan bangsa. ekspor, logistik, industri, dan
Beberapa program pemerintah pariwisata. Penetapan KEK
telah digagas untuk melakukan Morotai melalui Peraturan
“pembangunan Indonesia Pemerintah Momor 50 tahun
dari pinggiran”. Kawasan- 2014. Salah satu pertimbangan
kawasan yang berbatasan penetapan tersebut adalah
dengan negara lain diutamakan keunggulan geostrategis Morotai
pembangunannya, agar selain sebagai pulau terluar sisi timur
mensejahterakan masyarakat laut Indonesia yang dekat dengan
lokal juga akan berdampak pada negara ASEAN dan Asia Timur.

94 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Dengan fokus pengembangan KEK sumberdaya kelautan dan
Morotai pada bidang perikanan perikanan berkelanjutan. Sarana
maka diharapkan Morotai dan prasarana sebagai pilar pokok
menjadi pusat industri perikanan beroperasinya SKPT menekankan
di kawasan timur Indonesia yang pada aspek penyediaan
memiliki hub secara internasional. bahan baku, penanganan dan
Pada tahun 2016, KKP pengelolaan, dan pemasaran.
mengembangkan Sentra Kelautan Untuk itu, jenis-jenis prasarana
dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan sarana yang disyaratkan
yang merupakan pusat bisnis berupa armada kapal dan alat
kelautan terpadu hulu - hilir. Saat tangkap, sistem rantai dingin/
ini terdapat 13 SKPT di seluruh cold chain system, unit pengolahan
Indonesai, yaitu: (1) Natuna, ikan, solar packed dealer nelayan,
(2) Saumlaki, (3) Merauke, (4) dermaga, pembenihan, keramba
Mentawai, (5) Nunukan, (6) Talaud, jaring apung, dan kendaraan
(7) Morotai, (8) Biak Numfor, pengangkut.
(9) Mimika, (10) Rote Ndao, (11)
Sumba Timur, (12) Sabang, dan (13)
SKPT Morotai
Moa. Pembangunan SKPT berbasis
Kabupaten Pulau Morotai
pulau-pulau kecil dan/atau
menurut data BPS Kabupaten
kawasan perbatasan merupakan
Pulau Morotai, tahun 2014 memiliki
penggerak utama dalam sektor
total produksi tuna di perairan
kelautan dan perikanan, karena
Morotai sebesar 1.219,3 ton.
mengintegrasikan kegiatan di
Peluang ekspor produk perikanan
hulu dan hilir serta kelembagaan
langsung dari Pulau Morotai
dalam suatu proses pembangunan
sangat tinggi karena ditunjang
kelautan dan perikanan
psosisi geostrategis pada kawasan
(Permen KP No. 48 tahun 2015).
perbatasan sehingga lebih dekat
Pembangunan SKPT menyatukan
dengan negara tujuan ekspor yaitu
4 komponen pokok, yaitu : (1)
Jepang, China, Vietnam, Filipina,
pembangunan dan pengembangan
dan Amerika. Ekspor yang telah
sarana dan prasarana, (2)
dilaksanakan saat ini berupa ikan
pengembangan kelembagaan, (3)
tuna loin dari SKPT Morotai ke
pengembangan bisnis kelautan
Vietnam melalui Surabaya oleh
dan perikanan, dan (4) pengelolaan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 95


PT. Hartha Samudera dengan Untuk pasar ekspor masih
memanfaatkan jalur Tol Laut dilakukan secara berantai dengan
dengan lama perjalanan 2 minggu Bitung sebagai hubnya. Komoditas
hingga 1 bulan melalui rute kapal tuna yang dihasilkan oleh Morotai
KM. LOGNUS 3 (rute: Surabaya - dibawa ke Bitung dalam bentuk
Tidore - Morotai - Surabaya) dan ikan beku (frozen) lalu dikirim
KM LOGNUS 6 (rute: Surabaya - melalui PPS Bitung dalam bentuk
Tidore - Morotai - Galela - Maba - loin ke pasar Jakarta dan Surabaya,
Weda - Surabaya). baik untuk konsumsi kedua kota
Zamroni, et. al., (2019) besar tersebut maupun untuk
menyusun sebuah model integrasi ekspor (KKP, 2017).
ekonomi untuk industrialisasi di SKPT Morotai diharapkan
Kabupaten Pulau Morotai yang dapat memangkas alur panjang
dirumuskan melalui 3 aspek, yaitu perdagangan produk ikan dengan
: (1) Aspek kepentingan ekonomi pemasaran langsung dari Morotai,
dan bisnis (rantai pasok, daya saing baik untuk luar daerah maupun
wilayah, kebutuhan pembiayaan luar negeri. Bila hal ini dapat
usaha atau investasi), (2) Aspek dilakukan, maka keuntungannya
manajemen sumberdaya kelautan akan lebih besar dan dapat lebih
dan perikanan, dan (3) Aspek mensejahterakan masyarakat di
pengembangan masyarakat. Morotai dan sekitarnya. Sebagai
Melalui pembentukan SKPT, anggota penuh WCPFC status
Zamroni, et al. (2019) kemudian kepatuhan Indonesia sekitar 80%
merekomendasikan strategi yang (compliant) yang ditetapkan melalui
dapat dikembangkan di seluruh pertemuan Finalisasi Compliance
kecamatan di Kabupaten Pulau Monitoring Report (CMR) oleh
Morotai dengan menjadikan SKPT TCC15 pada tahun 2019. Indonesia
sebagai pusat produksi tuna segar telah memenuhi 26 CMMs dari 36
dimana saat ini masih dominan CMMs yang berlaku di WCPFC.
produk yang diperuntukkan pasar Kepatuhan Indonesia di RFMO
lokal dan pasar antar pulau, dengan sudah cukup baik sehingga wajar
komoditas ikan segar dan olahan. memperoleh sertifikasi MSC
Khusus untuk kebutuhan antar eco labelling sebagai pengakuan
pulau, yaitu permintaan pasar dari internasional atas keberhasilan
Bitung, produk perikanan berupa Indonesia dalam pemanfaatan
jenis Tuna, Cakalang, dan Tongkol. perikanan yang berkelanjutan dan

96 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


memenuhi syarat pasar internasional. Sejak berdirinya SKPT Morotai
telah terjadi peningkatan jumlah tangkapan serta tingkat kesejahteraan
nelayan. Hal ini bisa dari data produksi perikanan tangkap dari BPS
Kabupaten Pulau Morotai serta data produksi ikan tuna yang masuk di
SKPT Morotai (Tabel 6).

Tabel 6. Produksi Perikanan Tangkap (ton) Kabupaten P. Morotai

Perikanan 2016 2017 2018 ~Sept 2019


Tangkap* 1.646 1.793 1.958 ~
- Kop. Nel. SKPT 22,2 130,1 216,6 184,66
Kop. Nel. Taruna Selatan** 68.783 91.067 114.289
PT Harta Samudera (ICS 200 ton) - 253.782 725.453
* Sumber: BPS Kab. Pulau Morotai

** Jumlah ikan yang didaratkan di PPI Daeo Majiko


SKPT Morotai yang ditampung di 2 pembeli/pengumpul
mencapai 600 orang.
ikan Selain eco labelling MSC,
Indonesia juga berhasil
mendapatkan sertifikasi FAIR
Pada tahun 2018 - 2019 ekspor TRADE untuk produk tuna
loin tuna dari SKPT Morotai yang dihasilkan 27 kelompok
ke Vietnam mencapai 251,08 nelayan skala kecil di Pulau Buru,
Ton dengan nilai US$ 2.259.000 Pulau Seram, Pulau Sanana,
(sebelum pandemi Covid-19). Ternate, Halmahera Selatan, dan
Keberadaan SKPT Morotai ini Tolitoli. Fair Trade merupakan
juga telah turut mendongkrak sertifikat yang menjamin bahwa
pendapatan nelayan dan koperasi produk yang dihasilkan secara
nelayan dari yang semula harga berkelanjutan dan menerapkan
ikan tuna di tingkat nelayan prinsip-prinsip yang berkeadilan
tahun 2015 sebesar Rp. 10 - 20 ribu bagi para pelaku usaha. KKP (2019)
menjadi Rp. 20 - 36ribu dengan menyebutkan bahwa program Fair
perkiraan keuntungan beberapa Trade yang dilaksanakan dengan
koperasi mencapai 30 ton/bulan membeli produk Indonesia bebas
dengan pendapatan bersih Rp. 180 IUU Fishing yang ditangkap oleh
juta/bulan. Tenaga yang terserap nelayan skala kecil merupakan
di sektor perikanan baik perikanan peluang besar bagi pengembangan
tangkap maupun pengolahan SKPT Morotai di masa mendatang.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 97


Sertifikasi MSC dan Fairtrade Kelautan dan Perikanan dilakukan
membuka peluang bagi pasar untuk mengawasi 11 WPPNRI
yang lebih luas contohnya pasardengan didukung sarana dan
Amerika dan Eropa, serta nilai prasarana pengawasan Direktorat
produk perikanan tersebut akan Jenderal Pengawasan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan. Unit
dihargai dengan nilai yang tinggi
Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen
yang tentu saja berdampak kepada
kesejahteraan bagi kelompok Pengawasan Sumberdaya
nelayan di Pulau Morotai. NamunKelautan dan Perikanan (PSDKP)
demikian, saat ini sertifikasi tersebar di seluruh Indonesia yang
MSC maupun Fair Trade belum terdiri dari 6 pangkalan PSDKP,
dilakukan di Pulau Morotai, dan8 stasiun PSDKP, dan 58 Satuan
akan menjadi program kedepan Pengawas. Sarana dan prasarana
dengan bantuan berbagai pihak. Ditjen PSDKP terdiri dari 34 kapal
pengawas perikanan dan 158
unit bangunan PSDKP. Dari 34
d. Pengawasan sumberdaya KP
kapal yang dioperasikan, 8 unit
Pengawasan aktivitas
kapal memiliki daya jelajah jauh
perikanan oleh Kementerian

Gambar 7. Sebaran Kapal Pengawas SDKP (Sumber: www.kkp.go.id)

98 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


yang dioperasikan oleh pusat 1. Perencanaan tata ruang laut
(Direktorat Pemantauan dan nasional
Operasi Armada), dan 26 unit 2. Perencanaan zonasi kawasan
kapal di 14 UPT Ditjen PSDKP. laut
Selain dukungan sarana dan 3. Perencanaan zonasi wilayah
prasarana teknis, kemampuan pesisir dan pulau-pulau kecil.
pengawasan juga didukung oleh
peran serta masyarakat melalui Dalam implementasinya,
Kelompok Masyarakat Pengawa ketiga klasifikasi perencanaan
(Pokmaswas) yang hingga tahun ruang laut tersebut dibagi menjadi
2019 terdapat 982 Pokmaswas empat, yaitu : (1) Rencana Zonasi
aktif. Kawasan Antar Wilayah; kawasan
Wilayah operasi kapal perencanaan berupa teluk, selat,
pengawas dibagi menjadi dua, laut, yang berada pada perairan
yaitu 1) Wilayah Barat (Selat pedalaman, perairan kepulauan,
Malaka, Samudera Hindia dari dan laut teritorial yang berada
Mentawai barat Sumatera hingga di wilayah lintas provinsi (2)
Selatan Jawa, Laut Natuna dan Rencana Zonasi Kawasan Strategis
Natuna Utara, dan 2) Wilayah Nasional; penataan ruang laut yang
Timur (Samudera Hindia dari diprioritaskan karena memiliki
sebelah timur Laut Flores, Laut pengaruh sangat penting secara
Banda, Laut Arafura, Laut Malaka, nasional terhadap kedaulatan
Teluk Tomini, Laut Sulawesi, dan negara, pertahanan, dan keamanan
Samudera Pasifik). negara, ekonomi, sosial budaya
dan/atau lingkungan termasuk
e. Tata ruang kawasan dan wilayah yang ditetapkan sebagai
rencana zonasi warisan dunia, (3) Rencana Zonasi
Kebijakan dan strategi Kawasan Strategis Nasional
penataan ruang laut wilayah Tertentu; kawasan yang terkait
perairan meliputi kebijakan dan dengan kedaulatan negara,
strategi pengembangan struktur pengendalian lingkungan hidup,
ruang laut dan pola ruang laut dan/atau situs warisan dunia, yang
wilayah perairan (Permen KP No pengembangannya diprioritaskan
28 tahun 2021). Dalam pandangan bagi kepentingan nasional; dan (4)
peraturan perundang-undangan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
perencanaan ruang laut secara dan Pulau-pulau Kecil. Dari
garis besar diklasifikasikan dalam: keempat rencana zonasi diatas,

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 99


rencana zonasi wilayah pesisir Yiew Besar masih akan disusun
dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) dokumen perencanaannya.
merupakan kewenangan Di sisi lain, Provinsi Maluku
pemerintah provinsi, sedangkan Utara sudah menerbitkan Peraturan
tiga lainnya kewenangannya Daerah RZWP3K untuk periode
berada di pemerintah pusat. tahun 2018 - 2038. Ini merupakan
RZWP3K mengatur pemanfaatan kekuatan internal Provinsi
ruang laut sejauh 12 mil laut dari Maluku Utara dalam pengaturan
garis pantai saat pasang tertinggi. pemanfaatan sumberdaya
Dalam buku Menata perairan laut di wilayahnya.
Ruang Laut yang diterbitkan Selain mengatur mengenai
Kemenkomarves (2021) dapat alokasi ruang untuk pemanfaatan
diidentifikasi bahwa Laut Seram, sumberdaya laut, RZWP3K juga
Laut Halmahera, dan Samudera mengatur zonasi untuk kawasan
Pasifik (wilayah Indonesia) yang konservasi. Pengaturan ini juga
melingkupi perairan Maluku Utara merupakan implementasi dari
termasuk 3 kawasan dari 9 kawasan ditetapkannya sebagian perairan
yang belum disusun rencana Indonesia sebagai Coral Triangle
Kawasan Antar Wilayahnya, Initiative (CTI). Indonesia beserta
sedangkan secara keseluruhan negara-negara di segitiga karang
terdapat 20 kawasan dimana 11 tergabung dalam CTI CFF.
kawasan lainnya sudah dilakukan
penyusunan dokumen final hingga f. Kelembagaan nasional dan
legalisasi, bahkan untuk kawasan regional
Selat Makassar sudah diterbitkan Karakter ikan tuna yang
Perpres KAWnya, yaitu Perpres beruaya jauh dan melintasi
83 tahun 2020. Dalam daftar dan yurisdiksi suatu negara sehingga
status RZ KSN, Laut Halmahera penangkapan ikan di suatu negara
belum termasuk sebagai kawasan akan berpengaruh terhadap status
prioritas. Perhatian besar terhadap sumberdaya ikan dan kinerja
Laut Halmahera dalam penataan armada kapal tangkap di negara
ruang laut diwujudkan dalam lain. Untuk itu pembentukan
bentuk penetapan KSNT untuk organisasi regional diperlukan
pulau-pulau terluar yaitu P. untuk pengelolaan perikanan
Yiew Besar, P. Moff, dan P. secara lestari melalui pengaturan
Fani, meskipun dalam hal ini P. kuota tangkap. Regional Fisheries

100 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Management Organization Development Center) yang
(RFMO) dibentuk atas alasan anggotanya adalah nega-
tersebut diatas. Lembaga ini ra-negara ASEAN+Jepang)
memiliki peran dan fungsi yang
ditetapkan pada:
1. The United Nation Agree- Hasil Dan Pembahasan
ment on Management of
Stradlling and Highly Mi- Pengembangan ekonomi
gratory Fish 1995 (UNIA) di kawasan perairan Maluku
2. FAO Code of Conduct Utara dengan memanfaatkan
for Responsible Fisheries sumberdaya ikan yang
(CCRF) 1995 melimpah melalui kebijakan
3. FAO International Plan of perikanan tangkap perlu melihat
Action (IPOA) permasalahan berdasarkan
Sementara itu berbagai or- tingkat resiko dan dampaknya.
ganisasi perikanan sub-re- Penilaian ini dilakukan dengan
gional dan regional yang menempatkan permasalahan
terbentuk di wilayah laut dalam 3 kriteria, yaitu urgency,
bebas yang berdampingan seriousness, dan growth (USG)
dengan perairan Indonesia untuk menentukan prioritas
antara lain: masalah yang harus ditangani.
1. Commission for the Conser- Hasl dari kristalisasi permasalahan
vation of Southern Bluefin diperoleh 3 permasalahan pokok
Tuna (CCSBT) yaitu:
2. Indian Ocean Tuna Com- a. Kemampuan penangkapan
mission (IOTC) ikan di ZEE dan Laut Lepas
3. Western Indian Ocean Tuna dan keahlian mengelola ikan
Commission (WIOTO) b. Kapasitas pengawasan sum-
4. Commission for the Con- berdaya kelautan dan peri-
servation and Management kanan yang mampu member-
of Highly Migratory Fish ikan rasa aman dan nyaman
Stocks in the Western and bagi pelaku perikanan tang-
Central Pacific Ocean (WCP- kap dengan menjaga keberlan-
FC). jutan sumberdaya
5. SEAFDEC (South East Asian c. Akses pasar terhadap produk
perikanan tangkap

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 101


Ketiga permasalahan utama tersebut tidak terlepas dari hadirnya


hambatan secara internal dan tantangan dari luar yang keduanya
bisa dirubah menjadi pendorong pengembangan ekonomi melalui
pengelolaan potensi dan memanfaatkan peluang yang ada, terutama
peluang pasar ikan komoditas ekspor.

a. Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Identifikasi faktor internal berupa kekuatan (strength) dan


kelemahan (weakness) wilayah perairan Laut Halmahera untuk
penguatan pertahanan maritim dilakukan untuk data-data sekunder
dan kajian pustaka serta hasil wawancara dengan stakeholder.

Tabel 7. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)


- Potensi perikanan tangkap jenis ikan pelagis - Kondisi cuaca di laut yang susah
kecil dan pelagis besar diprediksi, terutama untuk kesela-
matan nelayan kecil
Internal

- Dukungan pemerintah daerah dengan pene-


tapan RZWP3K - Pemasaran hasil tangkap terbatas
- Tersedianya tenaga terampil penyiapan - Jumlah tenaga terampil terbatas.
komoditas ekspor

Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)


- Perairan yang langsung berhadapan dengan - Perairan terbuka berpeluang terjadi-
negara tetangga memudahkan dalam ekspor, nya kegiatan IUU Fishing
Eksternal

terlebih didukung ALKI


- Ketergantungan ekspor hasil perika-
- Prioritas pembangunan KEK dan SKPT nan melalui Bitung
- Kerjasama regional - Tidak menjadi prioritas KSN dan
belum adanya KAW

Strength (Kekuatan)
Perairan Laut Halmahera
memiliki potensi perikanan

102 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


tangkap jenis ikan pelagis kecil yang mampu mempersiapkan
dan pelagis besar. Perikanan komoditas ikan sesuai standar
pelagis kecil masih tersedia dan ekspor menjadi syarat utama.
bisa dilakukan penangkapan SDM dengan kemampuan tersebut
berdasarkan musim ikan, sudah tersedia di beberapa daerah
sedangkan penangkapan ikan di Maluku Utara namun masih
pelagis besar harus sesuai dengan sedikit dibandingkan dengan
kuota yang ditetapkan oleh jumlah potensi perikanan pelagis
RFMO. Kuota penangkapan ikan yang harus dikelola.
pelagis besar ini terus diupayakan Tersedianya tenaga terampil
meningkat melalui lobi-lobi yang mampu mempersiapkan
internasional di forum RFMO. komoditas ikan sesuai standar
Sumberdaya laut yang eksporter bersertifikasi MSC dan
besar tentu menimbulkan Fair Trade untuk produk. Namun
berbagai kepentingan saat ini baru 27 kelompok nelayan
pemanfaatan sehingga harus sekala kecil di Pulau Sanana,
diatur penggunaannya. Selain Ternate, dan Halmahera Selatan.
untuk mencegah adanya konflik
kepentingan, pemerintah daerah
Weakness (Kelemahan)
menetapkan RZWP3K bertujuan
Alam selain menyediakan
untuk konservasi sumberdaya
potensi sumberdaya juga tak jarang
agar keberadaannya tetap
berpotensi menimbulkan bahaya
lestari dan dapat dimanfaatkan
bagi manusia. Perairan Halmahera
secara berkelanjutan. Penetapan
yang kaya dengan sumberdaya
RZWP3K Provinsi Maluku Utara
ikan juga memiliki kondisi cuaca
tertuang dalam Peraturan Daerah
di laut yang susah diprediksi,
Provinsi Maluku Utara Nomor
terutama untuk keselamatan
2 tahun 2018 tentang Rencana
nelayan kecil, kadang-kadang
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
angin datang ketika perairan
Pulau Kecil Provinsi Maluku Utara
tenang.
Tahun 2018 - 2038.
Pemasaran hasil tangkap
Penangkapan ikan yang
terbatas. Selain terbatasnya pasar
memiliki nilai ekspor tentu
karena jejaring perdagangan
menarik kalangan dunia usaha
yang belum terbentuk secara
untuk mengolah bahan baku ikan
baik, juga jumlah komoditas
hingga memiliki standar ekspor.
Ketersediaan tenaga terampil

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 103


yang terbatas yang sesuai standar SKPT diharapkan potensi lokal
ekspor karena terbatasnya jumlah berkualitas dan dapat menembus
tenaga mahir. Untuk memperluas pasar yang lebih luas, terlebih pasar
pasar ekspor, perlu pendekatan internasional, dapat tergarap.
melalui organisasi regional dan Kepesertaan Indonesia dalam
internasional. organisasi regional lingkup Pasifik
Meskipun tenaga terampil dan kerjasama internasional
bersertifikasi, namun jumlahnya sudah selayaknya meneguhkan
masih belum memenuhi. Tenaga posisi Indonesia dengan nilai
terampil tersertifikasi pun masih tawar yang tinggi, baik untuk
terbatas di Ternate, dan 2 tempat mendapatkan porsi yang lebih
lainnya yang jauh dari Laut besar terhadap komoditas laut
Halmahera yaitu Pulau Sanana yang butuh kesepakatan maupun
dan Halmahera Selatan. terbatas. mendapatkan pasar internasional
yang lebih luas. Keterlibatan
Opportunities (Peluang) dalam berbagai organisasi ini
Perairan yang langsung juga menjadi kekuatan tersendiri
berhadapan dengan negara dalam melindungi sumberdaya
tetangga memudahkan dalam laut melalui berbagai kesepakatan
ekspor, terlebih didukung pelarangan praktek IUU Fishing.
keberadaan ALKI III dari kawasan
Pasifik. Meskipun berbagai Threats (Ancaman)
kemudahan bisa diperoleh Perairan terbuka berpeluang
dengan posisi strategis ini, namun terjadinya kegiatan IUU Fishing,
jaminan keamanan bagi pelaku yang bahkan terbukti adanya
perdagangan mutlak diperlukan. peran nelayan asing yang turut
Dibutuhkan sinergi dan kerjasama mengeruk kekayaan ikan secara
antar stakesholder. ilegal di perairan terluar. Bukan hal
Posisi strategis yang sekaligus yang mudah untuk menghadapi
sebagai “beranda depan” wilayah pencutrian ikan perairan
Indonesia yang berhadapan terbuka seperti Laut Halmahera.
langsung dengan negara Pengawasan dan pemantauan
lain mendorong pemerintah sumberdaya perikanan perlu terus
untuk memprioritaskan ditingkatkan.
pembangunan dari pinggiran. Hasil perikanan tangkap di
perairan Laut Halmahera untuk
Melalui pembangunan KEK dan

104 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


kebetuhan ekspor masih dikapalkan melalui dua pelabuhan utama, yaitu
Bitung dan Surabaya. Ketergantungan ekspor hasil perikanan ini bila
tidak segera diantisipasi dengan pengembangan pintu ekspor di lokasi
terdekat dengan wilayah penangkapan ikan maka akan menurunkan
efisiensi dalam pembiayaan dan efektivitas dalam pengiriman. Produk
perikanan menjadi lebih lama di perjalanan.
Posisi geostrategis perairan Maluku Utara yang berhadapan
langsung dengan beberapa negara tetangga belum menjadi prioritas
sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Satu-satunya perhatian
utama pemerintah dalam penataan ruang adalah dengan ditetapkannya
Pulau Yiew sebagai Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), bukan
sebagai prioritas KSN sehingga pengembangannya kurang akselerasi,
terlebih Kawasan Antar Wilayah (KAW) juga belum ditetapkan.

b. Analisis Bobot Faktor


Analisis Bobot Faktor dilakukan untuk menentukan tingkat
urgensi diantara faktor internal itu sendiri, begitu pula terhadap faktor
eksternal. Tabel 8 dan Tabel 9 menunjukkan komparasi urgensi dari
masing-masing faktor.

Tabel 8. Komparasi Urgensi Faktor- Faktor Internal


FAKTOR YANG LEBIH URGEN
FAKTOR INTERNAL
Bobot
a b c d e f Jumlah Faktor
Strength (Kekuatan) (%)
a. Potensi perikanan tangkap a a a e f 3
jenis ikan pelagis kecil dan -
pelagis besar 20
Dukungan pemerintah a c b b f 2
daerah dengan penetapan -
b. RZWP3K 13
Tersedianya tenaga ter- a c c c 3
ampil penyiapan komodi- a -
c. tas ekspor 20
Weaknesses (Kelemahan)

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 105


d. Kondisi cuaca di laut yang a d
susah diprediksi, terutama
c - e d 2
untuk keselamatan nelayan
kecil 13
e. Pemasaran hasil tangkap e e
c d - e 3
terbatas 20
f. Jumlah tenaga terampil f f
c d e - 2 13
terbatas
Jumlah 15 100
(Sumber : Pengolahan data, 2021)

Tabel 9. Komparasi Urgensi Faktor- Faktor Eksternal


FAKTOR YANG LEBIH URGEN
FAKTOR EKSTERNAL Bobot
a b c d e f Jumlah Faktor
Opportunities (Peluang)
a. Perairan yang a c a a a 4
langsung berhada-
pan dengan negara
- 27
tetangga memudahkan
dalam ekspor, terlebih
didukung ALKI
b. Prioritas pembangu- a b b b f 3
- 20
nan KEK dan SKPT
c. Kerjasama regional c b - c c f 3 20
Threats (Ancaman)
d. Perairan terbuka ber- d b d
peluang terjadinya ke- - e d 3 20
giatan IUU Fishing
e. Ketergantungan ek- e b c
spor hasil perikanan
melalui kota di lain d - f 1 7
Pulau (Bitung dan Su-
rabaya)
f. Tidak menjadi prior- a f c
itas KSN dan belum d f - 2 13
adanya KAW
Jumlah 15 100,00
(Sumber : Pengolahan data, 2021)

penopang kemajuan wilayah


Hasil pembobotan faktor
adalah potensi perikanan tangkap
internal menunjukkan dua faktor
jenis ikan pelagis kecil dan pelagis
kekuatan terbesar yang menjadi

106 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


besar (20%) dan tersedianya tenaga terampil penyiapan komoditas
ekspor (20%). Kedua faktor ini berhadapan dengan pemasaran hasil
tangkap terbatas (20%). Faktor eksternal dengan bobot terbesar
adalah perairan yang langsung berhadapan dengan negara tetangga
memudahkan dalam ekspor, terlebih didukung ALKI (27%) yang
merupakan peluang pengembangan ekspor hasil perikanan dengan
kerentanan perairan terbuka yang berpeluang terjadinya kegiatan IUU
Fishing (20%).

c. Analisis Nilai Dukungan dan Keterkaitan


Analisis Nilai Dukungan (ND) digunakan untuk melihat pengaruh
kuat dari suatu faktor dengan mempertimbangkan nilai dari masing-
masing faktor tersebut (nilai dukungan terbesar 5 pada skala nilai 1 -
5), sedangkan Nilai Keterkaitan (NK) merupakan sinergi antar faktor
tersebut. Hasil perhitungan dari ND dan NK seperti di Tabel 10.

Tabel 10. Tabel Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

FAKTOR INTERNAL / BF TNK NRK NBK TNB FKK


No NU ND NBD
EXTERNAL (%)

Strength (Kekuatan)
1 Potensi perikanan tangkap
jenis ikan pelagis kecil dan 3 20 5 1.00 47.00 4.27 0.85 1.85 I
pelagis besar
2 Dukungan pemerintah
daerah dengan penetapan 2 13 3 0.40 41.00 3.72 0.49 0.89 III
RZWP3K
3 Tersedianya tenaga ter-
ampil penyiapan komodi- 3 20 3 0.60 44.00 4 0.8 1.4 II
tas ekspor
S= 4.15
Weaknesses (Kelemahan)
4 Kondisi cuaca di laut yang
susah diprediksi, terutama
2 13 4 0.53 40.00 3.64 0.48 1.02 II
untuk keselamatan nelayan
kecil
5 Pemasaran hasil tangkap
3 20 5 1.00 43.00 3.91 0.78 1.78 I
terbatas
6 Jumlah tenaga terampil
2 13 3 0.40 40.00 3.64 0.48 0.88 II
terbatas
15 100 W= 3.68

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 107


Opportunities (Peluang)
7 Perairan yang langsung
berhadapan dengan negara
tetangga memudahkan 4 27 4 1.07 41.00 3.73 0.99 2.06 I
dalam ekspor, terlebih
didukung ALKI
8 Prioritas pembangunan
KEK dan SKPT 5 20 3 0.60 43.00 3.91 0.78 1.38 III

9 Kerjasama regional 4 20 5 1.00 44.00 4 0.8 1.8 II

O= 5.24

Threats (Ancaman)

10 Perairan terbuka berpe-


luang terjadinya kegiatan 5 20 3 0.60 40.00 3.64 0.73 1.33 I
IUU Fishing
11 Ketergantungan ekspor
hasil perikanan melalui
3 7 3 0.20 29.00 2.64 0.18 0.38 III
kota di lain Pulau (Bitung
dan Surabaya)
12 Tidak menjadi prioritas
KSN dan belum adanya 4 13 3 0.40 35.00 3.18 0.42 0.82 II
KAW

25 107 T= 2.53

Hasil perhitungan ND dimiliki oleh empat komponen


membuktikan bahwa pengaruh analisis yaitu (1) Potensi perikanan
yang paling kuat (ND=5) adalah tangkap jenis ikan pelagis kecil dan
(1) Potensi perikanan tangkap pelagis besar, (2) Pemasaran hasil
jenis ikan pelagis kecil dan tangkap terbatas, (3) Perairan yang
pelagis besar, (2) Pemasaran hasil langsung berhadapan dengan
tangkap terbatas, (3) Prioritas negara tetangga memudahkan
pembangunan KEK dan SKPT, dan dalam ekspor, terlebih didukung
(4) Perairan terbuka berpeluang ALKI, dan (4) Kerjasama regional
terjadinya kegiatan IUU Fishing
Nilai pengaruh yang besar ini . Dari
Nilai Dukungan (ND) kemudian d. Faktor Kunci Keberhasilan
dicari Nilai Bobot Dukungan (FKK)
(NBD) dengan mengalikan Nilai Evaluasi Faktor Internal
Dukungan (ND) dengan Bobot dan Eksternal sehingga dapat
Faktor (BF). Nilai NBD terbesar ditemukan Faktor Kunci

108 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Keberhasilan (FKK) atau Critical Success Factor yang dipercaya atau
diasumsikan sebagai faktor-faktor yang menentukan untuk mencapai
tujuan dan sasarannya sesuai dengan program dan kegiatan yang
ditentukan. FKK merupakan faktor dengan nilai lebih tinggi dari faktor
lainnya baik dari Nilai Urgensi (NU), Nilai Dukungan (ND) maupun
Nilai keterkaitannya (NK) terhadap seluruh faktor dalam lingkungan
internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk menentukan atau
menggambarkan Peta Posisi Kekuatan. FKK mencerminkan nilai
tertinggi dari Total Nilai Bobot (TNB) yang menggambarkan kunci
keberhasilan dari strategi yang akan dilaksanakan.

Tabel 11. Rumusan Strategi

Lingkup Faktor Nilai Keterangan


Internal Strength/Kekuatan (S) S1 = 1,85 Potensi perikanan tangkap jenis ikan pelagis
kecil dan pelagis besar
S3 = 1,4 Tersedianya tenaga terampil penyiapan komod-
itas ekspor
Weakness/Kelemahan W2 = 1,78 Pemasaran hasil tangkap terbatas
W1 = 1,02 Kondisi cuaca di laut yang susah diprediksi,
terutama untuk keselamatan nelayan kecil
Eksternal Opportunitie/Peluang O1 = 2,06 Perairan yang langsung berhadapan dengan
negara tetangga memudahkan dalam ekspor,
terlebih didukung ALKI
O3 = 1,8 Kerjasama regional
Threats/Ancaman T1 = 1,33 Perairan terbuka berpeluang terjadinya kegiatan
IUU Fishing
T3 = 0,82 Tidak menjadi prioritas KSN dan belum adanya
KAW

e. Peta Posisi Kekuatan (Matriks SWOT)


Berdasarkan hasil pembobotan urgensi dan keterkaitan antar
variabel diperoleh bahwa faktor internal ( S = 4,15 dan W = 3,68),
sedangkan faktor eksternal (O = 5,24 dan T = 2,53). Jika diplot pada
diagram maka akan tergambar sebagaimana Gambar 1.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 109


Gambar 8. Peta Posisi Kekuatan Pengembangan Kawasan Perairan
Laut Halmahera

Dari hasil perhitungan FKK kemudian dilakukan formulasi SWOT


yang dapat dirumuskan dengan strategi Kuadran I. Dalam analisis
SWOT, posisi Kuadran I menunjukkan sifat Ekspansif/Pertumbuhan,
Kuadran II sifat Diversifikasi, Kuadran III Defensif, dan Kuadran IV
Turn-around.

