Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Hidayah

NIM : H061201001

Mata Kuliah : Pengantar Meteorologi

ANOMALI CUACA DAN IKLIM (MJO & SIKLON TROPIS)

Anomali cuaca menurut para ahli adalah kondisi tidak teraturnya cuaca yang
menyimpang dari keadaan normalnya secara rata-rata. Sedangkan secara harafiah,
anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnya. Karakteristik
Anomali Cuaca dan Iklim yaitu adanya perubahan cuaca yang tidak menentu, hujan
berintensitas tinggi yang masih turun di awal kemarau. Pada saat anomali iklim,
musim hujan ataupun kemarau bisa maju ataupun mundur dari biasanya.

Ada beberapa faktor penyebab anomali cuaca. Di antaranya hangatnya suhu muka
laut di atas normal perairan Indonesia barat, masuknya aliran massa udara basah
dari samudera India di maritim kontinen Indonesia, lemahnya aliran masa udara
dingin Australia di wilayah Indonesia. Lalu adanya daerah perlambatan, pertemuan
dan belokan angin di wilayah Sumatera dan Kalimantan, yang mengakibatkan
kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga terjadi peningkatan curah hujan.
Sementara itu, faktor penyebab anomali iklim diantaranya :

1. SST NINO

Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerah tropis di


Samudera Pasifik Selatan, yang merupakan hasil interaksi yang kompleks dan tak
beraturan antara lautan dan atmosfer.

2. Arah Angin

Peristiwa El-Nino terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebabkan
arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat di Samudera
Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur. Akibat pergerakan kolam air hangat ini
akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan hujan. Sehingga daerah awan
hujan akan bergerak ke bagian Timur. Sebaliknya pada saat terjadi La-Niæa angin
pasat tenggara berhembus sangat kuat di Pasifik dan membawa uap air yang
banyak.

3. Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti


Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui terjadinya El-Nino ataupun La-Nina. Perbedaan tekanan itu disebut
sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index /SOI).

4. IOD (Indian Ocean Dipole)


Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautan yang
menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga mengakibatkan
pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air di Samudera Hindia
Timur memiliki anomaly suhu (lebih dingin) yang rendah, sementara di Samudera
Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5 o -10o LS) memiliki anomali suhu yang tinggi.

Pada materi anomali cuaca dan iklim, dibahas mengenai MJO dan siklon tropis.

1. MJO

Menurut Madden & Julian (1971), Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan
model osilasi dominan dari variabilitas di daerah tropik. Osilasi merupakan variasi
periodik terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran. MJO sangat kuat dampaknya
dirasakan di daerah-daerah lintang rendah, dekat garis ekuator, dan tejadi pertama
kali di Samudera Hindia dengan pergerakan ke arah timur antara 100° LU dan 100°
LS.

Proses terbentuknya MJO dimulai dari Gugus-gugus awan yang tumbuh di


Samudera Hindia kemudian bergerak ke arah timur dan membentuk siklus MJO.
Adanya pengaruh suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia
mengakibatkan Super Cloud Clusters (SCCs) merambat ke arah timur dimana
selama perambatannya SCCs terbentuk karena adanya pemanasan matahari yang
intensif sehingga terjadi konvergensi di lapisan 850 mb dan divergensi di lapisan
200 mb yang merupakan indikasi terbentuknya konveksi kuat.
MJO memiliki dua fase yaitu fase basah dan fase kering. Ketika fase basah MJO
memasuki wilayah Indonesia, maka MJO tersebut akan memiliki pengaruh
terhadap pembentukan awan hujan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
jumlah uap air. Kemunculan MJO Dicirikan dengan pertumbuhan kumpulan
Gugusan awan Cumulonimbus (Cb) di atas Samudera Hindia yang bergerak ke arah
Timur sepanjang ekuator mengelilingi Bumi, dan memberi pengaruh pada
Variabilitas iklim dan cuaca di daerah Tropis, sehingga MJO merupakan variasi
Iklim yang paling dominan terjadi di Daerah tropis. Daerah yang dilalui MJO Akan
mengalami peningkatan suhu muka Laut seiring dengan perjalanan arus laut ke
Timur yang nantinya akan berdampak padatingginya penguapan air laut. Terjadinya
pergerakan uap air secara vertikal dan membentuk beberapa Cluster awan hujan.
Awan ini mengandung air sangat banyak serta mempunyai periode ulang 30 sampai
60 hari yang berarti dalam kisaran waktu tersebut akan terjadi peningkatan hujan di
kawasan - kawasan yang dilaluinya.Indikasi MJO dari OLR, pada bulan Desember
– Februari terjadi pada fase 3,4 dan 5 pada saat musim panas di Belahan Bumi
Selatan (BBS). Pada bulan Mei –Juni intens terjadi di daerah utara saat matahari di
Selatan.

2. Siklon Tropis

Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon
tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang
umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Angin
kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63
km/jam. Tentu, siklon tropis dapat terbentuk dari sebuah proses. Adapun proses
terbentuknya siklon tropis adalah sebagai berikut :

1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60


meter
2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan
Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan
merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam
perkembangan siklon tropis.
3. Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini
merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering
tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam
siklon.
4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun
memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar
yang disertai dengan pumpunan angin.
6. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan
kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai
guntur.

Kemudian, siklon tropis memiliki karakteristik yang terbagi dalam beberapa tahap
yaitu :

1. Tahap Pembentukan: Ditandai dengan adanya gangguan atmoster. Jika dilihat


dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif
dengan awan-awan cumulonimbus.
2. Tahap Belum Matang: Pada tahap ini wilayah konvektif kuat terbentuk lebih
teratur membentuk sabuk perawanan melingkar (berbentuk spiral) atau
membentuk wilayah yang bentuknya relatif bulat. Intensitasnya kecepatan
angin maksimum yang meningkat hingga mencapai (kecepatan angin ≥ 34
knot atau 63 km/jam).
3. Tahap Matang: Pada tahap matang, bentuk siklon tropis cenderung stabil.
Tekanan udara minimum di pusatnya dan angin maksimum di sekelilingnya
yang tidak banyak mengalami fluktuasi berarti.
4. Tahap Pelemahan: Pada tahap punah, pusat siklon yang hangat mulai
menghilang, tekanan udara meningkat dan wilayah dengan kecepatan angin
maksimum meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon.

Dari berbagai proses dan karakteristik, siklon tropis tentu memiliki dampak
dimana terbagi atas 2 yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung.
1. Dampak Langsung

Yang dimaksud sebagai dampak langsung siklon tropis adalah dampak yang
ditimbulkan oleh siklon tropis terdapat daerah-daerah yang dilaluinya. Ini dapat
berupa gelombang tinggi, gelombang badai atau storm surge yang berupa naiknya
tinggi muka laut seperti air pasang tinggi yang datang tiba-tiba, hujan deras serta
angin kencang. Contoh ketika suatu wilayah di Indonesia mengalami dampak
langsung keberadaan siklon tropis adalah ketika terjadi peristiwa langka yaitu
tumbuh siklon tropis Kirrily di atas Kepulauan Kai, Laut Banda, pada 27 April
2009.

2. Dampak Tidak Langsung

Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikian


keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar
Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan
mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh
adanya siklon tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan
dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Dampak
tidak langsung atas adanya siklon tropis dapat berupa berbagai hal yaitu daerah
pumpunan angina, daerah belokan angina dan daerah deficit kelembaban.

Anda mungkin juga menyukai