i
Ekspedisi Jala Citra I - 2021 “AURORA”
PUSHIDROSAL
PENANGGUNG JAWAB
Laksamana Madya TNI Dr. Agung Prasetiawan, M.A.P
PENGARAH
Laksda TNI Budi Purwanto, S.T.,M.M.
Laksma TNI Dyan Primana Sobaruddin, M.Sc.
Kolonel Laut (E) Dr. Yanuar Handwiono
TIM PENYUSUN
Kolonel Laut (P) Dr. Oke Dwiyana Pribadi
Letkol Laut (P) Dr. Dian Adrianto, S.Si., M.Si.
Letkol Laut (KH) Moh. Qisthi Amarona, S.T., M.Tr. Hanla
Letkol Laut (KH) Dikdik Satria Mulyadi, S.Si., M.T., M.Tr. Hanla
Mayor Laut (P) Alin Abimanyu, S.T.
Kapten Laut (KH) Candrasa Surya Dharma, S.Si., M.Sc.
Febrian Fitryanik, S.T., M.Eng
FOTOGRAFER
Serda TTU Prastiyo
Koptu MER Fatoni Abdul Rozaq
DESAIN
Dodi Mawardi dan tim
ii
TESTIMONI
“Wujud nyata sinergi dan kolaborasi putra putri terbaik bangsa serta
merupakan bukti kemandirian dalam riset dan penelitian kelautan guna
mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.”
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P., Panglima TNI
“Ekspedisi Jala Citra I 2021 – AURORA adalah Jati Diri dan Pijakan
bagi Bangsa dan Negara Indonesia untuk merajut masa depan yang
Gemilang.”
Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
i
Kita tahu bahwa laut kita begitu luas dan semua itu kita dapatkan karena
dua hal penting. Pertama, secara geografis kita memang bangsa yang
besar sehingga secara alami, laut kita pun sangat luas. Kedua, kekuatan
diplomasi para pendahulu kita yang mumpuni dalam mengubah wajah
hukum laut dunia sehingga dengan itu Indonesia memiliki hak atas
ruang laut yang semakin luas.
Tugas utama bangsa kita saat ini adalah mengelola laut yang luas
itu untuk dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Langkah pertama dalam mengelola adalah mengenal dengan baik
laut kita. Itulah relevansi dari Ekspedisi Jala Citra “Aurora” yang
dilakukan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) tahun
2021 ini. Melalui ekspedisi ini bangsa kita sedang tekun meningkatkan
pemahaman akan ruang dan dasar laut sehingga semakin mudah bagi
kita untuk melakukan pengelolaan.
ii
Ekspedisi Jala Citra I – Aurora yang diinisiasi oleh TNI AL, dalam hal
ini adalah Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), merupakan
suatu kegiatan kolaborasi riset yang sangat baik dalam bidang hidrografi
dan eksplorasi laut. Karakteristik laut dan keanekaragaman hayati laut
merupakan suatu fenomena alam yang perlu diungkapkan melalui
suatu pendekatan ilmiah dalam suatu ekspedisi yang dilengkapi dengan
teknologi alat yang akurat dan memadai.
Luaran yang dihasilkan dari ekspedisi ini akan menjadi dasar informasi
yang baik mencakup data oseanografi, karakteristik geografi laut, dan
sumberdaya laut guna menilai potensi laut dan sumberdaya perikanan
Indonesia. Relevansi Ekspedisi Jala Citra I – Aurora sangat erat dengan
pengembangan industri maritim 4.0 yang mendukung kepentingan
Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kelautan. Jayalah
Laut kita dan jayalah Negeri Maritim Indonesia.
Prof. Dr. Arif Satria, Rektor IPB University
iii
BUKU INI DIPERSEMBAHKAN
UNTUK BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
iv
Daftar Isi
Kata Sambutan.....................................................................................ix
Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Yudo Margono.....................................................................
v
Akustik Kelautan dan Penginderaan Jauh untuk
Perikanan Tangkap..............................................................................73
Marthin Matulessy, Universitas Papua Manokwari Papua Barat
vi
Pulau Yiew.............................................................................................187
Jefry Bemba
Tim Peneliti...........................................................................................265
Indeks.....................................................................................................273
vii
viii
Kata Sambutan
Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M.
ix
dari gunung bawah laut, dengan adanya penemuan ini telah membuka
suatu jendela peluang baru di bidang penelitian dan pemanfaatan
sumber daya kelautan di Indonesia.
Ekspedisi Jala Citra 1 - 2021 “Aurora” mengambil momentum emas
dari hari hidrografi dunia yang ke-100 pada tanggal 21 Juni 2021 den-
gan tema “One Hundred Years of International Cooperation In Hydrogra-
phy” membuktikan eksistensi dan perjalanan panjang peran hidrografi
di berbagai bidang strategis. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk men-
sosialisasikan dan mewujudnyatakan peran TNI dalam hal ini TNI AL
dalam mendukung cita-cita bangsa Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Sehingga diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan
kembali ekspedisi kelautan yang dilaksanakan untuk mengeksplorasi
sumber daya kelautan Indonesia oleh putra putri bangsa indonesia.
Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan partisipasi semua
pihak dalam penyiapan dan pelaksanaan ekspedisi, serta penyusunan
buku ini, khususnya kepada pihak kementerian, lembaga negara, uni-
versitas dan organisasi profesi terkait dan berharap kerja sama, saran
serta masukan untuk lebih mempertajam dan mengembangkan kegia-
tan ekspedisi ini ke depannya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta mem-
berikan petunjuk, kekuatan dan perlindungan kepada kita sekalian da-
lam menjalankan pengabdian kepada bangsa dan negara.
JALACITRA PRAJAYODHA,
JALESVEVA JAYAMAHE
x
Kata Pengantar
Komandan Pushidrosal
Laksamana Madya TNI Dr. Agung Prasetiawan, MAP
xi
cara jelas dari hasil pengolahan data batimetri. Selain itu, sebaran se-
dimen bawah laut yang didapatkan dengan menggunakan teknik ham-
bur balik akustik dari data Singlebeam Echosounder (SBES) dan MBES,
menghasilkan gambaran umum yang cukup akurat setelah divalidasi
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel grab sampling pada
wilayah fitur bawah laut di puncak gunung bawah laut. Kondisi fisis
oseanografi juga memiliki stratifikasi yang cukup menarik, dengan di-
temukannya massa air dari Samudera Pasifik Selatan, hal ini sering di-
temukan pada survei yang berbatasan dengan samudera besar lainnya
di Indonesia. Hasil penelitian ini lebih lanjut akan dipresentasikan pada
forum seminar internasional di Pushidrosal.
Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
setiap pihak yang telah ikut serta mensukseskan kegiatan Ekspedisi
Jala Citra – I 2021 “Aurora”, khususnya kepada para peneliti, dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau Badan Riset dan Inovasi
Nasional, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Institut
Teknologi Bandung, Universitas Khairun Ternate, Universitas Papua,
PT. Geotronix, dan PT. Hidronav. Saya berharap publikasi ini dapat
menambah khasanah ilmu dan pengetahuan bagi TNI/TNI AL, dan
masyarakat mengenai kondisi batimetri dan sekilas tentang kehidupan
biota di laut dalam serta memberikan inspirasi mengenai kelanjutan
eksplorasi laut pada umumnya dan laut dalam pada khususnya
mengingat terbatasnya pengetahuan kita mengenai perairan laut kita
yang sangat luas. Semoga bermanfaat.
JALACITRA PRAJAYODHA,
JALESVEVA JAYAMAHE
xii
Pendefinisian Sumber Gempa dan
Gunungapi Bawah Laut di Laut
Halmahera Melalui Survei Hidrografi
Hadi Tjahyanto SIP, Panglima TNI
Irwan Meilano, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB
Preface Pendahuluan
Hall, R., Clements, B., Smyth, H.R., Cottam, M.A., (2007). Jakarta A New
Interpretation of Java’s Structure, Proceedings, Indonesian Petro-
leum Association, Thirty-First Annual Convention and Exhibition
Koulali, A., Susilo, S., McClusky, S., Meilano, I., Cummins, P., Tregoning,
P., Lister, G., Efendi, J. and Syafi’i, M.A., (2016). Crustal strain par-
titioning and the associated earthquake hazard in the eastern Sun-
da-Banda Arc. Geophysical Research Letters, 43 (5), pp. 1943-1949
Morato T, Hoyle SD, Allain V, Nicol SJ. (2010). Seamounts Are Hotspots
of Pelagic Biodiversity in the Open Ocean. Proc Nat Acad Sci 107:
9707–11. https://doi.org/10.1073/pnas.0910290107.
