Anda di halaman 1dari 20

Praktik Meteorologi Maritim

Analisis Kondisi Parameter Suhu Muka


Laut, Long Wave Radiation, Sea Level
Pressure, dan Kecepatan Angin Pada
Tahap Siklogenesis Siklon Tropis
Amphan

Wahyu Sulistiyono | M. Ridwan Prasetya | M. Jihad Asshidiq


Subjek Penelitian
A. Deskripsi Siklon Tropis Amphan
• Siklon Tropis Amphan merupakan badai siklonik pertama yang terjadi
di Teluk Benggala dengan kecepatan angin mencapai lebih dari 200
Km/Jam, sejak kejadian siklon tropis Odisha pada 1999 (Gopal et al,
2021).

• Pembentukan area bertekanan rendah yang memicu pertumbuhan


bibit siklon Amphan telah terdeteksi pada tanggal 13 Mei. Kondisi
diwilayah bertekanan rendah tersebut juga didukung oleh kondisi suhu
muka laut yang hangat dengan kisaran nilai 32-34 derajat celcius, dan
terdapat windshear vertical pada lapisan permukaan sehingga
mendukung pembentukan siklon tropis pada tanggal 16 Mei.
Subjek Penelitian
B.Trajektori Siklon Tropis Amphan • Bibit Siklon Tropis BOB 01 telah teridentifikasi
pada tanggal 15 Mei, pada wilayah Teluk Benggala
di 87 BT 10 LU.
• Pada tanggal 16 Mei, bibit siklon telah
berkembang menjadi sistem siklon tropis.
• Pada tanggal 17 Mei, siklon Amphan telah
mencapai kategori Severe Cyclonic Storm dengan
posisi 86 BT 11.4 LU.
• Pada tanggal 18 Mei, Siklon Amphan telah
mencapai kategori Extremely Severe Cyclone.
• Pada tanggal 19 Mei Siklon Tropis Amphan telah
mencapai kategori Super Cyclone dengan lokasi
pada 86.6 BT 14.7 LU.
• Tahap Pelemahan berlangsung pada tanggal 20
Mei, dikarenakan sistem siklon tropis sudah
mendekati daratan dan menuju fase landfall
Pengkategorian Kekuatan Siklon Berdasarkan Nilai Dvorak T-Number
(memasuki wilayah daratan)
A. (2020). Super cyclonic storm amphan 2020. Retrieved October 24, 2022, from https://www.accuweather.com/en/hurricane/indian/amphan-2020
Data Yang Digunakan
Data parameter diperoleh dari RAMA Buoy yang beroperasi pada
wilayah Samudera Hindia (Khusunya pada Teluk Benggala)

Suhu Muka Laut Long Wave Radiation


01 Digunakan sebagai indikator
kondisi muka laut dalam proses
02 Digunakan sebagai indikator
Tutupan Awan. Nilai LW yang
pembentukan siklon tropis. kecil menandakan tutupan awan
yang banyak, begitu pula
sebaliknya (Huong, 2018).

Sea Level Press


03 Digunakan untuk mengetahui 04 Kecepatan Angin
Digunakan untuk mengetahui
perubahan tekanan selama nilai kecepatan angin pada
siklogenesis. wilayah di sekitar siklon.

Sumber Data : https://www.pmel.noaa.gov/tao/drupal/disdel/


Metode
A. Analisa Suhu Muka Laut
Analisa Suhu Muka Laut digunakan untuk mengetahui kondisi perubahan suhu muka laut,
apakah suhu muka laut tersebut mendukung pembentukan siklon tropis atau melemahkan
sistem siklon tropis tersebut. Nilai suhu muka laut yang mendukung pembentukan siklon tropis,
jika nilai suhu muka laut melampaui ambang batas yang ditetapkan oleh Gagdil et al (1984)
pada wilayah teluk benggala dengan nilai sebesar 28 derajat celcius.

B. Analisa Long Wave Radiation


Analisa Long Wave Radiation digunakan untuk melihat pola nilai pancaran Long Wave
Radiation pada tahap siklogenesis siklon tropis Amphan. Pancaran long wave radiation
merupakan besaran nilai radiasi yang dipancarkan oleh permukaan laut ke atmosfer. Dimana
nilai Long wave radiation ini juga dipengaruhi tutupan awan yang menghambat pancaran radiasi
ke atmosfer. Tutupan awan yang tebal mempengaruhi penurunan nilai LW, sementara tutupan
awan yang tipis menyebabkan peningkatann nilai LW (Huong, 2018).
Metode
C. Analisa Nilai Tekanan Muka Laut & Kecepatan Angin
Analisa tekanan muka laut digunakan untuk mengetahui kondisi penurunan tekanan selama
proses perkembangan siklon tropis, serta mengamati kenaikan tekanan pada fase pelemahan
siklon tropis.
Analisa kecepatan angin digunakan untuk melihat peningkatan angin pada area sekitar pusat
siklon selama proses penguatan siklon tropis.

