Anda di halaman 1dari 13

JASA LINGKUNGAN SUNGAI

Dosen pengampu:
Aulia Putra Daulay, S.Hut, M.Sc

Oleh:

Amelia Patricia Purba NIM. 2301121695

PROGRAM STUDI JASA LINGKUNGAN DAN HUTAN KOTA


FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS SATYA TERRA BHINNEKA
MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai harapan
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Aulia sebagai dosen
pengampu mata kuliah Jasa Lingkungan yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan,28 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penulisan 4
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
2.1 Ekosistem Jasa Lingkungan Sungai 4
2.2 Badan Pengelolaan Jasa Lingkungan Dengan Baik 6
2.3 Contoh-contoh Pengelolaan Jasa Sungai 6
BAB III 10
PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
Daftar Pustaka 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan disekitar kita seringkali terabaikan dikarenakan kesibukan kita
dengan apa yang di kita butuhkan selebihnya kita tidak perduli. Kita banyak
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ekonomi namun tak jarang yang lalai
untuk merawat kelestarian lingkungan tersebut. Tentu lingkungan yang terabaikan
mengakibatkan kerusakan ekosistem nya sehingga mencemari udara yang berujung
buruk pada kesehatan manusia itu sendiri.

Maka dari itu, disini kita akan membahas salah satu bagaian Jasa
Lingkungan yaitu Sungai. Pembahasan ini bertujuan agar kita dapat lebih memahami
pentingnya menjaga keutuhan ekosistem lingkungan dan memanfaatkan jasa
lingkungan dengan sebaik mungkin agar terjadi keseimbangan antara ekosistem jasa
lingkungan dan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait
sub-bab yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah
dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Ekosistem Jasa Lingkungan Sungai
b. Badan Pengelolaan Jasa Lingkungan Sungai Dengan Baik
c. Contoh-contoh Jasa Lingkungan Sungai
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan penting yang berisi jawaban dari
rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai
berikut:
a. Pemahaman Ekosistem Jasa Lingkungan
b. Mengetahui Badan Pengelola Yang Terlibat
c. Mencontoh Bentuk Jasa Lingkungan Sungai

BAB II

PEMBAHASAN
Bagian ini membahas tentang tema-tema penting yang terkait dalam tema
utama, rumusan masalah, dan tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada BAB I
Pendahuluan. Paparan tema harus disusun secara sistematis berdasarkan urutan yang
di sebutkan pada penulisan rumusan masalah dan tujuan penulisan. Dalam
pembahsan, mahasiswa WAJIB menyisipkan kutipan dari referensi yang telah di
rekomendasikan oleh dosen pengampu mata kuliah. Kutipan ini harus muncul dalam
daftar pustaka, dan sebaliknya.
Panjang pembahasan tidak dibatasi. Pembahasan dan seluruh isi BAB II di
ketik dengan format margin 4 cm (kiri), 4 cm (atas), 3 cm (kanan), dan 3 cm (bawah).
Font yang di gunakan adalah Times New Roman ukuran 12 pt. Dengan spasi ukuran
1,5. Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada di dalam BAB II pembahasan wajib di
ketik cetak tebal (bold).
2.1 Ekosistem Jasa Lingkungan Sungai
Pemerintah Indonesia memiliki target untuk mengurangi sampah plastik sebesar
70% pada tahun 2025. Semangat ini mulai ditunjukkan pada tahun 2018. menetapkan
Keputusan Presiden Nomor 83, tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional dalam
mengurangi sampah laut Indonesia tahun 2018-2025. Pada periode yang sama, penelitian
yang dilakukan oleh Waste4Change menunjukkan setidaknya ada 20.000 sampah plastik
ukuran besar (plastik makro) yang mengalir ke laut melalui ekosistem sungai di Jakarta
selama satu jam.

Sungai menjadi sumber air untuk minum, sarana irigasi serta menjadi tempat ikan
dan biota air tawar lainnya bernaung. Banyak juga sungai yang dibangun sebagai area untuk
perlindungan banjir. Selain itu, sungai-sungai dapat memiliki nilai budaya dan estetika.

Konsep ini merujuk pada kesinambungan antara ekosistem dan kesejahteraan


manusia (MEA, 2003). Dengan bahasa sederhana, jasa ekosistem adalah berbagai manfaat
yang diberikan suatu ekosistem kepada manusia. Sementara jasa ekosistem sungai adalah
ketersediaan manfaat sungai yang bisa diperoleh oleh manusia dan organisme lain.

