Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Administrasi Manajemen Kesehatan Lingkungan

Dosen/Instruktur : Erlani SKM., M.Kes

MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI TAMBAK UDANG
DUSUN LAOK

Disusun Oleh :

Kelompok

Virmawati PO.714221171007
Taufik Hidayat PO.714221171020
Aprilia Karaeng Masak PO.714221171025
Alwiranto PO.714221171026
Novitasari Tandi Arrang PO.714221171037
Agustin Vitha PO.714221171042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV
TINGKAT IV.A
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas pemilik segala yang bernyawa
dan penguasa segala keteraturan, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi
Manajemen Kesehatan Lingkungan dengan harapan dapat menambah wawasan
bagi penulis khususnya dan para pembaca makalah ini.
Makalah ini memuat tentang management risiko masalah kesehatan
lingkungan di Tambak Udang Dusun Laok. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik ditinjau dari isi
maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan
kontribusi pemikiran dari pembaca sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Makassar, 29 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................... 3
D. Manfaat......................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Limbah Tambak Udang.............................................................5
B. Kandungan Limbah Tambak Udang............................................................5
C. Karakteristik Limbah Tambak Udang..........................................................6
D. Pencemaran Air............................................................................................6
E. Parameter air.................................................................................................7
F. Pengolahan Limbah Cair............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah...................................................................................12
B. Pelaksanaan................................................................................................12
C. Upaya Pengendalian...................................................................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki garis pantai
yang terpanjang di dunia, mencapai 81.000 Km, yang secara garis besar
dapat dibagi menjadi kawasan budidaya dan kawasan non budidaya. Pantai
non budidaya dapat berupa daerah konservasi dan daerah yang tidak
dibudidayakan, misalnya karena sumber daya alam yang miskin dan atau
karena keadaan alamnya yang sulit dicapai seperti daerah pantai yang
terjal, kering, rawan bencana alam.
Saat ini kondisi lingkungan pesisir di beberapa pantai di Indonesia
cenderung mengalami penurunan kualitas sehingga lingkungan pesisir di
lokasi tersebut dapat berkurang fungsinya atau bahkan sudah tidak mampu
berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan
penduduk secara berkelanjutan.
Penurunan kualitas lingkungan pesisir di banyak tempat terjadi
terutama akibat pencemaran atau perusakan lingkungan di sekitanya.
Perusakaan lingkungan disekitarnya dapat kita lihat dengan semakin
meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk
industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan Industri di
kota besar, yang akan memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada
perairan pantai dan laut. Hal ini disebabkan karena semua limbah dari
daratan, baik yang berasal dari pemukiman perkotaan maupun yang
bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya akan bermuara ke pantai
Limbah itu sendiri merupakan suatu buangan yang kotor,yang
mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan manusia itu sendiri
atau bahkan hewan yang umumnya karena perbuatan manusia itu sendiri
yang juga termasuk industrialisasi. Air limbah industri, dimana dapat
berskala besar dan kecil yang pincak tertinggi aliran selalau tidak akan
dilewati apabila menggunakan tangkis penahan dan bak pengaman.

2
Kegiatan budidaya tambak udang yang dilakukan dengan sistem
intensif akan menghasilkan limbah budidaya yang terbuang ke lingkungan
perairan, dan secara nyata dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
perairan pesisir (Johnsen et al., 1993). Menurut Clark (1996), secara
langsung dan tidak langsung dampak limbah tambak terhadap perikanan,
yaitu menurunnya jumlah populasi organisme, kerusakan habitat serta
lingkungan perairan sebagai media hidupnya.
Kualitas air merupakan salah satu syarat penting dalam
pengembangan budidaya udang. Ada dua alasan yang menjadikan kondisi
kualitas perairan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan
(Soewardi, 2002), yaitu: (i) menciptakan kondisi lingkungan perairan
tambak yang bersih dan nyaman bagi udang untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal guna mendukung keberhasilan pemeliharaan
udang; (ii) untuk menghasilkan air buangan tambak dengan kualitas yang
masih aman bagi ekosistem perairan pesisir atau masih dalam batas-b
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah
yang diamati adalah “Bagaimana manajemen risiko dari masalah
kesehatan lingkungan yang ditimbulkan oleh Tambak Udang Dusun
Laok?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen risiko dari masalah kesehatan
lingkungan di Tambak Udang Dusun Laok.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi masalah yang ada di Tambak Udang
Dusun Laok.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan di Tambak Udang Dusun Laok.
c. Untuk mengetahui upaya pengendalian terhadap masalah kesehatan
lingkungan di Tambak Udang Dusun Laok.