Tabel 12. Formulasi Prioritas Strategi SWOT

ST : Diversifikasi SO : Ekspansi & Pertumbuhan


a. Melindungi sumberdaya perikanan ikan pelagis a. Mengoptimalkan potensi perikanan tangkap
kecil dan pelagis besar dari pengambilan sum- jenis ikan pelagis kecil dan pelagis besar melalui
berdaya yang melanggar ketentuan. penangkapan ikan yang terukur

b. Peningkatan upaya pengawasan terhadap ter- b. Mengembangkan pelabuhan dan sarana/prasa-


jadinya kegiatan IUU Fishing melalui peningka- rana ekspor/pemasaran Perairan yang langsung
tan sarana dan prasarana, penindakan tegas di berhadapan dengan negara tetangga memudah-
lapangan, koordinasi antar elemen pengawasan kan dalam ekspor, terlebih didukung ALKI
dan pertanahan laut, melakukan kesepakatan
dengan negara tetangga untuk mencegah ter-
jasinya IUUF

110 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


WT : Defensif & Survival WO : Stabilitas & Rasionalisasi
a. Kualitas dan kapasitas tenaga kerja harus terus a. Perlu dilakukan perluasan pemasaran hasil
ditingkatkan agar pasar perikanan tidak terle- tangkap terbatas ke negara lain melalui berbagai
pas, bahkan diharapkan dapat menembus pasar promosi dan lobi-lobi perdagangan regional dan
yang lebih luas dengan kualitas komoditas yang internasional.
memenuhi standar

b. Upaya menghasilkan kesepakatan dengan neg-


ara tetangga dan komitmen regional harus terus b. Perairan yang langsung berhadapan dengan
ditingkatkan agar masing-masing negara saling negara tetangga memudahkan dalam ekspor,
menghormati hak atas sumberdayanya dengan terlebih didukung ALKI konektivitasnya harus
tidak melakukan IUU Fishing, terutama Indo- dibangun dan ditingkatkan secara efisien dan
nesia dengan perairan terbuka khusunya Laut efektif sehingga ekspor komoditas perikanan
Halmahera dan Lautan Pasifik dapat ditingkatkan volume dan nilainya.

Berdasarkan hasil formulasi menjaga kesehatan perairan,


strategi SWOT, maka strategi serta memicu pertumbuhan
prioritas yang dapat mendukung ekonomi dan menciptakan tu-
penguatan kawasan Perairan runan ekonomi baru.
Laut Halmahera sebagai Gerbang a. P e n i n g k a t a n
Pasifik adalah: produktivitas nelayan
melalui peningkatan dan
f. Prioritas Utama (Ekspansi & penambahan armada
Pertumbuhan) penangkapan beserta
1) Peningkatan kapasitas pen- sarana pendukungnya.
angkapan ikan secara terukur Selain itu Indonesia akan
melalui peningkatan armada meningkatkan fishing ca-
kapal tangkap dan alat tang-
pacity di wilayah WCP-
kap yang sesuai dengan po-
FC dengan meningkatkan
tensi dan karakteristik tempat
jumlah kapal yang terdaf-
penangkapan supaya tidak
terjadi overfishing. Penangka- tar dan beroperasi di wi-
pan ikan harus dilakukan se- layah konvensi WCPFC,
suai dengan musim jenis ikan dalam rangka pemulihan
dengan alat tangkap yang ses- ekonomi.
uai untuk menghindari terjad-
b. Pengadaan kapal
inya penangkapan tak sengan-
ya atau by catch. Tujuan dari penampung/pengangkut
ketentuan ini adalah untuk ikan;

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 111


2) Aktivitas penangkapan ikan dan prasarana pendukung
harus didukung dengan SKPT, berupa energi,
pengembangan pelabuhan dan telekomunikasi, pelatihan
sarana/prasarana pengolahan kelembagaan, listrik, air
ikan untuk memenuhi bersih, pengolahan hasil
kualitas standar pasar atau perikanan, perumahan,
ekspor. Posisi perairan Laut pemasaran, perbengkelan
Halmahera yang dilalui ALKI mesin dan docking kapal,
III tentu mempermudah dalam serta fasilitas sosial
melakukan ekspor. Untuk (pendidikan dan kesehatan)
itu sistem kepelabuhanan d. Membangun Integrated
dan sistem logistik harus Cold Storage (ICS) 200 ton
dipersiapkan dengan matang. sehingga kesiapan pemasa-
Kementerian Kelautan dan ran ikan menjadi lebih baik
Perikanan melalui Program dan kualitasnya terjaga.
SKPT memiliki strategi sebagai
e. Pengembangan fasilitas
berikut:
pelabuhan agar dapat digu-
a. Pembangunan dan nakan untuk bongkar muat
pengembangan sarana kontainer 40 ft.
dan sarana kelautan
dan perikanan secara g. Prioritas Kedua (Stabilitas &
terintegrasi untuk Rasionalisasi)
menopang usaha ekonomi 1) Perlu dilakukan perluasan pe-
nelayan dan pembudidaya masaran hasil tangkap terbatas
yang bersifat tradisional ke negara lain melalui berbagai
dan konvensional dapat promosi dan lobi-lobi perda-
berkembang menjadi bisnis gangan regional dan internasi-
kelautan dan perikanan onal. Indonesia sudah menjalin
yang berskala ekonomi dan perjanjian perdagangan inter-
berorientasi pasar; nasional di bidang perikanan
dengan beberapa negara seper-
b. Prioritas pengembangan
ti Australia, Chile, dan Jepang.
pada komoditas perikanan
Kerjasama dilakukan untuk
unggulan dari Kab. Pulau
menekan beamasuk. Perund-
Morotai, yaitu: TTC (Tuna,
ingan perdagangan internasi-
Tongkol, dan Cakalang);
onal di bidang perikanan den-
c. pengembangan sarana gan Turki, Peru, Mozambik,

112 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Maroko, Iran, dan Uni Eropa. gan maupun Indonesia Trade
Terkait strategi perdagangan Promotion Center (ITPC). Tan-
internasional, Kementerian tangan yang dihadapi umum-
Perdagangan menerapkan 6 nya terkait dengan tingginya
strategi perdagangan luar neg- standar kualitas produk (untuk
eri, yaitu: pasar Jepang), dan ketatnya kri-
teria produk untuk masuk pas-
a) Mencari dan
ar AS diantaranya adalah isu
memanfaatkan peluang
non-IUU Fishing, sustainability,
pasar ekspor di negara-
dan traceability. Tantangan lain
negara non tradisional.
berupa tingginya bea masuk
b) Menyelesaikan perjanjian
produk perikanan ke pasar tra-
perdagangan internasion-
disional seperti Jepang dan EU,
al
dan upaya diversifikasi pasar
c) Promosi dagang untuk non tradisional seper-
ti Rusia, Amerika Latin, Afri-
d) Misi dagang melalui forum
ka, dan Timur Tengah yang
bisnis, business matching,
masih mengalami hambatan
dan dialog bisnis.
karena belum tercapainya kes-
e) Memastikan arus barang epakatan Comprehensive Eco-
masuk terutama bahan nomic Partnership Agreement
baku dan penolong yang (CEPA).
akan diolah menjadi ba-
Strategi peningkatan ekspor
rang ekspor
yang dilakukan oleh Kemente-
f) Kepastian hukum dan rian Kelautan dan Perikanan,
proses untuk melakukan berupa:
ekspor dan impor dalam
a) Pemenuhan bahan baku
pengurusan perijinan.
Unit Pengolahan Ikan
khususnya bahan baku
dari dalam negeri, seperti
Kementerian Kelautan dan
melalui peningkatan
Perikanan selalu berkoordinasi
produksi berbasis
dengan seluruh pihak yaitu Ke-
kawasan/klaster dan
menterian Luar Negeri, BKPM,
WPP
dan Kementerian Perdagangan
b) Peningkatan nilai
melalui kantor perwakilan In-
tambah produk ekspor
donesia di negara tujuan ek-
melalui penguatan
spor, baik itu atase perdagan-
sistem rantai dingin dan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 113


pengembangan ragam kebutuhan pada setiap
produk rantai bisnis perikanan
c) Penataan sistem (hulu-hilir)
jaringan produksi,
distribusi, pengolahan Strategi lain yang dilakukan
dan pemasaran (sistem
adalah melakukan ekspor
logistik perikanan hulu-
langsung perikanan dari Kawasan
hilir)
d) Pemenuhan kepatuhan Timur Indonesia untuk efisiensi
sesuai persyaratan ekspor biaya dan waktu logistik ekspor
negara tujuan produk perikanan, menjaga
e) Partisipasi dalam mutu dan keamanan produk
pameran internasional, perikanan. Perairan yang langsung
branding product, buyer berhadapan dengan negara
mission, business matching, tetangga memudahkan dalam
serta fasilitasi promosi ekspor, terlebih didukung ALKI
dan pemasaran di media konektivitasnya harus dibangun
online dan ditingkatkan secara efisien dan
f) Kerjasama promosi efektif sehingga ekspor komoditas
dan market intelligence perikanan dapat ditingkatkan
dengan instansi/lembaga volume dan nilainya.
pemerintah dan/atau non Pemerataan konektivitas
pemerintah di dalam dan transportasi laut ke seluruh
luar negeri dalam rangka wilayah NKRI. Komitmen nasional
penguatan dan perluasan untuk periode pembangunan
pasar ekspor 2020-2024 salah satunya adalah
g) Sinergi penerapan aplikasi
dalam menyediakan pemerataan
sistem telusur stok ikan
konektivitas, termasuk
dan produk perikanan
(pemerintah dan/atau konektivitas jaringan pelayaran
swasta) sesuai persyaratan dan penyediaan pelabuhan laut,
ekspor negara tujuan hingga ke seluruh pelosok tanah
h) Diplomasi penanganan air. Kegiatan pengelolaan dan
hambatan dan penurunan penyelenggaraan di bidang lalu
tarif bea masuk di negara lintas dan angkutan laut untuk
tujuan ekspor Tol Laut penyelenggaraannya
i) Peningkatan kompetensi dengan mekanisme penugasan
dan jumlah SDM Kelautan dan swasta dengan lokasi
dan Perikanan sesuai Surabaya, Belawan, Teluk Bayur,

114 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tanjung Priok, Makassar, Luwuk, ekonomi kawasan dilakukan
Kendari, Saumlaki, Kupang, melalui peningkatan kualitas
Tahuna, Morotai, dan Dobo untuk dan kapasitas tenaga kerja agar
tahun Anggaran 2020 - 2024. pasar perikanan tidak terlepas,
Pengembangannya pelabuhan bahkan diharapkan dapat
di Morotai adalah di Pelabuhan menembus pasar yang lebih luas
Daruba dan Wayabula yang dengan kualitas komoditas yang
tahun ini masih pada tahap studi memenuhi standar. Kebijakan ini
penyusunan Rencana Induk menekankan kepada:
Pelabuhan (LPSE-Kementerian 1) Penguatan SDM
Perhubungan). dan kelembagaan
agar kapasitas dan
kompetensi nelayan
h. Prioritas Ketiga (Diversifika-
lebih baik sehingga
si)
produktivitas produk
Kebijakan diversifikasi dan hasil pengolahan
sebagai prioritas ketiga dilakukan perikanan meningkat
untuk dapat (1) sumberdaya dan mendorong
perikanan ikan pelagis kecil dan perolehan sertifikat MSC
pelagis besar dari pengambilan dan Fair Trade. Selain
sumberdaya yang melanggar itu, mendorong bisnis
ketentuan, dan (2) peningkatan perikanan menggunakan
upaya pengawasan terhadap sistem dan model bisnis
terjadinya kegiatan IUU Fishing yang lebih modern melalui
melalui peningkatan sarana dan korporatisasi sehingga
prasarana, penindakan tegas di manfaat diperoleh dalam
lapangan, koordinasi antar elemen jumlah yang lebih besar;
pengawasan dan pertanahan laut, 2) Pendampingan untuk
melakukan kesepakatan dengan memberikan pembinaan,
negara tetangga untuk mencegah asistensi dan supervisi
terjadinya IUUF pelaksanaan bisnis
kelautan dan perikanan
rakyat di pulau-pulau
i. Prioritas Keempat (Defensif kecil dan/atau kawasan
dan Survival) perbatasan.
Strategi defensif dan survival 3) Pendampingan dilakukan
sebagai kebijakan untuk menjaga dengan menempatkan
sustainabilitas pengembangan tenaga pendamping/

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 115


fasilitator yang bertugas Timor Leste, Selandia Baru,
memberikan pembinaan PNG, Palau, Jepang, India, Korea
bagi nelayan dan Selatan, Srilanka, Bangladesh,
pembudidaya serta Vietnam), dan (3) Kawasan
kelembagaannya Afrika dan Timur Tengah (Sudan,
sehingga nelayan dan Mozambik, Namibia, Arab Saudi,
pembudidaya memiliki Maroko, PEA). Status kerjasama
kapasitas yang baik penanggulangan IUUF saat ini:
dalam hal manajemen 1) Proses pembahasan MoU
dan teknis terkait bisnis dengan beberapa negara
kelautan dan perikanan mitra masih terus berjalan,
yang dikembangkan, namun hal tersebut
serta kelembagaan usaha bukan halangan untuk
menjadi efektif. melakukan kerja sama.
2) MoU dengan China;
Strategi defensif dan survival saat ini masih dilakukan
juga dilakukan melalui komitmen pembahasan MoU terkait
kerjasama dengan negara tetangga. kerja sama di bidang
Upaya menghasilkan kesepakatan kelautan dan perikanan
dengan negara tetangga dan termasuk pemberantasan
IUU fishing.
komitmen regional harus terus
3) Dengan Malaysia, aparat
ditingkatkan agar masing-masing
Indonesia sudah ada
negara saling menghormati hak MoU terkait penanganan
atas sumberdayanya dengan tidak IUU fishing di unresolved
melakukan IUU Fishing, terutama maritime boundaries, dan
Indonesia dengan perairan terbuka ini sudah berjalan. Bahkan
khususnya Laut Halmahera dan sudah ada agenda Patkor
Lautan Pasifik. Malindo.
Perjanjian Bilateral untuk 4) Perlu diketahui juga
memberantas IUUF dan bahwa Thailand, Malaysia
memajukan tata kelola perikanan dan Filiphina, merupakan
berkelanjutan dilakukan untuk tiga negara anggota RPOA-
kawasan utama, yaitu (1) Kawasan IUU, jadi kerja sama yang
Amerika dan Eropa (US, Inggris, dilakukan adalah melalui
Norwegia, Denmark, Perancis, penerapan core elemen
Rusia, Chile, dan Belanda), (2) dalam rangka penerapan
Kawasan Asia Pasifik (Australia, tata kelola perikanan

116 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


yang berkelanjutan dan nal. Keterbatasan akses pasar,
pemberantasan IUU terutama internasional, juga
fishing. menjadi hambatan tersendiri
dalam memajukan perekono-
Kesimpulan mian sektor perikanan.
3. Berbagai permasalahan diatas
dapat diatasi melalui priorita-
1. Penguatan ekonomi kawasan
si pembangunan didasarkan
terluar merupakan salah satu
pada analisis SWOT. Prioritas
cara meningkatkan ketahanan
utama dalam penyelesaian
wilayah, baik terhadap gang-
masalah tersebut dilakukan
guan dari dalam maupun an-
antara lain dengan:
caman dari luar wilayah teru-
1) Peningkatan kapasitas
tama terhadap keberlanjutan penangkapan ikan
pembangunan sektor maritim. secara terukur melalui
2. Salah satu permasalahan yang peningkatan armada
dihadapi masyarakat di ka- kapal tangkap dan alat
wasan luar Maluku Utara ada- tangkap yang sesuai
lah belum optimalnya peman- dengan potensi dan
faatan sumberdaya maritim karakteristik tempat
terutama potensi perikanan penangkapan supaya
yang cukup besar. Jenis ikan tidak terjadi overfishing.
pelagis besar tercatat sebagai Penangkapan ikan harus
potensi andalan yang belum dilakukan sesuai dengan
sepenuhnya dapat dijangkau musim jenis ikan dengan
untuk wilayah ZEE dan laut alat tangkap yang sesuai
lepas (high seas). Hal ini dise- untuk menghindari
babkan oleh kemampuan dan terjadinya penangkapan
keahlian sumberdaya manu- tak senganya atau by
sia dalam teknik penangkapan catch.
maupun pengelolaan ikan ha- 2) Aktivitas penangkapan
ikan harus didukung
sil tangkapan. Di sisi lain, ke-
dengan pengembangan
beradaan nelayan asing yang
pelabuhan dan sarana/
melakukan aktivitas perika- prasarana pengolahan
nan secara ilegal menimbul- ikan untuk memenuhi
kan kecemasan tersendiri bagi kualitas standar pasar
nelayan lokal maupun nasio- atau ekspor.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 117


4. Prioritas pendukung yang Sebagai Strategi Perlindungan
dapat diterapkan antara lain: dan Pembangunan Industri
1) Perlu dilakukan perluasan Perikanan Di Indonesia: Ma-
pemasaran hasil tangkap salah-Masalah Hukum, 49 (3)
terbatas ke negara 303-313
lain melalui berbagai A. Zamroni, S. H. Suryawati, A.
promosi dan lobi-lobi Ramadhan, S. Koeshendra-
perdagangan regional jana. (2019). Pengembangan
dan internasional. Industri Perikanan Di Kabu-
2) Strategi lain yang paten Pulau Morotai: Sebuah
dilakukan adalah Konsep Ilmiah Untuk Model
melakukan ekspor Integrasi Ekonomi: Jurnal Per-
langsung perikanan ikanan dan Kelautan 9 (1).15
dari Kawasan Timur - 34
Indonesia untuk efisiensi Akbar, N., Zamani, N. P. (2014).
biaya dan waktu Keragaman Genetik Ikan Tuna
logistik ekspor produk Sirip Kuning (Thunnus albaca-
perikanan, menjaga mutu res) dari Dua Populasi di Laut
dan keamanan produk Maluku, Indonesia: Depik 3(1)
perikanan. 65-73
Anggriawan MaydwikaD.( ),
Persantunan Setiyo PranowoW., Harso-
Penulis mengucapkan terima noG., Budi SukocoN., & Put-
kasih kepada para narasumber raI. (2020). Perencanaan Jad-
dan responden pejabat bidang wal Patroli Keamanan Laut
kemaritiman, kelautan dan Berdasarkan Pola Sebaran
Klorofil-A Dan Hasil Tangka-
perikanan yang telah memberikan pan Skipjack Tuna Di Perairan
masukan, data, dan informasi yang Laut Maluku. Jurnal Chart
digunakan untuk penyusunan Datum, 6(2), 12-20. https://
tulisan ini. doi.org/10.37875/chartdatum.
v6i2.186
Daftar Pustaka Ariadno, M. K. ( ). Kepentingan
Indonesia Dalam Pengelolaan
Perikanan Laut Bebas. Indo-
A. Soemarmi, E. Indarti, Pujiy- nesian Journal of International
ono, M. Azhar, D. Wijayan- Law, 2(3), 503 - 544
to. (2020). Teknologi Vessel
Monitoring System (VMS) Aryuni Yuliantiningsih. (2009)

118 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


“The Participation of Indo- NUDDIN
nesia in Regional Fisheries
Indriyani, R. (2015). Otoritas In-
Management Organizations
ternasional Dalam Konserva-
(RFMOs) : The Legal and Hu-
si Dan Pengelolaan Sumber
kum. 6(2). 2019. 137-145. DOI
Daya Perikanan Di Laut Lepas
: 10.25134/unifikasi.v6i2.1943
Melalui Forum Regional Fish-
Globalization Perspectives”.
eries Management Organi-
UNIFIKASI : Jurnal Ilmu
zation (Rfmo) Dan Implikasi
Fadly Rahman. (2019). “Negeri Bagi Keanggotaan Indonesia. [
Rempah-Rempah” Dari Masa 48 ] DIALOGIA IURIDICA.
Bersemi Hingga Gugurnya
KKP. (2017). Review dan Penyem-
Kejayaan Rempah-Rempah:
purnaan Masterplan dan Bis-
Patanjala 11(3) 347-362
nisplan PSKPT di Kabupaten
Firdaus, M. (2018). Profil Perika- Pulau Morotai
nan Tuna dan Cakalang Di In-
KKP. (2019). Mekanisme dan
donesia: Buletin Ilmiah ”Mari-
Perhitungan Alokasi Tuna di
na” Sosial Ekonomi KElautan
RFMO: Presentasi Kasubdit SDI
dan Perikanan 4(1) 23-32
ZEEI dan Laut Lepas. www.
H. M. Putri, R. Pramoda, M. kkp.go.id
Firdaus. (2017). KEbijakan
M. A. Hanafi, Absori, K. Dimya-
Penenggelaman Kapal Pencu-
ti, A.A. Syawal, A. Budiono.
ri Ikan Di Wilayah Perairan
(2020). Law Enforcement of
Indonesia Dalam Perspektif
Fisheries Crime in North Ma-
Hukum: Jurnal Kebijakan So-
luku Province through Tran-
sial Ekonomi. KP Vol. 7 No. 2
scendental Paradigm: Journal
Desember 2017: 91-102
of Transcendental Law. 2(1).
Hanafi, M. A. ( 2019 ). Penegakan 45-60
Hukum Tindak Pidana Perika-
N. Hutajului, A. Syahrin, M. Mu-
nan di Provinsi Maluku Utara
lyadi, Marlina. (2014). Analisis
Dengan Pendekatan Transen-
Hukum Pidana Terhadap Pen-
dental: Disertasi, Universitas
curian Ikan Di Zona Ekonomi
Muhammadiyah Surakarta
Ekslusif Indonesia Wilayah
Hartati, H.A. (2015). Peluang Dan Pengelolaan Perikanan Re-
Tantangan Kerjasama Indone- publik Indonesia (Studi Putu-
sia-Filipina Dalam Menangani san No:03/PID.SUS.P/2012/
Illegal Fishing: Skripsi, Ju- PN.MDN): USU Law Journal,
rusan Ilmu Hubungan Intern- Vol.II-No.1 (Feb-2014) 230-247
asional UNIVERSITAS HASA-
Ma’mun, A., Priatna, A., Herlis-

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 119


man. (2018). Pola Sebaran Ikan pah. Kapata Arkeologi, 8(1),
Pelagis dan Kondisi Osean- 1-8. https://doi.org/10.24832/
ografi Di Wilayah Pengelolaan kapata.v8i1.175
Perikanan Negara Republik
Peraturan Menteri Kelautan dan
Indonesia 715 Pada Musim
Perikanan Nomor 18 Tahun
Peralihan barat. Jurnal Peneli-
2021 Tentang Penempatan
tian Perikanan Indonesia 24(3)
Alat Penangkapan Ikan dan
197 - 208
Alat Bantu Penangkaoan Ikan
Marlon NR Ririmasse. (2017). Di Wilayah Pengelolaan Peri-
Sebelum Jalur Rempah: Awal kanan Negara Republik In-
Interaksi Niaga Lintas Batas donesia dan Laut Lepas Serta
Di Maluku Dalam Perspektif Penataan Andon Penangka-
Arkeologi: Kapata Arkeologi, pan Ikan
13(1), 47-54
Peraturan Menteri Kelautan dan
Muhamad, S. V. (2012) Illegal Perikanan Nomor 28 Tahun
Fishing Di Perairan Indone- 2021 Tentang Penyelengga-
sia: Permasalahan Dan Upaya raan Penataan Ruang Laut
Penanganannya Secara Bilat-
Peraturan Menteri Kelautan Dan
eral Di Kawasan: Politica 3(1),
Perikanan Nomor 48/Per-
59-86
men-Kp/2015 Tentang Pedo-
Nia N H Ridwan. (2010). Potensi man Umum Pembangunan
Sumberdaya Arkeologi Laut Sentra Kelautan Dan Perika-
Di Perairan Kawasan Timur nan Terpadu Di Pulau-Pulau
Indonesia: Prosiding Simpo- Kecil Dan Kawasan Perbata-
sium Nasional Pembangunan san
Sektor Kelautan dan Peri-
Peraturan Menteri Kelautan Dan
kanan Kawasan Timur Indo-
Perikanan Republik Indonesia
nesia
Nomor 23 Tahun 2021 Ten-
Nugroho, D & Suherman B.A. tang Standar Laik Operasi Dan
(2013) Kebijakan Rumponisasi Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan Pukat Cincin Indo- Perikanan
nesia Yang Beroperasi Di Pe-
Purwanti, I. , Prasetyo, Y., Wi-
rairan Laut Lepas: Jurnal Ke-
jaya, A. P. (2017). Analisis
bijakan Perikanan Indonesia,
Pola Persebaran Klorofil-a,
5(2) 97-106
Suhu Permukaan LAut, dan
Pattikayhatu, J. A. (2012). Bandar Arah Angin Untuk Identifikasi
Niaga di Perairan Maluku dan Kawasan Upwelling Secara
Perdagangan Rempah-Rem- Temporal Tahun 2003 - 2016.

120 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Jurnal Geodesi UNDIP 6(4) Steni J. Mambu, Magdalena Wul-
506 - 516 lur, Willem J.F.A Tumbuan.
(2017). Peta Potensi Halma-
Purwanto dan Wudianto. (2011). hera Utara Menuju Kawasan
Perkembangan Dan Optimis- Ekonomi Khusus: Jurnal
asi Produksi Perikanan Laut EMBA 5(2) 511 - 519
di Indonesia. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia 3(2) 81-99 Suman, A., Irianto, H.E., Satria, F.
Amri, K., (2016). Potensi dan
R.Z. Leirissa. (1990). Masyarakat TIngkat Pemanfaatan Sumber
Halmahera Dan Raja Jailolo. Daya Ikan Di Wilayah Pen-
Studi Tentang Sejarah Masy- gelolaan Perikanan Negara
arakat Maluku Utara: Disertasi Republik Indonesia Tahun
Rehatta, V.J. (2014). Penyele- 2015 Serta Opsi Pengelolaan-
saian Sengketa Perikanan Di nya. Jurnal Kebijakan Perika-
Laut Lepas Menurut Hukum nan Indonesia 8(2) 97-110
Internasional. SASI, 20(1), Suman, A.,Satria, F, Nugraha,
64-70. DOI: https://doi. B,, Priatna, A., Amri, K., Ma-
org/10.47268/sasi.v20i1.346. hiswara., (2018). Status Stok
Runtunuwu, K. G. (2014). Imple- Sumber Daya Ikan Tahun 2016
mentasi Pemanfaatan Laut di Wilayah Pengelolaan Peri-
Lepas Menurut Konvensi Hu- kanan Negara Republik Indo-
kum Laut 1982. Lex et Societa- nesia (Wpp Nri) dan Alternatif
tis, 2(3). 61 - 70 Pengelolaannya. Jurnal Kebija-
kan Perikanan Indonesia 10(2)
Siahaya, M. I., Karisoh, F. J. M. M. 107 - 128
M., Tooy, M. N. (2021). Pene-
gakan Hukum Terhada[ Kapal Surinati, D.,Cahya, C.N, D. Setyo-
Asing Yang Melakukan Illegal hadi. (2016). Pengaruh Pa-
Fishing Di Wilayah Perairan rameter Oseanografi terhadap
Indonesia Menurut UNCLOS Distribusi Ikan: OSEANA 2016
1982: Lex Crimen 10(5) 34-46 41(4) 1-14
Sihombing, Y. H. (2017). Opti- Sutisna, D. H. (2005). Strategi
malisasi Hukum Laut Nasio- Penanggulangan IUU Fishing
nal untuk Pengembangan Melalui Pendekatan Ekonomi
Potensi Sumber Daya Peri- (Studi Kasus Di Perairan Laut
kanan di Indonesia. Jurnal Arafura). Makalah Pribadi
Hukum Lingkungan Indone- Falsafah Sain. Sekolah Pasca
sia, 3(2), 97–123. https://doi. Sarjana INSTITUT PERTANI-
org/10.38011/jhli.v3i2.43 AN BOGOR

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 121


T. Sofiati, D. Alwi. (2018). Strategi Yanti A. Lewerissa. (2010). PRAK-
Pengelolaan Perikanan Tuna TEK ILLEGAL FISHING DI
Di Kabupaten Pulau Morotai: PERAIRAN MALUKU SE-
JURNAL ILMU KELAUTAN BAGAI BENTUK KEJAHA-
KEPULAUAN, 1(2) 22-29 TAN EKONOMI : Jurnal Sasi
16(3) 61-68
Tangke, U. ,Karuwal, J.W. C,
Zaiinuddin, M., Mallawa, Yanti, B. V. I dan Muawanah, U.
A.(2015). Sebaran Suhu PEr- (2020). Dinamika Kesepaka-
mukaan Laut Dan Klorofil - A tan PErdagangan Lintas Batas
Pengaruhnya Terhadap Hasil Antyara Indonesia dan Malay-
Tangkapan Yellowfin Tuna sia dan PEngembangan Sentra
(Thunnus albacares) Di Perai- Kelautan dan Perikanan Ter-
ran Laut Halmahera. Jurnal padu (SKPT) di Kalimantan
IPTEKS PSP 2(3) 248 - 260 Utara: Journal Kebijakan So-
sial dan Ekonomi KP 10(1)
Tangke, U. ,Karuwal, J.W. C,
Mallawa, A., Zaiinuddin, M.
(2016). Analisis Hunungan
Suhu PErmukaan Laut, Sali-
nitas, Dan Arus Dengan Ha-
sil Tangkapan Ikan Tuna Di
PErairan Bagian BArat Pulau
HAlmahera. Jurnal IPTEKS
PSP 3(5) 368 - 382
U. Hasan, H. Harianto, C. Sarwan-
to. (2019). PERENCANAAN
MODEL DAN STRATEGI
PENGELOLAAN SENTRA
KELAUTAN DAN PERI-
KANAN TERPADU (SKPT)
BIAK DI KABUPATEN BIAK
NUMFOR, PAPUA. Jurnal
Kebijakan Sosial Ekonomi 9(2)
79 - 92
Waluyo, W., Lesono, S. , Guruh
S, M. (2018). Karakteristik Sea
Keeping Kapal Angkut Ikan
60 GT di Sebaran Wilayah
Perikanan Perairan Indonesia:
Jurnal Wave 12(2) 89-94

122 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


On the integration of data from Satellite-Derived
Bathymetry, drone LiDAR topography, and Single-
Beam Echosounder launched from Unmanned
Surface Vehicle for depicting intertidal zone of an
outer island: A preliminary results on a case study
from Yiew Island, east of Halmahera

Yanuar Handwiono, Captain, Security & Cooperation Assistant, Indonesian Naval


Hydro-Oceanographic Center
Poerbandono, Associate Professor, Lecturer, Bandung Institute of Technology

Introduction as provided by the Indonesian Hy-


drographic Data Centre (IHDC)

Y
iew, or ‘Jiew’ in earlier spell- interface along with the identifica-
tion of the connected outer island’s
ing of formal Indonesian
baselines (see: dashed line) is indi-
language, is one among 91
cated. Understanding the fact that
Indonesia’s most outer islands. It is
the Yiew Island is surrounded by
located approximately 50 km east
shallow bathymetry constructed
of Halmahera Island with official from fringing reef (Figure 2), it is
geodetic coordinates of 0°43′39″N almost trivia to a deploy conven-
and 129°8′30″E. The role of Yiew Is- tional surveying by means of stan-
land as one among the Indonesia’s dard hydrographic technique. It is
outer island is hence very strategic the purpose of this article in com-
considering issues related to sov- municating a novel method for ac-
ereignty, defence, and security. In curately acquiring small island’s
Figure 1 the location of Yiew Island coastal slope in a remote area.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 123


cannot be acquired according to
Figure 1. Yiew Island along with only a single mode of surveying
the identification of the connected technique. Recently, alternate
outer island’s baselines (see: technique in acquiring coastal data
dashed line) (Source: Indonesian has been developed with quite a
Hydrographic Data Centre - significant degree of success. It is
IHDC) based on the launching of multiple
surveying platforms facilitating
in-situ, air-borne, and extra-
terrestrial sensors, with minimum
Apparently along with
involvement of survey personnel
information of the tidal heights,
as it is also shown herein. A
accurate depiction of island’s
Single-Beam Echosounder, LiDAR
surface particularly on the intertidal
topography, and Optical Satellite
zone is critical for the precise
Imagery are used to construct an
determination of tide-coordinated
optimum model of coastal surface
coastline i.e., high, mean, and low
particularly in the inter-tidal zone
water. Unfortunately, the detailed
i.e., the area between high- and
surface model covering the
low-tide.
coastal belt for the determination
To date, we know that depth
of tide-coordinated coastline
data can be acquired by various

124 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


means. Sonar system, such as an impression the surrounding
multi-beam echo sounder and shallow area of Yiew Island
its peripherals, is known to be according to Satellite-Derived
the well-established technique in Bathymetry technique interpreted
collecting depth data. However, from Synthetic Aperture Radar
in shallow and non-navigable - Sentinel 2A. It can be seen
water alternate methods, such as from Figure 2 that the limited
or LiDAR and Satellite-Derived resolution and light attenuation
Bathymetry, offer advantageous of the imagery used, respectively
options. Whilst LiDAR survey is prevent the generation of higher
subject to economic scale, Satellite- resolution and deeper water
Derived Bathymetry would column penetration. However,
economically be efficient at any these results would be promising to
scale. Unfortunately, Satellite- bridge the conventional surveying
Derived Bathymetry is subject to approaches that applies separate
issues on resolution and vertical technique to acquire data from
accuracy. In Figure 2 we show land and ocean areas.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 125


Figure 2. Surface model derived from Synthetic Aperture Radar -
Sentinel 2A data as interpreted using Watcor-X shows bathymetry
in the surrounding shallow area of Yiew Island, along with the
approximate indication of airborne and seaborne surveys: solid line
indicates the coverage of single beam echo sounder and dashed line
indicates the coverage of LiDAR topography

Traditionally, the area above during the expedition.


high tide has been well handled by As it is seen in Figure 2, a
topographical surveying technique deployment test is undertaken
referring to means sea level as to launch multiple surveying
vertical datum. On the other hand, platforms for acquiring data from
the area below the low tide has been the area indicated (see: white
well captured by hydrographic solid and dashed lines). The
survey referring to chart datum. deployment test shall proof the
The vertical separation between concept of integrating data from an
high- and low-tide, termed as airborne and seaborne platform.
transition zone, is often neglected. The airborne platform surveying
Conventional topographic or methods relies on global navigation
hydrographic survey techniques satellite system for three-
are usually averse to go the so- dimensional positioning. Ellipsoid
called half-wetted area. In addition will be the underlying reference.
to that, problems usually arise in On the other hand, the surveying
the convention of vertical datum. from the seaborne platform will
Mean sea level is not common rely on the use of a tidal level for
to hydrographic surveyors, the vertical reference and global
while topographic surveyor is navigation satellite system for
less mindful to chart datum. In the horizontal positioning. From
this article we briefly review the this point forward two different
underlying concept of vertical references are known: ellipsoid for
datum and concisely depict the the referencing the geodetic height
possible technological attempts and tidal level for the referencing
in acquiring coastal data in the of depths. With two height
selected domain of study executed system i.e., ellipsoid and tidal

126 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


level, in a single launch mission and high-water line. The same
of surveying, one would need a goes to the observed depth in the
conceptual approach in unifying field that always changes with
them. Further elaboration in brief time. The use of chart datum as
follows herein. zero depth ensures that the depth
presented on nautical chart will
never be overshot.
Brief review of tidal In Figure 3 the relation
level, chart datum, and between hydrographic chart
datum and mean sea level is shown
the relevant vertical along with the other relevant
references references, namely high-water line,
ellipsoid, and geoid. From Figure
Chart datum is a term 3, one might see the complexity
officially published by the of vertical datum for referencing
respective hydrographic office of purposes. Such a complication
the said sea territory. It is assigned is experienced when one would
to the lowest possible level tidal combine seaborne and airborne
level, typically mean lower low surveys. Whilst the vertical
water, mean low water spring, or reference of seaborne survey
lowest astronomical tide. Such a platform ties to chart datum, the
level must be very low so that the airborne survey platform ties to
actual sea surface under average ellipsoid. For practical purpose the
meteorological condition will combined survey platforms shall
rarely fall below it. Chart datum either refer to one system. Modern
is used as depth reference, hence geodetic approach with the use
can be also said as the depth of global navigation satellite
zero. The expression of chart system enables the direct relation
datum is usually represented by between hydrographic reference
its separation to mean sea level i.e., chart datum, and geodetic
and symbolized as Z0. However, height system. In such a relation,
in nautical chart it is common to the height of mean sea level could
assign the coastline to the high- be approximated by the mean
water line, although depths always sea surface from the analyses of
refer to chart datum. The actual Satellite Altimetry data. When the
or instantaneous sea surface, that geodetic height of mean sea surface
always changes with time, will can be determined, then the direct
fluctuate within the chart datum relation between chart datum and
ellipsoid can be connected.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 127


Figure 3. Conceptual relation between of chart datum, mean sea level,
geoid, and ellipsoid along with the high-water line and depth as the
primary features shown on a nautical chart as well as elevation shown
on a topographical map

an approximate size of 250 m in


Deployment test of the the North-South direction and
survey launch 450 m in the East-West direction.
The Unmanned Surface Vehicle
Within the framework of Jala system covers a sounding area of
Citra-I 2021 “Aurora” Expedition, roughly 250 m in the East-West
an additional mission is carried direction and 300 m in the north-
out by launching a survey mission south direction. Both platforms
in a selected sample site of Yiew cover an approximate overlap
Island. The survey deploys zone of about 5,000 m2. Further to
an echosounder system on an this, Satellite-Derived Bathymetry
Unmanned Surface Vehicle and technique is applied by using
a LiDAR topography system on GeoEye imagery and employing
an unmanned airborne platform the single beam sounding data
i.e., drone. The drone LiDAR as ground truth. The combined
topography covers an area having single beam sounding data and
Satellite-Derived Bathymetry

128 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


technique enable the full coverage combined coverage of Satellite-
of shallow non-navigable area Derived Bathymetry, drone LiDAR
surrounding the Yiew Island. topography, and single beam
Figure 4 exhibits impression of the echosounder from an Unmanned
Surface Vehicle.