Socquet, A., Simons, W., Vigny, C., McCaffrey, R., Subarya, C., Sarsito,
D., Ambrosius, B., dan Spakman, W. (2006) : Microblock rotations
and fault coupling in SE Asia triple junction (Sulawesi, Indonesia)
from GPS and earthquake slip vector data, Journal of Geophysical
Research, 111, B08409
T
many economists and academia
his article is prepared to
that the 21st century would be
summon further collabo-
the maritime century. Realizing
rative missions among na-
the fact that Indonesia is the
tional stakeholders particularly in
world’s largest archipelagic state,
revealing knowledge from Indo-
envisioning to become a maritime
nesia’s ocean territory. The Jala Ci-
nation is an inevitable yet expedient
tra-I 2021 “Aurora” Expedition has
destiny. To add more evidence,
proven its impact in convincing all
global statistics confirm that
contributing parties to acquire in-
there is a very strong correlation
valuable scientific assets through
between the increasing magnitude
ocean exploration. The presence of
of seaborne trade and the growth
reliable information and in-depth
of gross domestic product. It is
knowledge exploited from Indo-
hence plausible to ensure the
nesia’s ocean territory would as-
connectivity of marine transport
sure data-driven decision making
sustained by sturdy maritime
in naval defence and in-turn secur-
security. The two leading elements
ing effective execution of maritime
of support to global ocean trade,
policy.
that are: connectivity of marine
transport and marine security,
Introduction are apparently among the pillars
fortifying the vision of maritime
axes.
The ever-increasing volume Since it was exposed to an
of global ocean trade from year international summit in 2014 by
Figure 1 exhibits the areas of study the very many unknowns in the
within the framework of MREP, least investigated east Indonesian
leaving the north of Halmahera seas, but also an initiative of
unexplored. collaboration in national ocean
Deciding to launch a research. From the navy side, the
dedicated operation of a hydro- expedition is a manifestation of
oceanographic survey vessel to the its contribution towards realizing
Halmahera Sea, i.e. Jala Citra-I 2021 Indonesia as a global maritime
Referensi
Mustafa Hanafi
Puslitbang Geologi Kelautan, Kem ESDM
K
egiatan ekspedisi Jala Cit- gukuran geomagnet, pengukuran
ra I 2021 “Aurora” antara arus dengan metode Accoustic Dop-
lain Penelitian Hidrogra- pler Current Profiler (ADCP), pen-
fi, Penelitian Batimetri dan Fitur gukuran Conductivity Temperature
Bawah Laut, Penelitian Oseano- and Depth (CTD), pengukuran Sub
grafi serta Penelitian Meteorologi Bottom Profiling dan Video bawah
Maritim. Salah satu tujuan pene- laut atau Remotely Operated Vehicle
litian ini adalah untuk memper- (ROV). Hasil ekspedisi pada area
barui data batimetri yang sudah etape I untuk hidrografi dan fitur
ada dan melaksanakan pencarian bawah laut belum diemukan spot
fitur baru yang diduga sebagai kedangkalan yang membahaya-
gunung bawah laut dan mencari kan pelayaran dan fitur gunung
beberapa spot area yang memba- bawah laut, namun pada area tam-
hayakan navigasi dan pelayaran bahan pada jarak lk 10 mil laut di
serta fitur-fitur dasar laut lainnya sebelah utaranya ditemukan berb-
serta penamaannya yang akan agai fitur bawah laut adanya ting-
dieksplorasi selama ekspedisi, gian pada kedalaman 680m den-
yang saat terdapat pada Belanda gan radius lk 8km dan 780m serta
tahun 1929 PLI No.402 dan BAC dugaan gunung bawah laut pada
No. 3922 yang mencakup Wilay- kedalaman 393m dengan radius lk
ah Laut Halmahera dan Papua. 3 km.
Pada ekspedisi ini kegiatan yang
dilakukan antara lain penguku- Kata Kunci: Fitur bawah laut.”Au-
rora”
Pada gambar 2
memperlihatkan lokasi ekspedisi morfologi dasar laut yang dicapai,
etape I belum ditemukan kemudian dilakukan pengukuran
object gunung bawah laut Sub Bottom Profiling (SBP) untuk
dan spot kedangkalan seperti mengetahui kondisi lapisan
diinformasikan pada peta sedimen atau batuan, pengukuran
sebelumnya, sehingga berdasarkan Conductivity Temperatur Depth
data kontur kedalaman dari (CTD). Pada Gambar 3,
GEBCO, area ekspedisi dilakukan memperlihatkan Rekaman Sub
pada area tambahan yang baru Bottom Profiling pada area fitur
yang terletak disebelah utaranya. dasar laut dengan kedalaman 393m
Setelah diperoleh hasil pada puncak morfologi dan kaki
pengukuran pada lokasi yang lerengnya pada kedalaman >1000m
diindikasikan sebagai fitur atau
Abstrak
P
enelitian gunung bawah laut menggunakan metode-metode
geofisika seperti anomali gaya berat dan anomali magnetik se-
bagai penunjang survei menggunakan Multi-beam Echosounder
(MBES) masih belum lazim dilakukan di Perairan Indonesia. Melalui
Ekspedisi Jala Citra-I 2021 “Aurora” Etape 1 (15-21 Agustus 2021), telah
ditemukan setidaknya satu fitur yang diduga kuat merupakan gunung
bawah laut berdasarkan data-data survei menggunakan MBES dan
magnetometer. Analisis geomorfometri dari data multibeam bathymetry
menunjukkan adanya fitur dengan rerata kelerengan sebesar 45° den-
gan nilai kelerengan tertinggi melebihi nilai 60°.
Kata Kunci:
Gunung bawah laut, multibeam bathymetry, geomorfometri, anomali magne-
tik, anomali gaya berat
Gunung bawah laut merupakan fitur yang menarik untuk diteliti, uta-
manya untuk kebutuhan keselamatan pelayaran serta observasi pem-
bentukan morfologi dasar laut. gunung yang masih terekspos di dasar
laut pada umumnya dapat terlihat dari citra multibeam echosounder
(MBES). Lebih lanjut, berbagai analisis marine geomorphometry meng-
gunakan fitur-fitur geographic information system (GIS) dapat dilaku-
kan untuk mempertajam analisis morfologi pada fitur tersebut (e.g., Le-
cours et al., 2016).
Bagaimanapun, MBES memiliki keterbatasan dalam pendefinisian
sifat-sifat fisik batuan bawah laut, utamanya yang terkait dengan jenis
batuan hingga aktivitas di bawah kerak samudera pada area yang ber-
sangkutan. Selain itu, jika bagian-bagian dari sebuah gunung bawah
laut telah tertutup oleh sedimen, nilai kedalaman yang didapatkan dari
survei batimetri belum tentu benar-benar dapat mendeteksi keberadaan
gunung api bawah laut tersebut secara lengkap.
Sifat-sifat fisik batuan serta variasinya dapat diamati melalui si-
fat-sifat magnetik serta variasi sebaran massa jenis yang dapat diamati
menggunakan data anomali gaya berat. Salah satu penelitian geofisika
gunung bawah laut secara komprehensif dilakukan oleh Tontini et al.
(2010) di Marsili seamount, yang berlokasi di southern Tyrrhenian Sea
(Italia).
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode survei multi-
beam bathymetry, gaya berat, dan magnetik secara simultan menggu-
nakan kapal R/V Universitasis dengan area survei yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Dapat dilihat bahwa lajur survei dibuat sangat rapat (<
1 km) untuk mendapatkan bukti fisik dari gunung bawah laut tersebut
secara mendetil.
