Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimum pula (Notoatmodjo S., 2003). Kesehatan merupakan kondisi

dimana kita berada jauh atau terbebas dari penyakit. Merupakan suatu yang

mahal jika dibandingkan dengan hal-hal yang lain. Bagaimana tidak, harta

yang melimpah, memiliki paras tampan atau cantik, memiliki badan tegap dan

gagah, semuanya itu akan sirna dengan sekejap jika kita terserang penyakit

atau tidak sehat. Dengan penyakit harta bisa habis digunakan untuk berobat,

paras tampan atau cantik berubah menjadi pucat dan tidak enak untuk

dipandang, badan yang tegap dan gagah seketika roboh dikarenakan lemas dan

lesu akibat kondisi tubuh yang menurun drastis. Beginilah alur kehidupan,

semuanya menjadi seimbang. Ada sehat dan ada sakit, kita tidak akan selalu

sehat dan kita juga tidak akan selalu sakit. Semuanya itu bagaimana kita bisa

menjaga diri untuk terhindar dari penyakit sehingga kesehatan itu merupakan

hal yang mutlak harus dijaga.

Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati

seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut

adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah segala upaya

untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat

dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

1
Dengan semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular (degeneratif)

seperti jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular

lainnya yang disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk

menghindarinya kita perlu bergaya hidup yang sehat.

Tidak jarang istilah PHBS terdengar di masyarakat. Jika dilihat dari

kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung

mengetahui apa itu PHBS, singkat kata mengenai perilaku seseorang

menyangkut kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Banyak

penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, flu burung,

atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak.

Adapun jika kebersihan lingkungan tidak diperhatikan dengan baik maka

memiliki dampak penyakit yang besar salah satunya adalah diare. Penyakit

diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan dari tahun 2000

sampai 2010 terlihat kecenderungan insidensi naik.

Terdapat 2000 insidensi rata-rata penyakit diare 301/1000 penduduk,

tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi

423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kasus diare

Bakteri yang dapat menjadi penyebab diare infeksi salah satunya adalah bakteri

coliform..

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013 terdapat kasus terbanyak

terjadi di Sulawesi Tengah, namun case fatality rate terbanyak terjadi di

2
provinsi Lampung (33%), untuk Sulawesi Selatan sendiri memiliki angka

Kasus diare yang ditemukan dan ditangani yang dilaporkan oleh 46 puskesmas

se Kota Makassar sampai dengan desember 2015 sebanyak 28.257 kasus

dengan Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) yaitu 20,07per 1.000 penduduk

meningkat dari tahun 2014 yaitu 26.485 kasus dengan Angka Kesakitan

(Incidence Rate/IR) yaitu 19,34 per 1.000 penduduk, kemudian menurun dari

tahun 2013 yaitu 28.908 kasus dengan angka kesakitan (Incidence Rate/IR)

penyakit diare sebesar 21,38 per 1.000 penduduk.

Data yang tercantum dalam puskesmas di Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar yang berdekatan dengan lokasi penyuluhan menunjukkan bahwa

terdapat kasus diare sekitar 20 santri laki-laki yang terjadi dalam 1-3 hari (29

Nop – 2 Desember 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Febria Agustina, Rindit Pambayun, Fatmalina

Febry (2009) tentang Higiene Sanitasi Makanan untuk anak Sekolah Dasar

menunjukkan bahwa penelitian deskriptif yang didesain berdasarkan

pendekatan cross sectional sebanyak 47,8% responden yang memiliki sarana

penjaja yang sanitasinya tidak baik. Berdasarkan penelitian tersebut, penyuluh

tertarik memberikan penyuluhan Higiene Sanitasi Makanan pada Siswa SDN

Pai Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar mengingat wilayah

siswa pada SD tersebut memiliki lingkungan yang tidak kondusif.

Adapun latar belakang kami mengambil judul ini karena berdasarkan

survei di lapangan, melihat kondisi lingkungan siswa-siswi SDN Pai yang

kurang memahami tata cara pola hidup bersih dan sehat yang ada di lingkungan

3
baik sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin

melakukan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat sebagai tonggak

gerakan masyarakat sehat kepada mereka agar dapat meningkatkan

pengetahuan akan hal tersebut guna meningkatkan derajat kesehatan manusia

secara lebih dini.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana pemahaman tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

sebagai tonggak Gerakan Masyarakat Pada siswa-siswi di SDN Pai Kelurahan

Pai Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memberi pemahaman tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

sebagai tonggak Gerakan Masyarakat dan meningkatkannya kepada

siswa-siswi di SDN Pai Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Siswa mampu mengetahui Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


b. Siswa mampu mengaplikasikan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Siswa mampu manyebarluaskan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
D. Manfaat Kegiatan

Siswa dapat mengetahui isi dari Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

sebagai tonggak dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) setelah

diberikan penyuluhan sehingga meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat dan

4
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta menyebarluaskannya

kepada kerabat terdekat siswa-siswi tersebut.

E.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

A. Identifikasi dan Alternatif Pemecahan Masalah

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa guru

dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau dan mampu

mempratikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpuilan perilaku

yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan

sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara

mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta

berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Berdasarkan gambaran umum yang telah diuraikan sebelumnya

dapat diidentifikasikan dan diberikan alternative pemecahan masalah

sebagai berikut.