Klasifikasi jasa ekosistem yang paling umum telah dikembangkan oleh Millenium
Ecosystem Assessment (MEA, 2003) dan The Economics of Ecosystems & Biodiversity (TEEB,
2008). MEA dan TEEB membagi jasa ekosistem menjadi empat kategori, yaitu: jasa
pendukung, jasa penyedia, jasa regulasi, dan jasa kebudayaan.

1.Jasa pendukung/Supporting service artinya bahwa ekosistem menyediakan ruang hidup


bagi tanaman dan hewan, serta juga mendukung kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.
Contohnya, setiap sungai memiliki siklus nutrisi yang akan menjaga kesuburan daerah
sungai. Kesuburan ini akan menjaga keanekaragaman hayati di sungai. TEEB memiliki istilah
lain yaitu Jasa Habitat/Habitat Service karena manfaatnya yang menyediakan beragam jenis
habitat yang dapat menunjang siklus hidup suatu spesies. Dalam konteks sungai Indonesia,
sungai-sungai kita memiliki peran dalam siklus nutrisi dan menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh tanaman atau hewan untuk bertahan hidup: makanan, air, dan tempat
berlindung.

2. Jasa penyediaan/provisioning service yang mengacu pada kemampuan sungai


menyediakan sumber daya seperti air, nutrisi, ikan, dan sumber daya lainnya. Biota sungai
sudah lama dimanfaatkan baik sebagai makanan atau obat-obatan. Contohnya masyarakat
Sumatera Selatan menggunakan Ikan Belida di Sungai Musi sebagai bahan utama makanan
tradisional mereka yaitu pempek. Selain untuk konsumsi, air di sungai juga berpotensi
digunakan sebagai sarana non-konsumtif seperti pembangkit listrik, transportasi, dan
navigasi.

3. Jasa regulasi/Regulation Service artinya sungai di Indonesia juga dapat divaluasi dari
kapasitasnya dalam bertindak seolah-olah sebagai penjaga keteraturan. Berbagai potensi
pengaturan dimiliki oleh sungai-sungai di Indonesia seperti kemampuan pengendalian erosi,
penahan banjir, dan penjaga kualitas air. Sebagai contoh, pada tahun 1973, Master Plan
untuk Drainase dan Pengendalian Banjir Jakarta yang disusun dengan bantuan Konsultan
Teknik Belanda (NEDECO), menggantungkan upaya pengendalian banjir pada dua kanal yang
menampung air yang meluap dari Sungai Ciliwung, Sungai Krukut, Sungai Cideng, dan
sungai-sungai lain di Jakarta

4. Jasa Budaya/Cultural Service yang merujuk pada kemampuan ekosistem yang memiliki
manfaat non-material termasuk manfaat estetika, spiritual, dan psikologis. Beberapa sungai
di Indonesia digunakan sebagai sarana kegiatan rekreasi seperti arung jeram di Sungai
Asahan, Sumatera Utara, kayak di Sungai Mahakam, Kalimantan, hingga memancing.
Pemandangan sungai di Indonesia juga berpotensi untuk menarik wisatawan.

Contoh-contoh di atas menunjukkan betapa berpotensinya sungai-sungai di Indonesia jika


dikelola dengan baik. Semua pihak harus mulai menyadari betapa krusialnya peran sungai
bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Masyarakat baik yang tinggal di dekat
sungai maupun masyarakat umum harus mulai berhenti membuang sampah di sungai.
Selain merusak keindahan dan mengotori laut, ekosistem di sungai sendiri bisa rusak dan
bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat, seperti banjir hingga erosi. Pemerintah juga
harus mulai melakukan kajian terhadap potensi yang dimiliki oleh sungai-sungai di
Indonesia. Dengan mengetahui nilai manfaat dari sungai tersebut, pemerintah dapat
terbantu untuk merencakan rencana pembangunan yang tepat guna pada lanskap sungai di
negeri ini.
2.2 Badan Pengelolaan Jasa Lingkungan Dengan Baik
Pengelolaan jasa lingkungan dan pemberdayaan ekonomi hijau di Daerah Aliran
Sungai (DAS) bisa menjadi salah satu solusi peningkatan kesejahteraan rakyat dan
lingkungan hidup di sekitar DAS. Demikian disampaikan Anggota Dewan Pertimbangan
Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup Emil Salim dalam Pertemuan Forum DAS
dan Tingkat Nasional 2010.

“Kembangkan pasar-bikinan jasa lingkungan DAS antara hulu-hilir dan bangun


mekanisme harga,” ujar Emil, Senin, (19/9). Emil menjelaskan, sinergi antara pihak di hulu
yang mencakup penggarap atau penebang hutan dan kelompok hilir seperti sektor industri
pengolahan air minum atau usaha lainnya ini seharusnya bisa lebih ditingkatkan antara para
pemangku kepentingan. Dengan begitu pelestarian 120 DAS di Indonesia tak hanya
mengandalkan program pemerintah semata.