3
D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Dapat menjadi referensi bagi pembaca.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menganalisis masalah kesehatan lingkungan yang ada di
Tambak Udang Dusun Laok.
b. Dapat menambah wawasan bagi penulis.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Limbah Tambak Udang
Limbah merupakan hasil akvitas manusia yang berupa sampah cair
dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah
dipergunakan, dengan kurang lebih 0,1% daripadanya berupa benda padat
yang terdiri dari zat organik dan anorganik (Soemarwoto, 1992). Menurut
peraturan pemerintah republik indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat
berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri yang mengandung
zat-zat berbahaya yang dapat menganggu kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.
Air limbah yang merupakan hasil sisa dari berbagai aktivias, oleh
karena itu air limbah merupakan benda yang sudah tidak dimanfaatkan
lagi. Air limbah yang tidak termanfaatkan masih memerlukan pengolahan.
Limbah yang pengolahan kurang baik akan menyebabkan permasalahan
lingkungan dan kehidupan makhluk hidup sekitar. Air limbah yang tanpa
pengolahan dengan baik saat bahaya terhadap kesehatan manusia, hal ini
dikarenakan banyak dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat adanya
limbah (Agustira, Lubis, & Jamilah, 2013).
Tambak merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara ikan,
udang atau hewan air lainnya yang dapat hidup di air payau. Limbah
tambak udang merupakan cairan buangan yang berasal dari kolam yang
dibangun untuk budidaya udang (Sudarmo & Ranoemihardjo,1992).
B. Kandungan Limbah Tambak Udang
Limbah budidaya udang dihasilkan dari pakan udang yang tidak
termanfaatkan. Limbah tersebut berupa limbah organik dalam bentuk hasil
metabolisme dan sisa pakan udang. Limbah hasil budidaya udang
merupakan limbah organik terutama dari pakan, feses dan bahan terlarut
yang jika dibuang ke perairan akan menganggu ekosistem di perairan

5
tersebut. Pakan udang menyediakan nitrogen 92%,, fosfor 51% dan bahan
organik lainnya 40% (Dimas Wahyu Meidi Vanto, 2016).
Pertumbuhan udang yang semakin meningkat akan semakin
meningkat pula pakan yang diberikan. Meningkatnya jumlah pakan maka
limbah yang dihasilkan akan meningkat pula. Limbah hasil budidaya
udang menghasilkan kira-kira 35% limbah organik, sisa pakan 15% dan
sisa metabolisme udang 20%. Limbah yang semakin meningkat akan
mengalami proses dekomposisi (penguraian) yang akan menghasilkan
nitrit dan ammonia, karena tidak semua pakan dikonsumsi udang
(Wulandari, Widyorini, & Wahyu,
C. Karakteristik Limbah Tambak Udang
1. Fisik
Karakter fisik yang penting dalam limbah tambak adalah total
padatan (total solid), suhu, warna dan bau. Total padatan meliputi
padatan terlarut, terendam, terapung, tersuspensi dan koloid. Suhu
tambak berkisar 40-46 0C. Limbah cair tambak udang berwarna kuning
keruh dan berbau busuk (Dimas Wahyu Meidi Vanto, 2016).
2. Kimia
Limbah tambak udang yang mengandung bahan organik yang
terdiri dari protein, karbohidrat, dan bahan anorganik lain seperti
nitrogen, fosfor, dan ammonia. Protein berasal dari sisa pakan udang.
Dimas Wahyu Meidi Vanto (2016) menyatakan bahwa limbah tambak
udang bersifat basa dengan kisaran pH 7-9.
D. Pencemaran Air
Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup,
zat energi dan atau komponen lain ke dalam badan air oleh manusia,
sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu dan menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai diperuntukannya (PP Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaranair).
Pencemaran di laut disebabkan oleh adanya pencemar organik dan
pencemar anorganik. Pencemar organik dapat meningkatkan BOD dalam