Tabel 1. Identifikasi dan Alternatif Pemecahan Masalah

No Identifikasi Alternatif
.
1 Kurang pengetahuan tentang Pelaksanaan sosialisasi dengan memberikan
pentingnya pola hidup bersih ceramah, tontonan pola hidup bersih dan
dan sehat di sekolah sehat di sekolah, dan tanya jawab
2 Penerapan secara langsung Penerapan ini dilakukan oleh seluruh
yang tidak dilakukan peserta sosialisasi dalam bentuk permainan
mengenai pola hidup bersih
dan sehat

3 Fasilitas yang memadai Memanfaatkan fasilitas pendukung pada


namun kurangnya kesadaran pihak sekolah dengan menanamkan jiwa

6
siswa bersih dan sehat kepada siswa.
Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare,

DBD, flu burung, atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak. Salah satu

faktor yang mendukung PHBS adalah kesehatan lingkungan. Dua istilah

penting dalam kesehatan lingkungan yang harus dipahami dan

diinterpretasikan sama oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat agar

kegiatan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Lingkungan diartikan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, social,

budaya, ekonomi dan politik yang memengaruhi kehidupan dari komunitas

tersebut. Sedangkan kesehatan dari suatu komunitas bergantung pada

integritas lingkungan fisik, nilai kemanusiaan dalam hubungan social,

ketersediaan sumber yang diperlukan dalam mempertahankan hidup dan

penaggulangan penyakit, mengatasi gangguan kesehatan secara wajar,

pekerjaan dan pendidikan yang dapat tercapai, pelestarian kebudayaan dan

toleransi terhadap perbedaan jenis, akses dari garis keturunan serta rasa

ingin berkuasa dan memiliki harapan.

7
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Tahap Survei

Peninjauan lokasi Sosialisasi serta Penerapan Pentingnya Pola Hidup

Bersih dan Sehat pada siswa kelas 5 dan 6 SDN Pai Kelurahan Pai

Kecamatan Biringkana Kota Makassar.

B. Tahap Pelaksanaan

1. Penyerahan proposal kemajuan

2. Pembuatan materi penyuluhan

3. Persiapan penyuluhan dimulai dengan memberikan kuesioner pre test

4. Penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat

5. Pemutaran video tentan Pola Hidup Bersih dan Sehat di sekolah

6. Pengisian kuesioner post test dan tanya jawab

C. Tahap Evaluasi

Kegiatan pendampingan dan evaluasi kegiatan pasca tahap

pelaksanaan kegiatan sosialisasi dilakukan dengan memberikan siswa

kuesioner post test untuk mengukur peningkatan pengetahuan siswa/(i)

dalam menyerap materi setelah penyuluhan.

8
BAB IV

HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI BERKELANJUTAN

A. Hasil Yang dicapai

Sebelum dilakukan penyuluhan pada siswa SDN Pai kelas 5 dan 6

di Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar kami

menanyakan tentang penerapan pola hidup bersih dan sehat di sekolah dan

sebanyak 40 orang siswa/(i) kelas 5 dan 45 orang siswa/(i) kelas 6 yang

hadir. Menurut hasil pre test, poin siswa/(i) yang mengetahui tentang pola

hidup bersih dan sehat di sekolah adalah 141 poin dari 85 siswa/(i)

berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan sebelum dimulai penyuluhan

(pre test).

Setelah dilakukan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat

di sekolah kemudian dilakukan pengevaluasian kembali dengan jumlah

siswa yang hadir sama dengan pada saat pre test. Adapun poin hasil post

test (Evaluasi) sebesar 194 poin dari 85 siswa/(i) berdasarkan kuesioner

yang telah dibagikan, dengan ini dinyatakan telah berhasil dengan

peningkatan 37,59%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut;

Point Post test – point Pre test x 100% = 194 – 141 x 100%

Point Pre test 141

= 53/141 x 100%
= 37,59%

9
B. Potensi Berkelanjutan

Setelah kegiatan ini masyarakat di lokasi pengabdian dengan kerja

sama pihak pemerintah dan keinginan masyarakat untuk mewujudkan

perubahan cinta lingkungan dengan hal menjaga kebersihan diri,

lingkungan, memncuci tangan memakai sabun dan air mengalir, tidak jajan

sembarangan, rajin piket membersihkan kelas/sekolah, memilah sampah

ketika ingin dibuang, dan sebagainya. Dengan kerja sama tersebut dapat

memberikan bimbingan dan saling mengingatkan akan pentingnya hidup

bersih dan sehat. Dapat diketahui secara langsung keefektivan adanya

pemerintah atau lembaga kelengkapan sekolah setempat yang aktif. Kami

dapat mengetahui tingkat keberhasilan ini dimana siswa mampu

melaksanakan beragam aktivitas yang mendukung terbentuknya pola

hidup bersih dan sehat di sekolah.

Setelah rangkaian pengabdian masyarakat selesai maka untuk

tahapan berikutnya dilakukan proses komunikasi aktif antara penyuluh

dengan siswa maupun guru melalui grup media sosial dimana terdapat

masing-masing wali kelas siswa kelas 5 dan 6 SDN Pai yang turut

membantu dalam mengontrol dan memobilisasi penerapan pola hidup

bersih dan sehat siswa SDN Pai.

10
BAB V

KESEMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Siswa SDN Pai mampu memahami Pola Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di sekolah

2) Siswa SDN Pai mampu mengaplikasikan Pola Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di sekolah

3) Siswa SDN Pai mampu menyebarluaskan Pola Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di sekolah

B. Saran

Setelah dilakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat di

sekolah kepada siswa SDN Pai serta memberikan dampak yang baik, maka

kami sarankan kepada pihak yang terkait atau pemangku kebijakan di

kelurahan Pai atau kepala sekolah SDN Pai, agar melakukan rutinitas-

rutinitas yang dapat meningkatkan derajat kesehatan serta memanimalisir

penggunaan bahan plastik untuk jajanan anak sekolah sehingga terciptanya

lingkungan yang sehat satu sama lain baik kelompok ataupun perorangan.

11

Anda mungkin juga menyukai