Soal pasar hilir-hulu ini, Emil melihat selama ini sinergi kebanyakan masih dilakukan
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Contoh kawasan DAS yang sudah menerapkan
pola pasar jasa lingkungan di DAS tersebut antara lain terdapat di Cidanau, Banten dan
Cikapundung, Jawa Barat.

2.3 Contoh-contoh Pengelolaan Jasa Sungai

Kerja ESP memastikan pengaruh dan keberlanjutan pengelolaan daerah aliran


sungai Forum Pengelolaan Daerah aliran sungai & Rencanadan kerja pelestarian
keanekaragaman hayati melalui pengembangan pembentukan.Forum Manajemen Daerah
aliran sungai dan Rencana Kerja. Digunakan untuk masalah-masalah khusus, ekologi, budaya
dan hubungan kelembagaan masing-masing Daerah aliran sungai, Forum multi-pihak ini
memandu pengembangan kebijakan dan pelaksanaan Rencana Kerja.

Forum ini menetapkan target-target dan memastikan bantuan anggaran untuk


merehabilitasi lahan, pelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan
masyarakat.Rehabilitasi Lahan-lahan Rusak.Dimulai dengan proses perencanaan ruang, ESP
bekerja dengan para mitra untuk .tinggi di daerah aliran sungai atas. ESP bekerja dengan
masyarakat setempat melalui.Sekolah Lapangan untuk mengembangkan pemeliharaan
tanah, menanam benih dan kemudian penanaman benih-benih di lahan kritis milik sendiri
atau di lahan kritis yang dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat setempat dan
badan-badan lain. ESP juga memberi bantuan teknis kepada Departemen Kehutanan,
Perhutani dan berbagai inisiatif penghijauan kembali setempat untuk memastikan
keterlibatan masyarakat setempat dan manfaat. Dengan keterlibatan masyarakat secara
aktif dalam Forum Pengelolaan Daerah aliran sungai, perhatian khusus diberikan kepada
pembentukan pengaturan kepemilikan lahan secara jelas yang memberi masyarakat insentif
untuk berperan serta secara aktif dalam rehabilitasi lahan.

Pelestarian Keanekaragaman hayati secara Desentralisasi dan Bersama-sama.ESP


membantu pengelolaan desentralisasi dan bersama-sama untuk daerah-daerah yang
dilindungi yang memiliki nilai pelestarian tinggi melalui berbagai kegiatan. Dalam kerja sama
erat dengan PHKA Departemen Kehutanan, ESP membantu pelaksanaan baik program
Taman Nasional percontohan maupun pembuatan program Desa Lestari. Program Desa
Lestari berubah dari Pelestarian dan Pengembangan Terpadu, dan memberikan penekanan
yang lebih besar pada pengelolaan masyarakat di daerah-daerah yang dilindungi serta
kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat yang didasarkan pada hubungan jelas dengan
pelestarian daerah-daerah yang dilindungi yang berdekatan. ESP juga bekerja untuk
memperkuat pengelolaan Taman Hutan Raya, dan membantu Kebanggaan lokal dalam
kampanye Pelestarian. ESP mengembangkan berbagai pendekatan untuk Pembayaran
Pelayanan Lingkungan (PES) untuk menjaga kerja pelestarian ini dan menunjukkan
hubungan penting antara masyarakat daerah aliran sungai atas dan bawah dalam bentuk
pelestarian sumber air dan keanekaragaman hayati.

PENCAPAIAN-PENCAPAIAN HINGGA SEKARANG

Di antara pencapaian-pencapaian penting portofolio Daerah aliran sungai dan


keanekaragaman hayati ESP selama 2006 adalah sebagai berikut:

• Rehabilitasi Lahan Kritis. Pada tahun 2006, ESP memfasilitasi rehabilitasi 22.867,55 hektar
hutan rusak, hal ini mencakup penanaman 696.427 bibit dari lahan masyarakat yang
dibentuk melalui lebih dari 100 Sekolah Lapangan ESP dan proses Penilaian Mata
Pencaharian berkelanjutan, serta melalui kemitraan antara organisasi masyarakat setempat
dan Departemen Kehutanan dan Perhutani.

