Anda di halaman 1dari 55

Karakteristik, tipe organisme &

biodiversity perairan tawar, laut, estuari

Dosen pengampu : Dr. rer. Nat. Indra Junaidi Zakaria, M.Si

Kelompok 2
Nur Hikmah 2020422004
Andika Saputra 2020422018
Secara Umum Ekosistem Perairan
terbagi 3 :
1. Ekosistem Air Laut, yang terdiri dari
- Ekosistem Terumbu Karang
- Ekosistem Lamun
2. Ekosistem Air Tawar, terdiri dari :
- Waduk,
- Sungai
- Danau
- Rawa dan genangan air lainnya
3. Ekosistem Estuaria
- Ekosistem Mangrove
1. Ekosistem Perairan Laut
• Ekosistem perairan laut adalah lingkungan
perairan yang memisahkan daratan.
• Hampir 70% dari permukaan bumi ini terdiri
dari perairan laut sehingga ciri utama dari
perairan laut ini adalah habitatnya yang tidak
terisolasi dan berhubungan satu sama lain.
• Dengan keadaan ini penyebaran organisme
yang ada di dalamnya menjadi tidak terbatas..
Faktor-faktor pembatas pada perairan laut umumnya masih sama
dengan faktor pembatas yang ada pada perairan darat, tetapi yang
terpenting adalah adanya kadar garam yang lebih tinggi dibanding
dengan perairan darat. Kadar garam yang berbeda inilah yang
menyebabkan terjadinya osmoregulasi (pengaturan tekanan
osmosis) pada biota yang ada di dalamnya
Komponen Fungsional
Ekosistem Laut
• Produsen (tumbuhan, fitoplankton)
• Konsumen Primer, pemakan produsen,
mis Zooplankton
• Konsumen sekunder mis. ikan2 kecil, ikan
besar hingga Top Predator
• Pengurai (Dekomposer), bakteri,
jamur, protozoa
Menurut kedalamannya, ekosistem air
laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan
dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat
ditembus cahaya matahari sampai bagian
dasar dalamnya ± 200 meter.
c. Batial merupakan daerah yang
dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan
lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-
turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan
sebagai berikut.

a. Epipelagik merupakan daerah antara


permukaan dengan kedalaman air sekitar 200
m.
b. Mesopelagik merupakan daerah
dibawah epipelagik dengan kedalam an
200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua
dengan kedalaman 1000-4000 m. Hewan yang
hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan
kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut
terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000
m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya.
Sebagai produsen di tempat ini adalah
bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
Berdasarkan intensitas cahayanya,
ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
a. Daerah fotik: daerah laut yang masih dapat
ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum
200 m.
b.Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak
efektif untuk kegiatan fotosintesis,
kedalaman antara 200 - 2000 m.
c. Daerah afotik: daerah yang tidak tembus
cahaya matahari.
a. Ekosistem Terumbu
Karang
• Suatu ekosistem yang dibangun
oleh hewan-hewa karang.
• Memiliki produktivitas primer
yang tinggi
• 25 % ikan yang dikomsumsi
berasal dari ekosistem t. Karang
• Syarat hidup : Ada cahaya
matahari, air jernih, Suhu 25 –
30o C, Salinitas 27 – 35 ppt
• terumbu karang terbentuk di perairan pantai tropis
dan subtropis yang jernih dan hangat.
– Di antara ekosistem tertua, paling beragam, dan paling
produktif.
– Dibentuk oleh koloni besar hewan kecil yang disebut
polip.
• Sekret kerak batugamping (CaCO 3) di sekitar tubuh lembut
mereka.
• Jaringan celah, tepian, dan lubang yang rumit.
– Simbiosis dengan Zooxanthellae, yang hidup di jaringan
polip.
TERUMBU KARANG
KARANG/CORAL
Karang Hermatipik Komponen Utama
(Ordo Terumbu Karang
Skleraktinia)
Tipe Terumbu Karang
1. Terumbu karang tepi (fringing reef)
2. Terumbu karang penghalang (barrier reef)
3. Terumbu karang cincin atau atol
Biodiversitas Terumbu Karang

• Terumbu karang memiliki biodiversitas tertinggi dalam tingkatan filum.