Figure 4. Coverage of combined data resulted from Satellite-Derived


Bathymetry derived from Synthetic Aperture Radar-GeoEye data,
drone LiDAR Topography, and Single Beam Echosounder from an
Unmanned Surface Vehicle

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 129


coastal shallow area in form of
Synoptic of results and high-resolution surface model.
further concerns The combined system of data
acquisition employing Satellite-
In Figure 5, we present a Derived Bathymetry, drone LiDAR
proposed model of surface across topography, and Single Beam
the selected site of investigation. Echosounder from an Unmanned
With the availability of sea Surface Vehicle has enabled the
surface model, one would be able generation of seamless inter-tidal
to determine the intercepting terrain while minimizing the
polyline where the tide- intervention of survey personnel.
coordinated shoreline shall be It should be noted however that
located. Such a surface model also further analyses are underway to
confirms that with the selected looking into detail of the accuracy
technique described in this article, aspects and the compliance to the
it is very possible to generate survey and charting standards of
a representative impression of the International Hydrographic
Organization.

Figure 5. Surface model generated from the selected site of


investigation in the central northern part of Yiew Island

130 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Our experience with the mainly because on these islands
deployment test of survey there is a basic reference point for
launch reported in this article drawing archipelagic boundaries
has brought us to a further stage that were used for the purpose
of innovative procedure. It is of determining delimitation with
feasible to duplicate the tested neighbouring countries. In addition
deployment to other Indonesia’s to determining the position of the
small islands. In the view of base point in a geodetic manner,
national sovereignty, the mapping precise bathymetry mapping is
the outermost islands has a very also needed to provide an overview
important meaning for Indonesia of the shape and type of seabed
as an archipelagic country. surface material as an additional
Especially not only because of its analysis in determining the base
existence on the outermost islands point for delimitation purposes.
of the Indonesian archipelago, but

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 131


Acknowledgement

Data are acquired within the framework of Jala Citra-I 2021


“Aurora” Expedition. The authors acknowledge the contribution of
all parties involved in the organization, preparation, operation, and
participation in the expedition. Mr Fickrie Muhammad and Mr Ben W
Rogers are acknowledged for their involvement in the data processing.
The deployment test is supported by equipment provided by PT
Geotronix Pratama Indonesia. EOMAP GmbH & Co KG provides the
satellite-derived bathymetry data.

132 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Hidrografi untuk Keselamatan
Pelayaran
Letkol Laut (KH) Dikdik Satria Mulyadi, S.Si., M.T. M.Tr.Hanla.
Mayor Laut (P) Alin Abimanyu, S.T.
Pushidrosal

Abstrak kannya kedalaman 18 m dan akti-


vitas vulkanik yang tercantum di

E
peta. Perbedaan morfologi dasar
kspedisi Jala Citra I Aurora
laut ini dapat terjadi kemungkinan
Etape 1 dilaksanakan dari
karena adanya aktivitas dasar laut
tanggal 13-23 Agustus 2021
di perairan Halmahera.
di perairan Laut Halmahera. Meng-
gunakan wahana KRI Spica-934
Kata Kunci: KRI Spica 934, Batime-
dan melibatkan beberapa peneli-
tri, PLI,
ti dari berbagai instansi kelautan
dengan berbagai tema penelitian
seperti hidrografi, batimetri, ose- Latar Belakang
anografi dan meteorologi maritim.
Pelaksanaan akuisisi data meng- Laut Halmahera seperti
gunakan multibeam echosounder laut-laut lain di zona transisi
dan singlebeam echosounder untuk merupakan gabungan pola laut-
data batimetri dan jenis dasar laut, laut Indonesia bagian barat yang
magnetometer untuk data geo- relative dangkal dan pola tektonik
magnet, sub bottom profiler untuk sederhana dengan pola laut-laut
ketebalan dan perlapisan sedimen Indonesia bagian timur yang
serta CTD untuk mengukur kon- relative dalam dan mempunyai
duktivitas, suhu dan densitas air pola tektonik yang lebih rumit.
laut di area penelitian. Hasil pen- Morfologi dasar laut Halmahera
golahan data batimetri menunjuk- yang menjadi lokasi Ekspedisi Jala
kan beberapa perbedaan dengan Citra I Aurora memperlihatkan
data batimetri yang tercantum berbagai macam bentuk yang
pada Peta Laut Indonesia (PLI) mencirikan sebuah zona transisi
No.402 tahun 2015. Perbedaan seperti kedalaman yang bervariasi
tersebut antara lain tidak ditemu- dari 0 sampai sekitar 2000 m. Seperti

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 133


umumnya morfologi di kawasan dengan tanpa kendala. Lajur
timur Indonesia terbentuk sangat perum didesain agar sapuan
bervariasi dan terisi oleh sedimen beam mencapai 100% overlapping.
laut dalam yang tipis. Beberapa Selain batimetri, data lain yang
morfologi dan aktivitas gunung diambil adalah data geomagnet
api yang ada di Laut Halmahera menggunakan magnetometer
menjadi bahaya navigasi yang Cesium G-882 dan perlapisan
harus diperhatikan oleh para dasar laut menggunakan peralatan
pengguna laut yang melewati Sub Bottom Profiler ES-2000.
perairan ini.
b) Analisis data
Tujuan Data hasil pemeruman di
area Etape 1 akan menjadi data
batimetri terbaru di area Laut
Ekspedisi Jala Citra I Aurora Halmahera setelah survey terakhir
bertujuan untuk mengungkap dilaksanakan sekitar tahun 1938
sumber daya kelautan di wilayah serta updating Notice to Mariner’s
Halmehera dalam rangka pada tahun 1955 dan 1959.
mewujudkan Indonesia sebagai Analisa data batimetri beserta
poros maritim dunia dengan tema data-data lainnya dari Ekspdisi
penelitian di bidang hidrografi ini akan menambah pengkayaan
dan batimetri untuk keselamatan data hidrografi di perairan Laut
pelayaran dan morfologi dasar Halmahera.
laut.

Temuan Awal
Metodologi
Hasil batimetri di area 1
a) Akuisisi data menunjukkan adanya beberapa
Akuisisi data batimetri fitur yang tidak ditemukan oleh
menggunakan Multibeam data hasil survey bila dibandingkan
Echsounder (MBES) EM-302 dengan data yang ada pada PLI
yang dapat mencapai jangkauan No.402. Beberapa fitur tesebut
kedalaman 7000 m. Kedalaman antara lain:
area penelitian Etape 1 yang
berkisar antara 0 – sektara 2000 1. Kedalaman 18m (Lap.1961)
m diharapkan dapat diperoleh Kedalaman 18 m yang dilapor-

134 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


kan tahun 1961 dan tercantum pada PLI No.402 tahun 2015,
pada PLI No.402 tahun 2015, berjarak sekitar 12 NM arah
berjarak sekitar 5 NM sebe- Timur P. Yiew, menunjukkan
lah Timurlaut P. Yiew, tidak kedalaman dasar laut di loka-
ditemukan pada sapuan data si aktivitas gunung api sekitar
MBES. Hasil sapuan MBES di 598 m dan tidak menunjukkan
lokasi kedalaman 18 m menun- perbedaan yang signifikan
jukkan data kedalaman ter- dengan area di sekitarnya.
dangkal yang dapat dideteksi Tidak ditemukan tanda-tan-
pada kedalaman 582 m den- da visual yang menunjukkan
gan jarak anatar kedalaman adanya aktivitas gunung api
25m, seperti yang ditunjukan seperti gelembung-gelembung
pada Gambar 1. yang mengandung gas sulfur
atau belerang. Data yang ter-
cantum di PLI dan data ekspe-
disi ditunjukkan pada Gambar
2.

Gambar 1. Kedalaman 18 m yang


tercantum di PLI dengan data
batimetri hasil olah sementara
yang menunjukkan kedalaman
582 m (Sumber: hasil pengolahan
penulis)
Gambar 2. Daerah yang
bertanda aktivitas gunung api
2. Aktifitas gunung api (BPI bawah laut pada PLI No.402
1955) Pada lokasi gunung dengan data hasil ekspedisi
api di dasar laut yang terdapat yang menunjukkan kedalaman

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 135


598 m. ((Sumber: hasil pengo- yang meragukan (doubtful).
lahan penulis) Fenomena kenaikan kedala-
man secara teratur ini dapat
3. Existing Doubtful diartikan sebagai adanya
(Lap.1946) Existing Doubt- fenomena dasar laut seperti
ful (ED) menurut IHO (2018) zona subduksi atau lainnya.
“Existence Doubful meaning Tanda ED dan data batime-
Existence doubtful, must be tri hasil ekspedisi ditunju-
used to indicate the possible, kan pada Gambar 3.
but unconfirmed, existence of a
rock, shoal, etc” atau sebuah
fitur yang diragukan adan-
ya (IHO, 2013) the risk of pro-
gressive worsening of glycae-
mic control and an increased
risk of both macrovascular and
microvas- cular complications.
Existing treatment strategies
target deficient insulin secre-
tion and insulin resistance, but
do not generally address the
underlying progressive β-cell
dysfunction that is common
to Type 2 diabetes. Tradition-
ally, Type 2 diabetes is first Gambar 3. Tanda ED yang
treated with medical nutrition tercantum di PLI No.402 dengan
therapy (reduced food intake data batimetri hasil ekspedisi
and increased physical activi-
ty. Fitur ED yang dicantum- yang menunjukan angka
kan pada PLI No.402 tahun kedalaman 759 m.
2015, berjarak sekitar 15
NM arah Timurlaut P. Yiew,
Analisa awal
hasil pemeruman menggu-
nakan MBES menunjukkan 1. Perbedaan angka keda-
adanya kedalaman 700an laman ini dimungkink-
m yang kemudian naik ke an karena selama rentang
kedalaman 500an m dalam waktu 80 tahun dari survei
jarak sekitar 280 m. Tidak terakhir yang dilakukan di
ada hal-hal lain yang ter- area tersebut terjadi peru-
lihat secara visual menge-
nai keberadaan suatu objek

136 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


bahan marfologi dasar laut fologi gunung api bawah
yang signifikan. Kemun- laut. Fenomena ‘massa yang
gkinan lain kedalaman 18 mendidih’ pada tahun 1955
m yang ditemukan tahun yang kemudian diinterpre-
1961 merupakan sebuah tasikan sebagai akibat dari
objek seperti kumpulan adanya gunung api bawah
ikan yang terekam oleh alat laut dapat disebabkan oleh
echosounder. Melihat dari gelembung-gelembung gas
marfologi dasar laut saat ini (sulfur) sesaat yang mun-
yang relative datar dan rata, cul dari retakan-retakan di
kemungkinan adanya objek dasar laut. Retakan-retakan
seperti kumpulan ikan lebih ini kemungkian tersambung
memungkinkan. Perubahan dengan sebuah reservoir ma-
marfologi yang signifikan gma di tempat lain, mengin-
akan meninggalkan jejak se- gat lokasi penelitian secara
perti bentuk dasar laut yang geologi termasuk ke dalam
relative menunjukkan suatu Ring of Fire atau jalur gu-
gradasi kedalaman atau re- nung api di Indonesia.
lief dasar laut lainnya. Da-
sar laut yag relative datar 3. Keberadaan objek yang
dan rata menunjukkan tidak meragukan (ED) tidak ter-
adanya perubahan marfolo- lihat secara visual. Ke-
gi dasar laut minimal dalam beradaan ED kemungkinan
kurun waktu 80 tahun te- disebabkan oleh adanya se-
rakhir. buah fenomena yang mun-
cul di lokasi tersebut seperti
2. Fenomena Gunung Api Da- adanya gelembung-gelem-
sar Laut pertama kali di- bung dari dasar laut. Kemu-
sampaikan dalam Berita Pe- ngkinan lain adalah adanya
laut Indonesia (BPI) 11/152 perbedaan kedalaman yang
(P) Tahun 1955 dan BPI relative curam dari dataran
26/206 Tahun 1959 yang dengan kedalaman rata-ra-
menyatakan bahwa pada lo- ta 700 m ke dataran dengan
kasi tersebut di dalam laut kedalaman rata-rata 500 m
terdapat suatu massa yang hanya dalam jarak 280 m
mendidih menuju ke da- yang terlihat jelas dari data
sar laut. Secara marfologi , hasil survei MBES. Perbe-
dasar laut di lokasi peneli- daan kedalaman ini mem-
tian terlihat relative datar bentuk semacam struktur
dan rata, tidak menunjuk- bawah laut seperti zona
kan adanya sebuah mor- subduksi yang karena suatu

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 137


hal aktif dan menimbulkan tan hari Hidrografi Dunia,
fenomena yang terlihat dari 2021, Ekspedisi Jala Citra I
permukaan laut. - 2021 “Aurora”
2. Pushidrosal, Peta Laut Indo-
Rekomendasi nesia No.402, Pengeluaran
Kelima September 2015.
Beberapa rekomendasi terkait 3. IHO. (2013). Regulations of
temuan bahaya navigasi antara The IHO for International
lain: (INT) Charts and Chart Spe-
1. Jika memungkinkan dalam sification. International Hy-
Etape berikutnya dapat me- drographic Organization, Edi-
nurunkan ROV pada area tion 4 (September). https://
aktivitas gunung api, hal ini www.iho.int/iho_pubs/
dikarenakan kemungkinan s tand ar d / S- 4/ S- 4_e4.4.0_
fenomena yang terjadi ber- EN_Sep13.pdf
kaitan dengan objek yang
terlihat secara visual seperti
gelembung gas.
2. Dalam akuisisi dan pengola-
han data MBES dapat diak-
tifkan fitur watercoloum un-
tuk melihat kemungkinan
adanya indikasi gelembung
gas yang mungkin ada.
3. Fitur bahaya navigasi yang
sudah tidak ada dari sisi
marfologi dapat dijadikan
sebagai data paling mutak-
hir untuk updating peta laut
di area terkait.

Daftar Pustaka

1. Pushidrosal, TOR Peringa-

138 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Dr. Steven Solikin Klasifikasi Dasar
IPB Perairan Laut Halmahera

Abstrak

S
tudi mengenai dasar perairan telah dilakukan di perairan Halma-
hera melalui Ekspedisi Jala Citra-1 Aurora. Fitur bawah laut baru
pun berhasil ditemukan dalam ekspedisi ini, yaitu knoll di kedala-
man 400 m di bawah permukaan air. Instrumen Multibeam Echosounder
(MBES) dan Single-Beam Echosounder (SBES) digunakan dalam ekspe-
disi ini untuk mendapatkan informasi kedalaman dan backscatter dari
wilayah perairan Halmahera. Klasifikasi dasar perairan dilakukan se-
cara tidak terbimbing (unsupervised) untuk mempelajari tipe dasar perai-
ran pada area knoll tersebut. Hasil yang didapatkan dengan klasifikasi
tidak terbimbing menunjukkan tipe dasar perairan yang keras (batuan)
pada area puncak knoll tersebut, sedimen yang lebih halus pada area
lereng dari knoll (pasir dan lanau), serta sedimen yang sangat halus
(lempung) pada area dataran di sekitar knoll tersebut.

Kata Kunci: Backscatter, Laut Halmahera, Multibeam Echosounder, Sea-


bed, Single-beam Echosounder, Unsupervised classification.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 139


Latar Belakang

Laut Halmahera berada pada pintu masuk bagian timur arus lintas
Indonesia (ARLINDO) dan termasuk ke dalam wilayah Indonesia yang
berada pada bentangan cincin api Pasifik. Kondisi tersebut membuat
Indonesia memiliki berbagai potensi alam yang beraneka ragam, na-
mun di sisi lain terdapat potensi bencana alam yang dapat terjadi ka-
pan saja dan dimana saja diantaranya adalah banjir rob, tsunami, dan
gempa bumi.
Upaya mitigasi bencana dari fitur dan kemungkinan ganggu-
an alam yang berada di bawah laut dilakukan dengan melaksanakan
survei pemetaan hidro-oseanografi pada lokasi historis yang tercatat
memiliki fitur bawah laut yang dapat mengganggu keselamatan pela-
yaran di perairan Halmahera. Lokasi historis tersebut berada di wilayah
Perairan Paparan Sayang yang mengindikasikan suatu gangguan yang
sangat pesat di bawah laut selebar kira-kira 15 mil laut dan daerah den-
gan jari-jari 1 mil laut yang memiliki massa yang mendidih menuju ke
dasar laut yang ditandai sebagai daerah berbahaya.
Di samping adanya daerah berbahaya, Laut Halmahera menyim-
pan banyak potensi sumber daya alam, baik perikanan, pertambangan,
serta keanekaragaman hayati laut. Kekayaan sumber daya alam terse-
but dinilai sangat penting sehingga mengindikasikan pentingnya un-
tuk melaksanakan pembaruan Peta Laut Indonesia (PLI) no. 402 den-
gan kegiatan survei dan pemetaan untuk mengetahui fitur bawah laut
dan untuk menjamin keselamatan serta aktivitas navigasi di perairan
Halmahera.

140 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tujuan

Mengklasifikasi dan memetakan sebaran nilai backscatter serta tipe


sedimen dasar perairan Laut Halmahera

Metodologi

a) Akuisisi data
Data yang diakuisisi dalam penelitian ini meliputi data akustik dan
data sampel sedimen. Data akustik sendiri diakuisisi dengan menggu-
nakan MBES Simrad Kongsberg EM302 dengan frekuensi output 30 kHz
dan SBES Simrad Kongsberg EA600 dengan frekuensi output 12 dan 50
kHz. Data MBES diakuisisi dengan menggunakan software Seafloor In-
formation System (SIS) dan dibantu dengan K-Sync untuk mencegah in-
terferensi akustik antara MBES dan SBES.
Data sampel sedimen sendiri diambil menggunakan grab sampler
ukuran 15 x 15 cm pada beberapa titik di area knoll Citra Aurora (CA) 3.

Gambar 1. Proses akuisisi data MBES menggunakan software SIS

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 141


b) Analisis data
Klasifikasi sedimen dasar perairan di wilayah perairan Halmahera
sendiri dilakukan menggunakan metode klasifikasi tidak terbimbing
dengan memanfaatkan fitur Sediment Analysis Tools (SAT) yang dise-
diakan oleh software CARIS 9.0. Data mentah MBES diekstrak kemu-
dian dikoreksi untuk mendapatkan nilai backscatter yang akurat. Ko-
reksi yang diterapkan untuk data MBES ini meliputi koreksi transduser
(patch test), koreksi kecepatan suara (SVP), dan koreksi pasang surut.
Setelah data terkoreksi, selanjutnya data MBES diproses untuk
menghasilkan mosaik geobar dari informasi backscatter yang diakui-
sisi. Dari mosaik tersebut akan terlihat sebaran nilai backscatter pada
wilayah penelitian. Klasifikasi tidak terbimbing yang diaplikasikan da-
lam penelitian ini merupakan klasifikasi tipe sedimen berdasarkan nilai
backscatter tersebut. Semakin tinggi nilai backscatter maka diduga tipe
sedimennya adalah sedimen kasar dan kasar, dan sebaliknya semakin
rendah nilai backscatter maka diduga tipe sedimennya adalah sedimen
lunak dan halus.

142 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Temuan Awal

Hasil olahan awal dari penelitian ini menghasilkan sebaran back-


scatter di wilayah perairan Halmahera. Sebaran backscatter didomi-
nasi oleh warna hijau dan biru di area penelitian. Anomali ditunjuk-
kan pada wilayah citra aurora (CA) 1 dan 3 yang ditunjukkan dengan
adanya warna berbeda dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Pada
wilayah CA 1 dan 3 memiliki warna backscatter yang lebih tinggi yang
ditunjukkan dengan warna merah dan kuning sehingga diduga adanya
perbedaan tipe sedimen di area ini.

CITRA AURORA 1

CITRA AURORA 3

Gambar 1. Distribusi backscatter di wilayah perairan Halmahera

Setelah backscatter mosaic terbentuk, maka klasifikasi tipe dasar laut


segera dapat dihasilkan dengan fitur SAT yang tersedia di CARIS 9.0.
Setelah sedimen terklasifikasi, hasilnya dapat diexport ke dalam file
*.csv untuk diplot xyz. Hasil plot analisis klasifikasi sedimen di area
operasi dapat dilihat pada Gambar 2. Pada plain area di laut Halma-
hera, didominasi oleh sedimen-sedimen halus, seperti lempung, lanau,

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 143


dan lumpur. Klasifikasi yang berbeda ditunjukkan pada area CA 1 dan
CA 3, dimana ditemukan adanya sedimen-sedimen yang lebih keras,
yaitu pasir dan batuan. Hasil klasifikasi di area CA 1 dan CA 3 sendiri
divalidasi dengan pengambilan data sampel sedimen dasar laut meng-
gunakan grab sampler yang menunjukkan adanya ekosistem karang
laut dalam (deep sea coral) pada area puncak dari knoll CA 3 (Gambar 3)
yang menandakan bahwa batuan yang terklasifikasi pada area tersebut
sebenarnya adalah ekosistem karang laut dalam. Selain itu juga diam-
bil sampel sedimen kedua yang mendapatkan sedimen pasir pada area
lereng dari knoll CA 3 (Gambar 4).

CITRA AURORA 1

CITRA AURORA 3

Gambar 2. Hasil klasifikasi sedimen di wilayah perairan Laut Halma-


hera di sekitar CA 1 dan CA 3

144 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3. Sampel karang yang diambil dengan menggunakan grab
sampler di area puncak knoll CA 3

Gambar 4. Sampel sedimen pasir yang diambil menggunakan grab


sampler pada area lereng knoll CA 3

Rekomendasi
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 145
• Data validasi lapang untuk sampel sedimen perlu untuk diambil
baik menggunakan grab sampler maupun gravity core
• Fitur K-sync yang tersedia di kapal harus terus diaktifkan agar tidak
terjadi interferensi gelombang akustik
• Ekspedisi selanjutnya mungkin dapat diturunkan juga mid water
trawl untuk mengambil data sampel ikan di kolom perairan sehing-
ga dapat memvalidasi data akustik dan dihitung potensi perikanan
yang ada di wilayah ekspedisi selanjutnya

146 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Pendeteksian Objek Bawah
Air Menggunakan Single-Beam
Echosounder di Laut Halmahera
Dr. Angga Dwinovantyo
Pusat Riset Laut Dalam - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Abstrak bergerak ke atas menuju permu-


kaan pada malam hari dan bermi-

S
alah satu topik yang penting grasi kembali ke kedalaman yang
dikaji dan diteliti dalam ilmu lebih dalam pada siang hari yang
hidroakustik adalah pende- diamati pada echogram. Studi
teksian berbagai objek bawah air tingkah laku biota kecil ini sangat
di kolom perairan seperti ikan, penting untuk diamati sebagai ba-
zooplankton, mamalia laut, dan gian dari bidang perikanan karena
objek-objek lainnya. Penelitian berperan sebagai sumber energi
ini bertujuan mendeteksi objek untuk organisme lainnya sebagai
bawah air di kolom perairan ber- konsumen tingkat satu dalam
dasarkan nilai hamburbaliknya rantai makanan. Ditemukan juga
dengan perangkat hidroakustik biota berukuran besar yang didu-
single-beam echosounder (SBES) ga sebagai mamalia laut dengan
pada area penelitian Ekspedisi ukuran panjang kurang lebih 50
Jala Citra-I 2021 Aurora etape II. meter pada kedalaman 500 meter
Metode yang dilakukan adalah dibawah permukaan laut. Ditemu-
dengan menganalisis nilai ham- kan juga biota berupa cacing yang
burbalik berupa SV dan TS dari berasosiasi pada ekosistem terum-
SBES. Temuan awal yang telah bu karang laut dalam (cold water
diperoleh adalah adanya sound coral) dari pengambilan sampel
scattering layer yang mengindi- grab.
kasikan tingkah laku biota laut
yaitu migrasi vertikal harian (diel Kata Kunci: Backscatter, Ekosistem
vertical migration, DVM). Temuan Terumbu Karang Laut Dalam,
tersebut mengindikasikan bahwa Mamalia Laut, Mikronekton, Sin-
zooplankton dan mikronekton gle-beam Echosounder, Zooplankton

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 147


1. Pendahuluan yang diperoleh dari instrumen-
1.1 Latar Belakang instrumen tersebut dalam deteksi
Penelitian deteksi dan dan kuantifikasi berbagai objek
kuantifikasi berbagai objek bawah bawah air khususnya di Indonesia.
air masih perlu dilakukan terutama Contoh masih sedikitnya
yang berkaitan dengan pemantauan pemanfaatan SBES masih terbatas
ekosistem dan lingkungan di pada pengukuran batimetri saja
perairan Indonesia. Aspek-aspek pada bidang kelautan. Padahal
penelitian tidak cukup hanya dengan teknologi akustik yang
pengukuran kualitatif saja, tetapi digunakan, SBES dapat mengukur
perlu dilakukan penelitian yang berbagai objek di kolom perairan
meliputi nilai kuantitatif serta misalnya dalam pemantauan
pemahaman mengenai hubungan kelimpahan zooplankton dalam
target bawah air terhadap suatu area perairan (Iida et al. 1996),
lingkungannya menjadi faktor migrasi vertikal zooplankton (diel
yang paling penting untuk saat ini. vertical migration) dan variasinya
Dalam bidang teknologi kelautan, terhadap perubahan (Cisewski et
teknologi hidroakustik merupakan al. 2010), kaitannya terhadap sound
salah satu instrumen yang dapat scattering layer (Lee at al. 2008)
mendeteksi berbagai objek bawah hingga pemrosesan sinyal agar
air, misalnya penelitian tentang didapatkan hasil yang akurat (Lee
zooplankton (Demer dan Martin et al. 2014).
1995, Dwinovantyo et al. 2019) dan Estimasi kelimpahan
mikronekton. zooplankton dapat dilakukan
Hidroakustik merupakan dengan pemrosesan nilai hambur
suatu teknologi yang balik dari perangkat akustik. Data
memanfaatkan gelombang akustik yang berupa scattering
suara untuk berbagai keperluan volume (SV) dan nilai target strength
di perairan dengan perangkat (TS) dalam desibel (dB) dan dapat
akustik (acoustic instruments). dikonversi menjadi distribusi
Saat ini, teknologi akustik ukuran dan kelimpahan pada
semakin berkembang dan terus biological sound scatterers (Harris et
dimanfaatkan dalam penelitian al. 2000). Berdasarkan pemaparan
di bidang kelautan. Namun pada yang telah disebutkan maka
praktiknya, masih sangat sedikit penelitian ini harus dilakukan
sekali yang mengintegrasikan hasil dalam upaya pemantauan kondisi

148 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


biota pada ekosistem perairan, waktu (Cisewski et al. 2010),
khususnya perairan laut dalam deteksi zooplankton dan kaitannya
di Perairan Halmahera yang terhadap sound scattering layer (Lee
masih sedikit sekali informasinya. at al. 2008) hingga pemrosesan
Hal ini perlu dikaji lebih detail sinyal dan kombinasi perangkat
untuk pemanfaatan sumberdaya deteksi agar didapatkan hasil yang
laut secara berkelanjutan dalam akurat (Lee et al. 2004).
upaya mendukung pemerintah
melaksanakan program penelitian
1.3. Kerangka Pemikiran
perikanan dan kelautan yang
Kondisi perairan sangat
sustainable.
berpengaruh terhadap kondisi
pasang surut yang mengakibatkan
1.2. Perumusan Masalah
arus pasang surut dan juga adanya
Selama ini penelitian
arus lintas Indonesia (Arlindo).
mengenai studi keberadaan
Perhitungan nilai hamburbalik
zooplakton dan mikronekton masih
untuk membedakan respon sinyal
menggunakan cara konvensional
akustik dalam membedakan
yaitu dengan pengambilan sampel
objek bawah air yang terdiri
menggunakan plankton-net dan
dari biota dan objek bawah air
identifikasi di laboratorium. Cara
seperti ikan, zooplankton, dan
ini adalah yang paling akurat,
biota lainnya di kolom perairan.
namun memiliki keterbatasan
Pada perhitungan tersebut,
pada skala ruang dan waktu
dapat dibedakan masing-masing
karena hanya mengambil pada
objek bawah air berdasarkan
satu titik sampel pada waktu
ukuran, konsentrasi, formasi, dan
tertentu. Metode akustik dapat
distribusinya berdasarkan waktu,
diintegrasikan dengan metode
area, dan kondisi lingkungan
konvensional sebagai tools dalam
perairan. Tahapan penelitian yang
memberikan informasi sinoptik
dilakukan dalam observasi atau
yang cepat pada pendeteksian
pengukuran objek bawah air antara
objek tersebut. Instrumen SBES
lain: 1) observasi wilayah yang
dapat dipakai dalam pemantauan
akan diteliti, 2) analisis sampel
kelimpahan zooplankton dalam
yang diambil dari kolom perairan
suatu area perairan (Iida et al.
di laboratorium, 3) analisis sinyal
1996), pemantauan migrasi
akustik dari SBES. Skema kerangka
vertikal harian zooplankton dan
pemikiran pada penelitian ini
variasinya terhadap perubahan
disajikan pada Gambar 1.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 149


Gambar 1. Diagram alir kerangka
pemikiran dalam penelitian ini

Tujuan Metodologi

Penelitian ini bertujuan mende- a) Akuisisi data


teksi objek bawah air di kolom Waktu dan Tempat
perairan berdasarkan nilai ham- Penelitian etape II dilakukan
burbaliknya dengan perangkat hi- pada 28 Agustus – 9 September 2021
droakustik single-beam echosounder di Perairan Halmahara, Maluku
(SBES) pada area penelitian Ekspe- Utara (Gambar 2), khususnya
disi Jala Citra-I 2021 Aurora etape pada Etape II untuk sounding
II. SBES dan pengambilan sampel
zooplankton. Lokasi pengambilan
sampel tersebar di wilayah etape
II.