Data parameter SST, LW, Kecepatan Angin, dan Tekanan Muka Laut diunduh dalam format
ASCII untuk kemudian diolah terlebih dahulu dengan Spreadsheet dan ditampilkan dalam
bentuk grafik dalam periode waktu harian.
Analisa SST
(Suhu Muka Laut)

Tahap Pertumbuhan - Pelemahan


Analisa Suhu Muka Laut

Fase Pertumbuhan & Perkembangan


Pada analisa SST, periode data dibagi menjadi 2 bagian. Periode pertumbuhan & perkembangan diamati pada
tanggal 15-17 Mei, dengan lokasi difokuskan pada RAMA Buoy di Titik 90 BT 12 LU. Sementara pada fase matang dan
peluruhan diamati pada tanggal 18-20 Mei dengan lokasi difokuskan pada Rama Buoy di titik 90 BT 15 LU. Pada
tahap perkembangan, nilai SST melebihi suhu 30 derajat celcius, dengan nilai tertinggi terukur pada tanggal 15 Mei
yang merupakan tahap perkembangan bibit siklon BOB 01. Nilai SST pada rentang waktu 15-17 Mei dengan rataan
nilai sebesar 30 °C, telah melewati nilai rata-rata ambang batas sebesar 28°C yang ditetapkan oleh Gadgil (1984).
Rataan suhu yang tergolong hangat tersebut mendukung perkembangan Siklon Tropis secara signifikan. Nilai SST
yang hangat akan meningkatkan laju penguapan air laut serta membuat kondisi udara permukaan yang labil dan ideal
bagi perkembangan siklon tropis.
Analisa Suhu Muka Laut

Fase Matang & Peluruhan


Saat fase Matang hingga peluruhan, sistem siklon tropis amphan bergerak ke utara dari 12 LU menuju
15 LU. Akibat pergerakan Siklon ini, maka data observasi yang digunakan pada fase ini menggunakan
periode 18-20 Mei. Suhu muka laut pada periode 18-20 Mei masih berada pada rataan diatas 30 °C.
Nilai SST yang stabil dan tidak mengalami penurunan, menyebabkan sistem siklon tropis menguat
menjadi Super Cyclone. Suhu muka laut pada tanggal 19 Mei yang teramati sebesar 30.60 °C dapat
menjadi faktor terbentuknya fase Super Cyclone. Hal ini dikarenakan SST yang hangat dan stabil dapat
menjadi suplai energi bagi sistem Siklon untuk berkembang menjadi lebih besar.
Analisa LW
(Long Wave Radiation)

Tahap Pertumbuhan - Pelemahan


Analisa Long Wave

Fase Pertumbuhan & Perkembangan


Long Wave Radiation merupakan indikator besaran energi yang dipancarkan oleh permukaan ke atmosfer. Nilai LWR
yang kecil menandakan adanya hambatan berupa tutupan awan yang menghalangi pancaran energi. Pada fase
pertumbuhan dan perkembangan siklon saat tanggal 15-17 Mei, nilai LWR menunjukkan kenaikan. Nilai puncak radiasi
LWR tercatat pada tanggal 17 Mei 2020 dengan nilai sebesar 457.84 W/m2 pada saat fase terbentuknya siklon tropis.
Kenaikan nilai LWR pada fase perkembangan ini, dapat dikaitkan dengan pembentukan mata siklon. Daerah mata
siklon memiliki tutupan awan yang lebih tipis dibandingkan dengan wilayah disekitarnya (Rain band). Tutupan awan
yang lebih tipis pada mata siklon menyebabkan energi Long Wave yang dipancarkan dari permukaan tidak terhalangi
oleh tutupan awan, sehingga menaikkan pancaran Long wave.
Analisa Long Wave

Fase Matang & Peluruhan


Pada fase matang yaitu tanggal 18-19 Mei, nilai LWR mengalami penurunan menjadi 446.90 W/m2 pada tanggal 18
dan menjadi 450.52 W/m2 pada tanggal 19 Mei. Nilai penurunan LWR pada fase puncak ini dapat dikaitkan dengan
penebalan tutupan awan saat fase puncak siklon, hal ini disebabkan pada tanggal 18 Mei merupakan fase Extremely
Severe Cyclone dan pada 19 Mei merupakan fase Super Cyclone. Fase-fase tersebut menghasilkan tutupan awan yang
tebal diwilayah sekitar siklon, termasuk pada wilayah observasi RAMA Buoy pada koordinat 90 BT 15 LU.
Pada fase pelemahan siklon tropis (20 Mei) nilai LWR mengalami peningkatan sebesar 1.23 W/m2 daripada nilai LWR
tanggal 19 Mei. Peningkatan LWR dapat disebabkan karena mulai berkurangnya tutupan awan akibat peluruhan saat
fase pelemahan siklon tropis.
Analisa SLP
(Tekanan Muka Laut)