Hasil pengamatan anomali magnetik dapat dilihat pada Gambar
2a. Pengamatan anomali magnetik ini menunjukkan adanya anomali
magnetik yang tinggi di sekitar area yang diindikasi sebagai gunung
bawah laut dengan sebuah cekungan di pertengahan, yang dianalisis
sebagai pertanda adanya magma chamber atau aktivitas magmatik.
Pengamatan ini dilengkapi oleh hasil analisis anomali Bougu-
Metodologi
a) Akuisisi data
Gambar 4
Data multibeam bathymetry beserta analisis geomorfometrinya. (a) Data
kedalaman fitur dari citra multibeam bathymetry. (b) Kelerengan fitur, atau
slope. Dapat dilihat bahwa terdapat cukup banyak area dengan kemirin-
gan tinggi (>60°). Rerata kelerengan pada sisi terluar fitur adalah 45°. (c)
Kelengkungan fitur, atau curvature.
Melalui fungsi ini, tekstur fitur secara garis besar dapat terlihat.
(d) Azimuth, yang didapatkan melalui fungsi aspect. Dapat dilihat
bahwa fitur kelerengan di sekitar fitur tersebut bersifat omnidirectional.
Jika dibandingkan dengan kelerengan pada Gambar 4b, dapat dilihat
bahwa terjadi perubahan azimuth yang signifikan pada area-area yang
memiliki nilai kelerengan tinggi.
c) Desktop study
Temuan Awal
Rekomendasi
• Pengamatan CTD dan ROV pada pusat fitur untuk observasi aktivi-
tas hidrotermal.
• Analisis hambur-balik (backscatter) dari raw data multibeam bathyme-
try untuk mengidentifikasi keberadaan batuan keras (hard rock) pada
fitur tersebut.
Daftar Pustaka
J
ala Citra I-2021 “Aurora” expe- vancing our knowledge of the In-
dition is a pioneering scientific donesian waters and the initative
survey to reveal a multiple-de- have sprouted a collaborative net-
cades’ mystery in the Eastern In- work among Indonesian marine
donesian Waters, covering east of scientists and stakeholders from
Halmahera and the Manipa Strait, multiple sectors.
west of Ambon Island. The expedi-
tion consists of various underwa- Background
ter surveys, including shipboard
multibeam bathymetry, magnetic The 3rd of August, 2021
anomaly, seabed sampling, and has been a historical day for
water column studies. Based on Indonesia’s ocean exploration.
several Notice to Mariners in the Although cargos and other
1950s, the expedition is initiated maritime operations are densifying
to uncover a reported underwater Indonesia’s sea lane on daily basis,
feature suspected as a submarine the launch of a dedicated operation
volcano, or a seamount. The ex- of a hydro-oceanic survey vessel
pedition have succeeded to iden- might be the first after more than
tify a conic seabed morphology two decades, since the completion
with physical evidences depict- of the Marine Resource Evaluation
ing the presence of volcanic rocks and Planning (MREP) project
Figure 2 Launch ceremony of KRI Spica 934 for the Jala Citra I-2021
“Aurora” expedition.
Reference
Reading
Abstrak
P
erairan Nusantara merupakan surga bagi pembangkitan gelom-
bang internal akibat interaksi antara arus pasut barotropik den-
gan dinamika topografi yang kompleks. Keberadaan gelombang
internal di Perairan Halmahera sangat jarang bisa teramati melalui
pengamatan citra satelit. Ekspedisi Jala Citra Aurora Etape-1 ber-
hasil mengidentifikasi untuk pertama kalinya melalui pengukuran
in situ eksistensi gelombang internal di inlet passage Laut Halmahe-
ra. Identifikasi gelombang internal pada Etape-1 dilakukan dengan
menggunakan Echosounder singlebeam EA600 KRI Spica 934. Ditemukan
gelombang internal dengan amplitudo yang relatif signifikan (maksi-
mum ~30 m) pada kedalaman 40-200 m. Adapun estimasi percam-
puran air di inlet passage Laut Halmahera akan dilakukan dengan
menggunakan data CTD di Etape-2.
Tujuan
a) Akuisisi data
b) Analisis data
dengan 𝑁2(𝑧′) dan 𝜌(𝑧) adalah stratifikasi latar dan densitas poten-
sial. Adapun densitas energi kinetik gelombang internal dinyatakan:
Energy ( GJ m-1)
η0 (m) c1 (m s-1) α (s-1) β (m3 s-1) Cp (m s-1) Δ (m)
KE APE
30 1.72 -0.03 1.83×104 2.04 472 0.014 0.162
27 1.72 -0.04 1.83×104 2.10 436 0.011 0.129
18 1.72 -0.05 1.83×104 2.03 480 0.005 0.083
18 1.72 -0.04 1.83×104 1.97 533 0.005 0.107
Daftar Pustaka
Alford, M. H., Gregg, M. C., and Ilyas, M. (1999). Diapycnal mixing in the
Banda Sea: Results of the first microstructure measurements in the
Indonesian throughflow. Geophysical Research Letters, 26(17), 2741–
2744. https://doi.org/10.1029/1999GL002337
Bourgault, D., Morsilli, M., Richards, C., Neumeier, U., and Kelley, D. E.
(2014). Sediment resuspension and nepheloid layers induced by long
internal solitary waves shoaling orthogonally on uniform slopes.
Continental Shelf Research, 72, 21–33. https://doi.org/10.1016/j.
Abstrak
P
enelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 bersamaan
dengan pelaksanaan Ekspedisi Jala Citra I Aurora, dengan tujuan
untuk melihat sebaran temporal dan spasial SPL (Suhu Permu-
kaan Laut) dan Klorofil-a di perairan Laut Halmahera dan Papua Barat
dan pengaruhnya terhadap penentuan DPI (Daerah Penangkapan Ikan)
khususnya daerah kajian Etape I, dengan menggunakan data lapangan
dan data citra yang dianalisis dengan analisis deskriptif, statistik dan
analisis sistim informasi geografis (SIG) sehingga hasil penelitian yang
didapat adalah sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klo-
rofil-a. Citra satelit bulan Agustus 2021 menunjukkan bahwa sebaran
suhu permukaan laut (SPL) di perairan Laut Halmahera berada pada
kisaran 27.9-32.2oC. Untuk kisaran nilai konsentrasi klorofil-a pada bu-
lan Agustus 2021 sebesar 0.08-0.93 mg/L. Hasil analisis menunjukkan
bahwa baik secara bersama-sama maupun secara individu kedua pa-
rameter oseanografi (SPL dan klorofil-a) sangat berpengaruh terhadap
penentuan DPI di Perairan Halmahera dan Papua Barat.
TUJUAN
Analisis Data
Temuan Awal
Gambar 2. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan halmahera dan Papua
Klorofil-a
Secara umum hasil analisis Citra satelit bulan Agustus 2021 terlihat
bahwa nilai konsentrasi klorofil-a pada perairan Halmahera dan papua
Barat berkisar dari 0.08-0.96 mg/m3. Pada daerah kajian atau Etape I,
konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran 0,13 – 0,31 mg/m3. Terlihat
pada Gambar 4 menunjukan pada bagian selatan dari jalur Etape I nilai
konsentrasinya cukup tinggi.
Konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan biasanya berbeda un-
tuk setiap musim. Dari hasil analisis terlihat bahwa tingkat konsentrasi
yang relatif tinggi ditemui di beberapa daerah pesisir. Nilai konsentra-
si tertinggi membentuk beberapa spot yang mendekati daerah pesisir
di pulau Halmahera bagian timur dan pesisir Kabupaten Raja Ampat
Papua Barat. Hal ini diduga adanya pengaruh masukan nutrien dari
daratan yang juga disebabkan tingkat curah hujan yang relatif tinggi.