6
sungai yang mengindikasi penurunan kualitas air. Sumber pencemar
berasal dari pencemaran secara alamiah (dari alam) dan pencemaran
antropogenik (kegiatan manusia). Terjadinya peningkatan buangan air
limbah serta sampah yang tidak terkendali akan menyebabkan
bertambahnya beban pencemar yang masuk ke sungai, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai (Rahman,
Alim, & Utami, 2011).
E. Parameter Air
1. Parameter Fisik
a. Suhu
Suhu pada suatu badan air di pengaruhi musim, waktu
dalam hari, sirkulasi udara serta kedalaman badan air. Perubahan
suhu suatu badan air akan berpengaruh terhadap proses fisis, kimia,
dan biologi badan air. Peningkatan suhu akan menyebabkan
kecepatan metabolisme dan respirasi akan meningkat sehingga
meningkatnya pula konsumsi oksigen, oleh karena itu oksigen
terlarut dalam air akan menurun. Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplangkton di perairan berkisar 200C -300C
(Effendi, 2003).
b. Total Padatan
Total padatan akan meningkatkan kekeruhan pada air. Total
padatan ini tidak dapat larut dalam air dan tidak dapat mengendap
secara langsung serta ada yang dapat larut dalam air. Kandungan
total padatan dalam air dapat mengurangi penetrasi cahaya masuk
kedalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen dalam
proses fotosintesis (Fardiaz, 1995).
c. Warna
Warna ditimbulkan akibat adanya bahan organic dan bahan
anorganik yang masuk keperairan, Misalnya ada plankton, humus,
dan ion-ion logam. Bahan organik yang berasal dari dekomposisi
tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan. Warna

7
dapat diamati secara visual (langsung) dengan cara
membandingkan dengan warna standar. Warna perairan biasanya
disebabkan peledakan (blooming) fitoplankton (Effendi, 2003)
2. Paramater Kimia
a. pH
Air limbah yang dibuang kesuatu badan air akan
mengganggu kehidupan hewan akuatik yang peka terhadap
perubahan pH. Unuk memenuhi syarat suatu kehidupan, air harus
mempunyai kisaran pH 6,5 – 7,5. Asam basanya suatu perairan
ditentukan oleh nilai pH (Agustiningsih, 2012).
b. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi ion total yang terdapat di
suatu perairan. Nilai salinitas air tawar biasanya kurang dari 0,5%
perairan payau antara 0,5%-30% dan perairan laut 30%-40%. Pada
perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air
tawar dari sungai (Effendi, 2003).
c. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar tanaman dan
hewan akuatik. Oksigen terlarut berasal dari hasil fotosintesis
tanaman air dan udara yang masuk ke dalam air. Oksigen terlarut
di butuhkan semua jasad makhluk hidup untuk proses metabolisme
untuk pertumbuhan (Salmin, 2005). Fardiaz (1995) menyatakan
bahwa konsentrasi oksigen terlarut berbanding terbalik dengan
suhu. Semakin tinggi suhu air semakin rendah konsentrasi oksigen.
Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut akan menganggu
kehidupan hewan-hewan perairan.
d. Kebutuhan Oksigen Kimia (Biochemiycal Oxygen Demand).
BOD merupakan jumlah oksigen yang digunakan
mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik dalam air.
BOD dinyatakan dalam mg/l atau ppm. Sumber BOD alami dalam
air berasal dari pembusukan tanaman dan kotoran hewan,