150 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 2. Lokasi penelitian pada etape II
di Ekspedisi Jala Citra-I Aurora

Alat dan Bahan b) Analisis data


Alat dan bahan yang Dasar menentukan
digunakan dalam penelitian ini hamburbalik sinyal akustik dari
adalah instrumen single beam zooplankton adalah kekuatan
echosounder (SBES) dual frekuensi nilai hamburbalik dalam volume
12 dan 50 kHz dan plankton- tertentu. Kekuatan hamburbalik
net. Prosedur penelitian terdiri dari zooplankton tergantung
atas pengambilan data akustik pada ukuran dan densitas
(Gambar 3) dan pengambilan zooplankton. Walaupun hasil
sampel zooplankton (Gambar deteksi zooplankton yang
4). Pemrosesan data meliputi diperoleh dari pendekatan akustik
pemrosesan data akustik untuk memiliki banyak manfaat, namun
mengklasifikasikan zooplankton penggunaan instrumen scientific
dengan memanfaatkan nilai echosounder seperti instrumen
hamburbaliknya dari instrumen SBES memiliki kompleksitas
SBES. pemrosesan dan interpretasi data.
Selain itu untuk meningkatkan dan
mengkalibrasi nilai hamburbalik
akustik untuk analisis

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 151


zooplankton, beberapa proses ga cτ/2 adalah jarak mini-
koreksi sinyal suara diperlukan mum yang dibutuhkan untuk
untuk meminimalisir derau dan membedakan target yang berbe-
propagasi selama transmisi dan da,
penerimaan sinyal suara. ψ = sudut bim (beam angle)
Data hasil observasi lapang
dan hasil laboratorium kemudian Sinyal akustik yang mengenai be-
dianalisis dan dibandingkan berapa target pada suatu volume
dengan hasil echogram. Validasi tertentu (densitas), karakteristik
algoritma yang digunakan menjadi kekuatan hamburannya dianggap
penting untuk mengestimasi nilai sebagai volume hamburan total.
hambur balik yang berada di Substitusi persamaan (1) dan (2)
kolom perairan untuk nantinya serta dengan asumsi densitas zoo-
dilihat pola Diel Vertical Migration plankton secara numerik seband-
(DVM) pada zooplankton. Sinyal ing dengan individu zooplankton,
akustik yang mengenai banyak maka rumus SV yang diperoleh
target dalam satu luasan volume, menjadi:
ukuran karakteristik kekuatan
hamburan dianggap sebagai SV=10 logρ+ TS (3)
kekuatan hamburan total, yaitu
SV + 10 log V, dimana kekuatan
hambur balik volume (volume (4)
backscattering strength) adalah:
Ket:
SV=10log[Nσ/(4πV)]= 10log(Nσbs/V) (1) ρ = densitas dari individu biota
laut per volume (ind m-3)
σ = backscattering cross section da-
Ket: σ = nilai rata-rata backscattering
lam satuan m-2
cross section pada jumlah N peng-
ro = jarak referensi (1 m)
hambur pada volume sampel V.
Sehingga perhitungan akhir dari
V=(cτ/2)r2 ψ (2)
diferensiasi jenis zooplankton
yang ditemukan secara akustik
Ket:
yaitu:
c = kecepatan suara pada medium,
τ = durasi pulsa, sehing-
ΔSV=SV(50kHz) - SV (12 kHz) (5)

152 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Temuan Awal

1. Adanya temuan fenomena migrasi vertikal harian biota yang ter-


deteksi dari instrumen Single Beam Echosounder (SBES)

Gambar 1. Adanya fenomena migrasi vertikal harian yang dilakukan


oleh konsumen tingkat 1 (zooplankton dan mikronekton/ikan kecil)
pada rantai makanan

Hasil analisis sementara dari lebih lanjut untuk pemanfaatan


data SBES ditemukan pola migrasi bidang perikanan di area
vertikal harian pada konsumen penelitian. Temuan ini dapat
tingkat 1 yang menandakan menjelaskan bahwa zooplankton
potensi perikanan yang besar di dan mikronekton bergerak ke atas
lokasi penelitian. Pola migrasi ini menuju permukaan pada malam
dapat menggambarkan terjadinya hari dan bermigrasi kembali ke
proses alamiah yang terjadi di kedalaman yang lebih dalam pada
perairan dangkal hingga laut siang hari yang diamati pada
dalam sehingga perlu diteliti echogram yang berwarna biru tua

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 153


hingga biru muda pada kedalaman terus dilakukan dalam upaya
0-400 meter dibawah permukaan pemantauan kondisi biota pada
laut (Gambar 1). ekosistem perairan, khususnya
Selama ini masih sedikitnya perairan laut dalam di Perairan
pemanfaatan instrumen SBES Halmahera yang masih sedikit
yang masih terbatas pada sekali informasinya. Hal ini
pengukuran batimetri saja pada perlu dikaji lebih detail untuk
bidang kelautan. Padahal dengan pemanfaatan sumberdaya laut
teknologi akustik yang digunakan, secara berkelanjutan dalam
SBES dapat mengukur berbagai upaya mendukung pemerintah
objek di kolom perairan misalnya melaksanakan program penelitian
dalam pemantauan kelimpahan perikanan dan kelautan yang
ikan. Penelitian ini juga harus sustainable.

2. Adanya temuan biota laut berukuran besar yang diduga sebagai


mamalia laut

Gambar 2. Adanya biota laut berukuran besar yang


ditemukan pada area sekitar gunung bawah laut

154 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Proses akuisisi data SBES dan meter pada kedalaman 500 meter
MBES dilakukan secara simultan dibawah permukaan laut, dan juga
yang berakibat adanya electrical adanya center of acoustic dengan
noise yang terlihat dari pola garis- nilai TS yang besar. Karakteristik
garis kebawah secara berulang. nilai akustik TS pada objek yang
Pada saat melakukan quality ditemukan ini sangat tidak umum
control terhadap data, ditemukan diperoleh dari ikan besar biasa,
sinyal akustik yang kuat yang sehingga kami memerlukan
diduga sebagai biota berukuran analisis lebih mendalam untuk
besar dengan indikasi biota seluruh track yang disounding
berupa mamalia laut. Indikasi untuk melihat pola serupa dari
mamalia laut tersebut dilihat dari biota lainnya. TS biota tersebut
ukuran panjang kurang lebih 50 berkisar antara -28 hingga -25 dB.

3. Adanya cacing laut dalam yang ditemukan beserta terumbu karang


(cold coral reef) saat pengambilan sampel dengan grab sampler

Gambar 3. Ekosistem terumbu karang laut dalam dan biota


asosiasinya yang berupa cacing

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 155


Dari 4 kali percobaan pengambilan nya ekstrem, laut dalam (kedalaman >200
sampel dasar perairan menggunakan grab meter) adalah rumah bagi beragam kehidu-
sampler, ditemukan pecahan terumbu ka- pan yang melimpah. Sampel terumbu ka-
rang dan biota asosiasinya. Biota berupa rang yang didapatkan memiliki karakteris-
cacing yang masih hidup ditemukan pada tik warna yang cenderung gelap. Menurut
saat pengambilan sampel berasosiasi pada Hoyt (2014), ekosistem terumbu karang laut
ekosistem terumbu karang laut dalam (cold dalam tidak membutuhkan sinar matahari
water coral). Pengambilan sampel dilakukan sebagai sumber nutrisi, terlihat dari bentuk
di kedalaman 380 meter dibawah permu- dan strukturnya yang unik serta lingkungan
kaan laut (Gambar 3). Meskipun kondisi- yang dingin dan gelap.

Rekomendasi

• Saat akuisisi data, jika menginginkan data akustik yang lebih bagus
khususnya data di kolom perairan maka diperlukan sinkronisasi ter-
hadap instrumen akustik yang ON menggunakan K-Sync supaya ti-
dak timbul derau/noise pada hasil data akusisi,
• Perlu analisis lebih lanjut data SBES untuk melihat potensi perikanan
di wilayah Perairan Halmahera, dan juga perlu analisis laboratori-
um terhadap sampel biologi yang sudah diambil untuk mengetahui
spesies dan foto biotanya,
• Perlu analisis lebih lanjut data SBES ataupun MBES untuk melihat
keberadaan mamalia laut di perairan Halmahera, terutama di area
sekitar gunung bawah laut. Mengingat daerah gunung bawah laut
merupakan salah satu pintu masuk dari Arlindo, daerah ini berpo-
tensi menjadi pintu masuk jalur migrasi dari mamalia laut lainnya
dan juga mendeteksi keberadaannya.
• Diperlukan analisis lebih mendalam mengenai biota cacing laut
tersebut secara genetik untuk mengetahui spesiesnya

156 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Daftar Pustaka
1. Cisewski B, Strass VH, Rhein M, Kragefsky S. 2010. Seasonal variation of diel verti-
cal migration of zooplankton from ADCP backscatter time series data in the Lazaref
Sea, Antartica. Deep-Sea Research I 57: 78-94.
2. Demer DA, Martin LV. 1995. Zooplankton target strength: volumetric or areal de-
pendence? J. Acoust. Soc. Am. 98(2): 1111-1118.
3. Dwinovantyo A, Manik HM, Prartono T, Susilohadi S. 2017. Quantification and
Analysis of Suspended Sediments Concentration using Mobile and Static Acoustic
Doppler Current Profiler (ADCP) Instruments. Advances in Acoustics and Vibration
2017(4890421): 1-14.
4. Dwinovantyo A, Manik HM, Prartono T, Susilohadi S, Mukai T. 2019. Variation
of Zooplankton Mean Volume Backscattering Strength from Moored and Mobile
ADCP Instruments for Diel Vertical Migration Observation. Applied Sciences 9(9):
1951.
5. Harris R, Wiebe P, Lenz J, Skjoldal HR, Huntley M. 2000. ICES Zooplankton Meth-
odology Manual. London (UK): Academic Pr. 669 pp.
6. Iida K, Mukai T, Hwang D. 1996. Relationship between acoustic backscattering
strength and density of zooplankton in the sound-scattering layer. ICES Journal of
Marine Science 53: 507-512.
7. Lee K, Mukai T, Lee DJ, Iida K. 2014. Classification of sound-scattering layers using
swimming speed estimated by acoustic Doppler current profiler. Fisheries Science
80(1): 1-11. DOI: 10.1007/s12562-013-0683-9
8. Lee K, Mukai T, Lee L, Iida K. 2008. Verification of mean volume backscattering
strength obtained from acoustic Doppler current profiler by using sound scattering
layer. Fisheries Sci. 74:221–229. doi:10.1111/j.1444-2906.200 8.01516.x.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 157


Kesan dan Pesan

Kesan: KRI Spica 934, dalam berkoordinasi


Perasaan saya sangat bangga dengan komandan dan seluruf staff
sekali karena dipercaya untuk KRI Spica, sangat menyenangkan
bisa bergabung dan mengikuti sekali. Melihat kawanan lumba-
ekspedisi Jala Citra I 2021 Aurora lumba yang luar biasa banyaknya
ini dan membawa nama baik di Selat Sagawin, menginjakkan
institusi saya dari Timur Indonesia. kaki di Pulau Jeuw yaitu salah satu
Selain itu saya sebagai peneliti pulau terluar Indonesia, melihat
dari institusi pemerintahan juga bintang yang banyak sekali saat
merasa nervous dengan rekan malam hari di buritan kapal, dan
kerja dari TNI AL karena pertama lebih pentingnya kebersamaan
kalinya saya bekerja sama riset teman-teman peneliti saat
dengan militer. onboard di kapal. Terima kasih
Saat koordinasi dan rapat kepada Pushidrosal TNI AL untuk
secara daring masih terasa betul kesempatan luar biasanya kepada
kedisiplinan dan ketegasan yang saya.
membuat saya semakin serius
dan berhati-hati dalam berkata/ Pesan:
bertindak. Perasaan nervous itu Semoga akan ada lagi
hilang saat awal bertemu secara ekspedisi Jala Citra lainnya
langsung dengan para peneliti dimasa mendatang. Karena
dan staf Pushidrosal di Sorong, dengan adanya sinergitas antara
keramahan dan pertemanan yang TNI dan masyarakat sipil dalam
instan terjadi secara alamiah hal ini peneliti akan terbentuk
seperti rekan semasa sekolah. banyak sekali pengetahuan-
Diskusi mengalir secara lancar, pengetahuan baru dan output
saling lempar pertanyaan dan yang dihasilkan terutama
jawaban secara scientific based, dan kebijakan kelautan, perikanan,
sifat kaku yang saya bayangkan pertahanan, kebencanaan, dan
berubah menjadi antusiasme lainnya berdasarkan sains. Demi
positif terhadap ekspedisi yang mencapai kemaslahatan bangsa
akan dilakukan. dan negara kesatuan Republik
Pun demikian saat berada di Indonesia.

158 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Analisis Datum Vertikal &
Karakteristik Gelombang Permukaan

Dian Adrianto, Pushidrosal

Abstrak gelombang permukaan. Pada on


board report ini dilakukan pengola-
han dan analisis awal terkait data
Ekspedisi Aurora – 1 yang dilaku-
yang dihasilkan oleh GNSS tide.
kan di perairan Halmahera dan
Pelaksanaan pengukuran
Papua, dilengkapi dengan GNSS
dengan menggunakan GNSS tide
tide yang dipergunakan dalam
yang dilakukan selama periode
survey bathimetri. Metode terse-
ekspedisi dilakukan mulai tanggal
but merupakan metode baru di-
30 Juli 2021 – 7 September 2021.
mana data yang dihasilkan antara
Akuisisi data yang dilakukan
lain berupa elevasi muka laut yang
adalah pengukuran setiap 15
nantinya dipergunakan untuk ko-
menit dilakukan pada periode
reksi kedalaman. Pada dasarnya
waktu 30 Juli – 26 Agustus 2021
hasil pengukuran kedalaman mer-
sedangkan pengukuran setiap 1
upakan data mentah yang ma-
menit dilakukan pada periode
sih perlu diolah lebih lanjut. Data
pengukuran 27 Agustus – 7
mentah hasil pengukuran kedala-
September 2021. Keseluruhan data
man tersebut masih dipengaruhi
dipergunakan untuk memperoleh
oleh variabel pasang surut laut
data pasang surut serta data
dan dan non pasut yang dominan
gelombang permukaan. Dengan
merupakan parameter meteorolo-
menggunakan filter Low Pass Filter
gi terutama arah dan kecepatan
atau High Pass Filter yang ada di
angin. Berdasarkan hal tersebut
Matlab akan diperoleh pasang
hasil pengolahan data mentah
surut dan gelombang permukaan.
pengukuran kedalaman dapat di-
Selanjutnya data pasang surut
peroleh bathimetrinya terkait da-
dipergunakan untuk memperoleh
tum vertikal, karakteristik pasang
konstituen pasut sedangkan
surutnya dan karakteristik angin
data gelombang permukaan
yang bertransformasi menjadi
dipergunakan untuk memperoleh

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 159


karakteristik gelombang berupa Latar Belakang
periode, tinggi serta spektrum
gelombang.
Pengolahan data pasang Pada Ekspedisi AURORA –
surut hasil pengukuran dari GNSS 1 dipergunakan alat GNSS untuk
Tide dilakukan dengan metode memperoleh data elevasi muka
admiralti untuk memperoleh laut secara real time. Data mentah
tipe dan konstituen pasut. tersebut dapat diekstrak sehingga
Selanjutnya dilakukan komparasi diperoleh data pasang surut dan
antara pasut GNSS dengan data non pasut yang dalam hal
pasut hasil pengukuran data di ini merupakan data gelombang
stasiun pasut milik Pushidrosal yang dominan diakibatkan
yang berkedudukan di dermaga oleh hembusan angin. Setelah
Lantamal IX Sorong, Hasil analisis dilakukan smoothing dan filtering
sementara menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode
antara pasut GNSS, pasut Sorong yang ada, maka data pasut dan
dan pasut Global memiliki gelombang siap diolah lebih lanjut
kesesuaian fase namun terdapat untuk mengetahui karakteristik
perbedaan nilai amplitudo dengan pasut dan gelombang di perairan
yang disebabkan oleh faktor non area survey sesuai dengan periode
tide. waktunya.
Pengolahan data gelombang
permukaan laut hasil dari
GNSS tide dilakukan dengan
Tujuan
menggunakan metode analisis
Gelombang Tunggal untuk 1.
Memperoleh data pasang surut
memperoleh periode dan tinggi dan gelombang permukaan
gelombang, dengan menggunakan laut hasil dari ektrasksi data
metode analisisi kelompok pengukuran elevasi muka laut
gelombang akan diperoleh dengan menggunakan GNSS
Spektrum Kerapatan Energi tide.
Gelombang. 2. Memperoleh tipe dan konstit-
uen pasut perairan Halmahera
Kata Kunci: GNSS Tide, pasut dan sekitarnya sesuai dengan
Halmahera, datum vertikal, karak- area ekspedisi Aurora -1
teristik gelombang 3. Menentukan datum vertikal
perairan Halmahera hasil Eks-

160 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


pedisi -1 untuk keperluan sut- dan pada Etape 2 pengambilan
rutan kedalaman. dilaksanakan setiap 11 menit.
4. Memperoleh karakteristik Etape 2 dilaksanakan mulai tanggal
gelombang representatif 27 Agustus – 7 September 2021.
perairan Halmahera sesuai Contoh raw data hasil pengukuran
area Ekspedisi Aurora – 1. GNSS tide dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut :

Metodologi

Pada sub bab metodologi


tersebut dijelaskan tentang akuisisi
data dan analisis awal dari data
yang dihasilkan oleh GNSS tide
secara singkat. Secara umum data
hasil dari pengukuran GNSS tide
dipergunakan untuk mengekstrasi
data pasut dan data gelombang
atau wind – wave. Namun demikian
korelasi dari berbagai parameter
seperti Geoid dan sebagai perlu
untuk diketahui dan dipahami Gambar 1 Contoh tabel raw data
korelasi dari berbagai variabel dan hasil dari pengukuran GNSS
parameter yang akhirnya untuk
memperoleh datum vertikal yang
dipergunakan untuk surutan Hasil tersebut merupakan
secara real time. data mentah yang mengandung
noise, pasut dan non pasut.
a) Akuisisi data Selanjutnyapada salah satu
Pelaksanaan ekspedisi kolom berupa data tinggi elevasi
AURORA – 1 dibagi menjadi rata-rata setiap 1 menit dibuat
beberapa etape. Etape 1 dan 2 grafik seperti Gambar 2. Dari
dilakukan dengan menggunakan gambar dapat dilihat bahwa
alat GNSS tide pada tanggal 30 data yang dihasilkan GNSS Tide
Agustus – 7 September 2021. membentuk grafik pasang surut,
Pada Etape 1 pengambilan data meskipun alat tersebut bersifat
dilaksanakan setiap 15 menit mobil sehingga posisi alat secara

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 161


realtime dipengaruhi oleh pasut karakteristik perairan Halmahera
dan non pasut. Selanjutnya relatif memiliki karakter yang
untuk mengetahui sejauh mana sama. Perbedaan trend utama
pengaruh non pasut terhadap antara ke dua grafik tersebut
data yang dihasilkan oleh GNSS adalah faktor non pasut dalam hal
Tide, dilakukan overlay antara data ini wind wave, sehingga kurva
pasut Sorong dengan data hasil tampak bergerigi dan tidak teratur
GNSS Tide seperti terlihat pada namun tetap dapat dilihat bentuk
Gambar 3. sinusoidanya.
Pada Gambar 4 dapat dilihat
bahwa titk perpotongan antara
b) Analisis data
pasut Sorong dan GNSS tide
Analisis awal hasil ekstrasi
hampir berimpit saat melewati
data gelombang GNSS tide dapat
garis kesetimbangan (MSL)
dilihat pada gambar 4, dimana
sehingga kesimpulan awal
dengan menggunakan algoritma
dalam kasus tersebut adalah
FFT di software matlab 2016
bahwa meskipun GNSS bersifat
diperoleh spektrum gelombang
mobil dan tidak dalam titik yang
tersebut. Selama berdasarkan data
tetap, namun pada dasarnya
Etape 2 dihasilkan bahwa puncak

Gambar 2 Diagram hasil pengukuran GNSS Tide pada Ekspedisi


AURORA – 1 Etape 2

162 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3 Overlay garfik pasut Sorong dan data tinggi rata2 rata
GNSS Tide tanggal 27 Agustus - 4 September 2021
spektrum energi gelombang Temuan Awal
terdapat pada nilai frekuensi 0.01
Hz, dan puncak spectrum ke 2 dan
Berdasarkan analisis sementara
ketiga pada nilai yang lebih kecil.
dimana hanya berdasarkan pen-
golahan awal sesuai waktu ekspe-

Gambar 4 Diagram spektrum energi gelombang hasil pengukuran


GNSS Tide pada Ekspedisi AURORA – 1 Etape 2
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 163
disi dapat ditemukan beberapa hal Rekomendasi
yaitu :
1. Pasut di daerah ekspedisi se-
• Saran untuk pengesetan GNSS
jenis dengan pasang surut di
tide pada periode sampling
daerah Sorong, dimana hal ini
yang lebih rapat dalam ordo
dibuktikan dengan kesesuaian
detik bahkan di bawah 1 detik,
overlay grafik antara pasut So-
untuk memperoleh karakteris-
rong hasil prediksi dengan 4
tik gelombang suatu perairan.
stasiun pasut yang berbeda
• Masih diperlukan kecukupan
diperoleh dari Global Tide, se-
waktu untuk melakukan pem-
hingga dimungkinkan untuk
rosesan data GNSS agar dapat
menggunakan pasut Sorong
memberikan kesimpulan hasil
sebagai surutan pasut.
yang meyakinkan untuk mem-
2. Ektraksi data non pasut dapat
peroleh Chart Datum yang di-
diperoleh untuk mengetahui
hasilkan dari GNSS.
karakteristik gelombang perai-
• Beberapa variabel dan param-
ran meskipun hanya terwakili
eter harus diperoleh korelas-
oleh bentuk spektrum gelom-
inya satu dengan yang lain,
bangnya pada periode sur-
misalkan Geoid dsb, sehingg
vey. Hasil analisis sementara
penentuan datum vertikal
bahwa spektrum gelombang
secara RTK dengan meng-
perairan Halmahera menca-
gunakan GNSS tide dapat
pai puncaknya pada frekuensi
dipahami dengan sangat baik
sekitar 0.01 Hz.
serta korelasinya dengan da-
tum vertikal metode admiralty
yang selama ini dipakai oleh
Pushidrosal.

164 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Daftar Pustaka

Azami H., Mohammadi K., Bozorgtabar B., 2012 An improved signal seg-
mentation us moving average and Savitzky-Golay filter. Journal of
Signal and Information Processing
Adrianto D., Djatmiko E. B., Suntoyo, 2019 The improvement of ultra-
sonic sensor-based device for direct ocean wave measurement pro-
gram at Western Java Sea, Indonesia. Geomatics International Con-
ference 2019. IOP Conferece Series: Earth and Environmental Science
389:012022
Cartwright D. E., Longuet-Higgins M. S., 1956 The statistical distribution
of the maxima of the random function. Proceedings of the Royal So-
ciety London, Series A 237:212-232.
Cho H. Y., Kweon H. M., Jeong W. M., Kim S. I., 2015 A study
on the optimal equation of the continuous wave spec-
trum. International Journal of Naval Architecture and
Ocean Engineering 7(6):1056-1063.
Djatmiko E. B., 2012 Perilaku dan operabilitas bangunan laut di atas ge-
lombang acak. TS Press, Surabaya, 225 pp. [in Indonesian]
Fedele F., Benetazzo A., Gallego G., Shih P. C., Yezzi A., Barbariol F., Ar-
dhuin F., 2013 Space-time measurements of oceanic sea state. Ocean
Modelling 70:103-115..
Hauser D, Kahma K, Krosgad Harald E, Lehner Susanne, Monbaliu Jaak
A J and Wyatt Lucy R 2005 Measuring and analysing the directional
spectra of ocean waves,
Schureman P 1941 Manual of Harmonic Analysis and Prediction of Tides
US Dept. of Commerce S P No 98 US Govt. Printing Office Washing-
ton p102 Sverdrup H U and Munk W H 1947 Wind, Sea and Swell:
Theory of Relations for Forecasting US Navy Hydrographic Office
Publication No. 601 USA
Tucker M J 1991 Waves in Ocean Engineering, Measurement, Analysis
and Interpretation Ellis Horwood Ltd. England pp 50-54 Wicak-
sono P P, Handoyo G dan Atmodjo 2016 Analisa Peramalan Pasang
Surut dengan metode Admiralty dan Autoregressive Integrated
Moving Average (ARIMA) di perairan pantai Widuri Kabupaten
Pemalang J. Oseanografi 5 No 4 p 491

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 165


166 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Karakteristik Kolom Air dan
Pencampuran Massa Air Sekitar Gunung
Bawah Laut di Perairan Laut Halmahera
Dr. Fiolenta Marpaung, S.Si., M.Sc.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) – OR Pengkajian dan Penerapan
Teknologi

Abstrak 24 jam pada area penelitian Ek-


spedisi Jala Citra-I 2021 Aurora,

G
unung bawah laut Etape II di perairan Laut Halma-
menampilkan berbagai hera. Temuan awal yang diper-
proses oseanografi fisik, oleh adalah adanya diapycnal mix-
yang memiliki efek pada proses ing di sekitar gunung bawah laut
bio-geo-kimia yang mengakibat- dengan sirkulasi laut global pada
kan variabilitas besar dalam ke- lapisan permukaan atas (0 - 500
limpahan kehidupan. Gunung m) didominasi oleh masa air Pa-
bawah laut maupun fitur bawah cific Equatorial Water (PEW) serta
laut lainnya dapat mempengaruhi lapisan termoklin ditemukan pada
percampuran massa air serta arus kedalaman sekitar 120 – 160 m
di perairan tersebut. Karakteristik dengan massa air South Pacific Sub-
kolom air dan pencampuran mas- tropical Water (SPSW). Sedangkan
sa air di suatu perairan juga san- untuk penentuan gunung bawah
gat diperlukan untuk pelayaran laut aktif (submarine volcanoe) ber-
dan pengaruhnya terhadap peru- dasarkan karakteristik hidroter-
bahan iklim. Namun, informasi mal kolom air, tidak menunjukkan
mengenai kondisi fisik kolom air adanya peningkatan suhu di seki-
di perairan Laut Halmahera ma- tar puncak gunung bawah laut
sih sedikit. Oleh karena itu, tu- (seamount) dimana temperatur ko-
juan dari penelitian ini adalah un- lom air menurun dengan pertam-
tuk menentukan stratifikasi dan bahan kedalaman hingga di pun-
karakteristik percampuran massa cak gunung bawah laut (395 m).
air sekitar gunung bawah laut ber- Profil temperatur pada kedalaman
dasarkan profil kolom air dengan 350 - 400 m adalah berkisar antara
menggunakan CTD yoyo selama 8 - 10 °C.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 167


Kata Kunci: CTD yoyo, massa m di daerah lintang tengah, dan
air, pencampuran turbulen, Laut beberapa 100 m lebih dangkal
Halmahera, gunung bawah laut, di daerah tropis (Tsuchiya,
diapycnal mixing, temperatur, sali- 1992). Jika dihubungkan dengan
nitas, densitas pasokan makanan dan/atau
pasokan oksigen yang cukup pada
Latar Belakang suatu wilayah perairan; informasi
mengenai kondisi fisik kolom air
di ekosistem laut dalam sangat
Gunung bawah laut penting namun informasi yang
menampilkan berbagai proses tersedia masih sedikit. Informasi
oseanografi fisik, yang memiliki mengenai proses fisik seperti
efek pada proses bio-geo-kimia gerakan gelombang internal
yang mengakibatkan variabilitas yang didukung oleh stratifikasi
besar dalam kelimpahan kepadatan yang moderat kuat pada
kehidupan. Beberapa lokasi kedalaman ini. Secara khusus, di
memiliki kehidupan yang atas puncak gunung bawah laut
umumnya dipenuhi beberapa biota yang berukuran kecil, lompatan
laut, seperti spons, biota karang hidrolik internal dapat memberikan
air dingin dan ikan-ikan tertentu pembalikan/ gangguan yang
yang memliki habitat di puncak kuat. Pencampuran tersebut dapat
gunung bawah laut maupun memberikan pasokan oksigen di
lereng bawah laut. Kondisi seperti atas gundukan karang air dingin
geomorfologi, geologi dan usia sekitar 100 m dari gundukan
pembentukan gunung bawah laut, batu karang dengan lereng yang
profil hidrodinamik lokal, tingkat lebih curam dari kemiringan yang
cahaya, profil kimia air, pasokan dibentuk oleh gelombang internal
makanan dan produktivitas (Cry et al., 2016; Klymak et a.,
primer dalam kolom air sangat 2010).
menentukan diskriminasi antara Massa air di perairan Laut
habitat gunung bawah laut Halmahera berbeda dengan
(White dan Mohn, 2004). Sifat- perairan Indonesia lainnya karena
sifat lingkungan seperti suhu laut; dipengaruhi oleh adanya dinamika
yang mendukung habitat fauna- arus khatulistiwa dan kolom air
fauna bentik tersebut ditemukan hangat yang berpengaruh besar
berada dalam kisaran puncak terhadap interaksi terhadap
gunung bawah laut 500 dan 1.500

168 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


atmosfer laut. Kolom air hangat ini Throughflow (ITF) yang melewati
disebabkan oleh angin sepanjang perairan Laut Halmahera.
tahunan yang menyeret massa Pengukuran CTD yoyo selama
air hangat tropis ke Samudra 24 jam telah dilakukan untuk
Pasifik tropis barat dan kemudian mengukur variabilitas parameter
terakumulasi di wilayah Pasifik lingkungan. Pengukutan CTD
Barat Tropis yang meliputi perairan yoyo dilakukan tegak lurus
Halmahera dan Papua Utara. terhadap gunung bawah laut dan
Perairan teritorial ini juga memiliki melintasi puncak gunung.
dinamika arus yang kompleks
yang mungkin disebabkan oleh
konfigurasi batimetri yang
Tujuan
kompleks. Ada beberapa arus
yang berperan dalam mengangkut Penelitian ini bertujuan
massa air di daerah ini seperti untuk menentukan stratifikasi
Arus Mindanao, Arus Pesisit dan karakteristik percampuran
Papua Nugini, Arus Ekuatorial massa air sekitar gunung bawah
Barat, Eddy Halmahera, dan Eddy laut berdasarkan profil kolom air
Mindanao (Cresswell and Luick, yang diukur menggunakan CTD
2001; Atmadipoera at al., 2004, yoyo selama 24 jam pada area
Kashino et al., 2013). Stratifikasi penelitian Ekspedisi Jala Citra-I
massa air juga memainkan peran 2021 Aurora, Etape II di perairan
penting dalam banyak proses Laut Halmahera.
bio-geo-chemichal dimana lapisan
campuran mengatur interaksi
dengan lapisan dalam dan lapisan
Metodologi
atasnya.
Berdasarkan fenomena- Pengukuran data lapangan
fenomena tersebut. penelitian ini dilakukan dilakukan pada Etape
bertujuan untuk mempelajari lebih II, Ekspedisi Jala Citra-I 2021 yang
lanjut tentang interaksi antara berlangsung pada 28 Agustus
gunung laut terbatas yang curam – 9 September 2021 di Perairan
yang terletak di perairan Laut Halmahera Utara (Gambar 1).
Halmahera, pencampuran massa Pengukuran dan pengambilan
air dan dan/atau gelombang, serta data lapangan dilakukan dengan
hubungannya dengan Indonesian menggunakan Kapal KRI Spica

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 169


934 milik TNI Angkatan Laut. Data ke laut sebanyak 13 kali dalam
yang diturunkan dan digunakan kurun waktu 26 jam (satu siklus
untuk penelitian ini adalah data pasang surut) dengan kedalaman
suhu air laut, salinitas, dan data yang berbeda-beda di sekitar
kepadatan/densitas. Data tersebut gunung bawah laut. Pengukuran
diperoleh dengan menggunakan dimulai pada tanggal 1 September
instrumen Conductifity-Temperatur- 2021 pukul 09.00 WIT hingga 2
Depth (CTD) SVX2. Data CTD September 2021 pukul 11.00 WIT.
yang digunakan adalah data yang Informasi tentang posisi, waktu,
diukur pada area Aurora 3 (Gambar dan kedalaman CTD ditampilkan
1). CTD tersebut diturunkan dalam Tabel 1.

Gambar 1. Lokasi penelitian Etape II, Ekspedisi Jala Citra-I Aurora di


Perairan Halmahera.

170 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tabel 1. Informasi posisi, waktu, dan kedalaman data CTD.