Tahap Pertumbuhan - Pelemahan


Analisa Tekanan Muka Laut

Fase Pertumbuhan & Perkembangan


Berdasarkan grafik nilai tekanan udara pada tanggal 15-18 Mei, grafik cenderung menunjukkan tren
penurunan nilai tekanan. Penurunan nilai tekanan berlangsung seiring meningkatnya fase
perkembangan siklon menuju fase matang. Nilai tekanan pada fase awal pembentukan teramati
sebesar 1005.70 Mb, kemudian mengalami penurunan sebesar 5.3 Mb pada tanggal 17 Mei. Nilai
tekanan udara pada tanggal 17 Mei terukur sebesar 1000.40 Mb, dan pada tanggal tersebut bibit
siklon 01 telah menjadi siklon tropis Amphan.
Analisa Tekanan Muka Laut

Fase Matang & Peluruhan


Penurunan nilai tekanan udara masih berlangsung hingga tanggal 18 Mei. Pada tanggal tersebut juga
merupakan waktu terjadinya nilai tekanan minimum selama periode siklogenesis Siklon Tropis
Amphan. Nilai tekanan pada tanggal 18 Mei mencapai 994 Mb berdasarkan data observasi RAMA Buoy
dengan koordinat 90 BT 15 LU. Nilai tekanan yang rendah pada tanggal 18-19 Mei menandakan fase
siklon tropis sedang mencapai fase puncaknya. Terutama pada tanggal 19 Mei, dimana sistem siklon
telah dikategorikan sebagai Super Cyclone. Kenaikan nilai tekanan udara terjadi pada tanggal 20 Mei,
dengan kenaikan sebesar 6.80 Mb menjadi 1001.40 Mb. Kenaikan nilai tekanan udara ini
menyebabkan struktur siklon melemah.
Analisa Windspeed
(Kecepatan Angin)

Tahap Pertumbuhan - Pelemahan


Analisa Kecepatan Angin

Fase Pertumbuhan & Perkembangan


Pada fase pembentukan dan perkembangan siklon tropis selama periode 15-17 Mei cenderung
menunjukkan kenaikan nilai Kecepatan angin. Nilai kecepatan angin maksimum teramati pada tanggal
17 Mei dengan nilai sebesar 14.50 M/s. Kenaikan nilai kecepatan angin pada tahap perkembangan
siklon, juga linier dengan penurunan nilai tekanan pada pusat mata siklon. Penurunan nilai tekanan
pada mata siklon menyebabkan nilai gradien tekanan lebih rapat dan meningkatkan pergerakan udara
yang memutari sistem siklonik tersebut. Akibat hal tersebut, maka nilai kecepatan angin disekitar mata
siklon meningkat, seiring dengan penurunan tekanan.
Analisa Kecepatan Angin

Fase Matang & Peluruhan


Pada tanggal 18-19 Mei, nilai kecepatan angin tercatat sebesar 14.30 M/s pada tanggal 18, dan tercatat
sebesar 13.60 M/s pada tanggal 19 Mei. Nilai kecepatan angin pada periode tersebut cenderung lebih tinggi
dibanding pada fase pertumbuhan pada periode 15-16 Mei. Peningkatan nilai kecepatan angin ini, disebabkan
karena pada periode 18-19 Mei merupakan fase Extremely Severe Cyclone hingga Super Cyclone. Penurunan
nilai tekanan pada fase tersebut berdampak pada peningkatan kecepatan angin pada periode 18-19 Mei. Pada
fase pelemahan tanggal 20 Mei, nilai berkurang menjadi 9 M/s. Hal ini disebakan kenaikan nilai tekanan yang
menyebabkan gradien tekanan makin renggang dan berdampak pada penurnan kecepatan angin.
|Daftar Pustaka|
Thi Thu Huong, C., Thi Hop, B., Dinh Linh, T., & Thanh Hang, V. (2018). The relationship Between Cloud
Cover and Outgoing Longwave Radiation in the Southern of Vietnam. VNU Journal Of Science: Earth And
Environmental Sciences, 34(1S). doi:10.25073/2588-1094/vnuees.434

Gadgil S, Joseph PV, Joshi NV (1984) Ocean–atmosphere coupling over monsoon regions. Nature
312:141–143. https://doi.org/10. 1038/312141a0

Syaifullah, M. D. 2015. Siklon tropis, 12 karasteristik dan pengaruhnya di wilayah Indonesia pada tahun
2012. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, 16 (2): 61 – 71.

Hansen, K. (2020). Tropical cyclone amphan. Retrieved October 24, 2022, from
https://earthobservatory.nasa.gov/images/146746/tropical-cyclone-amphan

A. (2020). Super cyclonic storm amphan 2020. Retrieved October 24, 2022, from
https://www.accuweather.com/en/hurricane/indian/amphan-2020

Kumar, S., Lal, P., & Kumar, A. (2021). Influence of Super Cyclone “Amphan” in the Indian Subcontinent
amid COVID-19 Pandemic. Remote Sensing in Earth Systems Sciences, 4(1–2), 96–103.
https://doi.org/10.1007/s41976-021-00048-z
 
Terima
Kasih
VINI VIDI VICI

Anda mungkin juga menyukai