Anda di halaman 1dari 25

Enhancing Marine

Observation, Forecast and


Analysis Through MMS1
Project

Narasumber
Dr. Andri Ramdhani
Pusat Meteorologi Maritim BMKG
Latar Belakang Aktivitas lalu lintas kapal

Posisi indonesia yang berada diantara 2 samudera (India & Pasifik) menjadikan
wilayah ini memiliki kondisi cuaca & iklim yang bervariasi. Selain itu, letak indonesia
ini juga menjadi lokasi yang strategis dalam aktivitas pelayaran antar negara.
Berdasarkan data Automatic Identification System (AIS), setiap harinya ada sekitar
8000-9000 vessel (kapall) yang melintas di Perairan Indonesia.
Latar Belakang
Kontribusi GDP

Sektor Maritim berperan dalam pengaruh pasar terhadap GDP Indonesia. Sektor
pelayaran maritim menjadi sumber GDP terbesar ke-3 bagi indonesia (11,4%) dibawah
sektor pemerintahan serta pertanian & peternakan. Dikarenakan aktivitas pelayaran
yang aktif, maka diperlukan informasi pelayanan prakiraan cuaca serta informasi
maritim yang akurat untuk mendukung kegiatan pada sektor maritim ini.
Proyek Penguatan Informasi meteorologi maritim
MMS-1 (Marine meteorological System)
merupakan solusi yang dapat diterapkan
dalam peningkatan informasi meteorologi
maritim dalam mendukung kegiatan pada
bidang kelautan di seluruh sektor.

Proyek ini diinisiasi oleh BMKG pada tahun


2020. Proyek ini merupakan prioritas nasional
dalam menguatkan pelayanan meteorologi
maritim secara nasional dengan
mengembangkan infrastruktur observasi
maritim & teknologi prakiraan cuaca.

Pengembangan proyek ini berlangsung


selama 4 tahun, dari tahun 2020-2024.
Proyek Penguatan Informasi meteorologi maritim
Proyek ini akan menghasilkan end to end
system, dimana rangkaian prosesnya dimulai
dengan observasi, kemudian pemrosesan data,
produksi informasi cuaca dan diakhiri dengan
diseminasi informasi kepada pengguna.
Untuk memastikan peningkatan informasi
meteorologi maritim yang modern dalam
mendukung kegiatan pelayaran, maka
diperlukan dukungan fasilitas modern serta
terintegrasi yang berfungsi pada pengumpulan
data meteorologi maritim dan sistem
pemrosesan prakiraan cuaca.

End to end system pada


proyek MMS-1
MMS-1 Overview
Proyek MMS-1 dibagi menjadi 4
bagian utama dalam sistem
kerjanya.
1. System Observasi
2. Forecasting & Sistem
Produksi Informasi
3. Infrastruktur IT &
Komunikasi
4. Pelayanan Transversal
(Transversal Services)
4 bagian MMS-1 Project
MMS-1 Overview
Sistem observasi ini berfokus pada penyaluran data,
instalasi alat pengamatan, dan dukungan operasional.
Serta meliputi maintenance serta pengumpulan data
meteorologi maritim dari instrumen pengamatan maritim.
Instrument maritim yang digunakan terdiri dari
Sistem 1. Drifter
Observasi 2. Argo float
3. HF Radar
4. AWS Maritim & AWS Kapal.
MMS-1 Overview
Untuk menghasilkan sistem prakiraan meteorologi maritim
yang akurat, diperlukan unsur sebagai berikut
1. Model dengan cakupan domain maritim indonesia,
dengan menggunakan coupling model
(Laut/atmosfer/darat), serta pendekatan yang
digunakan khususnya pada asimilasi data yang
digunakan dalam prakiraan.
Sistem Prakiraan
& Produksi 2. Menyebarluaskan produk informasi meteorologi
maritim untuk pengguna.
MMS-1 Overview
Untuk menghasilkan sistem prakiraan meteorologi maritim
yang akurat, diperlukan Perangkat IT yang mendukung.
Kebutuhan perangkat IT ini digunakan pada hal-hal berikut.