Lintang Utara Bujur Timur Waktu Kedalaman CTD


No Sample Tanggal
(°) (°) (WIT) (m)
f21 0,992 129,422 01-Sep-21 09.00 131
f25 0,992 129,423 01-Sep-21 13.00 393
f27 0,992 129,423 01-Sep-21 15.00 392
f30 0,992 129,423 01-Sep-21 17.00 405
f32 0,825 129,423 01-Sep-21 19.00 403
f34 0,991 129,423 01-Sep-21 21.00 409
f37 0,992 129,423 01-Sep-21 23.00 403
f38 0,992 129,423 02-Sep-21 01.00 352
f40 0,992 129,423 02-Sep-21 03.00 343
f42 0,992 129,423 02-Sep-21 05.00 397
f44 0,991 129,423 02-Sep-21 07.00 400
f45 0,992 129,423 02-Sep-21 09.00 361
f46 0,993 129,424 02-Sep-21 11.00 94

a) Akuisisi Data selanjutnya adalah memperbaiki


Pasca pemrosesan data ulang data yang telah diproses
CTD, seperti koreksi penundaan sebelumnya. Langkah ini bertujuan
sensor, koreksi konduktivitas untuk menghilangkan data
dilakukan agar sesuai dengan pencilan yang masih ada dalam
nilai laboratorium dan rata-rata data. Data tersebut kemudian
dan resampling data pada grid 1 yang dikonversi dalam format
dbar. Selama pengukuran CTD, *.txt yang telah diperbaiki atau
kapal dipertahankan dalam difilter dan kemudian dianalisis
posisi diam (Dynamic Position – menggunakan perangkat lunak
Sistem DP) selama kurang lebih open source R dan Ocean Data
40 menit. Pengukuran dilakukan View Versi 5.5.1.
di sekitar puncak gunung bawah
laut dengan radius maximal 200
m dari puncak gunung. Langkah

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 171


b) Analisis Data Proses pencampuran terjadi
Kriteria untuk membedakan ketika kondisi cairan tidak stabil.
tiga lapisan massa air umumnya Frekuensi N digunakan untuk
menggunakan nilai ambang mengidentifikasi stabilitas massa
suhu atau menggunakan gradien air, seperti pada persamaan di
vertikal suhu. Dalam penelitian bawah ini:
ini, kriteria yang digunakan (g dp)
N2=
adalah berbasis gradien, dimana (P0 dz)
lapisan termoklin terbentuk ketika dimana g adalah percepatan
gradien vertikal suhu lebih dari karena gravitasi (9,8 m s-2), ρ0
0,05° C/m (Hao et al., 2012). Data adalah kepadatan rata-rata hasil
suhu potensial (diperoleh dari data pengukuran (kg m-3). Thorpe
situ) dan data salinitas digunakan Displacement (Td) digunakan
untuk mengidentifikasi massa untuk mengukur ketidakstabilan
air menggunakan diagram T-S dinamis ataupun terbaik dengan
(Temperature-Salinity), dimana menganalisis profil suhu perairan,
massa air berasal. Analisis ini seperti pada persamaan ini:
bersifat instrumental dan mampu
memberikan penjelasan terbaik Td=za — zb
untuk mengidentifikasi jenis
air laut, yaitu massa air dengan dimana za dan zb adalah posisi
suhu dan nilai salinitas tertentu. tekanan awal dan tekanan setelah
pengulangan masing-masing.
Td yang diidentifikasi kemudian
divalidasi oleh tes massa air
menggunakan Galbraith dan
Kelly (1996), yang biasa disebut
tes GK. Hanya nilai turbulen yang
memiliki hubungan dekat antara
ρ, T dan S yang dianggap valid.

172 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Temuan Awal profil salinitas air laut yang
tinggi dan bergerak memasuki
perairan Laut Halmahera pada
1. Adanya diapycnal mixing di
musim transisi/perahlian dari
sekitar gunung bawah laut.
angin monsun timur ke angin
monsun barata. Dari gambar
Karakteristik massa air yang
tersebut dapat diduga adanya
melewati perairan Halmahera di
pencampuran diapycnal (Diapycnal
daerah sekitar gunung bawah laut
Mixing) yang merupakan sirkulasi
dapat dilihat pada diagram T-S,
terbalik dari meridional laut.
seperti yang ditunjukkan pada
Diapycnal mixing ini umumnya
Gambar 3. Lapisan permukaan atas
didorong oleh turbulensi vertikal
(Upper Layer - UP) dari sirkulasi
skala kecil hingga beberapa meter
laut global (UP = 0 – 500 m) diduga
dan umumnya disebabkan oleh
didominasi oleh massa air Pasifik
gelombang internal (internal tide).
Ekuatorial (PEW – Pacific Equatorial
Water) (Emery, 2003) yang memiliki

Gambar 2. Diagram T-S di sekitar gunung bawah laut.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 173


suhu di sekitar puncak gunung
2. Tidak ditemukannya pening- bawah laut tidak ditemukan.
katan temperatur di sekitar Temperatur kolom air menurun
puncak gunung bawah laut. dengan pertambahan kedalaman
hingga di puncak gunung bawah
Penentuan gunung bawah laut (395 m) dimana temperatur
laut aktif (submarine volcanoe) pada kedalaman 350 - 400 m
dapat dilakukan dengan berkisar antara 8- 10 °C (Gambar
beberapa metode seperti repeat 4). Penentuan gunung bawah laut
sonar mapping, plume mapping, (seamount) sebagai gunung bawah
biotransects, pengambilan sampel laut aktif (submarine volcanoe)
air, sampel sedimentasi, dan berdasarkan karakteristik fisik
observervasi erupsi secara terus kolom air memiliki keterbatasan
menerus (real time). Dari faktor fisik terutama jika submarine volcanoe
kolam air yaitu dengan metode tersebut dalam keadaan fase
plume mapping; karakteristik dormansi (sementara tidak aktif),
hidrotermal gunung bawah laut sehingga pengujian dengan
aktif umumnya ditandai dengan menggunakan beberapa metode
gumpalan/gelembung cairan dan sangat direkomendasikan.
partikel yang terus-menerus di atas Pengambilan sampel air di
gunung berapi bawah laut, dan/ sekitar gunung bawah laut untuk
atau letusan menghasilkan plume analisis gas ataupun kandungan
yang berukuran lebih besar dan kimia adalah parameter kunci
berumur lebih pendek. Pemetaan dalam vulkanologi. Pengambilan
ini dapat dilihat dari pengukuran sampel air ini membutuhkan
CTD dan nephelometry (hamburan perlakukan khusus untuk menjaga
cahaya) pada sampling rosette. komposisi cairan tidak berubah
Dari data CTD, karakteristik selama perjalanan kembali ke
hidrotermal dengan peningkatan permukaan laut dan selama masa
penyimpanan dan pengiriman ke
laboratorium.

174 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3. Profil temperatur di sekitar gunung bawah laut di sekitar
gunung bawah laut pada penampang melintang (atas) selama 24 jam
(bawah).

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 175


3. Termoklin ditemukan pada kedalam sekitar 120 – 160 m.
kedalaman sekitar 120 – 160 Massa air pada lapisan ini diduga
m. merupakan massa air South Pacific
Subtropical Water (SPSW) yaitu
Profil CTD tunggal dari massa air dari pasifik selatan yang
pengukuran yoyo menunjukkan bergerak ke arah Laut Halmahera
karakteristik air dapat dilihat pada melewati perairan pantai utara
Gambar 5. Dalam profil salinitas, Pulau Papua di lapisan dangkal
diamati lapisan termoklin pada (termoklin).

Gambar 4. Profil salinitas (kiri) dan densitas anomali (kanan) kolom


air di sekitar gunung bawah laut selama 24 jam.

176 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Rekomendasi

• Perlu analisis lebih lanjut data sampel air yang diambil di sekitar pun-
cak gunung bawah laut. Pengambilan sampel air di sekitar gunung
bawah laut untuk analisis gas ataupun kandungan kimia adalah pa-
rameter kunci dalam vulkanologi. Pengambilan sampel air ini mem-
butuhkan perlakukan khusus untuk menjaga komposisi cairan tidak
berubah selama perjalanan kembali ke permukaan laut dan selama
masa penyimpanan dan pengiriman ke laboratorium.
• Selain pengambilan sampel air di sekitar gunung bawah laut; pen-
gujian submarine volcanoe dengan menggunakan beberapa metode
sangat direkomendasikan.

Daftar Pustaka

1. Atmadipoera A, Kuroda Y, Pariwono J L and Purwandani A 2004


Water Mass Variation in the Upper Layer of the Halmahera Eddies
Region Observed from a TRITON buoy IEEE
2. Cresswell G R and Luick J L 2001 Current measuranment in the
Halmahera Sea J. Geophys. Res. 106(C7) 13953-58
3. Cyr F, van Haren H, Mienis F, Duineveld G, Bourgault D. On the in-
fluence of cold-water coral mound size on flow hydrodynamics, and
vice-versa. Geophys Res Lett. 2016; 43: 775–783, https://doi.org/10.
1002/2015GL067038.
4. Galbraith, P.S. & Kelley, E. 1996. Identifying overturn in CTD pro-
files. J. Atmos. Ocean. Tech., 13:688- 702
5. Galbraith, P.S. & Kelley, E. 1996. Identifying overturn in CTD pro-
files. J. Atmos. Ocean. Tech., 13:688- 702
6. Hao, J., Chen, Y., Wang, F., & Lin, P. 2012. Seasonal thermocline in
the China Seas and northwestern Pacific Ocean. J. Geophys. Res.,117:
C02022
7. Kashino Y, Atmadipoera A S, Kuroda Y and Lukijanto 2013 Observed
feature of the Halmahera and Mindanao Eddies J. Geo. Ress. Ocean.
118 6543-60 .
8. Klymak JM, Legg S, Pinkel R. A simple parameterization of turbulent

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 177


tidal mixing near supercritical topography. J Phys Oceanogr. 2010;
40: 2059–2074.
9. Müller, P., and M. Briscoe. 2000. Diapycnal mixing and internal
waves. Oceanography 13(2):98–103, https://doi.org/10.5670/ocean-
og.2000.40.
10. Schlitzer, Reiner, Ocean Data View, odv.awi.de, 2021. 
11. Tsuchiya M, Talley LD, McCartney MS. An eastern Atlantic section
from Iceland southward across the equator. Deep-Sea Res I. 1992; 39:
1885–1917.
12. W. J. Emery, 2003. Water types and water masses. Boulder, CO, USA,
Academic Press. https://doi:10.1006/rwos.2001.0108
13. White M, Mohn C. Seamounts: a review of physical processes and
their influence on the seamount eco-system. OASIS Report contract;
2004.

178 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Analisa dan Prediksi
Arditho Bramandika
Putra
Cuaca Kelautan
BMKG dengan AWS Airmar

Abstrak

B
MKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) sebagai
salah satu Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) ber-
peran penting dalam penyediaan informasi terkait cuaca kema-
ritiman. Dukungan BMKG diwujudkan melalui peresmian program
Ocean Forecast System (OFS) pada 31 Maret 2017. OFS mampu men-
dukung kebutuhan analisa dan prediksi cuaca kelautan hingga 7 hari
kedepan. Melalui kegiatan Ekspedisi Jala Citra I – 2021 Aurora, salah
satu prakiraan sistem OFS berupa unsur kecepatan angin diverifikasi
secara langsung menggunakan alat AWS Airmar yang terpasang pada
kapal milik TNI AL. Hasil dari penelitian tersebut dari total sebanyak
80 data yang sesuai dengan hasil pengamatan sebanyak 61 data (76,3 %)
dan tidak sesuai sebanyak 19 data (23,8 %).

Kata Kunci: AWS, OFS, Kecepatan Angin

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 179


Latar Belakang

Panjang garis pantai Indonesia yang mencapai 95.181 km menja-


dikan Indonesia sebagai negara maritim kepulauan terbesar di dunia
(Tjasyono, 2013). Potensi kemaritiman yang besar merupakan keun-
tungan tersendiri khususnya di bidang ekonomi. Pilar perekonomian
maritim Indonesia banyak bertumpu pada perikanan, transportasi laut,
wisata laut, tambang gas, dan minyak.
Adanya sinergi antar instansi dan lembaga pemerintahan dibutuh-
kan untuk mendukung cita-cita tersebut. BMKG (Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika) sebagai salah satu Lembaga Pemerintahan
Non Departemen (LPND) berperan penting dalam penyediaaan infor-
masi terkait cuaca kemaritiman. Dukungan BMKG diwujudkan melalui
peresmian program Ocean Forecast System (OFS) pada 31 Maret 2017.
OFS merupakan sistem terintegrasi dari program Ina-Waves dan Ina-
Flow
OFS mampu mendukung kebutuhan analisa dan prediksi cuaca
kelautan hingga 7 hari kedepan. Produk-produk yang dihasilkan tidak
hanya menginformasikan angin, tinggi gelombang laut dan alun, teta-
pi masyakarat juga bisa mendapatkan informasi suhu permukaan laut,
arus, dan salinitas per lapisan kedalaman. Produk dari BMKG-OFS da-
pat dilihat melalui alamat http://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs/. Keu-
nggulan OFS antara lain data yang mudah diperoleh dan tampilan yang
lebih interaktif. Masyarakat diharapkan lebih mudah memperoleh dan
memahami informasi yang diterima dengan baik.
Sebagai sebuah sistem yang dikembangkan dari model Wave-
Watch III, OFS belum banyak dilakukan verifikasi secara menyeluruh
di perairan Indonesia, terlebih verifikasi secara langsung. Oleh karena
hal tersebut peneliti tertarik untuk memverifikasi secara langsung OFS
di perairan Indonesia. Pada kesempatan kali ini peneliti akan fokus un-
tuk memverifikasi prakiraan sistem OFS berupa unsur kecepatan angin.

180 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi prakiraan sistem OFS


BMKG dengan kondisi dilapangan.

Metodologi

Kegiatan penelitian merupakan bagian dari ekspedisi Jala Citra – 1


Aurora yang diprakarsai oleh Pushidros TNI Angkatan Laut dengan
menggunakan kapal milik TNI Angkatan Laut.
a) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama 10 hari pada tanggal 29 Agus-
tus 2021 – 07 September 2021.
b) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian kali ini berada di sekitar Perairan Halmahera sel-
uas 95 km².

Gambar 1. Lokasi Penelitian Meteorologi.


c) Akuisisi data
Data diperoleh dari sensor angin peralatan AWS merk Airmar
yang terdapat dari KRI SPICA 934, melalui Kepala Departemen Survei
data diunduh langsung dari logger data dalam bentuk *.csv.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 181


d) Analisis data
Data dianalisis menggunakan program Ms. Excel untuk mendapa-
tkan pengamatan data yang terekam oleh alat AWS yang terdapat pada
kapal. Lalu data tersebut dirata-rata per tiga jam (H+00 menit s.d H+180
menit). Lalu data tersebut dibandingkan dengan model prakiraan kece-
patan angin (Wind Speed) pada sistem OFS. Selanjutnya dianalisis se-
lisih antara model dan hasil pengamatan dengan menggunakan toler-
ansi kecepatan angin sekitar ± 5 knots.

Temuan Awal

Dari hasil pengolahan sebanyak 80 data, untuk prakiraan kecepa-


tan angin sistem OFS yang sesuai dengan hasil pengamatan sebanyak
61 data (76,3 %) dan untuk prakiraan kecepatan angin sistem OFS yang
tidak sesuai sebanyak 19 data (23,8 %).
Tabel 1. Verifikasi Kecepatan Angin AWS Arimar dan Prakiraan
OFS
AWS Air- Prakiraan
Selisih Sesuai/
Tanggal Jam mar OFS
(knot) Tidak
(knot) (knot)
29/08/2021 00 9 10 -1 Sesuai
29/08/2021 03 11 8 3 Sesuai
29/08/2021 06 9 8 1 Sesuai
29/08/2021 09 9 10 -1 Sesuai
29/08/2021 12 9 8 1 Sesuai
29/08/2021 15 9 8 1 Sesuai
29/08/2021 18 8 8 0 Sesuai
29/08/2021 21 4 6 -2 Sesuai
30/08/2021 00 10 6 4 Sesuai
30/08/2021 03 7 6 1 Sesuai
Tidak
30/08/2021 06 11 4 7
Sesuai
30/08/2021 09 9 6 3 Sesuai
30/08/2021 12 10 6 4 Sesuai

182 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tidak
30/08/2021 15 12 6 6
Sesuai
30/08/2021 18 11 6 5 Sesuai
30/08/2021 21 5 6 -1 Sesuai
31/08/2021 00 4 6 -2 Sesuai
31/08/2021 03 6 4 2 Sesuai
31/08/2021 06 7 4 3 Sesuai
Tidak
31/08/2021 09 10 4 6
Sesuai
31/08/2021 12 9 4 5 Sesuai
31/08/2021 15 7 4 3 Sesuai
Tidak
31/08/2021 18 12 4 8
Sesuai
31/08/2021 21 4 4 0 Sesuai
01/09/2021 00 9 6 3 Sesuai
01/09/2021 03 9 8 1 Sesuai
01/09/2021 06 9 6 3 Sesuai
01/09/2021 09 8 6 2 Sesuai
Tidak
01/09/2021 12 7 15 -8
Sesuai
Tidak
01/09/2021 15 7 15 -8
Sesuai
01/09/2021 18 11 10 1 Sesuai
01/09/2021 21 10 6 4 Sesuai
02/09/2021 00 7 6 1 Sesuai
02/09/2021 03 8 4 4 Sesuai
02/09/2021 06 7 6 1 Sesuai
02/09/2021 09 7 8 -1 Sesuai
02/09/2021 12 7 6 1 Sesuai
Tidak
02/09/2021 15 12 6 6
Sesuai
02/09/2021 18 12 8 4 Sesuai
02/09/2021 21 8 8 0 Sesuai
03/09/2021 00 8 8 0 Sesuai
Tidak
03/09/2021 03 17 6 11
Sesuai
03/09/2021 06 8 6 2 Sesuai

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 183


Tidak
03/09/2021 09 11 4 7
Sesuai
Tidak
03/09/2021 12 13 4 9
Sesuai
Tidak
03/09/2021 15 13 6 7
Sesuai
Tidak
03/09/2021 18 12 6 6
Sesuai
Tidak
03/09/2021 21 13 6 7
Sesuai
04/09/2021 00 12 8 4 Sesuai
04/09/2021 03 9 6 3 Sesuai
Tidak
04/09/2021 06 12 4 8
Sesuai
Tidak
04/09/2021 09 11 4 7
Sesuai
04/09/2021 12 9 4 5 Sesuai
Tidak
04/09/2021 15 15 6 9
Sesuai
Tidak
04/09/2021 18 15 4 11
Sesuai
04/09/2021 21 7 4 3 Sesuai
05/09/2021 00 6 10 -4 Sesuai
05/09/2021 03 15 10 5 Sesuai
05/09/2021 06 9 10 -1 Sesuai
Tidak
05/09/2021 09 20 10 10
Sesuai
05/09/2021 12 9 10 -1 Sesuai
05/09/2021 15 13 10 3 Sesuai
05/09/2021 18 12 10 2 Sesuai
05/09/2021 21 10 10 0 Sesuai
06/09/2021 00 14 10 4 Sesuai
06/09/2021 03 17 15 2 Sesuai
06/09/2021 06 14 15 -1 Sesuai
06/09/2021 09 15 15 0 Sesuai
06/09/2021 12 15 15 0 Sesuai
06/09/2021 15 13 15 -2 Sesuai
06/09/2021 18 20 15 5 Sesuai

184 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


06/09/2021 21 12 15 -3 Sesuai
07/09/2021 00 14 15 -1 Sesuai
07/09/2021 03 12 15 -3 Sesuai
07/09/2021 06 17 15 2 Sesuai
07/09/2021 09 12 15 -3 Sesuai
07/09/2021 12 13 15 -2 Sesuai
Tidak
07/09/2021 15 23 15 8
Sesuai
07/09/2021 18 11 15 -4 Sesuai
07/09/2021 21 13 15 -2 Sesuai

Rekomendasi

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 185


• Perlunya kalibrasi secara rutin pada peralatan di kapal, terutama
peralatan AWS karena dapat memberikan efek yang cukup sig-
nifikan bagi penentuan kelancaran suatu operasi atau kegiatan se-
cara langsung.
• Kegiatan verifikasi terhadap prakiraan OFS perlu diperbanyak,
mengingat sistem OFS banyak digunakan baik oleh instansi pemer-
intah maupun masyarakat.

Daftar Pustaka

Tjasyono, B.H.K. (2013). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Pener-


bit Remaja Rosdakarya.

186 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Pulau Yiew
Jefry Bemba, S.Ik, M.Si

Letak Geografis dan Desa Tepeleo. Keberadaan pulau


Yiew yang agak terpencil (jauh
Administasi
dari pemukiman penduduk) dan

P
sebagai salah satu pulau terdepan
ulau Yiew merupakan salah perbatasan Indonesia dengan Neg-
satu pulau terluar yang be- ara lain (Dirjen P3K DKP RI, 2002)
rada di bibir Samudera Pas- sehingga memungkinkan adanya
ifik pada sisi sebelah Timur Pulau ganguan dari masyarakat negara
Halmahera. Pulau ini berbatasan dan daerah lain. Secara geograf-
langsung dengan Republik Pa- is Pulau Yiew terletak pada po-
lau dan Secara administratif Pu- sisi 129º08’30” BT dan 00º43’39”
lau Yiew merupakan bagian dari LU memiliki luas kurang lebih
wilayah kecamatan Patani Utara, 181.747,84 m2, atau 18,17 ha yang
Kabupaten Halmahera Tengah dikelilingi oleh tebing batu ka-
Provinsi Maluku Utara yang ber- rang dan terdapat hamparan pasir
jarak kurang lebih 32 mil laut dari putih kurang lebih 50 m di bagian

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 187


utara. Selain itu pada sisi bagian pada seluruh lingkaran pulau,
Barat dan Timur terdapat pulau sedangkan pantai landai berpasir
karang yang berukuran kecil dan putih hanya ditemukan pada
juga ditumbuhi vegetasi pantai. sisi bagian Utara Pulau dengan
panjang kurang lebih 50 m dan
Topografi Pulau Yiew pada um- lebar ke arah darat 30 meter.
umnya merupakan dataran Pada bagian darat dari pulau
rendah (relative datar) dengan ke- Yiew umumnya merupakan
miringan rata-rata di bawah 2%. vegetasi campuran yang ditumbuhi
vegetasi pantai dan hutan tropis.
Tipologi pantai dapat Vegetasi pantai didominasi
dikelompokan ke dalam 2 (dua) oleh formasi Barringtonia dan
kelompok, yaitu pantai terjal Pascarpae, sedangkan vegetasi

Gambar 1. Peta Ketinggian Lahan Pulau Yiew

berkarang dan pantai landai hutan tropis adalah kayu besi dan
berpasir putih. Pantai terjal rotan yang tumbuh alami serta
berkarang ditemukan hampir tanaman pisang dan pepaya yang
diintroduksi penduduk sekitar.

188 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tabel 1. Vegetasi pantai dari formasi Barringtonia

No. Nama Indonesia Nama Latin


1 Butun Barringtonia asiatica
2 Bintangor laut Calophyllum inophyl-
lum
3 Ketapang Terminalia catappa
4 Bintaro Cerbera manghas
5 Malapari Pongamia pinnata
6 Waru Hisbiscus tiliaceus
7 Waru Lot Thespesia populnea
8 Jati Pasir Guettarda speciosa
9 Kenyere laut Desmodium umbella-
tum
10 Sentigi Pemphis acidula
11 Kayu wesen Dodonaea visoca
12 Bidara Laut Ximenia americana

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 189


Tabel 2. Vegetasi pantai dari Formasi Pescaprae
No. Nama Indonesia Nama Latin
1 Daun katang-ka- Ipomoea pescaprae
tang
2 Kacang laut Canavalia maritima
3 Rumput Kacang Vigna marina
4 Glinting Segara Thuarea involuta
5 Jelutung laut Euphorbia atoto
6 Pandan Pantai Pandanus tectorius
7 Kelapa Cocos nucifera

Tabel 3. Vegetasi hutan tropis


No. Nama Indonesia Nama Latin
1 Kayu Besi Diospyros spp
2 Rotan Calamus spp

Tabel 4. Vegetasi tanaman semusim


No. Nama Indonesia Nama Latin
1 Pepaya Psidium aguaeum
2 Pohon Pisang Musa paradisiaca

190 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3. Peta Sebaran Vegetasi Tumbuhan Darat

Selain flora, terdapat beberapa


jenis fauna yang dikategorikan
jenis satwa liar, umumnya terdiri
dari beberapa jenis burung. Pulau
Yiew juga merupakan habitat
untuk berkembang biaknya
burung langka Junai Emas Menata
(Caleonas nicobarica).

Gambar 4. Jenis Burung Junai


Emas Menata (Caleonas nicobarica)

Keunikan dari burung emas adalah memanfaatkan pulau ini


selama 6 bulan sebagai waktu untuk berkembang biak (bertelur dan
membesarkan anaknya), terjadi pada musim Utara kemudian berpindah

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 191


lagi ketempat lain untuk mencari
makan, dan kembali lagi pada
saat yang sama untuk bertelur.
Sedangkan pada musim Selatan
burung ini tidak ditemukan. Jenis
burung lain yang terdapat di Pulau
Yiew adalah burung elang coklat
(Haliastur indus), burung bangau Gambar 7. Burung Bangau Hitam
putih (Bubulcus ibis), burung (Ciconia episcopus)
bangau hitam (Ciconia episcopus),
dan menurut informasi beberapa Selain jenis-jenis burung
warga masyarakat terdapat juga fauna yang yang juga terdapat
burung Maleu. di Pulau Yiew adalah Kepiting
Kenari (Birgus latro) dan beberapa
jenis penyu yang biasanya
memanfaatkan daerah pantai
berpasir dibagian utara untuk
bertelur diantaranya jenis penyu
sisik (Eretmochelys imbricata) dan
penyu belimbing (Dermochelys
coriacea).

Gambar 5. Jenis Burung Elang


Coklat (Haliastur indus)

Gambar 6. Burung Bangau Putih


(Bubulcus ibis)
Gambar 8. Kepiting Kenari (Birgus
latro)

192 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)

Gambar 9. Jenis Penyu di Pulau Yiew

Sebagian besar wilayah daratan pulau Yiew terbentuk dari batu


gamping hasil pengendapan batuan karang yang mati dan muncul ke
permukaan (coral espouse) dan pada beberapa sisi ditemukan jenis tanah
rensina yang memiliki ciri tanah muda dan akan berkembang. Jenis
tanah entisol dangkal bahkan hingga sangat berpasir.
Pulau Yiew juga memiliki goa kecil yang dijadikan oleh masyarakat
sebagai tempat berteduh ketika gelombang pada saat melakukan
kegiatan penangkapan ikan di sekitar pulau Yiew. Goa ini diberi nama
goa Mialang, nama ini diberikan sesuai dengan keturunan salah satu
kapita kesultanan Tidore yang dipercayakan untuk menjaga pulau
Yiew.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 193


Gambar 2. Goa Mialang

Sejarah Kepemilikan dan mereka memandang ke laut tiba-


tiba melihat sebuah pulau yang
Penamaan muncul/kelihatan di kejauhan.
Dari kebun kemudian turun ke
Sejarah pulau itu terjadi pesisir Patamdi (Tepeleo) dengan
bermula dari dua orang bersaudara tujuan untuk mempersiapkan
yang tinggal di wliayah patani utara peralatan (perahu dan sebagainya)
sekitar Tahun 1302. Borfa tinggal untuk menuju pulau yang di lihat.
di Gaelafat (Gemia) dan Bornabi Pada saat mereka mempersiapkan
tinggal di Patamdi (Tepeleo). peralatan tersebut datanglah
Kedua daerah ini sekarang seorang tua beserta 7 orang
secara administrasi termasuk putra dan 1 orang putri dari
dalam wilayah Kecamatan Patani desa Wayamli (Saat ini termasuk
Utara Kabupaten Halmahera wilayah administrasi Kabupaten
Tengah. Kedua orang ini saat Halmahera Timur). Pada saat
mereka di kebun (Gaelafat)

194 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


bertemu kelurga ini bermaksud mereka dengan nama IAW yang
meminta bantuan kepada Borfa artinya pulau burung karena di
dan Bornabi untuk mencarikan pulau ini terdapat Burung Emas
obat karena putrinya mengidap yang oleh masyarakat Patani
penyakit kusta. Sementara (Gemia) disebut IAW. Secara
mempersiapkan obat, putrinya yuridis pulau Yiew merupakan
meninggal dan di makamkan di bagian dari wilayah kesultanan
patamdi (Tepeloe). Setelah acara Tidore yang ditertibkan pada
pemakaman mereka (Borfa dan masa pemerintahan Sultan Tidore
Burnabi) kemudian memutuskan pertama Bakir Nakir Asfarisani
untuk melanjutkan keinginan pada tahun 1306. Dan kemudian
mereka ke pulau yang dilihat. Pada masa pemerintahan Sultan
Dalam perjalanan mereka Jou Barakati Ikhtibar Sjah Raja
juga diantar oleh keluarga tadi Cililiati (1403-1443) raja ke-9 yang
sesampainya di Loi Tob (Pulau menetapkan pulau Yiew sebagai
Karang) kurang lebih 13 mill dari bagian dari wilayah desa Gemia.
pulau Yiuw mereka kemudian Setelah peristiwa tersebut di
berpisah. Pada saat berpisah orang atas, siapapun yang berkeinginan
wayamlii membuat pernyataan ke pulau Yiew harus meminta
kepada Borfa dan Bornabi dengan ijin kepada masyarakat gemia
bahasa Wayamli ”Kipat potone, (kepala desa), termasuk keturunan
kipat potone” artinya bahwa Bornabi. Setelah Borfa, turunan
batu, pulau dan segala yang ada berikutnya adalah Monfa dan
di sekitarnya adalah milik orang Mialang sampai generasi terakhir
Patani yang notebene adalah Borfa (saat ini) adalah Ridwan Hi Yusuf
(Gemia) dan Burnabi (Tepeleo). Mialang yang dipercaya oleh
Selanjutnya kepemilikan pulau masyarakat Gemia dan sekitarnya
Yiuw menjadi bagian dari wlayah sebagai penjaga pulau Yiew. (Hasil
desa gemia karena atas dasar wawancara dengan H. Abdul Djalil
pernyaataan Bornabi bahwa H. Abdullah Ikhtibar Sjah. Pelaku
diantara mereka berdua yang sejarah pulau Yiew turunan dari
pertama kali melihat pulau ketika sultan tidore ke-9 dan Ridwan
berada dipuncak gaelafat (puncak Hi Yusuf Mialang). Pulau Yiew
tertinggi di patani utara) adalah dipercaya oleh masyarakat desa
Borfa sebagai adiknya yang Gemia memiliki penjaga pulau,
tinggal di dasa Gemia. Pulau yang oleh keturunan Borfa disebut
Yiew pertama kali disebut oleh ”Kapita Majida atau ”Kapita pulau

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 195


Jiuw) dan kalau diurut ”kapita” ini asalnya maka burung-burung
sebenarnya berasal dari kesultanan tersebut akan dikembalikan atau
Tidore (Hi. Kasim) yang sekarang diterbangkan kembali.
keturunan/generasi terakhir Pada prinsipnya masyarakat
Ridwan. Sesaji yang dilakukan yang berada di daerah Patani
adalah menyiapkan buah pinang, Utara khususnya yang memiliki
sirih dan tembakau (bahasa akses ke Pulau Yiew dalam proses
lokal : tabako) diletakan di atas pemanfaatan potensi sumberdaya
piring putih dengan jumlah yang baik yang ada di laut maupun di
ganjil yang menurut masyarakat darat, mereka mendukung untuk
setempat bernama (ngale-ngale) pengembangan Pulau Yiew sebagai
dan diletakkan di tempat yang kawasan konservasi dengan alasan
sudah ditetapkan di pulau tersebut. bahwa pertama, secara geografis
Apabila sesaji tidak dilakukan letak pulau ini memiliki jarak
maka akan terjadi sesuatu yang yang jauh dari daratan Halmahera
tidak inginkan. (daerah Patani Utara) sehingga
Pantangan lain ketika sampai sistem pengawasan yang sulit
di pulau Jiuw tersebut adalah dilakukan.
burung-burung hasil tangkapan Kedua, kekhawatiran
tidak bisa dibunuh dan jatuh ke masyarakat akan semakin
dalam air. Kalau hal ini diabaikan/ berkurangnya keberadaan
dilakukan maka akan terjadi burung mas di pulau Yiew, hal
sesuatu yang tidak diinginkan. ini disebabkan karena kegiatan
pemanfaatan telur pada setiap
Pengembangan Pulau musim bertelur dan penangkapan
burung selalu dilakukan yang
Yiew kemudian dijual.
Serta ketiga, pemanfaatan
Pada 1970-an pernah potensi sumberdaya pulau
dilakukan upaya-upaya Yiew oleh masyarakat dari luar
konservasi terhadap burung mas Halmahera, terutama nelayan-
di pulau Yiew, yaitu tepatnya pada nelayan asing seperti dari Pilipina
masa kepemimpinan Abdullah dan nelayan dari Sulawesi.
Nebo (kepala desa Gemia).
Apabila ada masyarakat yang
ketahuan mengambil burung mas
dan membawa pulang ke desa

196 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 197
198 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Ketahanan Sosial dalam Pengelolaan
Ekowisata Bahari di Tengah Pandemi
Covid-19 di Kabupaten Raja Ampat

Prisca Kiki Wulandari


Armaidy Armawi
Dyan Primana Sobaruddin
Universitas Gadjah Mada

Abstrak ilih dengan purposive sampling.