8
sedangkan sumber BOD dari kegiatan manusia berasal dari feses,
urine, detergent, minyak dan lemak. Semakin besar kadar BOD
dalam suatu perairan merupakann indikasi bahwa perairan tersebut
tercemar. Kadar maksimun BOD yang diperkenankan untuk air
minum dan kehidupan organisme akuatik berkisar 2-12 mg/l (PP
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air).
e. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemycal Oxygen Demand)
COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan agar
bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi secara
kimiawi. Secara umum kadar COD yang tinggi akan mencemarkan
konsentrasi bahan organik yang tinggi sehinggi diperlukan oksigen
yang tinggi dan menyebabkan terjadi penurunan kadar oksigen
dalam perairan. Semakin tinggi kadar COD maka tingkat populasi
perairan akan semakin rendah (Pribadi, 2005).
f. Nitrogen
Nitrogen dalam perairan berupa nitrogen organik dan
anorganik. Nitrogen organik terdiri dari ammonia (NH 3),
ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen
(N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam
amino dan urea. Ammonia (NH3) dan garamnya mudah larut dalam
air. Kadar ammonia bebas tidak boleh melebihi 0,5 mg/l sementara
bagi ikan kandungan ammonia bebas adalah kurang dari 0,02 mg/l
(PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air). Kadar ammonia yang tinggi
mengindikasikan bahawa perairan tersebut tercemar bahan organik
yang berasal dari limbah domestik, industri ataupun pupuk
pertanian (Effendi,2003).

9
F. Pengolahan Limbah Cair
Air limbah perlu di olah karena didalamnya terdapat banyak bahan
tersuspensi dan terapung. Pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 5
(lima) tahap yaitu :
1. Pengolahan Awal (Pre treatment)
Pada tahapan ini dimaksudkan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Pada tahap
berlangsung screen and grit removal (bak penangkap dan penyedot
pasir), equalization and storage (pengumpulan dan pengendapan pasir
di dasar bak pengolahan), serta oil separation (pemisahan minyak).
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada tahapan ini proses pengolahan yang terjadi adalah
neutralization (penetralan atau menyortir kerikil, lumpur dan
menghilangkan zat padat), chemical addition and coagulation
(penambahan zat kimia dan koagulasi atau pengentalan), flotation
(pengapungan), sedimentation (sedimentasi/pengendapan), dan
filtration (filtrasi/penyaringan).
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tahapan ini untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah,
menggunakan ialah activated sludge (penggunaan lumpur aktif),
anaerobic lagoon (pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor), tricking
filter (penyaringan dengan cara pengentalan), aerated lagoon (aerasi
atau proses penambahan oksigen), stabilization basin (stabilisasi pada
bak reaktor), rotating biological contactor (metode pemanfaatan
kemampuan mikroba untuk merombak bahan cemaran menjadi
senyawa yang stabil), serta anaerobic contactor and filter (metode
pemanfaatan mikroba dan penyaringan).
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Pada tahapan ini proses pengolahan ialah coagulation and
sedimentation (pengentalan dan pengendapan), filtration
(penyaringan), carbon adsorption (penyerapan dengan penggunaan

10
karbon aktif atau arang batok kelapa), ion exchange (pergantian ion),
membrane separation (pemisahan membran), serta thickening gravity
or flotation (pengentalan dan pengapungan).
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion (pencernaan lumpur aktif guna menstabilkan lumpur
melalui pembusukan zat organik dan anorganik yang bebas dari
molekul oksigen), pressure filtration (penyaringan dengan tekanan),
vacuum filtration (penyaringann hampa udara), centrifugation
(pemutaran sentrifugal), lagooning or drying bed (pengeringan dan
pembuangan di tanah)