K
sepenuhnya bisa dimanfaatkan
edaulatan pangan menjadi
akibat terbatasanya kemampuan
kunci bagi bagi ketahanan
SDM, sarana-prasarana, dan akses
ekonomi suatu wilayah,
pemasaran.
terlebih wilayah terluar yang ber-
Kapasitas SDM, peningkatan
batasan langsung dengan negara
sarana dan prasarana serta
lain. Provinsi Maluku Utara memi-
konektivitas wilayah, jaminan
liki wilayah terluar Indonesia yang
kemanan dan kenyamanan
dilingkupi perairan, terutama Laut
di laut, dan akses pasar terus
Halmahera dan Samudera Pasifik
ditingkatkan. Kerjasama bilateral
dengan Zona Ekonomi Eksklusif
dan internasional diharapkan akan
(ZEE) yang berbatasan langsung
membuka pasar yang lebih luas.
dengan Laut Lepas (High Seas)
Udang
Cumi - Demer- Ikan Pelagis Pelagis Rajun-
WPP Kepiting Lobster Pe-
cumi sal Karang Besar Kecil gan
naeid
WPP 571 0,62 0,33 0,34 0,52 0,83 1,00 1,30 0,93 1,59
WPP 572 0,39 0,57 0,33 0,95 0,50 0,18 0,93 0,49 1,53
WPP 573 1,11 0,39 1,09 1,06 1,50 0,28 0,61 0,98 1,70
WPP 711 1,84 0,61 1,53 0,93 1,41 1,09 0,54 1,18 0,53
WPP 712 2,02 0,83 1,22 0,63 0,38 0,70 1,36 0,65 1,11
WPP 713 1,19 0,96 1,27 1,13 1,23 0,83 1,40 0,73 0,52
WPP 714 1,00 0,58 0,76 0,78 0,44 1,55 1,73 0,77 0,39
WPP 715 1,86 0,22 0,34 0,97 0,88 1,19 1,32 0,98 0,78
WPP 716 1,42 0,45 1,45 0,63 0,48 0,38 0,75 0,50 0,50
WPP 717 1,09 0,39 0,91 1,00 0,70 0,87 1,04 1,21 0,46
WPP 718 1,28 0,67 1,07 0,99 0,51 0,85 0,97 0,77 0,86
Tabel 4. Hasil Operasi Pengawasan Tahun 2012 - 2016 di Perairan Maluku Utara
2013 66 - 4 - - - 62 -
2014 49 3 3 1 - - 46 -
2015 45 - 10 - - - 35 -
2016 59 4 25 4 - 4 34 -
282 7 53 5 - 4 229 -
Catatan KII=Kapal Ikan Indonesia, KIA = Kapal Ikan Asing (Sumber : Satker PSDKP Ter-
nate, KKP
Tabel 5. Penanganan Kasus Tindak Pidana Perikanan di Wilayah ZEEI Berdasarkan Ben-
dera Kapal
Tahun 2015 2016 2017 2018
Timorleste 0 0 1 0
Tiongkok 0 1 0 0
Vietnam 12 81 52 6
Malaysia 3 23 0 0
Thailand 4 1 0 0
Philipina 8 29 33 35
Indonesia 16 7 2 0
Sumber: Ditjen PSDKP, 2019
Strength (Kekuatan)
Perairan Laut Halmahera
memiliki potensi perikanan
Strength (Kekuatan)
1 Potensi perikanan tangkap
jenis ikan pelagis kecil dan 3 20 5 1.00 47.00 4.27 0.85 1.85 I
pelagis besar
2 Dukungan pemerintah
daerah dengan penetapan 2 13 3 0.40 41.00 3.72 0.49 0.89 III
RZWP3K
3 Tersedianya tenaga ter-
ampil penyiapan komodi- 3 20 3 0.60 44.00 4 0.8 1.4 II
tas ekspor
S= 4.15
Weaknesses (Kelemahan)
4 Kondisi cuaca di laut yang
susah diprediksi, terutama
2 13 4 0.53 40.00 3.64 0.48 1.02 II
untuk keselamatan nelayan
kecil
5 Pemasaran hasil tangkap
3 20 5 1.00 43.00 3.91 0.78 1.78 I
terbatas
6 Jumlah tenaga terampil
2 13 3 0.40 40.00 3.64 0.48 0.88 II
terbatas
15 100 W= 3.68
O= 5.24
Threats (Ancaman)
25 107 T= 2.53
Y
iew, or ‘Jiew’ in earlier spell- interface along with the identifica-
tion of the connected outer island’s
ing of formal Indonesian
baselines (see: dashed line) is indi-
language, is one among 91
cated. Understanding the fact that
Indonesia’s most outer islands. It is
the Yiew Island is surrounded by
located approximately 50 km east
shallow bathymetry constructed
of Halmahera Island with official from fringing reef (Figure 2), it is
geodetic coordinates of 0°43′39″N almost trivia to a deploy conven-
and 129°8′30″E. The role of Yiew Is- tional surveying by means of stan-
land as one among the Indonesia’s dard hydrographic technique. It is
outer island is hence very strategic the purpose of this article in com-
considering issues related to sov- municating a novel method for ac-
ereignty, defence, and security. In curately acquiring small island’s
Figure 1 the location of Yiew Island coastal slope in a remote area.
E
peta. Perbedaan morfologi dasar
kspedisi Jala Citra I Aurora
laut ini dapat terjadi kemungkinan
Etape 1 dilaksanakan dari
karena adanya aktivitas dasar laut
tanggal 13-23 Agustus 2021
di perairan Halmahera.
di perairan Laut Halmahera. Meng-
gunakan wahana KRI Spica-934
Kata Kunci: KRI Spica 934, Batime-
dan melibatkan beberapa peneli-
tri, PLI,
ti dari berbagai instansi kelautan
dengan berbagai tema penelitian
seperti hidrografi, batimetri, ose- Latar Belakang
anografi dan meteorologi maritim.
Pelaksanaan akuisisi data meng- Laut Halmahera seperti
gunakan multibeam echosounder laut-laut lain di zona transisi
dan singlebeam echosounder untuk merupakan gabungan pola laut-
data batimetri dan jenis dasar laut, laut Indonesia bagian barat yang
magnetometer untuk data geo- relative dangkal dan pola tektonik
magnet, sub bottom profiler untuk sederhana dengan pola laut-laut
ketebalan dan perlapisan sedimen Indonesia bagian timur yang
serta CTD untuk mengukur kon- relative dalam dan mempunyai
duktivitas, suhu dan densitas air pola tektonik yang lebih rumit.
laut di area penelitian. Hasil pen- Morfologi dasar laut Halmahera
golahan data batimetri menunjuk- yang menjadi lokasi Ekspedisi Jala
kan beberapa perbedaan dengan Citra I Aurora memperlihatkan
data batimetri yang tercantum berbagai macam bentuk yang
pada Peta Laut Indonesia (PLI) mencirikan sebuah zona transisi
No.402 tahun 2015. Perbedaan seperti kedalaman yang bervariasi
tersebut antara lain tidak ditemu- dari 0 sampai sekitar 2000 m. Seperti
Temuan Awal
Metodologi
Hasil batimetri di area 1
a) Akuisisi data menunjukkan adanya beberapa
Akuisisi data batimetri fitur yang tidak ditemukan oleh
menggunakan Multibeam data hasil survey bila dibandingkan
Echsounder (MBES) EM-302 dengan data yang ada pada PLI
yang dapat mencapai jangkauan No.402. Beberapa fitur tesebut
kedalaman 7000 m. Kedalaman antara lain:
area penelitian Etape 1 yang
berkisar antara 0 – sektara 2000 1. Kedalaman 18m (Lap.1961)
m diharapkan dapat diperoleh Kedalaman 18 m yang dilapor-
Daftar Pustaka
Abstrak
S
tudi mengenai dasar perairan telah dilakukan di perairan Halma-
hera melalui Ekspedisi Jala Citra-1 Aurora. Fitur bawah laut baru
pun berhasil ditemukan dalam ekspedisi ini, yaitu knoll di kedala-
man 400 m di bawah permukaan air. Instrumen Multibeam Echosounder
(MBES) dan Single-Beam Echosounder (SBES) digunakan dalam ekspe-
disi ini untuk mendapatkan informasi kedalaman dan backscatter dari
wilayah perairan Halmahera. Klasifikasi dasar perairan dilakukan se-
cara tidak terbimbing (unsupervised) untuk mempelajari tipe dasar perai-
ran pada area knoll tersebut. Hasil yang didapatkan dengan klasifikasi
tidak terbimbing menunjukkan tipe dasar perairan yang keras (batuan)
pada area puncak knoll tersebut, sedimen yang lebih halus pada area
lereng dari knoll (pasir dan lanau), serta sedimen yang sangat halus
(lempung) pada area dataran di sekitar knoll tersebut.