Analisis data menggunakan teori

P
andemi Covid-19 ber- ketahanan sosial Markus Keck &
dampak signifikan pada Sakdapolrak yang terdiri dari tiga
pariwisata di Indonesia dimensi, yakni kapasitas coping,
dan dunia, tidak terkecuali di ka- kapasitas adaptif, dan kapasitas
wasan ekowisata bahari Kabu- transformasi.
paten Raja Ampat. Penelitian ini Hasil penelitian memaparkan
bertujuan untuk menganalisis, bahwa masyarakat yang
yang pertama, dampak pandemi bermatapencaharian di bidang
Covid-19 terhadap kehidupan pariwisata pada kawasan
sosial-ekonomi masyarakat dan ekowisata bahari Kabupaten
pelaku usaha yang bermatapenca- Raja Ampat mengalami dampak
harian di bidang pariwisata. Selan- pandemi. Beberapa masyarakat
jutnya, yang kedua menganalisis melakukan alih profesi sebagai
ketahanan sosial pengelola ekow- upaya bertahan hidup, dan
isata bahari Raja Ampat dalam sebagian berkreasi dengan
menghadapi kondisi pandemi. profesinya. Pemerintah, yakni
Pengambilan data dilakukan se- Dinas Pariwisata Kabupaten Raja
cara observasi non-partisipatif Ampat berupaya beradaptasi
dan interview mendalam yang dip- dengan kondisi pandemi dengan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 199


melakukan inovasi berupa Chafid, 2016).
pemesanan paket perjalanan ke Nuraini dkk (2016) telah
Raja Ampat dengan sistem online, melakukan survey terhadap
penyelenggaraan event virtual, terumbu karang di Raja Ampat
dan . penguatan kapasitas SDM sejak tahun 2001 dan berhasil
di bidang pariwisata. Sebagai mengidentifikasi 553 spesies
upaya transformasi, event virtual karang, 1.320 ikan, 699 molusca
yang diselenggarakan berjejaring yang ditumbuhi oleh berbagai flora
dengan media nasional. unik (kuskus berbintik, kakatua
jambul kuning, bayan, katak,
dan ular). Potensi yang luar biasa
Kata Kunci: Ketahanan Sosial,
telah mendorong para pemangku
Ekowisata Bahari, Dampak Pan-
kebijakan untuk mengelola sumber
demi Covid-19
daya tersebut menjadi daya tarik
wisata sehingga bermanfaat bagi
Latar Belakang pemerintah dan masyarakat yang
tinggal di wilayah Raja Ampat.
Penelitian ini berusaha Hal ini dibuktikan oleh data
memotret ketahanan sosial monografi tahun 2017, dimana
dalam mengelola ekowisata mayoritas penduduk yang tinggal
bahari di Kabupaten Raja Ampat di Kampung Arborek Distrik Meos
pada masa pandemi Covid-19. Mansar, Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat memiliki memiliki mata pencaharian sebagai
keanekaragaman hayati laut yang pengelola ekowisata. Bentuk
terkaya di dunia. Terumbu karang nyata dari majunya ekowisata
yang dimiliki oleh Raja Ampat di kawasan tersebut dibuktikan
termasuk dalam segitiga karang dengan 32 dari 70 penduduk
dunia, dimana hanya dimiliki usia kerja (45,71%) berprofesi
oleh beberapa negara yaitu sebagai pengelola ekowisata.
Indonesia, Filipina, Papua New Sebelumnya, masyarakat
Guinea, Jepang, dan Australia. berprofesi sebagai nelayan,
Hal tersebut menjadikan potensi kemudian setelah pariwisata
sumber daya laut di wilayah Raja dikembangkan, penduduk beralih
Ampat membawa keuntungan matapencaharian. Bentuk-bentuk
bagi masyarakat sekitar melalui pengelolaan wisata tersebut antara
produksi ikan (Febryandika dan lain sebagai pemilik homestay,
penjaga homestay, tukang masak,

200 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


ataupun tukang bersih-bersih dengan Maret 2019. Sektor lain
homestay. seperti transportasi dan property
Distrik Meos Mansar, yang ikut mendukung pariwisata
Kabupaten Raja Ampat telah juga mengalami penurunan.
dikembangkan menjadi kawasan Ketahanan sosial diperlukan
ekowisata, oleh sebab itu menarik sebagai upaya bertahan di kondisi
untuk digali lebih mendalam pandemi Covid-19. Maguire dan
kerjasama pengelolaan kawsan Hagan (2007) mendefinisikan
ekowisata bahari di Kabupaten ketahanan sosial sebagai
Raja Ampat. Menurut Kusworo kemampuan entitas sosial seperti
(2021) selain ekowisata bahari, suatu kelompok atau komunitas
pengelola wisata memberi untuk bangkit kembali terhadap
suguhan wisata budaya kepada situasi krisis atau kesulitan.
para wisatawan yang datang, Ketahanan sosial memiliki
misalnya menyambut tamu tiga indikator yaitu resistensi,
dengan tari-tarian tradisional dan pemulihan, dan kreativitas. Kajian
pertunjukan musik. Namun sangat lain dari Maclean dkk. (2014)
disayangkan, selama hampir menjelaskan ketahanan sosial
1,5 tahun kondisi Indonesia dan merupakan strategi individu,
seluruh belahan dunia telah kelompok, atau masyarakat dalam
berbeda. Pandemi Covid-19 yang beradaptasi, bertransformasi, dan
melanda Indonesia dan dunia berpotensi menjadi lebih kuat
saat ini telah melumpuhkan ketika menghadapi tantangan
pariwisata. Studi yang dilakukan lingkungan, sosial, ekonomi, atau
Grahadyarini dan Saptowalyono politik. Lebih Lanjut , Markus
(2020) menunjukkan bahwa kinerja Keck & Patrick Sakdapolrak
sektor pariwisata mengalami dalam Hanita (2020) menjelaskan
penurunan selama Pandemi ketahanan sosial memiliki tiga
Covid-19. Penurunan diikuti dimensi, yaitu: (1) Kapasitas
dengan sektor-sektor penunjang coping, adalah ketika aktor sosial
yang mendukung pariwisata. Pada mampu mengatasi semua jenis
awal ditemukannya virus corona keadaan baik yang stabil ataupun
di Indonesia, jumlah wisatawan tidak stabil; (2) Kapasitas adaptif,
mancanegara yang datang ke adalah ketika aktor sosial mampu
Indonesia telah mengalami belajar dari pengalaman masa lalu
penurunan sebanyak 64,11% pada dan menyesuaikan diri dengan
bulan Maret 2020 jika dibandingkan tantangan dan risiko baru dalam

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 201


kehidupan sehari-harinya; (3) Singh (2021) di Lembah Kashmir
Kapasitas transformatif, yakni India sektor pariwisata berkontri-
ketika aktor sosial mampu busi signifikan pada ekonomi mas-
menyusun institusi yang yarakat, tetapi di masa pandemi
menumbuhkan kesejahteraan mengalami hal yang tidak dapat
individu dan ketahanan sosial diprediksi. Metode pengambilan
berkelanjutan jika terjadi krisis di data menggunakan observasi dan
masa sekarang dan masa depan. interview secara purposive sam-
Teori ketahanan sosial ini menjadi pling dan menggunakan pendeka-
landasan teori dalam penelitian tan fenomenologi. Hasil penelitian
ekowisata bahari di Raja Ampat. menunjukkan bahwa masyarakat
Penelitian ketahanan ekowisa- yang bermatapencaharian di
ta dalam menghadapi dampak bidang pariwisata mengubah mat-
pandemi Covid-19 dilakukan di apencahariannya supaya tetap
daerah Savana Ghana. Pengam- survive di masa pandemi Covid-19.
bilan data dilakukan dengan fo- Penelitian ilmiah dampak pan-
cus group discussion (FGD) dan demi Covid-19 terhadap ekowisata
interview. Hasil penelitian me- dan ketahanan sosial yang diban-
maparkan bahwa sebagian besar gun sebagai solusi merupakan hal
dampak pandemi pada ekowisata yang baru, bahkan belum ada kaji-
di Savana Ghana menghilangkan an yang membahas tentang Kabu-
mata pencaharian masyarakat. paten Raja Ampat. Oleh sebab itu,
Namun, hal positif dan negative temuan penelitian ketahanan so-
terjadi pada kondisi ekologi di sial di ekowisata bahari Raja Am-
Ghana. Strategi jangka pendek pat akan menjadi suatu kebaruan
yang dilakukan oleh pemerintah yang dapat digunakan untuk mer-
yakni dengan memberikan pe- encanakan strategi jangka pan-
sangon kepada pelaku usaha dan jang kedepan dalam memulihkan
masyarakat yang kehilangan mat- kondisi perekonomian masyarakat
apencaharian akibat tidak adanya yang kehilangan matapencaharian
kunjungan wisata. Strategi jangka di bidang pariwisata.
panjangnya yakni menyediakan
matapencaharian yang beragam
selama kondisi krisis dan mem- Tujuan Penelitian
promosikan ekowisata Savana
Ghana kepada wisatawan domes- Penelitian ini bertujuan:
tik (Soliku et al., 2021). Penelitian 1. Menganalisis dampak pan-

202 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


demi Covid-19 mempengaruhi peneliti mengenai kondisi
kehidupan sosial-ekonomi ekowisata bahari di Kabupaten
masyarakat di ekowisata ba- Raja Ampat. Untuk kepentingan
hari Kabupaten Raja Ampat. pengambilan data, peneliti tinggal
2. Menganalisis ketahanan sosial di Kabupaten Raja Ampat selama 1
yang dibangun dalam menge- minggu dan melakukan kunjungan
lola ekowisata bahari Raja Am- ke Dinas Pariwisata Kabupaten
pat ketika kondisi pandemi Raja Ampat, desa-desa wisata di
Covid-19. Kabupaten Raja Ampat, Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) di
Kabupaten Raja Ampat, tokoh
Metode Penelitian masyarakat setempat, serta
pengelola wisata informal yang
Jenis Penelitian ikut berperan dalam pengelolaan
Penelitian ini menggunakan ekowisata bahari di Kabupaten
pendekatan penelitian kualitatif Raja Ampat. Pengambilan data
dengan jenis penelitian dengan wawancara mendalam
eksplanasi. Penelitian ini dilakukan dengan memilih
dilakukan di Kabupaten Raja informan secara snowball sampling.
Ampat, Provinsi Papua Barat. Informan pertama yang dipilih
Peneliti lapangan yang akan dalam penelitian ini, adalah
dilakukan adalah menggali data bagian perencanaan wisata di
kualitatif bagaimana ketahanan Dinas Pariwisata Kabupaten Raja
sosial pengelola ekowisata Ampat. Informan selanjutnya
bahari di Kabupaten Raja Ampat dipilih berdasarkan rekomendasi
selama menghadapi pandemi dari informan kunci. Di samping
Covid-19. Teknik pengumpulan itu, peneliti juga menggunakan
data dalam penelitian kualitatif purposive sampling untuk menggali
dilakukan melalui observasi data, yaitu menentukan beberapa
non partisipatif, wawancara informan kunci yang akan
mendalam, dan dokumentasi dilakukan in-dept interview dalam
(Sugiyono, 2008). Penelitian ini penelitian ini. Adapun beberapa
menggunakan observasi non informan kunci yang akan
partisipatif, mengingat peneliti diwawancari antara lain: kepala
bukan masyarakat asli Kabupaten desa atau tokoh masyarakat,
Raja Ampat. Metode ini akan pokdarwis, pengelola wisata
memberikan gambaran kepada informal. Peneliti mempersiapkan
pedoman wawancara serta
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 203
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dijelaskan informan. 

Analisis Data
Data hasil observasi non partisipatif dan wawancara dianalisis
menggunakan teori ketahanan sosial dari Keck dan Sakdapolrak yang
meliputi tiga dimensi, yaitu: kapasitas coping, kapasitas adaptif, dan
kapasitas transformatif. Data akan direduksi dan disajikan sesuai
dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis menggunakan teori
ketahanan sosial yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Kapasitas Coping - Kemampuan untuk mengatasi kondisi krisis dengan me-


manfaatkan sumber daya yang ada
- Perilaku atau tindakan dilakukan dalam waktu yang sing-
kat.
Kapasitas Adaptif - Kemampuan mempelajari pengalaman masa lalu sebagai
strategi mengatasi keadaan serupa di masa depan.
- Kemampuan beradaptasi dalam kondisi saat ini dan kesia-
pan melakukan adaptasi terhadap kondisi mendatang yang
tak terduga.
- Perilaku atau tindakan dilakukan dalam waktu jangka pan-
jang

Kapasitas Transfor- - Kemampuan untuk mengakses kesempatan di luar kelom-


matif poknya (melalui jaringan) untuk memapankan kelompok
tersebut.
- Kemampuan untuk membawa kelompoknya dan orang-
orang disekitarnya pada kesejahteraan baik di masa kini
ataupun di masa yang akan datang.

204 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tabel 1. Dimensi Ketahanan Sosial
Sumber: Keck dan Sakdapolrak dalam Hanita (2020)

Hasil Penelitian

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi merosotnya kunjungan wisata di Kabupaten Raja


Ampat. Menurunnya kunjungan wisata didukung oleh data kunjungan wisata yang telah direkap
Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat dari tahun 2019, 2020, dan 2021, sebagai berikut:

No Kunjungan Wisa- 2019 2020 2021 (Januari-Agus-


ta tus)
1 Wisatawan Nu- 22.285 1.583 1.512
santara
2 Wisatawan Man- 24.090 2.631 590
canegara
Tabel 2: Kunjungan wisata di Raja Ampat 2019-2021

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, 2021

Selama pandemi Covid-19 untuk mempertahankan kunjungan


wisata Dinas Pariwisata melakukan beberapa upaya, salah satunya
dengan menerapkan protokol kesehatan baik bagi pengelola wisata
ataupun wisatawan yang mengunjungi Raja Ampat. Penerapan
protokol kesehatan diharapkan mampu memberikan persepsi kepada
wisatawan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat dijamin
keamanan dan kesehatannya.
Kondisi pandemi sangat mempengaruhi pelaku wisata di
Kabupaten Raja Ampat. Hal ini ditambah dengan kebijakan pemerintah
pusat yang harus diikuti oleh pemerintah daerah yakni kebijakan
PSBB, PPKM Mikro, dan PPKM level 1-4 menjadi salah satu penyebab
utamanya menurunnya jumlah kunjungan. Pariwisata berdampak
secara multiplier effect, oleh sebab itu para pelaku usaha pariwisata
mengalami dampaknya dan yang paling ekstrim beberapa pelaku usaha
pariwisata menutup usahanya kemudian beralih profesi untuk bertahan
hidup. Lebih lanjut UMKM di ekowisata bahari Kabupaten Raja Ampat
yang penjualannya bergantung pada kunjungan wisatawan juga

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 205


ikut terdampak dengan kondisi Pada kondisi pandemi, Dinas
pandemi. Selama pandemi, Pariwisata bersama berbagai
banyak homestay yang mengalami stakeholder menerapkan Peraturan
kerusakan karena tidak ada biaya Bupati No 9 Tahun 2020 yang
perawatan, sehingga terjadi mengharuskan berbagai protokol
pengurangan pegawai. Sebagian kesehatan dan menerapkan
besar pegawai tetap di homestay sistem registrasi online wisata
dirumahkan dan dipanggil ketika Raja Ampat. Dinas pariwisata
ada tamu yang datang. Sebagian menghimbau kepada pelaku usaha
besar masyarakat yang beralih homestay, penginapan, dan hotel
profesi memilih kembali ke profesi segera mendapatkan sertifikat
awal yakni sebagai nelayan atau Cleanlines, Healthy, Environment
bermatapencaharian melaut Sustainability (CHSE) sehingga
sebagai upaya bertahan dalam usaha yang mereka jalankan
kondisi krisi ini (Wawancara dianggap aman dan mematuhi
dengan Sekdinpar, 2021). Lebih protokol kesehatan. Sejak awal
lengkap pelaku usaha wisata Januari 2021 pendaftaran secara
resort AFU (2021) memaparkan online bagi wisatawan yang akan
jika beberapa tour guide dan usaha berkunjung ke Raja Ampat telah
travel yang terdampak pandemi, diterapkan. Adapun website
mereka melakukan alih profesi yang bisa diakses yakni https://
berdagang yakni berdagang kue n e w n o r m a l - r a j a a m p a t . c o m /.
dan parfum. Tujuan pendaftaran secara online
Dinas pariwisata Kabupaten bagi pengunjung bertujuan
Raja Ampat menerapkan strategi untuk: (1) mendata kunjungan
kolaborasi dalam mengelola wisata sehingga dinas pariwisata
pariwisata di Kabupaten Raja dan pelaku usaha homestay
Ampat. Adapun kolaborasi yang mendapatkan feedback dari
telah dijalin oleh Dinas Pariwisata pengunjung untuk meningkatkan
dengan beberapa mitra antara pelayanannya; (2) sebagai upaya
lain: pokdarwis, masyarakat perbaikan destinasi wisata di Raja
adat, pengelola wisata, pelaku Ampat; (3) untuk meminimalisir
usaha wisata, dan media. Hal- penyebaran Covid-19. Pendaftaran
hal yang dibahas tak lain adalah secara online ditunjukkan dalam
keberlanjutan pariwisata, strategi gambar berikut:
tepat yang perlu dilakukan terlebih
di masa pandemi.

206 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 1: Website Pendaftaran Online Wisata di Raja Ampat
(Sumber: Wawancara Sekretaris Dinas Pariwisata Raja Ampat, 2021)

Di website tersebut selain menjelaskan tentang pendaftaran bagi


calon wisatawan, juga menjelaskan protokol kesehatan yang harus
dipatuhi selama berkunjung di Raja Ampat yang dijelaskan dalam
gambar 2 berikut:

Gambar 2: Protokol Kesehatan dan Kebutuhan


Perjalanan Wisata di Raja Ampat
Sumber: https://newnormal-rajaampat.com/

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 207


Lebih lanjut Sekretaris Pada tahun 2020, tepatnya
Dinas Pariwisata Kabupaten Raja pada 20-21 November 2020
Ampat (2021) menyampaikan diselenggarakan event tahunan
bahwa kondisi pandemi di Raja Ampat yakni Festival
memaksa para pengelola wisata Bahari Raja Ampat. Di masa
baik dinas pariwisata ataupun pandemi penyelenggaraan
pelaku usaha swasta untuk festival dilakukan secara virtual
melakukan transformasi dalam dan disiarkan langsung di kanal
usaha wisatanya. Sebelumnya youtube. Kegiatannya dinamakan
pelayanan perjalanan wisata “Pesona Virtual Festival Bahari
dna promosi dilakukan secara Raja Ampat”. Kegiatan melibatkan
offline, tetapi pandemi memaksa berbagai pihak salah satunya
untuk merubah menjadi sistem media yakni geopark Indonesia
online. Saat ini, dinas pariwisata (Instagram: @geoparkindonesia),
sedang mengembangkan aplikasi salah satu bagian dari Inews
yang memudahkan calon Tv yang fokus pada penyiaran
wisatawan dalam memesan paket ekowisata bahari di Indonesia.
perjalanannya ke Raja Ampat,
yakni “Visit Raja Ampat”.

Gambar 3: Pesona virtual Festival


Bahari Raja Ampat Hari 1
Sumber: youtube

208 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Kegiatan hari pertama antara untuk mengetahui tentang Raja
lain: (1) menjelaskan bagaimana Ampat. Beliau menegaskan jika,
akses dari Sorong menuju Raja mulai Januari 2021 ekowisata
Ampat; (2) talkshow dengan Kepala bahari di Raja Ampat telah dibuka
Dinas Pariwisata dan Plt. Bupati kembali dengan menerapkan
Raja Ampat; (3) pengenalan protokol kesehatan. Selanjutnya,
ekonomi kreatif yang ada di Raja host memperkenalkan hasil
Ampat. Dalam talkshow-nya Plt. kerajinan tangan yang dibuat oleh
Bupati Raja Ampat memaparkan ibu-ibu di Raja Ampat, seperti:
jika kegiatan festival virtual noken, kerajian anyaman, dan
diharapkan dapat menjangkau makanan khas.
calon wisatawan di seluruh dunia

Gambar 4: Pesona virtual Festival


Bahari Raja Ampat 2020 hari ke 2
Sumber: youtube

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 209


Kegiatan pada hari kedua homestay yang ditutup dan rusak
Kepala Dinas Pariwisata Raja tidak terawat karena tidak ada
Ampat, memaparkan paket-paket wisatawan yang datang. Di sisi
wisata serta atraksi wisata yang lain, Bapak Wader menjelaskan
disediakan di ekowisata bahari bahwa sisi positif yang dapat
tersebut. Sebagai tambahan, diambil dari kondisi pandemi,
beliau juga menjelaskan langkah- alam di Raja Ampat sedang
langkah yang harus dilakukan memperbaiki dirinya. Hal tersebut
untuk memesan paket wisata di terlihat ketika selama minimnya
ekowisata bahari Raja Ampat. kunjungan wisata mulai banyak
Dalam mengembangkan hewan-hewan laut dan ikan-ikan
ekowisata bahari di Raja Ampat, yang mulai muncul ke permukaan
Dinas Pariwisata bergandengan (Wawancara dengan Sekretaris
tangan dengan para pelaku usaha Dinas Pariwisata, 2021). Hal
pariwisata antara lain: Himpunan yang tak kalah menarik juga
Pramuwisata Indonesia cabang disampaikan oleh Ruben Sauyai
Raja Ampat, asosiasi homestay, (pemilik homestay dan tour guide
dan asosiasi transportasi wisata selam, 2021) bahwa selama masa
Raja Ampat. Lebih lanjut, dalam pandemi untuk bisa bertahan ia
hal konservasi alam dan penataan membuka kelas selam dari tingkat
kawasan Raja Ampat melibatkan dasar hingga mahir bagi para
lintas sektor, yakni: Bappeda, peminat wisata selam.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Indonesia menyelenggarakan
Balai Konservasi Sumber Daya Pekan Olahraga Nasional
Alam dan beberapa lembaga (PON) 2021 di Papua khususnya
konservasi lain. di Kabupaten Jayapura dan
Selama masa pandemi, Dinas Kabupaten Merauke. Meskipun,
Pariwisata Kabupaten Raja Ampat jauh dari Kabupaten Raja Ampat,
memanfaatkan kondisi ini untuk dinas pariwisata Kabupaten
mengadakan pelatihan-pelatihan Raja Ampat berharap jika PON
yang bertujuan meng-upgrade 2021 di Papua dapat menjadi
SDM pelaku pariwisata. Pelatihan- momentum untuk menarik
pelatihan yang diselenggarakan wisatawan. Siapapun yang
antara lain: pelatihan tour guide, berkunjung ke Papua untuk ikut
pelatihan guide selam, pelatihan serta dalam kegiatan PON 2021
guide wisata di hutan, pelatihan diharapkan bersedia sekaligus
manajemen homestay. Pelatihan untuk mengeksplore Raja Ampat
manajemen homestay tetap (Sekretaris Dinas Pariwisata
dilakukan meskipun banyak Kabupaten Raja Ampat, 2021).

210 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Temuan Penelitian

Dalam pengelolaan ekowisata bahari di Kabupaten Raja Ampat,


peneliti menemukan upaya-upaya adaptasi dan transformasi yang
dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan pelaku usaha
pariwisata serta media. Upaya adaptasi dan transformasi untuk tetap
bertahan dalam kondisi krisis sesuai dengan teori ketahanan sosial yang
diangkat oleh peneliti. Adapun penjelasan lebih lanjut akan dipaparkan
pada tabel di bawah ini:

No Ketahanan Sosial Temuan Penelitian


1 Kapasitas Coping - Mendorong pelaku usaha ekowisata bahari di
Raja Ampat mendapatkan sertifikat CHSE (pe-
merintah)

- Mengadakan pelatihan tour guide, guide selam,


guide wisata hutan, manajemen homestay (pe-
merintah)

- Kembali ke profesi melaut (masyarakat)

- Mengadakan kelas selam bagi peminat wisata


selam (masyarakat)

- Alih profesi menjadi pedagang kue dan parfum


(masyarakat)

- Merumahkan pegawai homestay dan memperk-


erjakan ketika ada tamu yang datang (pelaku
usaha homestay)
2 Kapasitas Adaptif - Pesona virtual Festival Bahari Raja Ampat
- Sistem registrasi online masuk kawasan ekow-
isata bahari Raja Ampat di website: https://
newnormal-rajaampat.com/
- Pengembangan aplikasi “visit Raja Ampat”
3 Kapasitas Transfor- - Berjejaring dengan media Inews TV
matif
Tabel 3: Temuan Penelitian
Sumber: Olahan peneliti, 2021

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 211


Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, peneliti memiliki rekomendasi


yang dapat dilakukan tindak lanjut oleh pemerintah setempat dan
masyarakat sekitar:
1. Menyediakan fasilitas ecommerce untuk produk-produk ekraf dari
Raja Ampat khususnya untuk pelaku usaha ekraf di kawasan ekow-
isata bahari Raja Ampat.
2. Memperbanyak event virtual komersiil yang mampu memberikan
pendapatan bagi masyarakat yang bermatapencaharian di bidang
pariwisata, misalnya virtual tour menyelam, virtual tour desa wisata,
dll.
3. Hasil penelitian rekan-rekan tentang temuan SDA bawah laut dapat
dijadikan sebagai wisata edukasi berupa museum baik secara fisik
atau virtual yang memberikan pengetahuan bagi masyarakat di
Raja Ampat secara khusus dan Indonesia serta dunia secara umum.
Wisata edukasi tersebut akan menjadi daya tarik wisata baru di Ka-
bupaten Raja Ampat, sehingga perlu adanya kerja sama lebih lanjut
antara Pushidroal dan Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat.

212 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Rencana Tindak Lanjut

Hasil penelitian ini akan dikembangkan menjadi artikel ilmiah yang


kemudian di-submit di Jurnal Internasional, sebagai upaya menambah
literatur tentang ketahanan sosial pengelola ekowisata bahari dalam
menghadapi Pandemi Covid-19.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 213


DAFTAR PUSTAKA

Djou, Josef Alfonsius Gadi., 2013, Pengembangan 24 Destinasi Wisata Ba-


hari di Kabupaten Ende, dalam jurnal Kawistara, vol. 3 no 1, hal. 12-
23, dapat diakses di https://core.ac.uk/download/pdf/289867376.
pdf.
Grahadyarini,BM Lukita & Saptowalyono, C. A. (2020). Pariwisata Lesu
Sektor Pendukung Terkena Dampak. Kompas.Id. https://www.kom-
pas.id/baca/ekonomi/2020/05/05/pariwisata-lesu-sektor-pen-
dukung-terkena-dampak
Hanita, M., 2020, Ketahanan Nasional: Teori, Adaptasi, dan Startegi, Jakarta:
UI Publisihing
Kusworo, Danu., 2021, Raja Ampat yang Memuliakan Tamunya, dalam
kompas.id, terbit pada 2 Februari 2021.
Lakshmi Singh, A., Jamal, S., & Suhail Ahmad, W. (2021). Impact assess-
ment of lockdown amid COVID-19 pandemic on tourism industry
of Kashmir Valley, India. Research in Globalization, 3, 100053. https://
doi.org/10.1016/j.resglo.2021.100053
Nuraini, Satria, A., & Wahyuni, E. S. (2016). Mekanisme Akses dan Kekua-
saan dalam Memperkuat Kinerja Institusi Pengelolaan Ekowisata
Bahari (Studi Kasus: Kampung Wisata Arborek, Distrik Meos Man-
sar, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat), dalam Sodality:
Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol 7 No 1, hal 65-77
Soliku, O., Kyiire, B., Mahama, A., & Kubio, C. (2021). Tourism amid
COVID-19 pandemic: impacts and implications for building resil-
ience in the eco-tourism sector in Ghana’s Savannah region. Heliyon,
7(9). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07892

Informan:
1. Bapak Engelbert Wader (Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Raja
Ampat)
2. Bapak Zulficar Alexander Teppy, S.Par (Pengelola Resort AFU, Kota
Waisai, Kabupaten Raja Ampat)
3. Bapak Ruben Sauyai (Professional Association of Divers Raja Ampat)

214 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Akuisisi Data Topografi dengan
Drone Lidar dan Batimetri
Geotronix Pratama Indonesia

Abstrak Kata Kunci: lidar, SDB, singlebeam


echosounder, datum vertikal

S
aat ini, belum ada teknologi
tunggal yang dapat
memetakan topografi dan
Latar Belakang
batimetri pantai tersebut secara
sekaligus, sehingga dapat mencapai Pemetaan topografi dan batimetri
akurasi data yang ditentukan. lingkungan pantai sangat penting
Untuk mencapai tingkat akurasi dilakukan untuk mendapatkan
tertentu, pemetaan topografi data yang dapat dimanfaatkan
pantai harus menggunakan untuk proses berbagai macam
teknologi yang berbeda dengan studi terhadap lingkungan pantai
pemetaan batimetrinya. Pada itu sendiri (Parker, B, 2002). Saat
penelitian ini, akuisisi data ini, belum ada teknologi tunggal
topografi menggunakan drone yang dapat memetakan topogra-
lidar dan batimetri dengan fi dan batimetri pantai tersebut
pengolahan data SDB, dan secara sekaligus, sehingga dapat
validasi dengan akuisisi data mencapai akurasi data yang di-
insitu menggunakan singlebeam tentukan (Quadros, dkk., 2008).
echosounder dengan wahana USV. Untuk mencapai tingkat akur-
Integrasi data topografi dan asi tertentu, pemetaan topografi
batimetri pantai akan dilakukan pantai harus menggunakan te-
proses analisis penentuan vertikal knologi yang berbeda dengan
datum dengan data input pasang pemetaan batimetrinya. Kare-
surut, sehingga penggabungan na perbedaan teknologi, untuk
keduanya dapat diperoleh mengintegrasikan kedua data
permukaan yang seamless. Hasil tersebut diperlukan proses anali-
analisis dan penentuan datum sis, sehingga datum dan proyeksi
vertikal untuk integrasi data lidar yang digunakan dapat konsisten
dan batimetri akan diperbarui (Wilson, dkk., 2018).
lebih lanjut.
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 215
Pada penelitian ini, proses proses analisis penentuan vertikal
akuisisi data topografi pantai datum dengan data input pasang
dilakukan dengan menggunakan surut, sehingga penggabungan
teknologi drone lidar Microdrones keduanya dapat diperoleh
mdLidar1000. Teknik pemetaan permukaan yang seamless.
menggunakan drone lidar
memiliki potensi yang besar untuk Tujuan
menghasilkan data topografi dan
perubahan garis pantai secara
1. Melakukan integrasi data
cepat dan akurat (Lin, dkk., 2019).
Sedangkan proses akusisi data topografi dan batimetri pantai
batimetri perairan dangkal pantai untuk meningkatkan efisiensi
akan diperoleh dari pengolahan biaya, kualitas hasil, dan cak-
data citra satelit atau satellite- upan data.
2. Melakukan integrasi data
derived bathymetry (SDB) dengan topografi dan batimetri pan-
perangkat lunak dari EOMAP dan tai dengan analisis penentuan
data input citra satelit GeoEye. vertikal datum.
Satellite-derived bathymetry
(SDB) adalah salah satu aplikasi Metodologi
yang berkembang dari akuisisi
ruang angkasa menggunakan
pengamatan penginderaan a) Akuisisi Data
jauh secara optik. Data SDB
menawarkan data kedalaman Proses akuisisi data topografi
dengan biaya yang rendah dan dilakukan menggunakan drone
hasil yang cepat dibandingkan lidar, sedangkan data batimetri
dengan teknik pengambilan didapat melalui pengolahan
batimetri lainnya yang dikenal, data SDB dan validasi dengan
seperti survei insitu (Green, E. akuisisi data insitu menggunakan
P., dkk., 2000). Selanjutnya, akan singlebeam echosounder dengan
dilakukan validasi terhadap data wahana USV. Akuisisi data
SDB menggunakan survei insitu topografi menggunakan drone
pengukuran singlebeam echosounder lidar dan batimetri menggunakan
dengan wahana USV. USV singlebeam echosounder
Integrasi data topografi dan dilakukan pada tanggal 7
batimetri pantai akan dilakukan September 2021 dengan area studi
Pulau Yiew.

216 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


video aerial tersebut digunakan
Gambar. Proses Akuisisi Data
sebagai rujukan awal terkait
Batimetri (USV)
keselamatan dan keamanan
b) Analisis data navigasi pada operasi akuisisi data
menggunakan drone lidar dan
Analisis data yang akan USV.
dilakukan adalah analisis datum Kondisi topografis di Pulau
vertikal dengan masukan data Yiew pada umumnya merupakan
pasang surut untuk proses integrasi dataran rendah dengan kemiringan
data topografi dan batimetri pantai rata-rata di bawah 2%. Tipologi
Pulau Yiew. pantai dapat dikelompokkan ke
dalam 2 (dua) kelompok, yaitu
pantai terjal berkarang dan pantai
Temuan Awal landai berpasir putih. Pantai terjal
berkarang ditemukan hampir
pada seluruh lingkaran pulau.
Sebelum menurunkan Mayoritas pulau ditumbuhi oleh
peralatan survei, tim peneliti pepohonan lebat, sedangkan
terlebih dahulu melakukan pantai landai berpasir putih hanya
scouting terhadap area Pulau Yiew ditemukan pada sisi bagian Utara
dan sekitarnya menggunakan Pulau dengan panjang kurang
drone Yuneec H520. Hasil rekaman

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 217


lebih 50 m dan lebar ke arah darat 30 meter. Dengan bentang alam yang
sedemikian rupa, akuisisi data lidar hanya dapat terlaksana di sekitar
area pantai landai dengan cakupan sebanyak kurang lebih 45% dari
yang direncanakan karena faktor keterbatasan clear line of sight pilot.

a) Hasil Pengukuran Batimetri (USV)

218 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


b) Hasil Pengukuran Lidar

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 219


c) Hasil Integrasi Sementara

220 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Masih perlu dilakukan pengolahan dan analisis lebih lanjut
terhadap hasil pengukuran batimetri dan lidar tersebut, khususnya
analisis penentuan datum vertikal pada lokasi pengukuran. Untuk
memperluas cakupan area pengukuran di Pulau Yiew, masih
diperlukan penambahan data batimetri SDB yang saat ini akuisisi
datanya menemui kendala citra satelit yang belum optimal sehingga
sedang diupayakan kembali.

Rekomendasi

a. Data titik ikat atau ground control point diperlukan untuk


menambah parameter analisis terhadap penentuan datum vertikal.
b. Penambahan waktu diperlukan untuk menambah cakupan area
pengukuran dan variasi terhadap rentang waktu pengukuran.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 221


Daftar Pustaka

Green, E. P., et al. (2000). Remote sensing handbook for tropical


coastal management, in Coastal Management Sourcebooks 3,
edited by A. J. Edwards (UNESCO, Paris, 2000).