• Pelestarian Keanekaragaman hayati. Pada tahun 2006, ESP dan mitra kami membantu
memastikan lebih dari 32.800 hektar hutan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi
dengan manajemen setempat yang lebih baik. Fokus penting diberikan kepada Taman Hutan
Raya yang dikelola oleh provinsi serta program Taman Nasional percontohan PHKA
Departemen Kehutanan dan Desa Lestari. Dengan bekerja sama dengan Rare dan IPB,
Program Diploma untuk Pemasaran Sosial dalam Pelestarian telah dibentuk dan putaran
pertama dari lima siswa memulai kampanye Pelestarian Kebanggaan di lokasi-lokasi ESP.
ESP juga mengembangkan tiga pendekatan untuk Pembayaran Pelayanan Lingkungan, dan
berharap untuk mengembangkan hal ini di tahun-tahun mendatang.

• Rehabilitasi Pantai di Aceh. ESP telah membuat kemajuan berbasis masyarakat sepanjang
garis batas pantai yang secara langsung dipengaruhi oleh tsunami di tujuh masyarakat. Tiga
pusat pertamanan rakyat didirikan di Lamseuni, Banda Aceh, dan di Sawang dan Kuala
Meurisi di Aceh Jaya. Sepanjang 5,7 Kilometer dari garis pantai ditanami kembali di Babah,
Sawang dan Krueng Pandee. Kegiatan-kegiatan ini secara langsung memberi manfaat
kepada lebih dari 2.840 orang.

ABDUL ROHMAN

• Mobilisasi Masyarakat melalui Sekolah Lapangan. Pada tahun 2006, ESP memfasilitasi
Sekolah-sekolah Lapangan dengan 74 kelompok masyarakat yang sekarang melaksanakan
proyek rehabilitasi lahan, pelestarian proyek keanekaragaman hayati dan air dan sanitasi
berbasis masyarakat. Hal ini menghasilkan 126 kelompok masyarakat yang bekerja di ESP
saat ini. Tahun ini, ESP juga meningkatkan sumber daya manusia dengan memperluas kerja
berbasis masyarakat melalui fasilitasi program Pelatihan Pelatih Sekolah Lapangan ESP 12-
minggu di Solok, Sumatra Barat. Tiga puluh enam Asisten Lapangan dan Mitra Program
sekarang Lapangan ESP di ratusan masyarakat di Indonesia.

• Pembentukan Forum Pengelolaan Daerah aliran sungai dan Rencana Kerja. ESP
memfasilitasi pembentukan, pembiayaan dan pelaksanaan rencana pengelolaan daerah
aliran sungai yang didorong oleh berbagai pihak berkepentingan di Daerah aliran sungai
Krueng di Aceh; daerah aliran sungai Deli, sub tangkapan air Lau Petani, dan sub tangkapan
air Wampu di Sumatra Utara;.daerah aliran sungai Batang Arau, Batang Dingin dan Batang
Kranji (gabungan) di Sumatra Barat; daerah aliran sungai Cipunegara-Ciasem dan daerah
aliran sungai Citarum-Cikundul-Cilaku di Jawa Barat; sub tangkapan air Tangsi dari daerah
aliran sungai Progo di Jawa Tengah/Yogyakarta; dan Daerah aliran sungai Brantas Hulu di
Jawa Timur.

• Pembuatan Kebijakan untuk Membantu Pengelolaan Daerah aliran sungai dan Pelestarian
Keanekaragaman Hayati. ESP membuat kemajuan penting pada tujuh inisiatif kebijakan lokal
untuk meningkatkan hak-hak akses masyarakat dan/atau tanggung jawab pengelolaan atas
rehabilitasi lahan dan/atau pelestarian hutan. Di tingkat nasional, ESP telah secara berhasil
bekerja dengan PHKA Departemen Kehutanan untuk memperkuat dan merasionalisasikan
proses penetapan zona untuk pengelolaan Taman Nasional dan Daerah-daerah yang
Dilindungi.

• Penyatuan Pemberian Pelayanan, Kesehatan dan Kebersihan dalam Kegiatan Pengelolaan