Laut Halmahera berada pada pintu masuk bagian timur arus lintas
Indonesia (ARLINDO) dan termasuk ke dalam wilayah Indonesia yang
berada pada bentangan cincin api Pasifik. Kondisi tersebut membuat
Indonesia memiliki berbagai potensi alam yang beraneka ragam, na-
mun di sisi lain terdapat potensi bencana alam yang dapat terjadi ka-
pan saja dan dimana saja diantaranya adalah banjir rob, tsunami, dan
gempa bumi.
Upaya mitigasi bencana dari fitur dan kemungkinan ganggu-
an alam yang berada di bawah laut dilakukan dengan melaksanakan
survei pemetaan hidro-oseanografi pada lokasi historis yang tercatat
memiliki fitur bawah laut yang dapat mengganggu keselamatan pela-
yaran di perairan Halmahera. Lokasi historis tersebut berada di wilayah
Perairan Paparan Sayang yang mengindikasikan suatu gangguan yang
sangat pesat di bawah laut selebar kira-kira 15 mil laut dan daerah den-
gan jari-jari 1 mil laut yang memiliki massa yang mendidih menuju ke
dasar laut yang ditandai sebagai daerah berbahaya.
Di samping adanya daerah berbahaya, Laut Halmahera menyim-
pan banyak potensi sumber daya alam, baik perikanan, pertambangan,
serta keanekaragaman hayati laut. Kekayaan sumber daya alam terse-
but dinilai sangat penting sehingga mengindikasikan pentingnya un-
tuk melaksanakan pembaruan Peta Laut Indonesia (PLI) no. 402 den-
gan kegiatan survei dan pemetaan untuk mengetahui fitur bawah laut
dan untuk menjamin keselamatan serta aktivitas navigasi di perairan
Halmahera.
Metodologi
a) Akuisisi data
Data yang diakuisisi dalam penelitian ini meliputi data akustik dan
data sampel sedimen. Data akustik sendiri diakuisisi dengan menggu-
nakan MBES Simrad Kongsberg EM302 dengan frekuensi output 30 kHz
dan SBES Simrad Kongsberg EA600 dengan frekuensi output 12 dan 50
kHz. Data MBES diakuisisi dengan menggunakan software Seafloor In-
formation System (SIS) dan dibantu dengan K-Sync untuk mencegah in-
terferensi akustik antara MBES dan SBES.
Data sampel sedimen sendiri diambil menggunakan grab sampler
ukuran 15 x 15 cm pada beberapa titik di area knoll Citra Aurora (CA) 3.
CITRA AURORA 1
CITRA AURORA 3
CITRA AURORA 1
CITRA AURORA 3
Rekomendasi
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 145
• Data validasi lapang untuk sampel sedimen perlu untuk diambil
baik menggunakan grab sampler maupun gravity core
• Fitur K-sync yang tersedia di kapal harus terus diaktifkan agar tidak
terjadi interferensi gelombang akustik
• Ekspedisi selanjutnya mungkin dapat diturunkan juga mid water
trawl untuk mengambil data sampel ikan di kolom perairan sehing-
ga dapat memvalidasi data akustik dan dihitung potensi perikanan
yang ada di wilayah ekspedisi selanjutnya
S
alah satu topik yang penting grasi kembali ke kedalaman yang
dikaji dan diteliti dalam ilmu lebih dalam pada siang hari yang
hidroakustik adalah pende- diamati pada echogram. Studi
teksian berbagai objek bawah air tingkah laku biota kecil ini sangat
di kolom perairan seperti ikan, penting untuk diamati sebagai ba-
zooplankton, mamalia laut, dan gian dari bidang perikanan karena
objek-objek lainnya. Penelitian berperan sebagai sumber energi
ini bertujuan mendeteksi objek untuk organisme lainnya sebagai
bawah air di kolom perairan ber- konsumen tingkat satu dalam
dasarkan nilai hamburbaliknya rantai makanan. Ditemukan juga
dengan perangkat hidroakustik biota berukuran besar yang didu-
single-beam echosounder (SBES) ga sebagai mamalia laut dengan
pada area penelitian Ekspedisi ukuran panjang kurang lebih 50
Jala Citra-I 2021 Aurora etape II. meter pada kedalaman 500 meter
Metode yang dilakukan adalah dibawah permukaan laut. Ditemu-
dengan menganalisis nilai ham- kan juga biota berupa cacing yang
burbalik berupa SV dan TS dari berasosiasi pada ekosistem terum-
SBES. Temuan awal yang telah bu karang laut dalam (cold water
diperoleh adalah adanya sound coral) dari pengambilan sampel
scattering layer yang mengindi- grab.
kasikan tingkah laku biota laut
yaitu migrasi vertikal harian (diel Kata Kunci: Backscatter, Ekosistem
vertical migration, DVM). Temuan Terumbu Karang Laut Dalam,
tersebut mengindikasikan bahwa Mamalia Laut, Mikronekton, Sin-
zooplankton dan mikronekton gle-beam Echosounder, Zooplankton
Tujuan Metodologi
Rekomendasi
• Saat akuisisi data, jika menginginkan data akustik yang lebih bagus
khususnya data di kolom perairan maka diperlukan sinkronisasi ter-
hadap instrumen akustik yang ON menggunakan K-Sync supaya ti-
dak timbul derau/noise pada hasil data akusisi,
• Perlu analisis lebih lanjut data SBES untuk melihat potensi perikanan
di wilayah Perairan Halmahera, dan juga perlu analisis laboratori-
um terhadap sampel biologi yang sudah diambil untuk mengetahui
spesies dan foto biotanya,
• Perlu analisis lebih lanjut data SBES ataupun MBES untuk melihat
keberadaan mamalia laut di perairan Halmahera, terutama di area
sekitar gunung bawah laut. Mengingat daerah gunung bawah laut
merupakan salah satu pintu masuk dari Arlindo, daerah ini berpo-
tensi menjadi pintu masuk jalur migrasi dari mamalia laut lainnya
dan juga mendeteksi keberadaannya.
• Diperlukan analisis lebih mendalam mengenai biota cacing laut
tersebut secara genetik untuk mengetahui spesiesnya
Metodologi
Azami H., Mohammadi K., Bozorgtabar B., 2012 An improved signal seg-
mentation us moving average and Savitzky-Golay filter. Journal of
Signal and Information Processing
Adrianto D., Djatmiko E. B., Suntoyo, 2019 The improvement of ultra-
sonic sensor-based device for direct ocean wave measurement pro-
gram at Western Java Sea, Indonesia. Geomatics International Con-
ference 2019. IOP Conferece Series: Earth and Environmental Science
389:012022
Cartwright D. E., Longuet-Higgins M. S., 1956 The statistical distribution
of the maxima of the random function. Proceedings of the Royal So-
ciety London, Series A 237:212-232.
Cho H. Y., Kweon H. M., Jeong W. M., Kim S. I., 2015 A study
on the optimal equation of the continuous wave spec-
trum. International Journal of Naval Architecture and
Ocean Engineering 7(6):1056-1063.
Djatmiko E. B., 2012 Perilaku dan operabilitas bangunan laut di atas ge-
lombang acak. TS Press, Surabaya, 225 pp. [in Indonesian]
Fedele F., Benetazzo A., Gallego G., Shih P. C., Yezzi A., Barbariol F., Ar-
dhuin F., 2013 Space-time measurements of oceanic sea state. Ocean
Modelling 70:103-115..