Lin, Y.C, Cheng, Y.T., Zou, T., Ravi, R., 2019. Evaluation of UAV
LiDAR for Mapping Coastal Environments. Remote Sens. 2019,
11, 2893; doi:10.3390/rs11242893
Parker, B., 2002. The Integration of Bathymetry, Topography and
Shoreline and the Vertical Datum Transformations behind It.
International Hydrographic Review Vol. 3 No. 3 (new series)
November 2002
Quadros, N.D., Collier, P.A., Fraser, C.S., 2008. Integration of Bathy-
metric and Topographic Lidar: A Preliminary Investigation.
The International Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII. Part B8.
Beijing 2008

Wilson, K.M., Power, H.E., 2018. Seamless Bathymetry and Topog-


raphy Datasets for New South Wales, Australia. Scientific Data
| 5:180115 | DOI: 10.1038/sdata.2018.115

222 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Stanislaus Ariyanto &
Nada Geraldine
Ringkasan Kegiatan
PT Hidronav Tehnikatama Survei

Abstrak

S
ebagai salah satu penyedia solusi survei darat, laut dan udara di
Indonesia, PT Hidronav dengan antusias mendukung para peneliti
dan PUSHIDROSAL untuk mensukseskan Ekspedisi Jala Citra I
“Aurora”. Dalam kegiatan ini kami membawa TVG Gradiometer dan
miniROV untuk dapat digunakan pada kegiatan ini. TVG Gradiometer
diharapkan dapat mendukung kegiatan identifikasi terhadap temuan
di dasar perairan dari segi anomali magnetiknya. MiniROV diharapkan
dapat mendukung kegiatan identifikasi fisik temuan yang ada di
perairan Halmahera dan Papua.

Survei Magnetometer menggunakan Geometrics


G-882 SX

Survei nilai magnetis dilakukan untuk mendeteksi ada/tidaknya


anomali magnetis pada daerah dugaan gunung api bawah laut. Diren-
canakan menggunakan TVG Gradiometer dan akan di-towing pada ja-
rak 2 s/d 3 kali panjang kapal atau sekitar 150m. Namun, pada saat
dilakukan tes pada TVG Gradiometer terdapat perbedaan grafik mag-
netis antara magnetometer milik KRI SPICA-934 dan milik DISVER-
ANAUTIKAS. Hal ini mungkin terjadi karena ada perbedaan spesi-
fikasi dari kedua magnetometer tersebut (Geometrics G882SX – milik
KRI SPICA, dan Geometrics G882-milik Disveranautikas). Selain itu,
TVG tidak dapat berkomunikasi dengan kontrol apabila menggunakan
winch milik KRI SPICA, namun dapat berkomunikasi dengan baik keti-
ka menggunakan winch DISVERANAUTIKAS. Kendalanya winch DIS-

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 223


VERANAUTIKAS hanya memiliki panjang sekitar 70m maksimal. Seh-
ingga, peneliti memutuskan menggunakan Single Magnetometer milik
KRI SPICA-934 agar dapat di-towing lebih jauh, yaitu sekitar 120m.
Magnetometer diturunkan setelah mengidentifikasi adanya perbe-
daan tinggi yang cukup signifikan pada fitur dasar laut. Diambil beber-
apa line, dan dijalankan simultan dengan pengambilan data multibeam.
Pengambilan data diusahakan selalu pada saat terang (pagi hingga
petang) agar keberadaan tow dapat dimonitor. Hasil data magnetom-
eter terolah menunjukkan adanya nilai anomaly yang signifikan yang
dijelaskan secara ilmiah oleh peneliti yang memang fokus di bidang
geofisika bahwa anomaly yang signifikan tersebut menunjukkan adan-
ya batuan keras, atau fitur keras yang dimungkinkan vulkanis.

Survei Fitur Bawah Laut menggunakan Seabotix


vLBV300

Survei menggunakan ROV ditujukan untuk memvalidasi hasil


data dan analisis dari sensor-sensor lain dengan melihat lebih dekat
object operasi. ROV yang digunakan memiliki rate kedalaman 300m
dengan kabel sepanjang 300m pula. ROV berjalan baik pada saat dry-
test, dan mengalami fault pada saat wet test sebelum keberangkatan.
Dilakukan pengecekan dan troubleshooting sehingga ROV baru dapat
berjalan kembali ketika grabber yang ada pada ROV dilepas dan digan-
tikan oleh dummy plug.
ROV diplanningkan untuk dapat turun pada kedangkalan 18m
setelah mendapatkan informasi dari data multibeam. Karena tidak di-
temukannya kedangkalan tersebut, berikutnya ROV direncanakan un-
tuk dapat turun semaksimalnya pada “dugaan” puncak gunung bawah
laut. Pada saat akan diturunkan cuaca hujan dengan ombak cukup ting-
gi dengan arus permukaan sekitar 2,6 knots. ROV tetap diturunkan se-
maksimal mungkin dengan memperhatikan arah arus sehingga apabila
terjadi lepas kendali dan terbawa arus unit ROV tidak berada di bawah
kapal. ROV diturunkan sambil berusaha menahan arus hingga menca-
pai 10m dan fault kembali. Sehingga ROV dinaikkan dan kapal bertolak
ke Waisai. Sehingga, tidak ada data ROV yang bisa digunakan untuk
validasi, mengingat kedalaman yang dicapai hanya 10m, dengan target
kedalaman sekitar 393m.
224 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Meneliti Aktivitas Gunung
dengan Data CTD, MBES, Marine
Magnetometer, SBP, dan Sampel Air

Kristianto, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Abstrak MBES menunjukkan adanya ben-


tuk morfologi kawah dengan arah

K
bukaan ke timur-tenggara. Pen-
eberadaan fitur gunung
gamatan megaskopis pada sam-
bawah laut di Indonesia
pel sedimen yang didapatkan dari
belum banyak diungkap,
kawah menunjukkan adanya cang-
Badan Geologi baru mencatat 4
kang foraminifera yang terendap-
gunung tipe A dan 2 gunung tipe
kan di kawah tersebut. Cangkang
B. Salah satu yang diduga merupa-
tersebut menunjukkan bahwa ti-
kan fitur gunung bawah laut bera-
dak ada aktivitas vulkanisme pada
da di Selat Manipa. Penelitian ini
kawah tersebut sejak cangkang di-
dilakukan untuk mengidentifikasi
endapkan. Ditemukan juga frag-
fitur gunung bawah laut dan ak-
men batuan vulkanik yang diduga
tivitasnya. Beberapa metode yang
bahwa lokasi tersebut merupakan
digunakan untuk mengetahui ak-
area vulkanik di masa lampau.
tivitas gunung adalah mengambil
Hasil analisis signal
data CTD, MBES, Marine magne-
geomagnet menunjukkan pola
tometer, SBP, dan sampel air di atas
anomali magnet tinggi pada
bentukan kawah yang dibanding-
batuan vulkanik di sekitar area
kan dengan lokasi kontrol; serta
tubuh gunung bawah laut yang
sampel batuan dari sekitar kawah.
memanjang berarah baratlaut -
Data CTD menunjukkan tidak ada
tenggara, serta di bagian timurlaut
perubahan suhu yang berarti pada
yang berasosiasi dengan batuan
kolom air di sekitar kawah. Data

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 225


beku vulkanik, serta tidak laut dibutuhkan selain untuk
ditemukannya Anomali magnet melakukan mitigasi di pesisir
rendah di sekitar puncak dan sekitar dan infrastruktur bawah
kawah yang mengindikasikan laut, juga untuk keselamatan
tidak adanya aktivitas vulkanik pelayaran. Penelitian ini dilakukan
pada area sekitar puncak dan untuk melakukan survey morfologi
kawah. bawah laut di Selat Manipa
bagian selatan. Pemilihan daerah
Kata Kunci: Fitur gunung bawah penelitian berdasarkan pada data
laut, cangkang foraminifera, frag- GEBCO menunjukkan adanya
men batuan vulkanik, dan anom- bentukan kaldera dan kerucut di
ali magnet. daerah ini. Peta Laut Indonesia
No. 142 dan 363 dicantumkan
bahwa hasil survei Belanda tahun
LatarBelakang 1925-1932 memberikan kedalaman
terdangkal di lokasi survey sebesar
Gunung bawah laut 865 m pada dataran dengan
merupakan bahaya geologi di kedalaman 3000-4000 m.
perairan Indonesia yang masih
sedikit terungkap, di luar enam Metodologi
gunung bawah laut yang sudah
diidentifikasi oleh PVMBG (Data a) Akuisisi data
Dasar Gunungapi Indonesia, Data CTD dan sampel air
2011). Sebagian besar gunung diambil di atas bentukan kawah
bawah laut ditemukan di dan satu lokasi kontrol ke arah
Indonesia Bagian Timur, antara barat bentukan gunung dengan
lain Kompleks Komba (Sarmili menggunakan rosette water
dan Suryoko, 2012; Sarmili dan sampler KC Denmark yang
Troa, 2014) di utara Flores, dan dilengkapi dengan CTD Valeport
Kawio Barat (Troa dkk., 2013) Midas 6000. Sampel diambil di
di timur Kepulauan Sangihe- lereng, puncak dan bentukan
Talaud. Informasi gunung bawah kawah dengan menggunakan grab
sampler (Gambar 1).

226 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tujuan pengambilan
sampel air : Untuk
mengetahui komposisi
kimia air dan karakteristik
kimiawinya, untuk
menganalisis ada tidaknya
aktivitas Gunung Bawah
Laut di lokasi pengambilan
sampel, berdasarkan
komposisi kimianya.
Sebagai pembanding
untuk komposisi kimia air,
dilakukan pengambilan
sampel air di luar area
Gambar 1. Lokasi pengambilan yang diduga Gunung Bawah Laut.
data CTD dan sampel air. Pada umumnya komposisi
kimia air dari sampel yang
Lokasi Pengambilan sampel : dipengaruhi oleh aktivitas
1. Sampel 1 (Manipa 01. 09102021- vulkanik, akan mempunyai
2113) diambil pada area sekitar unsur-unsur atau senyawa
Kawah yang diduga sebuah kimia yang konsentrasinya
Gunung Bawah Laut, berlo- akan lebih tinggi dari sampel
kasi di Selat Manipa, Provinsi air yang tidak dipengaruhi oleh
Maluku (Koordinat -3.67694S; aktivitas vulkanik. Hal ini karena
127.45932E, kedalaman 855 m adanya fluida vulkanik yang
di bawah muka laut). larut di dalam sampel tersebut,
2. Sampel 2 (Manipa 02. seperti klorida(Cl), sulfat (SO4),
09102021-2259) diambil Di luar bikarbonat (HCO3), CO2 terlarut,
area Kawah yang diduga se- F (fluoride) yang mencerminkan
buah Gunung Bawah Laut (Di adanya kontribusi dari gas-
luar area lokasi No. 1), berlo- gas vulkanik yang larut. Selain
kasi di SelatManipa, Provinsi itu beberapa unsur/senyawa
Maluku (-3.72585S; 127.5665E, lainnya juga dapat meningkat
kedalaman 855 m di bawah konsentrasinya seperti alkali,
muka laut). alkali tanah, dan unsur-unsur
minor lainnya sebagai akibat dari

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 227


adanya interaksi antara batuan Pengambilan data Marine
dan gas-gas vulkanik yang larut. magnetometer menggunakan alat
Hasil yang diharapkan: dari magnetometer tipe G-882 Cesium.
hasil analisis kimia air, diharapkan Jalur lintasan pengambilan data
dapat memperoleh gambaran atau berada pada area fitur gunung
indikasi ada/tidaknya aktivitas dengan pola jalur lintasan berarah

Gambar 2. Pengambilan sampel air bersamaan dengan peralatan


CTD diturunkan (a), dan hasil sampel air yang berhasil dikumpulkan
dan siap dilakukan untuk pengujian di laboratorium (b).

Gunung Bawah Laut. Sampel timur laut - barat daya sepanjang


air saat ini masih dalam proses 13,5 mil sebanyak 9 lintasan dan
pengiriman ke Laboratorium jalur lintasan berarah baratlaut
di Balai Penyelidikan dan - tengara sebanyak 2 lintasan
Pengembangan Teknologi (Gambar 3).
Kebencanaan Geologi (BPPTKG)
di Yogyakarta.

228 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 3. Jalur lintasan
pengambilan data Marine
magnetometer di Selat Manipa

Gambar 4. Data survey geomagnet hasil survei (a), dan data hasil
reduce to equator (b)
5) yang menunjukkan pola anomali
b) Analisis data
magnet tinggi pada batuan
Data hasil survey geomagnet
vulkanik di sekitar area tubuh
di selat Manipa (Gambar 4a)
gunung bawah laut yang
kemudian dilakukan proses reduce
memanjang berarah baratlaut -
to equator menghasilkan peta
tenggara, serta di bagian timurlaut
magnetisasi pada Gambar 4b. Dari
yang berasosiasi dengan batuan
hasil analisis signal geomagnet
beku vulkanik. Sedangkan anomali
didapatkan peta analisis (Gambar
magnet rendah di sekitar puncak

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 229


dan kawah tidak ditemukan, hal untuk kedua lokasi. Sampel
ini mengindikasikan bahwa tidak sedimen dan batuan diambil
ditemukannya aktivitas vulkanik dengan menggunakan grab
di sekitar gunung bawah laut ini. sampler. Deskripsi sampel sedimen
dan batuan yang didapatkan
dilakukan secara megaskopis yang
meliputi ukuran, warna, bentuk,
dan komposisi.

Gambar 5. Hasil analisis data


geomagnet pada lokasi gunung
bawah laut di Selat Manipa.
Gambar 6. Lokasi pengambilan
Data CTD diplot sebagai data CTD, sampel air dan
grafik kedalaman terhadap suhu sedimen.
dan kedalaman terhadap salinitas

230 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 7. Penggambaran hasil survei MBES pada area yang diduga
fitur gunung bawah laut (a), dan perbesaran gambar pada lokasi yang
diduga berupa penampakan kawah (b).

Pada gambar 7 hasil survel kelompok puncak yang berada di


MBES menunjukkan suatu bagian barat laut dan tenggara.
morfologi gunung bawah laut Pada bentukan kelompok puncak
dengan diameter 20 km dan luasan bagian tenggara terdapat bentuk
sekitar 157 km2 dengan ketinggian morfologi kawah vulkanik dengan
2.400 meter . Bentuk morfologi bukaan berarah timur-tenggara.
dari gunung ini cenderung
berbentuk kerucut terpancung
dengan pola penampakan dua

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 231


Sampel Sedimen dan berupa fragmen koral, cangkang
moluska berukuran pasir sangat
Batuan kasar-kerikil.

MANIPA 0 MANIPA 2
Lokasi 10342°S; 127.44639°E, Keda- Lokasi : 3.743582°S; 127.56651°S, Kedalaman
laman 301 m, tanggal pengambi- 905 m, tanggal pengambilan 8 Oktober 2021
lan 29 September 2021 Pukul 18:15 pukul 22:59 WIT
WIT

Gambar 9. Sampel batuan yang


dapat diambil dari lokasi Manipa
Gambar 8. Sampel batuan yang 2.
dapat diambil dari lokasi Manipa Litologi
0. Pasir kasar
Litologi :
fragmen batupasir/greywacke Deskripsi
(meta?) Sedimen pasir kasar, warna abu-
abu muda kekuning-kuningan,
terpilah baik, menyudut tumpul,
Deskripsi
komposisi terdiri dari foraminifera
Fragmen batupasir/greywacke
(>80%), fragmen cangkang molus-
(1) berwarna abu-abu berukuran
ka dan koral, mineral dan/atau li-
5 cm, kompak, ukuran butir pasir
tik berwarna abu-abu dan hitam.
halus-sedang, terpilah cukup baik,
komposisi kuarsa, feldspar, litik
MANIPA 3
batuan.
Lokasi : 3.743582°S 127.57006 °E ,
Selain itu terdapat fragmen koral
Kedalaman 608 m, tanggal pen-
(2) dan cangkang moluska (3) be-
gambilan 9 Oktober 2021 pukul
rukuran kerakal dan matriks (4)
23:03
232 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
MANIPA 4
Lokasi : Lokasi 3.739824°S; 127.57521°E , Keda-
laman 719 m, kedalaman 719 m, tanggal pen-
gambilan 10 Oktober 2021 pukul 00:20 WIT

Gambar 10. Sampel batuan yang


dapat diambil dari lokasi Manipa
3.
Litologi
pasir sedikit lumpuran dengan
fragmen cangkang moluska dan
koral.
Gambar 11. Sampel batuan yang
Deskripsi dapat diambil dari lokasi Manipa
Sedimen pasir sedang-sangat 4.
kasar sedikit lumpuran, warna
abu-abu kekuning-kuningan, sor- Litologi
tasi buruk, menyudut lancip, kom- fragmen batuan vulkanik (andesit
posisi terdiri dari fragmen cang- basaltik?)
kang moluska berwarna cokelat
kemerah-merahan, berukuran ker- Deskripsi
ikil-kerakal, matriks foraminifera, Fragmen batuan vulkanik (1) ber-
pecahan cangkang moluska dan warna abu-abu gelap sampai hi-
koral, litik, mineral berwarna abu- tam di bagian luar, abu-abu keti-
abu dan hitam. ka dikupas, berukuran diameter
1-2,5 cm, tekstur porfiroafanitik,
fenokris terdiri dari plagioklas dan
piroksen dengan massa dasar min-
eral-mineral mafik (mikro krista-
lin).

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 233


Selain itu terdapat fragmen kerucut terpancung dengan pola
cangkang moluska (2) dan matriks penampakan dua kelompok
(3) berupa pasir sedang sampai puncak yang berada di bagian barat
kerikil dengan komposisi litik laut dan tenggara. Pada bentukan
batuan vulkanik berwarna abu- kelompok puncak bagian tenggara
abu gelap sampai hitam, pecahan terdapat bentuk morfologi kawah
cangkang moluska dan koral, serta vulkanik dengan bukaan berarah
foraminifera. timur-tenggara.
Data CTD tidak menunjukkan
perubahan suhu dan salinitas
TemuanAwal yang drastis pada lokasi kawah
(Gambar 12). Hal ini menunjukkan
Dari hasil analisis signal bahwa pada lokasi tersebut tidak
geomagnet menunjukkan pola ditemukan pola anomali suhu
anomali magnet tinggi pada yang umumnya terdapat pada
batuan vulkanik di sekitar area lokasi gunungapi atau aktivitas
tubuh gunung bawah laut yang hidrotermal.
memanjang berarah baratlaut - Sampel sedimen dari
tenggara, serta di bagian timurlaut kawah (Manipa-2, Gambar
yang berasosiasi dengan batuan 9) mengandung cangkang
beku vulkanik. Anomali magnet foraminifera. Foraminifera
rendah di sekitar puncak dan merupakan makhluk bersel
kawah tidak ditemukan, hal ini satu yang hidup di kolom air
mengindikasikan bahwa fitur (foraminifera planktonik) dan
gunung bawah laut tersebut tidak dasar laut (bentonik). Adanya
menunjukkan adanya aktivitas cangkang foraminifera yang relatif
vulkanik pada area sekitar puncak tidak terganggu menunjukkan
maupun kawah. bahwa kawah tersebut tidak
Morfologi yang diduga menunjukkan aktivitas vulkanik
sebagai gunung diidentifikasi sejak cangkang tersebut
sebagai gunungapi berdasarkan diendapkan. Ditemukan juga
bentukan kawah yang terlihat fragmen batuan vulkanik pada
pada hasil pemrosesan data lokasi Manipa 4 menunjukkan
MBES. Bentuk morfologi dari bahwa lokasi tersebut diduga
gunung ini cenderung berbentuk merupakan area vulkanik di masa
lampau.

234 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 12. Hasil CTD di sekitar gunung bawah laut.

Data yang didapatkan dalam Ekspedisi Manipa 2021 memberikan


indikasi sementara mengenai aktivitas gunung bawah laut ini. Untuk
mengetahui sejak kapan kawah dan gunung tersebut tidak melakukan
aktivitas vulkanik diperlukan sampel yang memadai, sementara alat
pengambilan sampel sedimen dan batuan yang ada di KRI Spica 934
sangat terbatas. Oleh karena itu disarankan untuk menambah peralatan
pengambilan sampel sedimen dan batuan.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 235


DaftarPustaka

Badan Geologi, 2004. RSNI (Rancangan Standar Nasional Indonesia)


SGSM (Standar Geologi dan Sumber Daya Mineral) 48-2004, Pemer-
iksaan air gunung api
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2011. Data Dasar
Gunungapi Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, 2017. Buku Pera-
latan Litbang. Bandung.
Pushidrosal, 2017. Peta Laut Indonesia No. 142 dan 363. Jakarta.
Sarmili, L., dan Suryoko, M.A. 2012. The Formation of Submarine Baruna
Komba Ridge on Northeast FloresWaters in relation to low anomaly
of marine magnetism. Bulletin of the Marine Geology, 27(2):67-75.
Sarmili, L., dan Troa, R.A. 2014. Keberadaan Sesar dan Hubungannya
dengan Pembentukan Gunung Bawah Laut di Busur Belakang Perai-
ran Komba, Nusa Tenggara. Jurnal Geologi Kelautan, 12(1):55-64.
Troa, R.A., Sarmili, L., Permana, H., dan Triarso, E. 2013. Gunungapi
Bawah Laut Kawio Barat, Perairan Sangihe, Sulawesi Utara: Aktivi-
tas Hidrotermal dan Mineralisasi. Jurnal Geologi Kelautan, 11(1):1-8.

236 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Identifikasi Fitur
Rina Zuraida Gunung Bawah Laut
Pusat Survei Geologi dan Aktivitasnya

Abstrak

P
enelitian ini dilakukan untuk melakukan identifikasi fitur gunung
bawah laut dan aktivitasnya. Beberapa cara yang digunakan un-
tuk mengetahui aktivitas gunung adalah mengambil data CTD
dan sampel air di atas bentukan kawah yang dibandingkan dengan lo-
kasi kontrol; dan sampel batuan dari sekitar kawah. Data CTD menun-
jukkan tidak ada perubahan suhu yang berarti pada kolom air di sekitar
kawah. Pengamatan megaskopis pada sampel sedimen yang didapat-
kan dari kawah menunjukkan adanya cangkang foraminifera yang ter-
endapkan di kawah tersebut. Cangkang tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada aktivitas volkanisme pada kawah tersebut sejak cangkang di-
endapkan.

Kata Kunci: Fitur gunung bawah laut, cangkang foraminifera.

Latar Belakang

Gunung bawah laut merupakan bahaya geologi di perairan Indonesia


yang masih sedikit terungkap, di luar enam gunung bawah laut yang
sudah diidentifikasi oleh PVMBG. Sebagian besar gunung bawah laut
ditemukan di Indonesia Bagian Timur, antara lain Kompleks Komba
(Sarmili dan Suryoko, 2012; Sarmili dan Troa, 2014) di utara Flores, dan
Kawio Barat (Troa dkk., 2013) di timur Kepulauan Sangihe-Talaud. In-
formasi gunung bawah laut dibutuhkan selain untuk melakukan mit-
igasi di pesisir sekitar dan infrastruktur bawah laut, juga untuk kese-
lamatan pelayaran. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan survey

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 237


morfologi bawah laut di Selat Manipa bagian selatan. Pemilihan daerah
penelitian berdasarkan pada data GEBCO menunjukkan adanya bentu-
kan kaldera dan kerucut di daerah ini. Peta Laut Indonesia No. 142 dan
363 dicantumkan bahwa hasil survei Belanda tahun 1925-1932 member-
ikan kedalaman terdangkal di lokasi survey sebesar 865 m pada dataran
dengan kedalaman 3000-4000 m.

Metodologi

a) Akuisisi data
Data CTD dan sampel air diambil di atas bentukan kawah dan
satu lokasi kontrol ke arah barat bentukan gunungapi dengan meng-
gunakan rosette water sampler KC Denmark yang dilengkapi dengan
CTD Valeport Midas 6000. Sampel diambil di lereng, puncak dan ben-
tukan kawah dengan menggunakan grab sampler (Gambar 1).

b) Analisis data
Data CTD diplot sebagai grafik kedalaman terhadap suhu dan
kedalaman terhadap salinitas untuk kedua lokasi. Sampel sedimen dan
batuan diambil dengan menggunakan grab sampler. Deskripsi sampel
sedimen dan batuan yang didapatkan dilakukan secara megaskopis
yang meliputi ukuran , warna, bentuk, dan komposisi.
MANIPA 1

MANIPA 2

MANIPA 4

MANIPA 3

Gambar 1. Lokasi CTD, sampel air dan sedimen.


238 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Temuan Awal

Morfologi yang diduga sebagai gunung diidentifikasi sebagai


gunung api berdasarkan bentukan kawah yang terlihat pada hasil pem-
rosesan data MBES. Data CTD tidak menunjukkan perubahan suhu dan
salinitas yang drastis pada lokasi kawah (Gambar 2). Sampel sedimen
dari kawah (Manipa-2, Gambar 3) mengandung cangkang foraminifera.
Foraminifera merupakan makhluk bersel satu yang hidup di kolom air
(foraminifera planktonik) dan dasar laut (bentonik). Adanya cangkang
foraminifera yang relatif tidak terganggu menunjukkan bahwa kawah
tersebut tidak menunjukkan aktivitas volkanis sejak cangkang tersebut
diendapkan.

Gambar 2. Hasil CTD di sekitar gunung bawah laut.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 239


A
B

Gambar 3. A) Sampel sedimen yang diambil dari lokasi Manipa-2


yang terletak di bentukan kawah. B) Contoh foraminifera planktonik
yang umum ditemukan dalam kolom air.

Data yang didapatkan dalam Ekspedisi Manipa 2021 memberikan


indikasi sementara mengenai aktivitas gunung bawah laut ini. Untuk
mengetahui sejak kapan kawah dan gunung tersebut tidak melakukan
aktivitas volkanis diperlukan sampel yang memadai, sementara alat
pengambilan sampel sedimen dan batuan yang ada di KRI Spica 934
sangat terbatas. Oleh karena itu disarankan untuk menambah peralatan
pengambilan sampel sedimen dan batuan. Khusus untuk gunungapi
ini, disarankan untuk menggunakan grab sampler dengan ukuran yang
lebih besar (60 x 50 x 30 cm) atau box corer. Untuk mengambil sampel
batuan, disarankan menggunakan dredge: berukuran 104 x 128 x 34 x 25
cm. Sedangkan untuk mengambil sedimen yangterendapkan di dataran
di sekitar gunung bawah laut diperlukan gravity corer dengan ukuran
diameter core barrel 4 inci; diameter core liner (paralon) 3,5 inci; panjang
core barrel 2 x 4 m; dan beban 350 kg (Gambar 3).

240 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


A B

Gambar 3. A) Dredge yang terdapat di Pusat Peneli-


tian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL).
B) Sampel yang didapat dengan alat dredge (P3GL,
2017). C) Contoh gravity corer dengan core barrel 4
inci dan panjang 4 m.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 241


Daftar Pustaka

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, 2017. Buku Per-


alatan Litbang. Bandung.
Pushidrosal, 2017. Peta Laut Indonesia No. 142 dan 363. Jakarta.
Sarmili, L., dan Suryoko, M.A. 2012. The Formation of Submarine Ba-
runa Komba Ridge on Northeast Flores Waters in relation to low
anomaly of marine magnetism. Bulletin of the Marine Geology,
27(2):67-75.
Sarmili, L., dan Troa, R.A. 2014. Keberadaan Sesar dan Hubungann-
ya dengan Pembentukan Gunung Bawah Laut di Busur Belakang
Perairan Komba, Nusa Tenggara. Jurnal Geologi Kelautan,
12(1):55-64.
Troa, R.A., Sarmili, L., Permana, H., dan Triarso, E. 2013. Gunungapi
Bawah Laut Kawio Barat, Perairan Sangihe, Sulawesi Utara: Ak-
tivitas Hidrotermal dan Mineralisasi. Jurnal Geologi Kelautan,
11(1):1-8.

242 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Batuan dan Sedimen
Fareza Sasongko Yuwono
Pusat Riset Laut Dalam,
Permukaan Gunung
BRIN Laut Selat Manipa

Abstrak

Ekspedisi Jala Citra-I 2021 Aurora Etape IV telah dilaksanakan untuk


memperoleh informasi terkait dugaan gunung laut Area Invest 1 dan
Area Invest 2 di Selat Manipa menggunakan wahana KRI SPICA 934.
Pengambilan sampel batuan dan sedimen permukaan gunung laut
menggunakan grab sampler dan pengamatan megaskopis dari empat lo-
kasi stasiun telah dilakukan untuk mengetahui genesa pembentukan
serta proses-proses yang terjadi pada fitur gunung laut di Selat Mani-
pa. Pengamatan megaskopis terhadap sampel batuan dan sedimen dari
empat lokasi stasiun menunjukkan variasi litologi yang cukup beragam.
Gunung laut di area Invest 1 belum dapat dibuktikan terbentuk akibat
proses vulkanisme sedangkan gunung laut di area Invest 2 terbentuk
akibat proses vulkanisme dengan bukti ditemukannya fragmen batuan
beku vulkanis di sekitar puncak. Namun, kapan dan bagaimana proses
vulkanisme terjadi belum dapat diketahui. Selain itu, diduga terdapat
habitat koral dan moluska di sekitar puncak dari gunung laut, baik di
area Invest 1 maupun Invest 2 Selat Manipa. Integrasi data lapangan,
analisis laboratorium serta survey lanjutan perlu dilakukan untuk men-
guak lebih jauh informasi terkait gunung laut di Selat Manipa.

Kata Kunci: batuan dan sedimen permukaan, gunung laut, Selat Manipa

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 243


Latar Belakang

Gunung laut (seamount) adalah fitur tinggian di bawah permukaan


laut dengan perbedaan elevasi lebih dari 1000 meter di atas relief dasar
laut di sekelilingnya (IHO, 2019). Secara umum, gunung laut memili-
ki bentuk seperti kerucut yang terbentuk dari proses vulkanisme. Un-
tuk memahami informasi gunung laut meliputi bentuk, ukuran, gene-
sa pembentukan dan dinamika serta proses yang terjadi di masa kini,
diperlukan kajian investigasi melalui survey hidrografi, geologi dan
geofisika.
Ekspedisi Jala Citra-I 2021 Aurora Etape IV bertujuan untuk
mendapatkan informasi terkait dugaan gunung laut Area Invest 1 dan
Area Invest 2 di Selat Manipa menggunakan wahana KRI SPICA 934.
Dalam ekspedisi tersebut, dilakukan kajian sampel batuan dan sedimen
permukaan untuk mengetahui genesa pembentukan serta proses-pros-
es yang terjadi pada fitur gunung laut di Selat Manipa.

Gambar 1. Lokasi Area Invest 1 dan Invest 2 Ekspedisi Jala Citra-I 2021
Aurora Etape IV.

244 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Metodologi

a) Akuisisi data
Pengambilan batuan dan sedimen dasar laut dilakukan menggu-
nakan grab sampler tipe van Veen berukuran 20 cm yang dimiliki oleh
KRI SPICA 934, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL. Pengam-
bilan sampel dilakukan di bagian puncak gunung laut sebanyak satu
stasiun di Area Invest 1 dan tiga stasiun di Area Invest 2 dengan berb-
agai kedalaman dasar laut sesuai dengan hasil pengukuran batimetri
multibeam di lokasi stasiun (Tabel 1).

Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel di Area Invest 1 (kiri) dan Area


Invest 2 (kanan)

Tabel 1. Lokasi stasiun, kedalaman dan waktu pengambilan sampel grab

Kedalaman
Area Stasiun Lat Lon Tanggal Waktu
(m)
Invest 1 MANIPA 0 -3.10342 127.44639 301 29/09/21 18:15
Invest 2 MANIPA 2 -3.72585 127.56651 905 08/10/21 22:59
Invest 2 MANIPA 3 -3.74358 127.57006 608 09/10/21 23:08
Invest 2 MANIPA 4 -3.73982 127.57521 719 10/10/21 00:20

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 245


b) Analisis data
Pengamatan sampel batuan dan sedimen permukaan gunung laut
dilakukan di atas KRI SPICA 934 secara megaskopis menggunakan
loupe dengan perbesaran 10×. Untuk memudahkan pengamatan, frag-
men dipisahkan dari matriksnya dengan tangan. Pengamatan sampel
meliputi warna, bentuk, tekstur dan komposisinya dilakukan dengan
cermat untuk menentukan jenis batuan dan sedimen. Dokumentasi foto
sampel batuan dan sedimen juga dilakukan selama ekspedisi.

246 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Hasil Pengamatan

Pengamatan megaskopis terhadap sampel batuan dan sedimen


dari empat lokasi stasiun menunjukkan variasi litologi yang cukup be-
ragam sebagai berikut:

Area Invest 1 Stasiun MANIPA 0


Litologi:
Fragmen batupasir/greywacke, koral dan cangkang moluska dengan
matriks pasir sangat kasar- kerikil.

Deskripsi:
Fragmen batupasir/greywacke berwarna abu-abu berukuran 5 cm, kom-
pak, ukuran butir pasir halus-sedang, sortasi cukup baik, komposisi
kuarsa, feldspar, litik batuan. Selain itu terdapat fragmen koral dan
cangkang moluska berukuran kerakal dan matriks berupa fragmen
koral, cangkang moluska berukuran pasir sangat kasar-kerikil.

Gambar 3. Fragmen batupasir/greywacke (1), fragmen koral (2), frag-


men cangkang moluska (3) dan matriks pasir sangat kasar- kerikil (4)
di stasiun MANIPA 0

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 247


Area Invest 2 Stasiun MANIPA 2
Litologi:
Sedimen pasir kasar

Deskripsi:
Sedimen pasir kasar pasir kasar, warna abu-abu muda kekuning-kun-
ingan, sortasi baik, menyudut tumpul, komposisi terdiri dari foramin-
ifera (>80%), fragmen cangkang moluska dan koral, mineral dan/atau
litik berwarna abu-abu dan hitam.

Gambar 4. Sedimen pasir kasar di stasiun MANIPA 2

248 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Area Invest 2 Stasiun MANIPA 3
Litologi:
Sedimen pasir sedang-sangat kasar sedikit lumpuran dengan fragmen
cangkang moluska.

Deskripsi:
Sedimen pasir sedang-sangat kasar sedikit lumpuran, warna abu-abu
kekuning-kuningan, sortasi buruk, menyudut lancip, komposisi terdiri
dari fragmen cangkang moluska berwarna cokelat kemerah-merahan,
berukuran kerikil-kerakal, matriks foraminifera, pecahan cangkang
moluska dan koral, litik, mineral berwarna abu-abu dan hitam.