1. Sebagai Host (penyedia) dan sarana untuk melakukan


proses Running Model
Infrastruktur IT 2. Menyimpan serta menyebarluaskan data & produk dari
dan sistem data pengamatan yang belum diolah hingga produk
komunikasi yang telah disempurnakan.
MMS-1 Overview
Bagian ini memiliki peran dalam mengumpulkan semua
layanan yang dibutuhkan dalam menjalankan proyek
MMS-1.
Layanan yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.
1. Integrasi pelayanan
2. Rancangan studi spesifik (Detailed Design Study)
Transversal 3. Capacity building
Services 4. Manajemen proyek
5. Layanan technical support
Sekilas MMS-1

- Sistem observasi : profiling


float (24+24), MAWS (40),
Vessel AWS (40), Ocean
Drifter (74), serta HF
Coastal Radar (2 Unit).
- CAWO (Coupled
Atmosphere Wave Ocean)
yang dimanfaatkan sebagai
model pada tahap Forecast
Product
Pengamatan Maritim di BMI
sumber : ocean-ops.org/jcommops
Sistem pengamatan
maritim di laut Indonesia
masih kurang banyak jika
dibandingkan sistem
pengamatan maritim di
Samudera hindia &
pasifik.

kurangnya sistem
pengamatan maritim ini
berdampak pada
operasional BMKG pada
bidang informasi maritim.
Ketersediaan Drifter di perairan Indonesia
Drifter merupakan instrumen
standar dalam pengamatan
maritim berdasarkan ketentuan
program GOOS.

Fungsi Drifter ini sebagai


perangkat pengukur Suhu Muka
Laut, Surface Current, Salinity,
serta suhu pada tiap-tiap lapisan
kedalaman.

Dari data drifter program selama


30 tahun, dapat dilihat ada total 65
drifter yang terdapat pada laut
indonesia. Dengan rincian pada
keterangan berikut.
Peta Sebaran Argo Float
Gambar disamping merupakan
peta sebaran argo float dunia
selama 10 tahun.

Sedikitnya instrumen argo float


serta drifter di perairan indonesia
berdampak pada kurangnya
informasi maritim pada beberapa
perairan di Indonesia.

Hal inilah yang menjadi fokus


program MMS-1 untuk
memperbanyak instrumen
pengamatan maritim untuk
memperbanyak data informasi
maritim.
Rencana Penyediaan Drifter & Argo float Tahun 2022-2024

Selama program MMS-1 berjalan dari tahun 2022-2024 direncanakan akan dilakukan
penambahan instrumen observasi yang terdiri dari 74 Drifters (D) dan 48 Argo Floats
(Ac & Ai)
Penyebaran Pertama (Maret-May 2022)

Telah disebar total 15 Drifter dan 10 Argo Floats di Karimata, Riau, Laut Banda,
Barat Laut Banda, dan Selat Makassar.
Status Drifter dan Floats Per Oktober 2022
Marine AWS (MAWS)
Peta Lokasi MAWS di Indonesia

Total terdapat 40 MAWS yang tersebar di wilayah Indonesia.


Vessel AWS (AWS Kapal)

AWS Kapal dapat memberikan informasi kondisi cuaca maritim pada trayek
pelayaran yang dilewati kapal tersebut, sehingga dapat menghasilkan informasi
terkait kondisi cuaca dominan pada suatu trayek.
HF Radar

HF Radar yang dimiliki BMKG dipasang pada wilayah operasional selat sunda dan selat lombok.
Wilayah ini menjadi prioritas pemasangan HF Radar, dikarenakan wilayah ini merupakan
penghubung antara dua pulau dengan aktivitas transportasi yang lumayan padat
Couple Atmosphere Wave Ocean (CAWO)
Coupling digunakan dalam
prakiraan cuaca maritim
dikarenakan dalam
prakiraan harus
memperhatikan pengaruh
interaksi laut, daratan dan
atmosfer.
Spesifikasi CAWO
Hasil Awal keluaran CAWO
Hasil keluaran dari model CAWO
menjelaskan bahwa peningkatan
ocean mixing dari air-sea-wave
coupling menghasilkan penurunan
suhu muka laut pada beberapa
wilayah. Hal ini berdampak
pemanasan permukaan,
kelembaban dan momentum
fluxes.
Hasil keluaran ini dapat digunakan
dalam menggambarkan dinamika
interaksi atmosfer-laut yang
bermanfaat dalam mitigasi
perubahan cuaca ekstrim serta
perubahan iklim
Tujuan MMS-1
1. Meningkatkan akurasi informasi klimatologi dan cuaca terkhusus pada cuaca
maritim, terkhusus di cuaca maritim dan peringatan keadaan di laut.
2. Meningkatkan jaringan observasi maritim yang melingkupi seluruh perairan
indonesia yang dapat diandalkan, terintegrasi, user friendly, dan dapat diakses
publik.
3. Meningkatkan kapabilitas BMKG dalam mendukung seluruh sektor maritim dan
kebijakan pemerintah dengan terintegrasi dan diandalkan melalui marine
forecasting & analysis system.
4. Meningkatkan pemahaman hubungan fenomena interaksi atmosfer dengan laut
dan perannya dalam variabilitas cuaca dan klimatologi di BMI.
5. Meningkatkan SDM untuk dapat mengatur data Met Ocean dan
pengoperasiannya.

Anda mungkin juga menyukai