Hauser D, Kahma K, Krosgad Harald E, Lehner Susanne, Monbaliu Jaak
A J and Wyatt Lucy R 2005 Measuring and analysing the directional
spectra of ocean waves,
Schureman P 1941 Manual of Harmonic Analysis and Prediction of Tides
US Dept. of Commerce S P No 98 US Govt. Printing Office Washing-
ton p102 Sverdrup H U and Munk W H 1947 Wind, Sea and Swell:
Theory of Relations for Forecasting US Navy Hydrographic Office
Publication No. 601 USA
Tucker M J 1991 Waves in Ocean Engineering, Measurement, Analysis
and Interpretation Ellis Horwood Ltd. England pp 50-54 Wicak-
sono P P, Handoyo G dan Atmodjo 2016 Analisa Peramalan Pasang
Surut dengan metode Admiralty dan Autoregressive Integrated
Moving Average (ARIMA) di perairan pantai Widuri Kabupaten
Pemalang J. Oseanografi 5 No 4 p 491
G
unung bawah laut Etape II di perairan Laut Halma-
menampilkan berbagai hera. Temuan awal yang diper-
proses oseanografi fisik, oleh adalah adanya diapycnal mix-
yang memiliki efek pada proses ing di sekitar gunung bawah laut
bio-geo-kimia yang mengakibat- dengan sirkulasi laut global pada
kan variabilitas besar dalam ke- lapisan permukaan atas (0 - 500
limpahan kehidupan. Gunung m) didominasi oleh masa air Pa-
bawah laut maupun fitur bawah cific Equatorial Water (PEW) serta
laut lainnya dapat mempengaruhi lapisan termoklin ditemukan pada
percampuran massa air serta arus kedalaman sekitar 120 – 160 m
di perairan tersebut. Karakteristik dengan massa air South Pacific Sub-
kolom air dan pencampuran mas- tropical Water (SPSW). Sedangkan
sa air di suatu perairan juga san- untuk penentuan gunung bawah
gat diperlukan untuk pelayaran laut aktif (submarine volcanoe) ber-
dan pengaruhnya terhadap peru- dasarkan karakteristik hidroter-
bahan iklim. Namun, informasi mal kolom air, tidak menunjukkan
mengenai kondisi fisik kolom air adanya peningkatan suhu di seki-
di perairan Laut Halmahera ma- tar puncak gunung bawah laut
sih sedikit. Oleh karena itu, tu- (seamount) dimana temperatur ko-
juan dari penelitian ini adalah un- lom air menurun dengan pertam-
tuk menentukan stratifikasi dan bahan kedalaman hingga di pun-
karakteristik percampuran massa cak gunung bawah laut (395 m).
air sekitar gunung bawah laut ber- Profil temperatur pada kedalaman
dasarkan profil kolom air dengan 350 - 400 m adalah berkisar antara
menggunakan CTD yoyo selama 8 - 10 °C.
• Perlu analisis lebih lanjut data sampel air yang diambil di sekitar pun-
cak gunung bawah laut. Pengambilan sampel air di sekitar gunung
bawah laut untuk analisis gas ataupun kandungan kimia adalah pa-
rameter kunci dalam vulkanologi. Pengambilan sampel air ini mem-
butuhkan perlakukan khusus untuk menjaga komposisi cairan tidak
berubah selama perjalanan kembali ke permukaan laut dan selama
masa penyimpanan dan pengiriman ke laboratorium.
• Selain pengambilan sampel air di sekitar gunung bawah laut; pen-
gujian submarine volcanoe dengan menggunakan beberapa metode
sangat direkomendasikan.
Daftar Pustaka
Abstrak
B
MKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) sebagai
salah satu Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) ber-
peran penting dalam penyediaan informasi terkait cuaca kema-
ritiman. Dukungan BMKG diwujudkan melalui peresmian program
Ocean Forecast System (OFS) pada 31 Maret 2017. OFS mampu men-
dukung kebutuhan analisa dan prediksi cuaca kelautan hingga 7 hari
kedepan. Melalui kegiatan Ekspedisi Jala Citra I – 2021 Aurora, salah
satu prakiraan sistem OFS berupa unsur kecepatan angin diverifikasi
secara langsung menggunakan alat AWS Airmar yang terpasang pada
kapal milik TNI AL. Hasil dari penelitian tersebut dari total sebanyak
80 data yang sesuai dengan hasil pengamatan sebanyak 61 data (76,3 %)
dan tidak sesuai sebanyak 19 data (23,8 %).
Metodologi
Temuan Awal
Rekomendasi
Daftar Pustaka
P
sebagai salah satu pulau terdepan
ulau Yiew merupakan salah perbatasan Indonesia dengan Neg-
satu pulau terluar yang be- ara lain (Dirjen P3K DKP RI, 2002)
rada di bibir Samudera Pas- sehingga memungkinkan adanya
ifik pada sisi sebelah Timur Pulau ganguan dari masyarakat negara
Halmahera. Pulau ini berbatasan dan daerah lain. Secara geograf-
langsung dengan Republik Pa- is Pulau Yiew terletak pada po-
lau dan Secara administratif Pu- sisi 129º08’30” BT dan 00º43’39”
lau Yiew merupakan bagian dari LU memiliki luas kurang lebih
wilayah kecamatan Patani Utara, 181.747,84 m2, atau 18,17 ha yang
Kabupaten Halmahera Tengah dikelilingi oleh tebing batu ka-
Provinsi Maluku Utara yang ber- rang dan terdapat hamparan pasir
jarak kurang lebih 32 mil laut dari putih kurang lebih 50 m di bagian
berkarang dan pantai landai hutan tropis adalah kayu besi dan
berpasir putih. Pantai terjal rotan yang tumbuh alami serta
berkarang ditemukan hampir tanaman pisang dan pepaya yang
diintroduksi penduduk sekitar.
P
andemi Covid-19 ber- ketahanan sosial Markus Keck &
dampak signifikan pada Sakdapolrak yang terdiri dari tiga
pariwisata di Indonesia dimensi, yakni kapasitas coping,
dan dunia, tidak terkecuali di ka- kapasitas adaptif, dan kapasitas
wasan ekowisata bahari Kabu- transformasi.
paten Raja Ampat. Penelitian ini Hasil penelitian memaparkan
bertujuan untuk menganalisis, bahwa masyarakat yang
yang pertama, dampak pandemi bermatapencaharian di bidang
Covid-19 terhadap kehidupan pariwisata pada kawasan
sosial-ekonomi masyarakat dan ekowisata bahari Kabupaten
pelaku usaha yang bermatapenca- Raja Ampat mengalami dampak
harian di bidang pariwisata. Selan- pandemi. Beberapa masyarakat
jutnya, yang kedua menganalisis melakukan alih profesi sebagai
ketahanan sosial pengelola ekow- upaya bertahan hidup, dan
isata bahari Raja Ampat dalam sebagian berkreasi dengan
menghadapi kondisi pandemi. profesinya. Pemerintah, yakni
Pengambilan data dilakukan se- Dinas Pariwisata Kabupaten Raja
cara observasi non-partisipatif Ampat berupaya beradaptasi
dan interview mendalam yang dip- dengan kondisi pandemi dengan
Analisis Data
Data hasil observasi non partisipatif dan wawancara dianalisis
menggunakan teori ketahanan sosial dari Keck dan Sakdapolrak yang
meliputi tiga dimensi, yaitu: kapasitas coping, kapasitas adaptif, dan
kapasitas transformatif. Data akan direduksi dan disajikan sesuai
dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis menggunakan teori
ketahanan sosial yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Hasil Penelitian
Informan:
1. Bapak Engelbert Wader (Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Raja
Ampat)
2. Bapak Zulficar Alexander Teppy, S.Par (Pengelola Resort AFU, Kota
Waisai, Kabupaten Raja Ampat)
3. Bapak Ruben Sauyai (Professional Association of Divers Raja Ampat)
S
aat ini, belum ada teknologi
tunggal yang dapat
memetakan topografi dan
Latar Belakang
batimetri pantai tersebut secara
sekaligus, sehingga dapat mencapai Pemetaan topografi dan batimetri
akurasi data yang ditentukan. lingkungan pantai sangat penting
Untuk mencapai tingkat akurasi dilakukan untuk mendapatkan
tertentu, pemetaan topografi data yang dapat dimanfaatkan
pantai harus menggunakan untuk proses berbagai macam
teknologi yang berbeda dengan studi terhadap lingkungan pantai
pemetaan batimetrinya. Pada itu sendiri (Parker, B, 2002). Saat
penelitian ini, akuisisi data ini, belum ada teknologi tunggal
topografi menggunakan drone yang dapat memetakan topogra-
lidar dan batimetri dengan fi dan batimetri pantai tersebut
pengolahan data SDB, dan secara sekaligus, sehingga dapat
validasi dengan akuisisi data mencapai akurasi data yang di-
insitu menggunakan singlebeam tentukan (Quadros, dkk., 2008).
echosounder dengan wahana USV. Untuk mencapai tingkat akur-
Integrasi data topografi dan asi tertentu, pemetaan topografi
batimetri pantai akan dilakukan pantai harus menggunakan te-
proses analisis penentuan vertikal knologi yang berbeda dengan
datum dengan data input pasang pemetaan batimetrinya. Kare-
surut, sehingga penggabungan na perbedaan teknologi, untuk
keduanya dapat diperoleh mengintegrasikan kedua data
permukaan yang seamless. Hasil tersebut diperlukan proses anali-
analisis dan penentuan datum sis, sehingga datum dan proyeksi
vertikal untuk integrasi data lidar yang digunakan dapat konsisten
dan batimetri akan diperbarui (Wilson, dkk., 2018).
lebih lanjut.
Bunga Rampai Ekspedisi Jala Citra I - 2021 Aurora 215
Pada penelitian ini, proses proses analisis penentuan vertikal
akuisisi data topografi pantai datum dengan data input pasang
dilakukan dengan menggunakan surut, sehingga penggabungan
teknologi drone lidar Microdrones keduanya dapat diperoleh
mdLidar1000. Teknik pemetaan permukaan yang seamless.
menggunakan drone lidar
memiliki potensi yang besar untuk Tujuan
menghasilkan data topografi dan
perubahan garis pantai secara
1. Melakukan integrasi data
cepat dan akurat (Lin, dkk., 2019).
Sedangkan proses akusisi data topografi dan batimetri pantai
batimetri perairan dangkal pantai untuk meningkatkan efisiensi
akan diperoleh dari pengolahan biaya, kualitas hasil, dan cak-
data citra satelit atau satellite- upan data.
2. Melakukan integrasi data
derived bathymetry (SDB) dengan topografi dan batimetri pan-
perangkat lunak dari EOMAP dan tai dengan analisis penentuan
data input citra satelit GeoEye. vertikal datum.
Satellite-derived bathymetry
(SDB) adalah salah satu aplikasi Metodologi
yang berkembang dari akuisisi
ruang angkasa menggunakan
pengamatan penginderaan a) Akuisisi Data
jauh secara optik. Data SDB
menawarkan data kedalaman Proses akuisisi data topografi
dengan biaya yang rendah dan dilakukan menggunakan drone
hasil yang cepat dibandingkan lidar, sedangkan data batimetri
dengan teknik pengambilan didapat melalui pengolahan
batimetri lainnya yang dikenal, data SDB dan validasi dengan
seperti survei insitu (Green, E. akuisisi data insitu menggunakan
P., dkk., 2000). Selanjutnya, akan singlebeam echosounder dengan
dilakukan validasi terhadap data wahana USV. Akuisisi data
SDB menggunakan survei insitu topografi menggunakan drone
pengukuran singlebeam echosounder lidar dan batimetri menggunakan
dengan wahana USV. USV singlebeam echosounder
Integrasi data topografi dan dilakukan pada tanggal 7
batimetri pantai akan dilakukan September 2021 dengan area studi
Pulau Yiew.
Rekomendasi
Lin, Y.C, Cheng, Y.T., Zou, T., Ravi, R., 2019. Evaluation of UAV
LiDAR for Mapping Coastal Environments. Remote Sens. 2019,
11, 2893; doi:10.3390/rs11242893
Parker, B., 2002. The Integration of Bathymetry, Topography and
Shoreline and the Vertical Datum Transformations behind It.
International Hydrographic Review Vol. 3 No. 3 (new series)
November 2002
Quadros, N.D., Collier, P.A., Fraser, C.S., 2008. Integration of Bathy-
metric and Topographic Lidar: A Preliminary Investigation.
The International Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII. Part B8.
Beijing 2008
Abstrak
S
ebagai salah satu penyedia solusi survei darat, laut dan udara di
Indonesia, PT Hidronav dengan antusias mendukung para peneliti
dan PUSHIDROSAL untuk mensukseskan Ekspedisi Jala Citra I
“Aurora”. Dalam kegiatan ini kami membawa TVG Gradiometer dan
miniROV untuk dapat digunakan pada kegiatan ini. TVG Gradiometer
diharapkan dapat mendukung kegiatan identifikasi terhadap temuan
di dasar perairan dari segi anomali magnetiknya. MiniROV diharapkan
dapat mendukung kegiatan identifikasi fisik temuan yang ada di
perairan Halmahera dan Papua.
K
bukaan ke timur-tenggara. Pen-
eberadaan fitur gunung
gamatan megaskopis pada sam-
bawah laut di Indonesia
pel sedimen yang didapatkan dari
belum banyak diungkap,
kawah menunjukkan adanya cang-
Badan Geologi baru mencatat 4
kang foraminifera yang terendap-
gunung tipe A dan 2 gunung tipe
kan di kawah tersebut. Cangkang
B. Salah satu yang diduga merupa-
tersebut menunjukkan bahwa ti-
kan fitur gunung bawah laut bera-
dak ada aktivitas vulkanisme pada
da di Selat Manipa. Penelitian ini
kawah tersebut sejak cangkang di-
dilakukan untuk mengidentifikasi
endapkan. Ditemukan juga frag-
fitur gunung bawah laut dan ak-
men batuan vulkanik yang diduga
tivitasnya. Beberapa metode yang
bahwa lokasi tersebut merupakan
digunakan untuk mengetahui ak-
area vulkanik di masa lampau.
tivitas gunung adalah mengambil
Hasil analisis signal
data CTD, MBES, Marine magne-
geomagnet menunjukkan pola
tometer, SBP, dan sampel air di atas
anomali magnet tinggi pada
bentukan kawah yang dibanding-
batuan vulkanik di sekitar area
kan dengan lokasi kontrol; serta
tubuh gunung bawah laut yang
sampel batuan dari sekitar kawah.
memanjang berarah baratlaut -
Data CTD menunjukkan tidak ada
tenggara, serta di bagian timurlaut
perubahan suhu yang berarti pada
yang berasosiasi dengan batuan
kolom air di sekitar kawah. Data
Gambar 4. Data survey geomagnet hasil survei (a), dan data hasil
reduce to equator (b)
5) yang menunjukkan pola anomali
b) Analisis data
magnet tinggi pada batuan
Data hasil survey geomagnet
vulkanik di sekitar area tubuh
di selat Manipa (Gambar 4a)
gunung bawah laut yang
kemudian dilakukan proses reduce
memanjang berarah baratlaut -
to equator menghasilkan peta
tenggara, serta di bagian timurlaut
magnetisasi pada Gambar 4b. Dari
yang berasosiasi dengan batuan
hasil analisis signal geomagnet
beku vulkanik. Sedangkan anomali
didapatkan peta analisis (Gambar
magnet rendah di sekitar puncak
MANIPA 0 MANIPA 2
Lokasi 10342°S; 127.44639°E, Keda- Lokasi : 3.743582°S; 127.56651°S, Kedalaman
laman 301 m, tanggal pengambi- 905 m, tanggal pengambilan 8 Oktober 2021
lan 29 September 2021 Pukul 18:15 pukul 22:59 WIT
WIT
Abstrak
P
enelitian ini dilakukan untuk melakukan identifikasi fitur gunung
bawah laut dan aktivitasnya. Beberapa cara yang digunakan un-
tuk mengetahui aktivitas gunung adalah mengambil data CTD
dan sampel air di atas bentukan kawah yang dibandingkan dengan lo-
kasi kontrol; dan sampel batuan dari sekitar kawah. Data CTD menun-
jukkan tidak ada perubahan suhu yang berarti pada kolom air di sekitar
kawah. Pengamatan megaskopis pada sampel sedimen yang didapat-
kan dari kawah menunjukkan adanya cangkang foraminifera yang ter-
endapkan di kawah tersebut. Cangkang tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada aktivitas volkanisme pada kawah tersebut sejak cangkang di-
endapkan.
Latar Belakang
Metodologi
a) Akuisisi data
Data CTD dan sampel air diambil di atas bentukan kawah dan
satu lokasi kontrol ke arah barat bentukan gunungapi dengan meng-
gunakan rosette water sampler KC Denmark yang dilengkapi dengan
CTD Valeport Midas 6000. Sampel diambil di lereng, puncak dan ben-
tukan kawah dengan menggunakan grab sampler (Gambar 1).
b) Analisis data
Data CTD diplot sebagai grafik kedalaman terhadap suhu dan
kedalaman terhadap salinitas untuk kedua lokasi. Sampel sedimen dan
batuan diambil dengan menggunakan grab sampler. Deskripsi sampel
sedimen dan batuan yang didapatkan dilakukan secara megaskopis
yang meliputi ukuran , warna, bentuk, dan komposisi.
MANIPA 1
MANIPA 2
MANIPA 4
MANIPA 3
Abstrak
Kata Kunci: batuan dan sedimen permukaan, gunung laut, Selat Manipa
Gambar 1. Lokasi Area Invest 1 dan Invest 2 Ekspedisi Jala Citra-I 2021
Aurora Etape IV.
a) Akuisisi data
Pengambilan batuan dan sedimen dasar laut dilakukan menggu-
nakan grab sampler tipe van Veen berukuran 20 cm yang dimiliki oleh
KRI SPICA 934, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL. Pengam-
bilan sampel dilakukan di bagian puncak gunung laut sebanyak satu
stasiun di Area Invest 1 dan tiga stasiun di Area Invest 2 dengan berb-
agai kedalaman dasar laut sesuai dengan hasil pengukuran batimetri
multibeam di lokasi stasiun (Tabel 1).
Kedalaman
Area Stasiun Lat Lon Tanggal Waktu
(m)
Invest 1 MANIPA 0 -3.10342 127.44639 301 29/09/21 18:15
Invest 2 MANIPA 2 -3.72585 127.56651 905 08/10/21 22:59
Invest 2 MANIPA 3 -3.74358 127.57006 608 09/10/21 23:08
Invest 2 MANIPA 4 -3.73982 127.57521 719 10/10/21 00:20
Deskripsi:
Fragmen batupasir/greywacke berwarna abu-abu berukuran 5 cm, kom-
pak, ukuran butir pasir halus-sedang, sortasi cukup baik, komposisi
kuarsa, feldspar, litik batuan. Selain itu terdapat fragmen koral dan
cangkang moluska berukuran kerakal dan matriks berupa fragmen
koral, cangkang moluska berukuran pasir sangat kasar-kerikil.
Deskripsi:
Sedimen pasir kasar pasir kasar, warna abu-abu muda kekuning-kun-
ingan, sortasi baik, menyudut tumpul, komposisi terdiri dari foramin-
ifera (>80%), fragmen cangkang moluska dan koral, mineral dan/atau
litik berwarna abu-abu dan hitam.
Deskripsi:
Sedimen pasir sedang-sangat kasar sedikit lumpuran, warna abu-abu
kekuning-kuningan, sortasi buruk, menyudut lancip, komposisi terdiri
dari fragmen cangkang moluska berwarna cokelat kemerah-merahan,
berukuran kerikil-kerakal, matriks foraminifera, pecahan cangkang
moluska dan koral, litik, mineral berwarna abu-abu dan hitam.
Deskripsi:
Fragmen batuan beku vulkanis berwarna abu-abu gelap sampai hitam
di bagian luar, abu-abu ketika dikupas, berukuarn 1-2,5 cm, menyudut
lancip tekstur porfiroafanitik, fenokris terdiri dari plagioklas dan pirok-
sen dengan massa dasar mineral-mineral mafik. Selain itu terdapat
fragmen cangkang moluska dan matriks berupa pasir sedang sampai
kerikil dengan komposisi litik batuan vulkanis berwarna abu-abu gelap
sampai hitam, pecahan cangkang moluska dan koral, serta foraminifera.
Abstrak
P
enelitian ini dilakukan untuk menerapkan pemanfaatan data GPS
tide untuk diaplikasikan pada koreksi data batimetri saat melaku-
kan survei lepas pantai dan laut dalam. Penerapan metode ini
sangat efektif jika diterapkan pada kegiatan survei hidro-oseanografi
yang dilakukan di perairan Indonesia, terutapa pada area yang jauh
dari pesisir atau tidak terdapat koreksi pasang surut lokal terdekat. Jika
merujuk pada kegiatan survei dan pemetaan laut dalam yang dilaku-
kan oleh Pushidrosal, perairan yang memiliki kedalaman >200 m ti-
dak dilakukan penyurutan atau tidak dilakukan koreksi pasang surut,
namun demikian data batimetri akan mengalami timpang (tidak men-
yambung) antara lajur satu dengan yang lainnya, hal ini dikarenakan
koreksi fluktuasi pasang surut (muka laut) tidak benar-benar masuk
terhadap data batimetri. Dengan menggunakan metode koreksi data
batimetri menggunakan GPS tide, dapat koreksi pasang surut dapat
diperoleh dengan cara melakukan extrasi data batimetri menjadi data
tinggi antenna GPS terhadap ellipsoid.
Kata Kunci: Laut dalam, koreksi pasang surut, GPS tide, pemeruman,
batimetri, co-tidal chart.
Metodologi
a) Akuisisi data
Data GPS tide diperoleh dari hasil extraksi data Multibeam echo-
sounder yang terlebih dahulu dilakukan proses cleaning dan koreksi
Sound of velocity (SVP) agar data yang dihasilkan benar-benar bersih
dari pengaruh refraksi akustik dan noise yang menyebabkan out layer
atau noise pada data Multibeam echosounder. Data GPS tide merupakan
hasil perekaman ketinggian antenna GPS terhadap ellipsoid yang secara
otomatis sudah berada di dalam (include) data Multibeam echosounder.
Dimana;
C h a r t e d = Kedalaman yang digambarkan pada PLI.
Depth
b) Analisis data
Analisa dan perbandingan data dilakukan antara data tanpa korek-
si pasang surut dengan data hasil koreksi pasang surut dari data GPS
tide. Metode koreksi pasang surut ini akan lebih baik dibandingkan jika
data Multibeam tersebut tidak dilakukan penyurutan (Gambar 5).
Hasil Awal
Koreksi data hasil reduksi (penyurutan) pasang surut GPS tide ter-
hadap data batimetri menunjukkan hasil yang baik, dimana data Multi-
beam echosounder antara lajur satu dengan lajur yang lainnya bertimpa-
lan atau tidak terjadi gap antar data.
E
kspedisi Jala Citra I “2021” didukung secara aktif oleh peneliti
Aurora ini merupakan kegia- dari Pushidrosal serta peneliti-pe-
tan kolaborasi penelitian un- neliti dari Kementerian/Lembaga
tuk mengeksplorasi serta memper- terkait, peneliti dari beberapa per-
barui data batimetri, memperbarui guruan tinggi nasional, dukungan
dan melaksanakan penamaan fitur teknisi dari industri serta prajurit
bawah laut yang tampak pada PLI yang bertugas di KRI Spica-934.
No. 402 pada wilayah Laut Halma- Kegiatan ekspedisi ini berlangsung
hera dan Papua dan juga kelautan kurang lebih selama 2 bulan yang
di sekitar Perairan Halmahera. Ke- dimulai dari Bulan Agustus 2021
giatan penelitian ini akan berlayar dan berakhir pada Bulan Oktober
menggunakan kapal riset KRI Spi- 2021.
ca-934 dan dalam pelaksanaannya Dalam kegiatan ekspedisi
U
UNCLOS 88
underwater hazard 54
Unmanned Surface Vehicle 129
unsupervised classification 139
W
weakness 102, 103
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 86
WPP 86
Y
Yiew 187, 188, 191
Yiew Island 124
Z
ZEE 88
ZEEI 93