Gambar 5. Sedimen pasir sedang-sangat kasar sedikit lumpuran den-


gan fragmen cangkang moluska di stasiun MANIPA 3

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 249


Area Invest 2 Stasiun MANIPA 4
Litologi:
Fragmen batuan beku vulkanis dan cangkang moluska dengan matriks
pasir sedang-kerikil

Deskripsi:
Fragmen batuan beku vulkanis berwarna abu-abu gelap sampai hitam
di bagian luar, abu-abu ketika dikupas, berukuarn 1-2,5 cm, menyudut
lancip tekstur porfiroafanitik, fenokris terdiri dari plagioklas dan pirok-
sen dengan massa dasar mineral-mineral mafik. Selain itu terdapat
fragmen cangkang moluska dan matriks berupa pasir sedang sampai
kerikil dengan komposisi litik batuan vulkanis berwarna abu-abu gelap
sampai hitam, pecahan cangkang moluska dan koral, serta foraminifera.

Gambar 6. Fragmen batuan beku vulkanis (1), fragmen cangkang


moluska (2) dan matriks pasir sedang-kerikil di stasiun MANIPA 4.

250 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Diskusi Singkat

Hasil pengamatan batuan dan sedimen dari empat stasiun grab


sample pada Ekspedisi Jala Citra I Etape 4 di dua area invest Selat Mani-
pa menunjukkan litologi batuan dan sedimen yang beragam. Pada area
Invest 1 stasiun MANIPA 0, tidak ditemukan fragmen batuan vulkanis
sehingga belum dapat dibuktikan bahwa fitur gunung laut pada area
Invest 1 terbentuk oleh proses vulkanisme. Adanya fragmen batupasir
berukuran 5 cm dengan bentuk menyudut lancip dapat diartikan se-
bagai produk sedimentasi dengan energi relatif tinggi dan tidak jauh
dari sumber batuan induknya. Dengan mempertimbangkan bahwa
lokasi sampel berada di puncak sebuah tinggian dan terisolir dari da-
ratan di sekitarnya, sulit untuk menjelaskan bahwa fragmen tersebut
merupakan hasil erosi batuan dari tempat yang jauh yang kemudian
tertransportasi dan terendapkan di lokasi tersebut. Sehingga, diduga
fragmen batupasir ini merupakan bagian dari batuan induk penyusun
gunung laut tersebut. Adanya fragmen pecahan koral dan cangkang
moluska juga mengindikasikan di sekitar lokasi menjadi habitat dari
biota tersebut.
Sementara, di area Invest 2 stasiun MANIPA 4, ditemukan fragmen
batuan beku vulkanis berukuran 1-2.5 cm. Kecil kemungkinan fragmen
batuan tersebut terbawa jauh dari tempat lain dan kemudian terendap-
kan di bagian puncak dari suatu gunung laut yang terisolir dari daratan
maupun tinggian di sekitar area Invest 2. Sehingga, fragmen batuan
tersebut diduga in situ sebagai produk dari proses vulkanisme yang
pernah terjadi di lokasi tersebut yang turut membentuk fitur gunung
laut di area Invest 2. Namun, jenis batuan beku vulkanis, kapan proses
vulkanisme terjadi dan bagaimana tipe erupsi dari gunung api terse-
but belum dapat diketahui dan butuh analisis lebih lanjut di laboratori-
um. Ditemukannya fragmen koral dan cangkang moluska pada stasiun
MANIPA 3 dan 4 juga dapat mengindikasikan bahwa biota tersebut
hidup di sekitar puncak dari gunung laut di area Invest 2 Selat Manipa.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 251


Kesimpulan Awal dan Saran

Berdasarkan hasil pengamatan megaskopis pada sampel-sampel


batuan dan sedimen yang diambil dari dua area Invest di Selat Manipa,
dapat disimpulkan bahwa:
1) Litologi batuan dan sedimen permukaan gunung laut Selat Mani-
pa melalui pengamatan megaskopis adalah fragmen batupasir/
greywacke, koral dan cangkang moluska dengan matriks pasir san-
gat kasar- kerikil, sedimen pasir kasar, sedimen pasir sedang-san-
gat kasar sedikit lumpuran dengan fragmen cangkang moluska
dam fragmen batuan beku vulkanis dan cangkang moluska dengan
matriks pasir sedang-kerikil.
2) Gunung laut di area Invest 1 belum dapat dibuktikan terbentuk aki-
bat proses vulkanisme;
3) Gunung laut di area Invest 2 terbentuk akibat proses vulkanisme
dengan bukti ditemukannya fragmen batuan beku vulkanis di seki-
tar puncak. Namun, , jenis batuan beku vulkanis, kapan proses vul-
kanisme terjadi dan bagaimana tipe erupsi dari gunungapi tersebut
belum dapat diketahui;
4) Diduga terdapat habitat koral dan moluska di sekitar puncak dari
gunung laut, baik di area Invest 1 maupun Invest 2 Selat Manipa;
5) Perlu analisis lebih lanjut (petrografi, geokimia, penanggalan umur)
di laboratorium pada sampel fragmen batuan beku vulkanis un-
tuk mengkonfirmasi kapan dan bagaimana proses vulkanisme dari
gunung api di area Invest 2. Selain itu, analisis lebih lanjut pada sam-
pel batupasir untuk mengetahui pembentukan gunung laut secara
non-vulkanis di area Invest 1;
6) Hasil kajian batuan dan sedimen perlu diintegrasikan dengan data
batimetri multibeam, sub-bottom profiler, magnetometer dan CTD
hasil Ekspedisi Jala Citra I Etape 4;
7) Perlu survey lanjutan untuk melakukan pengamatan dasar laut
menggunakan ROV, pengukuran data seismik dan anomali gravita-
si serta pengambilan sampel inti sedimen dan dredging untuk pema-
haman yang lebih komprehensif.

252 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Daftar Pustaka

IHO, 2019. Standardization of Undersea Feature Names: Guidelines Proposal


Form Terminology Edition 4.2.0 – October 2019. International Hydro-
graphic Organization (IHO), Monaco.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 253


254 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Koreksi Data Pemeruman di Laut Lepas
Menggunakan GPS Tide
(Studi Kasus Survei Batimetri di Selat Manipa)

Anom Puji Hascaryo dan Aditya Prayoga


Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL

Abstrak

P
enelitian ini dilakukan untuk menerapkan pemanfaatan data GPS
tide untuk diaplikasikan pada koreksi data batimetri saat melaku-
kan survei lepas pantai dan laut dalam. Penerapan metode ini
sangat efektif jika diterapkan pada kegiatan survei hidro-oseanografi
yang dilakukan di perairan Indonesia, terutapa pada area yang jauh
dari pesisir atau tidak terdapat koreksi pasang surut lokal terdekat. Jika
merujuk pada kegiatan survei dan pemetaan laut dalam yang dilaku-
kan oleh Pushidrosal, perairan yang memiliki kedalaman >200 m ti-
dak dilakukan penyurutan atau tidak dilakukan koreksi pasang surut,
namun demikian data batimetri akan mengalami timpang (tidak men-
yambung) antara lajur satu dengan yang lainnya, hal ini dikarenakan
koreksi fluktuasi pasang surut (muka laut) tidak benar-benar masuk
terhadap data batimetri. Dengan menggunakan metode koreksi data
batimetri menggunakan GPS tide, dapat koreksi pasang surut dapat
diperoleh dengan cara melakukan extrasi data batimetri menjadi data
tinggi antenna GPS terhadap ellipsoid.

Kata Kunci: Laut dalam, koreksi pasang surut, GPS tide, pemeruman,
batimetri, co-tidal chart.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 255


Latar Belakang

Selat Manipa merupakan perairan yang memiliki letak geografis


berbatasan dengan sebelah timur adalah Pulau Ambon, sebelah barat
berbatasan dengan Pulau Buru, sebelah utara berbatasan dengan Pulau
Manipa, dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda (Gambar
1). Jarak lokasi investigasi-2 di Perairan Selat Manipa dengan pulau ter-
dekat adalah ± 40 km. Kegiatan expedisi Jalacitra-1 Aurora etape-4 be-
rada di Perairan Selat Manipa dilaksanakan pada tanggal 05 sampai 12
Oktober 2021 (selama 7 hari).
Pada area tersebut ditemukan sebuah gunung bawah laut dengan
kedalaman terdangkal (puncak) 585 m dan pada kedalaman di seki-
tarnya >3000 m. Profile batimetri gunung bawah laut dilakukan deteksi
menggunakan sensor Multibeam echosounder EM302 KRI Spica 934 den-
gan spesifikasi teknis pancaran kedalaman maksimal hingga 6000 m.
Kegiatan pendeteksian gunung bawah laut ini merupakan salah satu
aktifitas survei hidrografi pendeteksian feature bawah laut sebagai ba-
han updating Peta Laut Indonesia (PLI) nomor 142, nomor 363, dan sel
ENC terkait yang saat ini merupakan peta dengan sumber hasil survei
Belanda tahun 1925-1932.
Penggambaran angka kedalaman pada PLI harus direduksi keda-
lam bidang Chart Datum (CD) menggunakan koreksi pasang surut yang
berlaku pada perairan tersebut. Jarak antara lokasi penelitian gunung
bawah laut dengan daratan terdekat untuk mendirikan stasiun pasang
surut merupakan kendala utama jika area survei berada di laut lepas
(jauh dari pesisir), hal ini mengakibatkan perbedaan fase atau rezim
pasang surut yang berlaku. Maka diperlukan metode pengukuran pas-
ang surut secara insitu (on the spot) sebagai alternatif agar data batime-
tri mampu dilakukan reduksi (penyurutan) kedalam bidang CD agar
dapat digambarkan pada PLI. Metode yang dipilih aadalah metode
pengukuran pasang surut berbasis satelit atau GPS tide.
Metode GPS tide merupakan metode pengolahan reduksi pasang
surut terhadap data sounding dimana pada area pemeruman ditemukan
keterbatasan stasiun pasang surut terdekat sebagai koreksi data batime-
tri seperti laut lepas (jauh dari pesisir) dan laut dalam (seperti Samud-
era Hindia). Pengaruh koreksi data pasang surut terhadap koreksi data

256 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


batimetri Multibeam echosounder sangat dibutuhkan, walaupun di laut
dalam. Mengingat pertampalan antara lajur data batimetri jika tidak
diberikan koreksi, maka akan mengakibatkan gap antar tampalan data
Multibeam.

Gambar 1. Lokasi area investigasi 2 pada Perairan Selat Manipa

Metodologi

a) Akuisisi data
Data GPS tide diperoleh dari hasil extraksi data Multibeam echo-
sounder yang terlebih dahulu dilakukan proses cleaning dan koreksi
Sound of velocity (SVP) agar data yang dihasilkan benar-benar bersih
dari pengaruh refraksi akustik dan noise yang menyebabkan out layer
atau noise pada data Multibeam echosounder. Data GPS tide merupakan
hasil perekaman ketinggian antenna GPS terhadap ellipsoid yang secara
otomatis sudah berada di dalam (include) data Multibeam echosounder.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 257


Tahap extraksi data GPS tide dilakukan setelah proses cleaning dan ko-
reksi batimetri terhadap parameter lingkungan dilakukan (pengolah-
an). Untuk direpresentasikan menjadi bidang Mean Sea Surface (MSS),
data ketinggian antenna GPS dikurangkan jarak off set antenna GPS ke
water line (Gambar 2).

Gambar 2. Sketsa off set antenna GPS terhadap water line

Proses reduksi batimetri ke pada bidang CD melalui tahapan sebagai


berikut:
Proses mencari MSS = (Jumlah data rekam SSH)/(banyak data
SSH)……… (1)
Proses menghitung Surutan = Sea Surface height – (MSS – Z0)…. (2)
Charted Depth = Sounding – Surutan……………………...…...…… (3)

Dimana;
C h a r t e d = Kedalaman yang digambarkan pada PLI.
Depth

258 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Sounding = Kedalaman hasil survei batimetri.
Surutan = Koreksi pasang surut.
MSS = Mean Sea Surface.
Z0 = Jarak vertikal MSS terhadap CD sebagai
faktor keselamatan navigasi.
SSH = Sea Surface High.

Data koreksi Z0 diperoleh dari Disosemet Pushidrosal menggu-


nakan Z0 pesisir atau meninjau dari peta Co-tidal maupun yang tertera
pada PLI yang meliput area survei. Data batimetri yang telah dilakukan
pengolahan (cleaning) dengan baik, kemudian dilakukan extraksi data
GPS tide (Gambar 3).

Gambar 3. Data GPS tide hasil extraksi data Multibeam echosounder

Data GPS tide hasil extraksi, kemudian dilakukan filtering dan


smoothing untuk menghasilkan data yang terbebas dari noise dan spike
(Gambar 4).

Gambar 4. Grafik data hasil perhitungan tide menjadi Surutan

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 259


Data Surutan selanjutnya dilakukan reduksi (pengurangan) terh-
adap data sounding untuk menghasilkan kedalaman yang sudah ter-
eduksi pada bidang CD untuk digambarkan ke dalam PLI.

b) Analisis data
Analisa dan perbandingan data dilakukan antara data tanpa korek-
si pasang surut dengan data hasil koreksi pasang surut dari data GPS
tide. Metode koreksi pasang surut ini akan lebih baik dibandingkan jika
data Multibeam tersebut tidak dilakukan penyurutan (Gambar 5).

260 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Gambar 5a. Perbandingan profil melintang (vertikal) overlap data bati-
metri yang belum terkoreksi GPS tide.

Gambar 5b. Perbandingan profil melintang (vertikal) overlap data bati-


metri terkoreksi GPS tide.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 261


Pada Gambar 5 merupakan hasil peninjauan overlap data batimetri
dengan menggunakan koreksi data GPS tide menunjukkan tidak terjadi
gap antar data (data antar lajur saling berhimpit), sedangkan pada data
yang tidak dilakukan koreksi pasang surut terlihat gap antar lajur den-
gan selisih rata-rata >5 m.

Hasil Awal

Koreksi data hasil reduksi (penyurutan) pasang surut GPS tide ter-
hadap data batimetri menunjukkan hasil yang baik, dimana data Multi-
beam echosounder antara lajur satu dengan lajur yang lainnya bertimpa-
lan atau tidak terjadi gap antar data.

262 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Kesimpulan Awal dan Saran

Berdasarkan hasil penerapan koreksi pasang surut menggunakan


metode GPS tide yang diterapkan pada data pemeruman hasil kegiatan
expedisi-1 Aurora etape-4 di perairan Selat Manipa dapat ditarik kesi-
mpulan sebagai berikut:
a. Koreksi GPS tide sangat efektif jika dilakukan koreksi pada area sur-
vei laut dalam dan laut lepas. Dengan penerapan metode GPS tide,
hasil overlap antar lajur yang didapatkan tidak memiliki gab satu
sama lain.
b. Diperlukan data Zo dari Co-tidal Chart yang lebih luas dan rapat
pada perairan Indonesia, khususunya pada perairan yang memiliki
multi rezim dan perairan lepas pantai serta jauh dari pesisir untuk
memberikan parameter surutan yang lebih teliti.
c. Pada awal-awal penerapan GPS tide ini, pengukuran pasang surut
pada beberapa stasiun di pesisir di sekitar area survei masih diperlu-
kan untuk mendapatkan nilai Zo dan untuk memvalidasi nilai tinggi
ukur GPS tide serta untuk bahan penyusunan Co-tidal Chart yang
masih minim.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 263


Daftar Pustaka

Larson, K.M., J. Lofgren, and R. Haas, Coastal Sea Level Measurements


Using A Single Geodetic GPS Receiver, Adv. Space Res., Vol. 51(8),
1301-1310, 2013, doi:10.1016/j.asr.2012.04.017, 2013.
Larson, K.M., R. Ray, F. Nievinski, and J. Freymueller, The Accidental Tide
Gauge: A Case Study of GPS Reflections from Kachemak Bay, Alaska,
IEEE GRSL, Vol 10(5), 1200-1205, doi:10.1109/LGRS.2012.2236075,
2013.

264 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Tim Peneliti Ekspedisi

E
kspedisi Jala Citra I “2021” didukung secara aktif oleh peneliti
Aurora ini merupakan kegia- dari Pushidrosal serta peneliti-pe-
tan kolaborasi penelitian un- neliti dari Kementerian/Lembaga
tuk mengeksplorasi serta memper- terkait, peneliti dari beberapa per-
barui data batimetri, memperbarui guruan tinggi nasional, dukungan
dan melaksanakan penamaan fitur teknisi dari industri serta prajurit
bawah laut yang tampak pada PLI yang bertugas di KRI Spica-934.
No. 402 pada wilayah Laut Halma- Kegiatan ekspedisi ini berlangsung
hera dan Papua dan juga kelautan kurang lebih selama 2 bulan yang
di sekitar Perairan Halmahera. Ke- dimulai dari Bulan Agustus 2021
giatan penelitian ini akan berlayar dan berakhir pada Bulan Oktober
menggunakan kapal riset KRI Spi- 2021.
ca-934 dan dalam pelaksanaannya Dalam kegiatan ekspedisi

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 265


ini, KRI Spica-934 menyediakan Base Line), dan Beacon. Peralatan
beberapa peralatan survei untuk survei tersebut dibutuhkan untuk
mendukung aktivitas penelitian mendukung beberapa kegiatan
di antaranya adalah EM-302 tema penelitian yang dilakukan
Multibeam Echosounder dan EM- oleh tim peneliti ekspedisi seperti
2040 Multibeam Echosounder, penelitian hidrografi untuk
Vessel mounted ADCP, Vessel keselamatan pelayaran; penelitian
mounted ADCP, EA-600 Singlebeam batimetri dan fitur bawah laut;
Echosounder, CTD Midas + Niskin penelitian oseanografi seperti
Bottle, Remotely Operated Vehicle gelombang dalam (internal
(ROV) ECA H800, Autonomous wave), sedimen dasar laut, pola
arus, kondisi kolom air, dan
Underwater Vehicle (AUV) Hugin
pencampuran massa air (mixing)
1000, G-882 Cesium Marine
lintasan arlindo gerbang timur;
Magnetometer, HIPAP 350,
serta penelitian meteorologi
Geoacoustic Side Scan Sonar, Sub
maritime.
bottom profiler (SBP) SES 2000, Mini Untuk menunjang beberapa
Super Short Base Line Transponder kegiatan penelitian tersebut,
(MST), Secchi disk, Gelas ukur, kegiatan ekspedisi ini mengundang
Automatic Weather Station (AWS), beberapa peneliti dan teknisi yang
Rain gauge, Sunshine recorder, berasal dari berbagai instansi
Bottle water, USBL (Ultra Short seperti sebagai berikut.

266 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


Experimentation et Approche
1. Letkol Laut (KH) Dikdik Numérique (LOCEAN), Sor-
Satria Mulyadi, S.Si., M.T. bonne University, Paris,
M.Tr.Hanla. Lulusan pro- France tahun 2019.
gram Magister jurusan Teknik
Geofisika Institut Teknologi 4. Febrian Fitryanik Susanta,
Bandung. Merupakan Wakil S.T., M.Eng. Dosen dan pe-
Chief Scientist pada kegia- neliti di Departemen Teknik
tan Ekspedisi Aurora dengan Geodesi Fakultas Teknik Uni-
bidang penelitian Hidrografi versitas Gadjah Mada sejak
dan Batimetri. Saat ini menja- tahun 2018 yang juga menja-
bat sebagai Kepala Sub-dinas di anggota dari Laboratorium
Basis Data, Dinas Hidrografi Geoinformatika dan Infras-
Pusat Hidro-Oseanografi TNI truktur Informasi Geospasial.
Angkatan Laut. Menyelesaikan studi master
(S2) dari Program Magister
2. Mayor Laut (P) Alin Abi- Teknik Geomatika UGM pada
manyu, S.T. Saat ini menjabat tahun 2018.
sebagai Kepala-seksi Peny-
iapan Peta Navigasi Elek- 5. Gabriella Alodia, S.T., M.Sc.
tronik Dinas Pemetaan Pusat Dosen muda di Program Stu-
Hidro-Oseanografi TNI An- di Teknik Geodesi dan Geo-
gkatan Laut. Merupakan Lu- matika, Fakultas Ilmu dan
lusan Jurusan Teknik Hidro- Teknologi Kebumian, Institut
grafi, Sekolah Tinggi Tekno- Teknologi Bandung. Lulusan
logi Angkatan Laut. Anggota Program Doktor di University
Tim Peneliti Pushidrosal pada Of Leeds School Of Earth And
bidang Pemetaan Laut. Environment tahun 2021. Mi-
nat bidang keahlian pada
3. Dr. Adi Purwandana. Seo- ilmu Hidrografi, Geologi dan
rang peneliti bidang osean- Geofisika Laut Dalam.
ografi fisik dan iklim di Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI 6. Ir. Mustafa Hanafi, M.Sc.
(BRIN). Lulusan program doc- Saat ini berdinas di Pusat Pe-
toral di Physical Oceanogra- nelitian dan Pengembangan
phy, Laboratoire d’Océanog- Geologi Kelautan, Balitbang,
raphie et de Climatologie par Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral sebagai

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 267


Perekayasa Ahli Utama pada libat dalam mendukung pera-
bidang Pemetaan Geologi dan latan magnetometer dan pen-
Geofisika Kelautan. Lulusan goperasian Remotely Operat-
program Magister di Jurusan ed underwater Vehicle, yang
Geologi Universitas Padjaja- berasal dari PT. Hidronav
ran. Tehnikatama.
7. Marthin Matulessy, S.Pi., 9. PRISCA KIKI WULAN-
M.Si. Staf pengajar di Juru- DARI, S.Pd., M.Sc. Merupa-
san Ilmu Kelautan Fakultas kan peneliti di Program Dok-
Perikanan dan Ilmu Kelau- tor Ilmu Ketahanan Nasion-
tan, Universitas Papua pada al dengan bidang penelitian
bidang keahlian Penginder- Geografi Maritim. (Tidak on-
aan Jauh dan Informasi Geo- board di kapal)
spasial Kelautan tahun 2015 .
Kesembilan peneliti dan
Lulusan Program Doktor ju-
teknisi tersebut tergabung dalam
rusan Teknologi Kelautan di
etape I yang melakukan kegiatan
Insitut Pertanian Bogor tahun
penelitian serta onboard di kapal
2014.
riset KRI Spica-934 mulai dari
8. Nada Geraldine S.T dan tanggal 10 Agustus 2021 s.d. 24
Stanislaus Ariyanto. Sebagai Agustus 2021.
teknisi dan operator yang ter-

268 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


3. Arditho Bramandika Putra,
S.Tr. Merupakan lulusan Se-
Selanjutnya ada peneliti dan
kolah Tinggi Meteorologi Kli-
teknisi etape II yang melakukan
matologi dan Geofisika tahun
kegiatan penelitian serta onboard
2016. Saat ini berdinas di Ba-
di kapal riset KRI Spica-934 mulai
dan Meteorologi Klimatologi
dari tanggal 28 Agustus 2021 s.d.
dan Geofisika sebagai peneliti
09 September 2021.
pada bidang penelitian me-
teorologi maritime.
1. Letkol Laut (P) Dr. Dian
Adrianto, S.Si, M.Si. Saat 4. Dr. Angga Dwinovantyo.
ini menjabat sebagai Kepala Seorang peneliti ahli muda di
Sub-dinas Oseanografi, Dinas Pusat Penelitian Laut Dalam,
Oseanografi dan Meteorol- Lembaga Ilmu Pengetahuan
gi Pusat Hidro-Oseanografi Indonesia (BRIN saat ini) se-
TNI Angkatan Laut. Lulusan jak tahun 2020. merupakan
Program Doctoral Fakultas alumni program Doktoral Ins-
Teknologi Kelautan Insitut titut Pertanian Bogor jurusan
Teknologi Sepuluh Novem- teknologi kelautan pada ta-
ber. Merupakan Chief Scien- hun 2019.
tist pada kegiatan Ekspedisi 5. Dr. Fiolenta Marpaung, S.Si.,
Aurora dengan bidang pene- M.Sc. Menjadi seorang pe-
litian Oseanografi. neliti pada bidang Informasi
2. Kapten Laut (KH) Candrasa Lingkungan dan Analisa Data
Surya Dharma, S.Si, M.Sc. Spasial di Balai Teknologi Sur-
Lulusan program Magister vey Kelautan, Badan Pengka-
bidang Sains Atmosfer Fakul- jian dan Penerapan Teknologi
tas Ilmu dan Teknologi Kebu- sejak tahun 2009. Merupakan
mian Insitut Teknologi Band- lulusan program doctoral di
ung. Saat ini menjabat sebagai Hokkaido University, Japan,
Kapala-urusan Digital Osean- jurusan Environmental Infor-
ografi, Dinas Oseanografi dan matics.
Meteorolgi Pusat Hidro-Ose- 6. Dr. Steven Solikin, S.I.K,
anografi TNI Angkatan Laut. M.Si. Seorang staff penga-
Anggota Tim Peneliti Pushi- jar di Departemen Teknolo-
drosal pada bidang Meteo- gi Kelautan, Fakultas Peri-
rologi Maritim.
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 269
kanan dan Ilmu Kelautan, Surface Vehicle, berasal dari
Institut Pertanian Bogor dan PT. Geotronix Pratama Indo-
peneliti pada minat keahlian nesia.
pada bidang akustik kelau-
10. Dr. Rina Zuraida. Bekerja se-
tan khusunya untuk deteksi
bagai Peneliti di Pusat Survei
dan klasifikasi sedimen dasar
Geologi, Badan Geologi, sejak
perairan. Lulusan Program
tahun 2019 setelah mengabdi
Doctor di Institut Pertanian
sebagai Peneliti di Pusat Pe-
Bogor tahun 2020.
nelitian dan Pengembangan
7. Jefry Bemba, S.Ik, M.Si. Mer- Geologi Kelautan, Balitbang
upakan staf pengajar di Fakul- ESDM, sejak tahun 1997. Me-
tas Perikanan Ilmu Kelautan nyelesaikan kuliah S3 pada
Universitas Khairun Ternate tahun 2009 dari Christian-Al-
dengan bidang keahlian os- brecht Universitaet zu Kiel,
eanografi sejak tahun 2006. Jerman.
Lulusan program Magister di
11. Ir. Kristianto, M.Si. Bekerja se-
Jurusan Teknologi Kelautan
bagai Peneliti di Pusat Vulka-
Institut Pertanian Bogor pada
nologi dan Mitigasi Bencana
tahun 2011.
Geologi, Badan Geologi, se-
8. Yuslia Anggraeni dan Yusuf jak tahun 1994. Menyelesai-
Wardhana. Sebagai tekni- kan kuliah S2 Program Studi
si dan operator yang terlibat Sains Kebumian pada tahun
dalam mendukung peralatan 2005 dari Institut Teknologi
dan pengoperasian Remotely Bandung. Kontribusi pada
Operated underwater Vehi- kegiatan Expedisi Jala Citra
cle, yang berasal dari PT. Hi- I-2021 Etape Manipa sebagai
dronav Tehnikatama. Peneliti Kementrian ESDM di
KRI Spica-934.
9. Muhammad Kadir, A.Md,
Arizal Firmansyah, Wahyu 12. Mayor Laut (E ) Ir. Aditya
Arif Wibowo S.T., M.T., se- Prayoga. Berdinas di Pushi-
bagai operator dan pengolah drosal sejak tahun 2013.
data yang terlibat dalam men- Mengikuti sekolah Profesi Hi-
dukung peralatan GNSS Tide, drografi CAT-B di Pusdikhi-
Drone Lidar, dan Unmanned dros TA.2012, melanjutkan se-
kolah tinggi di STTAL Hidro-

270 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora


grafi Tahun 2017, dan mengi- temen Teknik Geologi, Uni-
kuti Sekolah profesi kein- versitas Gadjah Mada pada
sinyuran Hidrografi CAT-A tahun 2016.
di ITB Bandung TA2019. Ja- 14. Kolonel Laut (P) Anom Puji
batan dinas di Pushidrosal se- Hascaryo. Berdinas di Pushi-
bagai Kasi Renprog Subdisren drosal sebagai Kepala Dinas
Ada Alsurta Disveranautikas. Hidrografi. Mengikuti seko-
13. Fareza Sasongko Yuwono, lah Profesi Hidrografi CAT-B
Msc. Bekerja sebagai peneli- di Royal Australian Navy
ti di bidang geologi di Pu- Cat-B pada Tahun 2005 dan
sat Riset Laut Dalam, Badan menyelesaikan Pendidikan
Riset dan Inovasi Nasion- sekolah tinggi di STTAL Hi-
al (BRIN) sejak tahun 2019. drografi Tahun 2009. Me-
Menyelesaikan pendidikan miliki pengalaman survei
S2 di Department of Earth Re- hidro-oseanografi dari tahun
source Science, Akita Univer- 2002 sampai dengan tahun
sity, Jepang, pada tahun 2018, 2017. Pertama kali menah-
setelah sebelumnya memper- kodai Kapal Survei KRI Spica
oleh gelar sarjana dari Depar- 934 dari tahun 2014-2017.

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 271


272 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora
Indeks
A fragmen 247
fragmen batuan beku vulkanis 250
Analisis Bobot Faktor 105 fragmen batuan vulkanik 226
Analisis Nilai Dukungan 107 fragmen batupasir 247
anomali gaya berat 35
anomali magnet 226 G
anomali magnetik 35
Aurora 27 geomorfometri 35
The “Aurora” Expedition 51 global maritime fulcrum 8
AWS 179 GNSS Tide 160
GPS tide iii, 255, 257
B grab sampler 245
backscatter 139 gunung bawah laut 35
gunung laut 243, 246, 252
bathymetric survey 52
bathymetry 123 H
batimetri 133, 255
batuan 243, 246 hak berdaulat 21
Halmahera 16, 73, 139
C Halmahera Island 10
Halmahera Sea 53
cangkang foraminifera 226, 237
Coral Triangle Initiative 100 homestay 200, 211
co-tidal chart 255 I
Covid-19 200
CTD 237 ikan pelagis 88
CTI 100 ikan tuna 86
illegal fishing 94
D Illegal, Unregulated, and Unreported Fishing (IUUF)
datum vertikal 160, 215 84
defensif dan survival 114 Illegal, Unregulated, Unreported Fishing 91
diversifikasi 114 Internal dan eksternal 102
drone LiDAR topography ii, 123 Invest 1 244
Invest 2 243, 244
E
J
eco labelling 97
ekowisata bahari iii, 199, 200 Jalacitra I-2021 “Aurora” Expedition i, 49
Ekspedisi Jala Citra 2021 AURORA 15 Jalacitra-I 2021 “Aurora” Expedition 7
Ekspedisi Manipa 2021 240 Jalacitra-I 2021 “Aurora” Expedition. 10
ekspor langsung perikanan 114 Jiew 12
jumlah tangkapan diperbolehkan 88
F
K
Fair Trade 97
Faktor Internal dan Eksternal 108 kapasitas adaptif 199
Faktor Internal dan Faktor Eksternal 102 kapasitas coping 199
Faktor Kunci Keberhasilan 108 kapasitas transformasi 199
fitur bawah laut 27 karakteristik gelombang 160
fitur gunung bawah laut 226, 237 Kawasan Antar Wilayah 105
foraminifera 238, 239 Kawasan Ekonomi Khusus 94

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 AURORA 273


Kawasan Ekonomi Khusus Morotai 94 P
Kawasan Strategis Nasional 105
Kawasan Strategis Nasional Tertentu 105 pasut Halmahera 160
Kecepatan Angin 179 pemeruman 255
Kedaulatan Pangan Maritim 81 Penangkapan Terukur 83, 90
kedaulatan penuh 21 Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 98
Kedaulatan Wilayah Maritim Indonesia Timur i, 15 penginderaan jauh 73
KEK 94 Pengolahan Ikan 113
kekayaan laut 83 peningkatan ekspor 113
Kementerian Kelautan dan Perikanan 98 PLI 133
ketahanan sosial 199, 200 promosi 113
klorofil-a 73 PSDKP 98
konektivitas transportasi laut 114
koral 252
R
koreksi pasang surut 255 Raja Ampat iii, 199, 200
KRI Spica 133 Regional Fisheries Management Organization 100
Rencana Zonasi 99
L RFMO 88
laut dalam 255
lidar 215
S
LiDAR 129 Satellite-Derived Bathymetry ii, 123
SDB 215
M
seabed 139
Maluku Utara 84, 85, 100 sedimen 246
MANIPA 247, 248 sedimen pasir kasar 248
Manipa Strait 49 sedimen pasir sedang-sangat kasar 249
Manipa Strait 53 sedimen permukaan 243
Marine Resource Evaluation and Planning 8 Selat Manipa 243, 251
Marine Resource Evaluation and Planning (MREP) Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu 95
49 sinergi penerapan aplikasi 113
megaskopis 238, 243, 247 single-beam echosounder 139, 215
moluska 252 Single Beam Echosounder 129
Morotai 94, 95, 97 Singlebeam Echosounder (SBES) viii
multibeam bathymetry 35 sistem logistik perikanan hulu-hilir 113
multibeam echosounder 139, 257, 262 SKPT 95
SKPT Morotai 95, 96, 97
N sovereign rights 21
nilai tambah produk ekspor 113 sovereignty 21
Stabilitas & Rasionalisasi 112
Notice to mariner 11
strength 102
Notice to Mariners 54
suhu permukaan laut 73
O sumber gempa i, 1
survei hidrografi i, 1
Ocean Forecast System 179
OFS 179 T
opportunities 104 tarif bea masuk 113
Tata ruang kawasan 99
threats 104
tidal level 127

274 Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 AURORA


total allowable catch 88

U
UNCLOS 88
underwater hazard 54
Unmanned Surface Vehicle 129
unsupervised classification 139

W
weakness 102, 103
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 86
WPP 86

Y
Yiew 187, 188, 191
Yiew Island 124

Z
ZEE 88
ZEEI 93

Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 AURORA 275

Anda mungkin juga menyukai