Terumbu karang juga merupakan ekosistem dengan biodiversitas tertinggi
dibandingkan ekosistem pesisir dan laut lainnya, dalam unit skala tertentu.
Artinya dalam luas 1 km2 di wilayah terumbu karang mengandung lebih banyak
spesies dibandingkan dengan 1 km2 di wilayah laut dalam.
Terumbu karang di Indonesia terkenal dengan kekayaan dari biodiversitasnya.
Dari sekitar 800 spesies karang keras yang berhasil diidentifikasi di dunia, sekitar
450 di antaranya ditemukan di Indonesia.
Spesies ikan karang Indonesia sendiri mencapai lebih dari 2.400 spesies (Tomascik
dkk., 1997).
• Mengapa biodiversitas menjadi penting ? Dengan memiliki biodiversitas yang
tinggi, maka itu akan menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
Dengan adanya keanekaragaman genetik yang tinggi maka akan ditemukan
banyak variasi dalam makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan bertahan hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi
lebih tinggi. Selain itu dengan begitu banyaknya spesies maka akan dapat
dimanfaatkan untuk sebagai sumber pangan dan obat-obatan
B. Ekosistem
Lamun
Padang lamun adalah
ekosiste khas laut
m di perairan
dangkaldengan dasar pasir
hangat
dan didominasi
tumbuhan lamun,
sekelompo
k
anggota tumbuhan
bangsa
Alismatale yang
beradaptasi di air asin.
Fungsi Ekologis Lamun

 Produsen detritus dan zat hara


 Mengikat sedimen dan menstabilkan
substrat
 Tempat berlindung, mencari makan
dan pengasuhan, dan pemijahan biota
 Tudung pelindung bagi biota dari
sengatan matahari
Pemanfaatan ekosistem lamun

 Tempat Budidaya
 Rekreasi, pariwisata dan pendidikan
 Sumber Pupuk Hijau
Jenis/ Spesies Tumbuhan LAMUN
Terdapat 55 jenis lamun di dunia,
12 jenis di Indonesia, yaitu:
 Cymodocea (C. rotundata
dan C. serrulata)
 Enhalus (E. acoroides)
 Halodule (H. pinifolia, H. decipiens, H.
minor, H. ovalis, H. uninervis,
spinulosa)
 Syringodium (S. isoetifolum)
 Thalassia (T.hemprichii)
 Thalassodendron (T. ciliatum)
Fauna Padang Lamun
 Ikan
 Crustacea
 Moluska
 Echinodermata
 Cacing
 Reptil
 dll
Keanekaragaman dan Distribusi lamun
• Spesies lamun di bumi hanya ada sekitar 60 spesies yang
dibagi dalam lima famili dan 12 genus (Kuo and Den
Hartog, 2001).
• Famili yang termasuk lamun dimasukkan kedalam Divisi
Agnoliophyta (Angiosperms), Kelas Liliopsida
(Monocotyledons), Subkelas Helobiae (Alismatidae), Ordo
Hydrocharitales (Hydrocharitaceae) dan
Potamogetonales. Lima famili yang termasuk kedalam
lamun yaitu Zosteraceae, Posidoniaceae, Cymodoceaceae,
Hydrocharitaceae, dan Ruppiaceae (Hogarth, 2015)
• Spesies lamun yang ditemukan di Indo-Pasifik yaitu Cymodocea angustata,
Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Halodule
uninervis, Halophila beccarii, Halophila capricornii, Halophila decipiens,
Halophila hawaiiana, Halophila ovalis, Halophila ovata, Halophila
spinulosa, Halophila stipulacea, Syringodium isoetifolium, Thalassia
hemprichii, dan Thalassodendron ciliatum(Kirkman and Walker, 1989).
• Kebanyakan padang lamun bersifat monospesifik terutama di daerah yang
beriklim sedang, tetapi hal ini tetap berlaku meskipun di daerah tropis dan
subtropis dengan keanekaragaman multispesifik. Meskipun kekayaan jenis
di padang lamun tinggi, jumlah spesies tertentu dapat sangat signifikan,
keanekaragaman spesies dan rata-rata kotribusinya pada komunitas lamun
biasanya rendah, bahkan di padang lamun tropis, distribusi biomassanya
miring. Lamun lebih bervariasi dibandingkan tanaman daratan dan
makrophyta (Hemminga and Duarte, 2000).
2. Ekosistem Perairan tawar
• Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitat
yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral
dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap,
adakalanya naik, turun, atau mengering (Irwan, 2003)
• Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
• -variasi suhu tidak menyolok,
• -penetrasi cahaya kurang,
• - terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
• Jenis tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang.
• Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah
beradaptasi
Adaptasi organisme air tawar
a.Adaptasi tumbuhan b. Adaptasi hewan
• Tumbuhan yang hidup di air •Ekosistem air tawar dihuni oleh
nekton. Hewan tingkat tinggi yang
tawar biasanya bersel satu dan
hidup di ekosistem air tawar, misalnya
dinding selnya kuat seperti ikan, dalam mengatasi perbedaan
beberapa alga biru dan alga hijau. tekanan osmosis melakukan
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti osmoregulasi untuk memelihara
teratai (Nymphaea gigantea), keseimbangan air dalam tubuhnya
mempunyai akar jangkar (akar melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
sulur). Hewan dan tumbuhan
•Habitat air tawar merupakan
rendah yang hidup di habitat air,
perantara habitat laut dan habitat
tekanan osmosisnya sama darat. Penggolongan organisme
dengan tekanan osmosis dalam air dapat berdasarkan aliran
lingkungan atau isotonis. energi dan kebiasaan hidup.
• Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator,
parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-
sisa organisme.
• Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a). Plankton; terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya
melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b). Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c). Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan
air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d). Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e). Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya
cacing dan remis
• Ekosistem perairan tawar secara umum dibagi menjadi 2
yaitu perairan mengalir (lotic water) dan perairan
menggenang (lentic water).
• Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus menerus
dengan kecepatan bervariasi sehingga perpindahan massa
air berlangsung terus-menerus, contohnya : sungai, kali,
kanal, parit, dan lain-lain.
• Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu
perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada
dan massa air terakumulasi dalam periode waktu yang
lama. Contohnya: danau , waduk , dan rawa
Flora dan Fauna
Ekosistem Air Tawar
Flora Fauna
Ikan

Reptil

Amfibi

Serangga

Teratai Eceng Cacing


Gondok
Molusca
Zonasi perairan tawar
Zonasi pada perairan tawar berbeda dengan zonasi pada perairan laut.
Zonasi perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan letak dan intensitas
cahaya.
1. Zonasi perairan berdasrkan letaknya dibagi menjdi 4 zona yaitu:
a. Zona litoral : daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan
daratan. Pada daerah ini terjadi percampuran sempurna antara berbagai
faktor fisika kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan antara
lain : tumbuhan akuatik, kerang, crustacea, amfibi, ikan, perifiton dan lain-
lain.
b. Zona limnetik : daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu
sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik,
kimiawi maupun kehidupan didalamnya. Organisme yang hidup banyak
ditemukan didaerah ini antara lain : ikan, udang, dan plankton.
c. Zona profundal : daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima
sedikit cahaya matahari dibanding derah litoral dan limnetik. Bagian ini
dihuni oleh sedikit organisme terutama dari organisme bentik karnivor dan
detrifor.
d. Zona Sublitoral : daerah peralihan antara zona litoral dan zona profundal.
Sebagian daerah peralihan zona ini dihuni oleh banyak jenis organisme bentik
dan juga organisme temporal yang datang untuk mencari makan (Satino,
2010 : 6).
2. Zonasi perairan berdasarkan intensitas cahaya zonasi berdasarkan besarnya
intensitas cahaya matahari yang masuk, perairan dibagi menjadi 3 zona
yaitu :
a. Zona Eufotik/fotik : bagian perairan, dimana cahaya matahari masih dapat
menembus wilayah tersebut. Daya tembus cahaya matahari ke dalam periran
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: tingkat kekeruhan
/turbiditas, intensitas cahaya matahari itu sendiri, densitas fitoplankton dan
sudut datang cahaya matahari. Zona ini merupakan zona produktif dalam
perairan dan dihuni oleh berbagai macam jenis biota di dalamnya.
Merupakan wilayah yang paling luas pada ekosistem perairan daratan,
dengan kedalaman yang bervariasi.
b. Zona Afotik : bagian perairan yang gelap gulita karena cahaya matahari tidak
dapat menembus daerah ini. Di daerah tropis zona perairan tanpa cahaya
hanya ditemui pada perairan yang sangat dalam atau perairan – perairan
yang hipertrofik. Pada zona ini produsen primer bukan tumbuh-tumbuhan
algae tetapi terdiri dari jenis-jenis bakteri sulfur. Biota yang hidup hanya
karnifor ataupun detrifor.
c. Zona Mesofotik: Bagian perairan yang berada diantara zona fotik dan afotik
atau dikenal sebagai daerah remang-remang. Sebagai daerah ekoton, daerah
ini merupakan wilayah perburuan bagi organisme yang hidup di zona afotik
dan juga organisme yang hidup di zona fotik (Satino, 2010 : 7).
Faktor-faktor pembatas yang cukup penting pada
ekosistem air tawar
• Suhu
• Turbiditas/Kekeruhan
• Cahaya
• Arus
• Gas Terlarut dalam Air
Biodiversitas Ikan Air Tawar

Dari catatan yang dikumpulkan oleh Fishbase, spesies ikan yang ada di
Indonesia berjumlah 1193 spesies (Froese & Pauly 2013). Hal ini mendekati
perkiraan Kottelat & Whitten (1996) bahwa jumlah spesies ikan air tawar di
Indonesia lebih kurang sebesar 1300 spesies. Keanekaragaman spesies ikan
air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di dunia (Froese & Pauly 2013). Para
ahli memperkirakan masih ada sekitar ratusan spesies ikan di wilayah
Indonesia yang belum ditemukan dan dideskripsikan. Penemuan spesies baru
dan revisi terhadap spesies yang ada terus berlangsung.Penemuan spesies
baru terus berlangsung. Salah satu yang monumental adalah ditemukannya
spesies terkecil di dunia (Paedocypris progenetica) di perairan rawa-rawa
Jambi. Ikan ini telahmencapai matang gonad pada panjang 0,76 cm (Kottelat
et al. 2005).
Beberapa faktor yang dapat menjadi ancaman terhadap keanekaragaman hayati ikan dan
menimbulkan kepunahan yaitu faktor tangkap lebih ikan, introduksi spesies baru,
pencemaran, habitat yang hilang dan berubah, dan perubahan iklim global.
3. Ekosistem estuaria

• Tempat pertemuan antara air tawar dan


air laut.
• Daerah perairan pesisir yang setengah
tertutup, mempunyai hubungan yang bebas
dengan laut lepas, dimana air laut
bercampur dengan air tawar dari daratan.
Tipe Estuaria
Berdasarkan geomorfologi:
1. Estuaria dataran pesisir (coastal plain estuary): estuaria yang terbentuk
pada akhir jaman es dimana permukaan laut naik dan menggenangi
lembah sungai di pantai.
2. Estuaria tektonik: laut menggenangi daratan karena turunnya
permukaan daratan.
3. Teluk semi tertutup (semi-enclosed bays or bar-built estuary): beting
pasir terbentuk sejajar dengan garis pantai dan sebagian memisahkan
perairan di belakangnya dari laut.
4. Fjord: lembah yang telah diperdalam oleh kegiatan glasier dan
kemudian digenangi air laut.
Tipe Estuaria
Berdasarkan gradien
salinitas yang
terbentuk:
A. Estuaria berstratifikasi
tinggi (highly stratified
estuary)
B. Estuaria berstratifikasi
sebagian (moderately
stratified estuary)
C. Estuary homogen secara
vertikal (vertically
homogenous estuary)
Sifat Fisik Estuaria
• Salinitas
Salinitas di estuaria lebih bervariasi yang bergantung pada musim, jumlah air tawar,
topografi estuaria, dan pasang surut.
• Arus
Terutama dipengaruhi oleh pasang surut dan aliran sungai, jadi terbatas pada
saluran masuk di hilir (mulut estuaria) dan di hulu (saluran air tawar).
• Kekeruhan
Kekeruhan minimum di dekat mulut estuaria, karena sepenuhnya air laut, dan
makin meningkat bila menjauh ke arah hulu. Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat
aliran sungai maksimum.
• Oksigen
Persediaan oksigen di kolom air cukup karena adanya masukan air tawar dan air laut
yang teratur, dengan kedangkalannya terjadi pengadukan, dan percampuran oleh
angin.
Oksigen sangat berkurang di dalam substrat karena tingginya kandungan bahan
organik dan populasi bakteri di sedimen.
Sifat Fisik Estuaria
• Substrat
- Didominasi substrat lumpur, dibawa ke dalam estuaria baik oleh air
tawar maupun air laut.

Lumpur dari sungai + ion-ion air laut ---- partikel lumpur menggumpal ---
partikel yang lebih besar dan berat ---- mengendap membentuk dasar lumpur.

Material tersuspensi dari laut masuk ke estuari yang gerakan airnya lebih
tenang ---- mengendap membentuk dasar lumpur atau pasir.

- Proses pengendapan (sedimentasi) bergantung pada arus


(arus kuat, substrat kasar; arus lemah, substrat halus) dan ukuran
partikel (partikel besar lebih cepat mengendap daripada partikel kecil).
Komposisi Fauna
• Ada 3 komponen utama yang menetap di estuaria:
- Fauna air tawar (sangat sedikit yang berada pada >5 ppt)
- Fauna air payau atau estuarine (umumnya pada 5 – 20 ppt)
- Fauna lautan (komposisi terbesar):
1. Stenohalin: * tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan
terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas
* terbatas pada mulut estuaria (salinitas ± 30 ppt)
* jenis sama dengan di laut terbuka
2. Euryhalin: * tipe yang mampu mentolerir perubahan salinitas
yang besar (penurunan salinitas di bawah 30 ppt)
* dapat menembus sampai ke hulu estuaria (kebanyakan
sampai 15 ppt dan beberapa sampai 3 ppt; contoh
Carcinus maenas)
Tipe organisme estuaria
• Phytoplankton
Pertumbuhan phytoplankton di wilayah pantai estuaria
berlumpur diatur dengan suatu interaksi antara matahari,
hujan, bahan gizi, dan gerakan massa air, serta convergensi
yang di akibatkan oleh arus laut
• Zooplankton dan Heterotrophs Lain
Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan
organisma trophic sekunder yang berlaku sebagai consumer
utama organik) di dalam kolom air mengisi suatu relung
ekologis penting sebagai mata rantai antara produksi
phytoplankton utama dan produktivitas ikan
• Infauna dan Epifauna Benthic
Infauna (organisma yang tinggal di sedimen) dan
epifauna (organisma yang mempertahankan hidup di
sedimen) adalah suatu kumpulan taxa berbeda-beda
mencakup ketam, cacing, keong, udang, dan ikan.
Sedangkan burrowers, adalah binatang pemakan
bangkai, pemangsa, dan pemberi makan/tempat
makan sejumlah phytoplankton, zooplankton,
sedimen, detritus dan nutrient lainnya.
Fauna estuarine:
Tidak terdapat pada air
tawar maupun
sepenuhnya air laut,
contoh:
- Polychaeta (Nereis
diversicolor)
- Tiram (Crassostrea,
Ostrea)
- Kerang (Scrobicularia
plana, Macoma balthica,
Rangia flexuosa)
- Siput kecil (Hydrobia)
- Udang (Palaemonetes)
Komponen peralihan fauna estuaria:
• Migratory spesies: jenis yang bermigrasi melewati estuaria dalam
perjalanannya menuju daerah pemijahan baik di air tawar maupun
di air laut.
Contoh: ikan salem (Salmo, Oncorhynchus) dan
belut laut (Anguilla).
• Jenis yang hanya menghabiskan sebagian daur hidupnya di estuaria
(menggunakan estuaria sebagai daerah asuhan/ nursery ground).
Contoh: udang-udang Penaeidae (Penaeus satiferus,
P. aztecus, P. duorarum)
• Jenis yang datang ke estuaria hanya untuk mencari makan
(menggunakan estuaria sebagai feeding ground).
Contoh: berbagai burung dan ikan.
Mengapa spesies estuaria sedikit???

• Fluktuasi kondisi lingkungan yang besar,


terutama salinitas.
• Estuaria belum cukup lama terbentuk dari segi waktu
geologi untuk memungkinkan pembentukan fauna secara
sempurna.
• Keragaman topografi daerah estuaria sangat sedikit
(didominasi oleh hamparan lumpur); relung ekologi sedikit.
Vegetasi Estuaria
Miskin flora disebabkan oleh:
• Dominasi hamparan lumpur tidak sesuai untuk perlekatan makroalga.
• Perairan yang keruh membatasi penetrasi cahaya (membatasi
pertumbuhan fitoplankton).

• Daerah hilir, di bawah tingkat pasang turun rata-rata, terdapat lamun


(Zostera, Thalassia, Cymodocea).
• Hamparan lumpur estuaria secara umum banyak mengandung diatom
bentik (bersifat motil dan melakukan migrasi vertikal tergantung
penyinaran) dan bakteri.
• Pada perairan estuaria yang sangat keruh, vegetasi dominan dalam artian
biomassa adalah tumbuhan mencuat yang memagari estuaria; untuk
daerah tropik adalah hutan bakau.
- Dataran lumpur
intertidal ditumbuhi
sejumlah spesies alga
hijau meliputi Ulva,
Enteromorpha,
Chaetomorpha, dan
Cladophora.
Adaptasi Organisme Estuaria

Adaptasi morfologi:
• Organisme yang mendiami lumpur (mampu membuat lubang ke dalam
lumpur), seringkali mempunyai rumbai-rumbai halus dari rambut atau
setae yang menjaga jalan masuk ke saluran pernafasan agar tidak
tersumbat oleh partikel lumpur.
Contoh pada kepiting estuaria dan bivalvia.
• Ukuran lebih kecil, kecepatan perkembangbiakan yang lebih rendah dan
penurunan kesuburan dibandingkan kerabatnya yang hidup sepenuhnya di
laut.
• Berkurangnya jumlah ruas tulang punggung pada ikan-ikan estuaria.
Adaptasi fisiologi:
Adaptasi yang berhubungan dengan mempertahankan keseimbangan ion
cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
• Osmosis: proses fisik dimana air melewati suatu selaput semipermeable
yang memisahkan dua cairan yang konsentrasi cairannya berbeda,
bergerak dari bagian yang konsentrasi garamnya lebih rendah ke bagian
yang konsentrasi garamnya lebih tinggi.
• Osmoregulasi: kemampuan mengatur konsentrasi garam atau air di cairan
internal.
• Osmokonformer: organisme yang tidak mampu mengatur konsentrasi
garam internalnya.
• Osmoregulator: organisme yang mempunyai mekanisme fisiologis untuk
mengatur kandungan garam internalnya.
Osmoregulasi (=pengaturan tekanan osmosis)

Hypertonik= konsent.
garam dalam cairan
tubuh lebih besar
daripada lingk. air tawar.

Hypotonik= konsent.
garam dalam cairan
tubuh lebih kecil
daripada lingk. air laut.
Osmoregulasi dapat beroperasi dalam 3 cara:
1. Hewan dapat mengeluarkan air
2. Hewan dapat mengeluarkan ion
3. Hewan dapat menyesuaikan keseimbangan ion-air internal

Organ pengaturan osmosis:


- utamanya ginjal (pada invertebrata dan vertebrata yang lebih maju)
- sel-sel khusus pada tubuh untuk mengambil atau membuang ion tertentu

Contoh osmokonformer:
- Bivalvia menutup diri dalam cangkangnya untuk menghindari
pengenceran cairan tubuh yang berlebihan dengan air.
Adaptasi tingkah laku:
1. Membuat lubang ke dalam lumpur, ada 2 keuntungan:
- untuk osmokonformer, keberadaan di dalam lumpur
memungkinkan kontak dengan air interstitial yang
variasi suhu dan salinitasnya kecil
- untuk menghindari pemangsaan
2. Mengubah posisi pada substrat dengan cara bergerak ke
hulu atau ke hilir estuaria.
Tingkah laku ini bertujuan untuk menjaga organisme tetap
berada pada suatu daerah yang mengalami perubahan
salinitas minimal.
Produktivitas Estuaria
• Produktivitas primer estuaria terletak pada fitoplankton,
diatom bentik, rumput-rumputan laut (lamun), dan berbagai
kelekap.
• Akan tetapi produktivitas di atas tidak sebanding dengan
keberadaan bahan organik yang melimpah di estuaria, yang
terutama berasal dari:
- hutan bakau di sekitarnya
- daratan lewat aliran sungai
• Sumber bahan organik : allochtonous dan autochtonous.
Rantai Makanan
Pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga )
tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana
makanan tersebut dikonsumsi : grazing,
detritus dan osmotik.  Fauna di estuaria,
seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan
berbagai jenis cacing berproduksi dan saling
terkait melalui suatu rantai dan jaring
makanan yang kompleks.
Lanjutan
Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan
bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber
makanan penting bagi organisme pemakan suspensi
dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan
yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria
merupakan produksi bersih dari detritus ini. 

Anda mungkin juga menyukai