Daerah aliran sungai. Tim Pengelolaan Daerah aliran sungai memberi perhatian khusus pada
penyatuan pengelolaan air bersih, sanitasi, sampah padat berbasis masyarakat dan kegiatan
pencucian tangan dengan sabun baik melalui Sekolah-sekolah Lapangan maupun Rencana
Kerja Pengelolaan Daerah aliran sungai. Pendekatan Sekolah-sekolah Lapangan untuk
pengembangan mata pencaharian melalui ekologi air, dan hubungan yang jelas dibuat
antara masalah-masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kurikulum Sekolah
Lapangan mencakup modul mengenai air bersih, sanitasi, pengelolaan sampah padat dan
mencuci tangan dengan sabun, dan rencana pelaksanaan Sekolah Lapangan mencakup
tindakan keseimbangan antara perlindungan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Sebagaimana mencuci tangan dengan sabun memberi hubungan yang paling jelas untuk
mengurangi kejadian diare, semua kegiatan ESP mencakup kegiatan pencucian tangan
dengan sabun. Perubahan yang menarik tahun ini adalah perkembangan Sekolah Lapangan
Pengelolaan Sampah Padat khusus.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lingkungan disekitar kita sangat berperan penting dalam dalam kehidupan sehari
hari. Banyak bentuk jasa lingkungan yang saat ini tidak terkendali dengan baik akibat tangan
manusia tidak bertanggung jawab. Maka dari itu pemerintah memberlakukan program
program untuk mengelola jasa lingkungan sungai dengan baik untuk membangun ekonomi
masyarakat sekitar sungai lebih baik serta menjadi ekowisata yang memberdayakan
lingkungan sungai.

3.2 Saran
Untuk menciptakan jasa lingkungan sungai yang berkualitas langkah langkah yang
perlu dibangun oleh pemerintah untuk masyarakat adalah:

1. Melakukan sosialiasi pemberdayaan jasa lingkungan sungai

2. Membuat jadwal gotong royong melalui kepala lingkungan

3. Memberi modal usaha kepada masyarakat kurang mampu agar bisa ikut serta
memberdayakan jasa lingkungan sungai

4. Mendidik anak-anak sejak dini untuk membuang sampah pada tempatnya, jangan
memancing ikan di sungai sembarangan.

5. Memberi sanksi kepada pabrik yang membuang limbah ke sungai

Daftar Pustaka

Aflizar. 2008. Desain Sistim Informasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Untuk
Rehabilitasi dan Konservasi DAS Sumani Kabupaten Solok.

Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi,
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

Anonim. 2006. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran sungai (DAS) Terpadu.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air.

Arsyad S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

BPDASHL Agam Kuantan. 2008. Laporan Monitoring Dan Evaluasi Penggunaan


Lahan Dan Sosial Ekonomi Di Lokasi Spas BPDASHL Agam Kuantan. Padang.
Cech, T.V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management,
and Policy. Second Edition. Wiley. USA.

Farida et al. 2005. Penilaian Cepat Hidrologis: Pendekatan Terpadu dalam Menilai
Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS). Bogor: Rewarding Upland Poor for Environmental
Services (RUPES) Program World Agroforestry Centre (ICRAF).

Firmansyah, M. Sigit dkk. 2014. Analisa Butiran Sedimen Pantai Goa China Malang
Selatan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo:Jakarta.

Kodoatie, Robert J., dan Sugiyanto. 2001. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode
Pengandaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Menteri Kehutanan. 2014. Surat Keputusan Menteri Kehutanan P. 61


/Menhut-II/2014 tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai. Jakarta.

Muchtar.A dan Abdullah N.2007.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Debit


Sungai Mamasa. Jurnal Hutan dan Masyarakat,2(1): 174-187.

Mulyana. Pemodelan Debit Air Sungai . September: 2007.

Notohadiprawiro, T. 1981. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program


Penghijauan. Makalah disampaikan pada Kuliah Penataran Pembangunan Pedesaan dan
Pertanian Staf Departemen Pertanian di Fakultas Pertanian UGM , 8 Januari 1981.
Yogyakarta Noordwijk, M.V., F. Agus, D. Suprayogo, K. Hairiah, G. Pasya, B. Verbist, dan
Farida. 2004. Peranan agroforestri dalam mempertahankan fungsi hidrologi DAS. Dampak
Hidrologis Hutan, Agroforestry dan Pertanian Lahan Kering sebagai Dasar Pemberian
Imbalan kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia. Prosiding Lokakarnya di
Padang/Singkarak Sumatera Barat, Indonesia, 25-28 Pebruari 2004.

Ramdan, H. 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium


Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor.

Saidi, A. 1995. Sistem Informasi DAS Sumani. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Aliran Permukaan dan Sedimentasi Serta Dampaknya Terhadap Degradasi Lahan di Sub DAS
Sumani.

Sasangko, Djoko. 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2 Edisi Ketiga. Percetakan
Sapdodadi: Jakarta.
Sinukaban, N., Suwardjo, A. Barus. 2007. Pemilihan Teknik Konservasi Tanah dan Air
di Daerah Transmigrasi; Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan oleh
Naik Sunukaban. Penerbit Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan. Hal. 267-278.

Anda mungkin juga menyukai