11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Pada tambak udang yang berada di kawasan pesisir Dusun Laok
Lorong Desa Andulang merupakan usaha untuk membudidayakan udang,
baik udang air tawar, air payau, maupun air asin.
Pertama dilakukan identifikasi masalah, dimana identifikasi
merupakan kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti,
mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan.
Identifikasi masalah yang ada di tambak udang Dusun Laok terkait
masalah kesehatan lingkungan berupa dari limbah cair yang dihasilkan
tidak melakukan pengelolaan sehingga hasil buangan langsung dibuang
yang dapat mencemari lahan pertanian dan mencemari air laut.
B. Pelaksanaan
Limbah yang dihasilkan oleh tambak udang dibuang ke laut
sehingga menyebabkan laut tercemar yang dapat mengganggu habitat laut;
airnya gatal dan bau, sehingga membuat para nelayan tradisional kesulitan
untuk menangkap ikan. Selain hal tersebut, juga menyebabkan penyakit
terhadap warga yang ada disekitar tambak udang karena baunya yang
menyengat.
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.
28 MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak,
Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksudkan untuk menjamin
keselarasan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha budidaya
dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di lingkungan
sekitarnya. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk konstruksi tambak
dan operasionalnya, mengidentifikasi kemungkinan dampak negative dari
pengembangan lokasi dan akibat sosial yang ditimbulkannya,
memperkirakan kemudahan teknis dengan financial yang layak dan
meminimalkan timbulnya resiko-resiko yang lain.

12
Dampak dari adanya tambak udang yaitu dampak erosi dimana
penyerapan air asin kepada daerah sekitar yang awalnya tanah itu menjadi
produktif sekarang tidak menjadi produktif lagi, yang secara otomatis
mengganggu ekosistem secara keseluruhan baik ekosistem darat ataupun
laut yang berada di sekitarnya.
Dampak ekologis yang mengganggu biota laut, selain itu
mempersulit masyarakat untuk mencari ikan, karena air laut mengeluarkan
bau yang tidak sedap, dan jika mengenai kulit aka nada yang
menyebabkan gatal-gatal.
Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) kesumber air diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kegiatan tersebut yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran lingkungan hidup,
oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan
limbah cair dengan menetapkan baku mutu air limbah, sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
C. Upaya Pengendalian
Pada tambak udang sebaiknya melakukan upaya pengendalian
seperti, antara lain :
1. Melakukan pengelolaan air limbah (IPAL) agar limbah tersebut tidak
langsung dibuang tetapi harus di treatment dahulu sehingga mutu
pengelolaan limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui
baku mutu limbah cair yang telah didapatkan.
2. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan.
3. Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair secara periodic
sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Identifikasi masalah yang ada di tambak udang Dusun Laok terkait
masalah kesehatan lingkungan berupa dari limbah cair yang dihasilkan
tidak melakukan pengelolaan sehingga hasil buangan langsung
dibuang yang dapat mencemari lahan pertanian dan mencemari air
laut.
2. Limbah yang dihasilkan oleh tambak udang dibuang ke laut sehingga
menyebabkan laut tercemar yang dapat mengganggu habitat laut;
airnya gatal dan bau, sehingga membuat para nelayan tradisional
kesulitan untuk menangkap ikan. Selain hal tersebut, juga
menyebabkan penyakit terhadap warga yang ada disekitar tambak
udang karena baunya yang menyengat.
3. Upaya pengendalian dapat dilakukan salah satunya adalah membuat
saluran pembuangan limbah dan melakukan pengelolaan air limbah,
agar tidak mencemari lingkungan
B. Saran
Pengusaha Tambak Udang Dusun Laok lebih meningkatkan lagi
kesadarannya untuk menjaga lingkungan, tidak hanya lingkungan yang
tercemar tetapi masyarakat ikut berdampak dari usaha yang dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wardhana 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Penerbit Andi


Yogyakarta.
Supardi, 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT Alumni.
Rustam, 2005.
Analisis Dampak Kegiatan Pertambakan Terhadap Daya Dukung Kawasan Pesisir
(Studi Kasus Tambak Udang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan).
Soewardi, K., 2002. Pengelolaan Kualitas Air Tambak. Makalah dalam Seminar
Penetapan Standar Kualitas Air Buangan Limbah. Ditjen Perikanan Budidaya.
Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai